Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.
Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.
Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.
Rangga :" Abel."
Aku : "ya. Kenapa?"
Rangga : "Udah cek F* dan IG gak?"
Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.
Rangga : "Cek deh, buruan".
Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "
Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"
Aku : "Iya, bawel!!!"
Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.
💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕
"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Belom Coba Belom Tau rasanya.
Sudah Dirasa pengen mengulang Rasa.
Pantengin, bawa kolega, sahabat dan pacar dimari ya."
💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕
Kulihat nasi uduk ku dipromosikan oleh Rangga dan Tante Muti dengan Icon mereka berdua.
Tembus 300 komentar yang semuamya ngereview nasi uduk tersebut.
"Ibu...Bu...Ibu..."teriakku.
"Ada apa Abel?" Jawab ibu tergopoh keluar dari kamar.
"Sini Bu, lihat," jawabku sambil menyodorkan gawaiku.
Ibu tersenyum tapi tidak menampakkan keterkejutannya.
"Besok pesanan jadi 300 porsi Bel. 150 dibikin pagi, 150 nya dibikin dari jam 2 menjelang malam," ucap Ibu.
"Jadi Ibu udah tau nih nasi uduk Ibu booming di kafe tante Muti?" Tanyaku sedikit merajuk.
"Yupzzz," jawab Ibu sambil menjentikkan jari jempol dan telunjuknya ala-ala korea.
"Ibu... gak adil iiih. Masa main rahasiaan sama anak sendiri," ujarku.
"Bukan rahasia Bel, tapi Ibu lihat kamu akhir-akhir ini sibuk dengan berkasmu. Bolak balik legalisir ke sekolah. Ibu gak mau ganggu. Pan udah ada Bu Rahmah juga yang bantuin Ibu," jelas Ibuku.
"Tangan Bu Warsih emang top markotop dah kalau soal makanan," jawabku sambil memeluk Ibu.
Ibu membalas pelukanku. Rezeki anak solehah, ujarnya lagi.
Keesokan harinya.
Aku sudah siap. Menunggu jemputan Rangga dan Mira menuju ke sekolahku untuk final preparation.
Semua berkas yang kurasa sudah lengkap aku dekap di dadaku. Selangkah lagi aku memasuki salah satu kampus terbaik di Jakarta. Bebanku akan semakin bertambah. 5 tahun kedepan harus bisa menyelesaikan study ku. Bila perlu kejar target 4 th selesai. Aamiin.
Tin...tin...tin...
Kulihat Rangga dan Mira sudah sampai. Kekayaan mereka ternyata tidak menjadikan jarak untuk tetap berteman denganku. Mungkin didikan dari orangtua mereka yang tidak pernah membedakan status sosial.
"Bu, Abel pergi ya. Anak-anak udah didepan," pamitku.
"Ya, hati-hati," jawab Ibu
Tapi kulihat Rangga membuka pintu mobilnya dan mendekati kami.
"Bu De, izin ya," ujarnya sambil menunjuk ke arahku.
"Ya, hati-hati, jawab Ibuku.
Aku tersenyum. Dan menyalami Ibu. Rangga menyusulku menyodorkan tangannya menarik tangan ibuku. Dia mencium punggung tangan ibuku juga.
Kami memasuki mobil. Mira berdehem.
"Cieee.... yang pedekate minta restu," ucapnya.
"Ha...ha...ha...," tawa Rangga. Kek gak tau gue aja," jawabnya pede.
"Hati-hati Bel, jangan terbuai sama rayuan pulau buaya," ingat Mira kepadaku.
Aku cuma bisa tersenyum memandang mereka berdua. Entahlah, untuk saat ini aku lebih mementingkan study ku. Meskipun disaat ini aku memang agak sedikit tersanjung dengan perhatian kecil yang diberikan Rangga kepadaku. Tapi fokus utama adalah cita-citaku. Aku gak mau mengecewakan Ibuku.
1 jam kemudian kami sampai di sekolah kami. Segera setelah Rangga menepikan mobilnya. Kami turun dan segera menuju ruang kepala sekolah untuk memastikan bahwa berkas-berkas kami siap untuk dikirim, tidak ada kesalahan apapun.
Karena jika terdapat kesalahan dalam pemberkasan otomatis berkas kami akan ditolak oleh sistem dan harus mengantri lagi dari awal untuk entri data. Sungguh merepotkan.
Makanya kepala sekolah menyuruh kami datang ke sekolah untuk bersama-sama mengecek ulang berkas yang kami punya.
Mendekati 1 jam para penerima beasiswa berada di ruang kepala sekolah beserta staff yang bertugas untuk entri data kami.
Sambil menunggu hasilnya jam 3 sore ini kami pergi ke kantin untuk bernostalgia.
Disana kami bertemu beberapa teman dan juga adik kelas yang memang sudah kami kenal satu sama lain.
Obrolan ringan pun terjadi.
Rangga : "Hai Bro.. pa kabar semua?"
Anak-anak : "Baik kak"
Rangga : "Gue hari ini mau traktir kalian semua, mumpung lagi baik hati dan murah rezeki"
Anak-anak : "Beneran kak?"
Rangga : "Ya bener donk. Mana mbak Darsih?
Mbak Darsih : "Iya Den"
Rangga : "Mbak, hitung semua makanan mereka. Saya yang traktir. Tapi doain kita semua sukses ya."
Anak-anak : "Aamiin".
"Asyik, aji mumpung ah. Bungkusin adek gue. Jarang-jarang bisa kayak gini," celetuk salah satu anak.
"Bungkus??" Tanya Rