Hari ini adalah hari mendebarkan bagi anak SMU PELITA Jakarta, khususnya siswa kelas 12. Karena mereka semua akan berkumpul untuk mendengarkan pengumuman kelulusan dan pengumuman beasiswa, siapa saja yang beruntung mendapatkan beasiswa di Universitas impian mereka.
"Ayo, Bu. Buruan. Ntar telat lho. Uda mau jam 8 ini," ajak Bella kepada Bu Warsih. Ibu kesayangannya.
"Iya, sebentar. Ibu panteskan begini?" Tanyanya sambil merapikan gamisnya.
"Pantes,Bu. Pantes. Ibu yang paling cantik deh ntar di sana. Ayoo.. Buruan Bu!" Bella agak sedikit memaksa.
"Halah, kamu paling bisa ngambil hati ibu," ucapnya sambil mengunci rumah.
"Yuk."
"Mau pada kemana Bu Warsih? Koq pagi gini udah rapi? Gak jualan kah?" Tanya ibu sebelah sambil menenteng rantang.
"Mau ke sekolahannya Abel bu. Ini mau pengumuman kelulusan sama beasiswa sekolahnya Abella Bu," jawab ibu.
"Oalah, ini udah bawa rantang dua mau beli nasi uduknya Ibu. Anak-anak dirumah pada gak mau sarapan lain kalo gak disini," balas ibu tetangga.
"Iya, punten. Maaf ya Bu. Ini buru-buru udah mau jam 8. Mari, Assalamualaikum. Besok inshaallah jualan koq Bu,"jawab ibuku sambil menaiki ojek yang sudah dari tadi menunggu kami.
30 menit kemudian tibalah aku dan Ibuku di SMU Pelita. Sudah ramai para orangtua siswa disana. Bella mencari teman baiknya.
"Abel.. Abel.. sini. Duduk sini," teriak Mira, salah satu teman baiknya dari kelas 10.
Mira adalah anak orang yang lumayan berada, tapi tidak pernah memilih dalam berteman. Ibunya juga sudah mengenal Abella dengan baik karena sering mengerjakan tugas di rumah Mira.
"Ibunya Abel,Bu," sapa Ibuku kepada mama Mira.
"Mari Bu, duduk sini. Saya mamanya Mira. Siska Sangkono," tante siska menyalami ibuku.
"Suwarsih, Bu. Biasa dipanggil Bu Warsih, "balas Ibuku seraya menyalami tangan tante Siska.
Sudah pukul 08.30. Lewat 30 menit dari undangan yang ditentukan. Pembawa acara naik ke podium.
"Selamat pagi Bapak dan Ibu serta anak didik kami para siswa SMU PELITA khususnya siswa dan siswi kelas 12. Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah beserta Wakil dan Para Dewan Guru serta para Staf dan para hadirin semua yang saya muliakan.
Dalam kesempatan kali ini izinkan saya mengucapkan terima kasih karena sudah memberikan kepercayaan kepada Saya untuk menjadi pembawa acara dalam acara pelepasan siswa siswi kelas 12 serta pengumuman beasiswa bagi siswa siswi yang masuk seleksi universitas negeri dan swasta di Jakarta ini.
Anak-anakku, tidak terasa 3 tahun sudah kita bersama. Sedih, bahagia, duka dan permasalahan dalam lingkup sekolah kita lalui bersama. Untuk itu saya selaku yang mewakili, meminta maaf sebesar-besarnya apabila dalam mendidik kalian ada yang kurang berkenan ataupun membuat kalian sakit hati. Tapi percayalah, itu semua kami lakukan hanya untuk mendidik agar kalian ketika keluar dari Sekolah kita yang membanggakan ini bisa menjadi seseorang yang bertanggung jawab dan sukses."
Pidato demi pidato dilalui hingga sesi silaturahmi yang membuat kami semua terharu.
Hingga tibalah waktu yang ditunggu-tunggu, yaitu pengumuman beasiswa. Seketika suasana menjadi tegang karena hampir seluruh siswa berprestasi menunggu momen ini.
"Baiklah para hadirin sekalian. Kita ke acara puncak yaitu pengumuman kelulusan dan beasiswa. Dan alhamdulillah sekolah kita tahun ini masih dipercayakan untuk meluluskan siswa siswinya 100%," ucap pembawa acara.
Seketika suasana tegang menjadi riuh. Aku dan Mira saling berpelukan dan mengucapkan syukur. Tante Siska dan Ibuku juga tampak bahagia.
"Nah, sekarang pengumuman beasiswa yang pastinya sudah di tunggu-tunggu para hadirin sekalian kan?" tanya pembawa acara.
Mari waktu dan tempat saya persilahkan kepada Bapak Kelapa Sekolah untuk mengumumkan beasiswa para siswa dan siswi berprestasi di SMU PELITA
Bapak Kepala Sekolah menaiki podium dan memberi beberapa kata sambutan.
"Anak-anakku yang kami cintai, tidak terasa kalian akan meninggalkan sekolah ini. Bapak harap Kalian tidak pernah melupakan kami. Dan teruslah berkarya. Kejar cita-cita setinggi langit. Bagi yang belum lolos seleksi beasiswa Bapak harap jangan berkecil hati. Perjalanan kalian masih panjang dan teruslah berusaha yang terbaik."
"Baiklah tanpa banyak kata, Bapak akan umumkan 5 besar peserta yang lolos dalam seleksi beasiswa Universitas Negeri dan Swasta yang ada di Jakarta
1. Rangga Adi Permana Universitas trisakti Fakultas Ekonomi
2. Bayu Anggra Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Komputer
3. Mira Lestari, Universitas Trisakti Fakultas MIPA
4. Abella, Universitas Trisakti Fakultas Kedokteran Umum
5. Rahayu Setiadi, Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran gigi
"Itulah kelima siswa siswa berprestasi dari SMU kita yang berhasil melalui seleksi ketat untuk memasuki Universitas Terkenal di Jakarta. Selamat Bapak ucapkan, dan semoga Kalian semua menjadi sukses dengan bidangnya masing-masing. Bapak akhiri assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh," tutup Pak Kepala Sekolah
"Walaikumsalam warahmatullah hiwabarakatuh," jawab kami serentak.
Aku dan Mira berpelukan. Sementara mataku melirik Rangga. Salah satu playboy di sekolah kami. Playboy berprestasi. Ya, karena dia sering tebar pesona dan banyak siswi yang berharap dibalas cintanya, dan aku salah satunya. Hanya saja aku tidak terlalu aktif menunjukkan keterpesonaanku kepadanya, hingga mungkin saja dia tidak mengetahui bahwa aku juga memendam rasa terhadapnya.
"Selamat ya calon dokter," Mira melepaskan pelukannya.
"Kamu juga calon ilmuwan," jawabku.
Ibuku dan Tante Siska mendatangi kami. Selamat ya anak-anakku, " ucap mereka.
"Mari Bu, kita ke jamuan sana. Biarkan anak-anak kita melepas perpisahannya dengan teman-temannya," ajak mama Mira kepada Ibuku.
"Mari," jawab Ibuku singkat.
Aku dan Mira berbaur bersama teman- teman lainnya.
"Wah, selamat ya Calon Dokter dan calon ilmuwan," jawab mereka.
Tiba-tiba sesorang nyeletuk dari belakang,"Baru kali ini calon dokter ada yang kismin,,eh miskin!" hinanya
Sontak semua mata mengarah ke sumber suara.
"Rangga? ternyata playboy berprestasi.
Seketika aku menunduk karena aku tahu kata-katanya ditujukan kepadaku.
Mira pasang badan membelaku
"Hey, playboy ingusan. Mentang-mentang Lo orang kaya seenaknya ngehina orang ya. Dunia bisa kebalik tau," bela Mira.
"Ha...ha...ha... Aku mah 7 turunan gak bakal bisa kismin kayak si Ono," ucapnya sambil menunjukku.
"Lo ya!'' Mira menunjuk Rangga. Tapi segera aku dekati.
"Udah biarin aja, jangan ribut. Malu banyak orang," ucapku.
Kamipun berlalu melewati Rangga yang matanya intens menatapku.
"Abella cantik juga ternyata. Kenapa dia gak masuk dalam daftar mantanku disini," gumam Rangga si playboy.
Aku dan Mira mendatangi jamuan karena memang sudah siang dan perut terasa keroncongan.
"Duduk disana yok," ajak Mira.
"Tunggu, Ibuku mana ya?" nanar mataku mencari sosok ibuku.
"Udah, Bu De aman noh deket Mamaku," jawab Mira.
"Biarin aja para emak-emak dengan komplotannya," ucapnya lagi.
Kami berbaur lagi dengan teman-teman lainnya untuk menikmati jamuan perpisahan ini.
"Hem...hem. Boleh gabung?" ternyata Rangga sang playboy.
Aku dan Mira saling menoleh. Aku menaikkan bahu.
Tanpa malu Rangga langsung aja duduk di dekat kami.
"Btw, maafin yang tadi ya,"dia berbicara ke arahku.
"Hati-hati modus, jangan jadi korban berikutnya,"jawab Mira
Aku tersenyum," gak apa-apa koq. Udah biasa," jawabku enteng..
"Eh, Lo koq mau sih milih universitas kedokteran. Sulit tau. Tapi baiknya kita masih satu universitas ya, biarpun beda fakultas," ocehnya.
Aku bingung sih pengen jawab apa. Secara aku sebenarnya seneng juga Rangga satu universitas. Ah.. tau..ah!
"Hei, ditanya koq bengong,"tanyanya.
"Eh, acara penutupan udah mau dimulai tuh, kesana yok," ajak Mira menunjuk tempat duduk Ibu-ibu kami.
"Mira, gangguin aja. Bel, mana hp Lo?" tanyanya.
"Untuk apa?" tanyaku.
"Siniin aja,"ucapnya.
Ternyata Rangga mengetikkan nomor W* nya dan membuat panggilan dari gawaiku ke nomornya.
"Ntar kapan-kapan aku chat ya, keep in touch gitu," ucapnya.
"Halah, playboy kayak Lo gak pantes mainin cewek kayak Abel. Ayo Bel. Lama-lama disini ntar Lo kesambet setan playboy," ajak Mira seraya menarik tanganku.
Aku cuma bisa tersenyum. "Kesana dulu ya," ucapku singkat.
Rangga mengangguk seraya mengedipkan matanya kepadaku.
Aku cuma geleng kepala dibuatnya. Sungguh aku merasa berbunga-bunga mendapatkan kesempatan mengobrol dengan Rangga walau sebentar.
Acara penutupan selesai dan kamipun menuju rumah masing-masing dengan menyimpan sejuta kenangan.
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Acara penutupan selesai dan kami pun menuju rumah masing-masing dengan menyimpan sejuta kenangan.Sesampai dirumah, Ibu langsung duduk bersujud, menangis bahagia. Aku terharu dan ikut meneteskan air mata."Alhamdulillah, ya Gusti Allah. Engkau kabulkan permohonan hambamu," ucapIbu sambil menarikku ke dalam pelukannya.Aku terisak juga melihat bidadariku menangis. Bukan karena sedih, tapi aku yakin karena keberhasilanku mendapatkan beasiswa yang aku idamkan selama ini. Aku sadar bahwa seandainya aku tidak berhasil mendapatkan beasiswa itu, rasanya mustahil untuk duduk di bangku kuliah."Ibu bangga denganmu Abel," ucap Ibu. "Ini juga berkat doa Ibu," aku mengeratkanpelukanku. Terima Kasih ya Allah!"Bel, besok kita sedekah yuk. Kita buat jualan nasi uduk kayak biasa dan jualan lainnya, tapi sesiapa yang datang jangan kita ambil uangnya. Kemudian, kita bikin lebih untuk panti asuhan langganan kita. Anak-anak disana pasti
Dan azan berkumandang. Kami mengikuti Ibu panti ke mesjid yang dimaksud dan melaksanakan shalat berjamaah. Setelah shalat, semua melakukan doa bersama yang ditujukan kepadaku aku dan Ibuku."Aamiin, semoga apa yang didoakan akan dikabulkan dan di permudah oleh Allah," batinku sambil mengusapkan kedua telapak tanganku ke wajahku.Setelah selesai semua urusan di panti, Rangga mengantarku dan Ibu pulang. Sesampainya dirumah, Rangga membukakan pintu buat Ibuku karena Ibu duduk dibelakang, sedangkan aku duduk disamping Rangga membuka pintu untuk diriku sendiri."Sudah sampai Bu De," ucapnya."Ma kasih ya Nak Rangga udah capek-capek ngantarin kita. Mampir dulu Nak,"tambah ibuku."Sama-sama Bu De. Rangga langsung pamit ya. Kan ntar malam mau kesini lagi jemput Bella. Rangga juga mau bantuin mama di kafe buat ntar malam," tolak Rangga sopan."Abel, setelah isya ya gue jemput Lo," tambahnya.Aku menggangguk."Pamit Bu De,
Mereka pun meninggalkan Kafe Mutiara, kafe mama Rangga sesuai namanya. Ya, tante Mutiara adalah mama Rangga. Terkenal dengan kesupelannya dan mudah bergaul dengan teman-teman anak semata wayangnya.Aku dan Rangga tiba di rumah. Ternyata, Ibu sudah menungguku."Assalamualaikum," ucapku sambil menyalami Ibu."Walaikumsalam," jawab Ibu."Bu De, maaf agak telat, tadi ada insiden dikit di kafe Mama," sesal Rangga."Gak apa, baru lewat 15 menit," jawab Ibuku."Kalau gitu, Rangga pamit ya Bu De. Bel, minggu depan kita urus berkas bareng Mira ya," tambah Rangga."Iya, hati-hati ya," ucapku."Assalamualaikum," ucap Rangga sambil menyalami tangan Ibuku.Ibu tersenyum, "Walaikumsalam," balas Ibu.Aku dan Ibu masuk seraya memeriksa pintu dan jendela. Ibu memandangku penuh selidik."Pacarmu Abella?" ucapnya.Jika Ibu sudah memanggil nama lengkapku berarti Ibu perlu penjelasan dariku."Nggak,Bu. Untuk saat
Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang."Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu."Siap," jawabku.Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang."Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku."Baik Bu," ujar si sopir.Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.Rangga :" Abel."Aku : "ya. Kenapa?"Rangga : "Udah cek Fb dan IG gak?"Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.Rangga : "Cek deh, buruan".Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"Aku : "Iya, bawel!!!"Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Besok dan seterusnya aku akan berjuang hingga mendapatkan gelar itu. Gelar yang akan membawa ku menuju mimpiku, mimpi Bapak, dan mimpi mu wahai bidadari tak bersayapku. 💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓 Acara selesai. Aku pamit kepada Anggi dan teman-teman lainnya. Kuperiksa gawaiku. Ternyata Rangga dan Mira juga baru selesai dengan acara mereka. Rangga : "gue otw, elo selesai?" Abel : "ya. Gue uda di gerbang. Rangga : "5 menit." Abel : "OK. Tak lama, Rangga muncul dengan wajah lusuhnya. Aku segera masuk ke mobilnya. "Bagaimana tadi?" tanyanya padaku. "Perkenalan aja. Elo sendiri gimana? Mir?," tanyaku. "Samalah. Ngenalin ruangan, bagi kelompok," jawab Mira. "Owh, ternyata sama ya," ucapku. "Ya iyalah, sekarang kan gak boleh yang aneh-aneh kayak zaman dulu. Kalo dulu tuh namanya perploncoan," jawab Rangga. "Elo koq tau Ngga?"tanyaku. "Halah, sekarang apa sih yang gak bisa dari g*
Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan. "Kenapa Nggi,?" tanyaku. "Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya. "Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi. Aku menggeser dudukku. "Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku. "Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya. "Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya. "Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya. "Ya," jawabku tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti. Minggu, 19 Juli 2020 "Abel, bangun. Sholat subuh dulu," suara ketukan pintu membuyarkan mimpiku. "Hoahem...," iya Bu, ujarku masih mengantuk. Aku bergegas turun dari peraduanku dan segera nelaksanakan kewajiban. Sungguh dahsyat keajaiban sholat. Berbisik di bumi, langit senantiasa akan mendengar. Maka janganlah tinggalkan sholat meski dalam keadaan sesulit apapun. Setelahnya, seperti biasa aku dan ibu melakukan rutinitas hari-hari. Menunggu Pak Ujang menjemput nasi uduk dan mengeluarkan serta berkemas warung menunggu pelanggan. Karena biasanya hari minggu jumlah pelanggan lebih banyak dari hari biasa. Nah, kan benar saja. Pak Ujang datang. Aku dan ibu membantunya memindahkan barang-barang ke mobil. Tring... Gawaiku berbunyi. Mira : "Perlengkapan elo udah siap semua, Bel?" Abel : "udah, elo? Mira :
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.Rangga :" Abel."Aku : "ya. Kenapa?"Rangga : "Udah cek Fb dan IG gak?"Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.Rangga : "Cek deh, buruan".Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"Aku : "Iya, bawel!!!"Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang."Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu."Siap," jawabku.Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang."Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku."Baik Bu," ujar si sopir.Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau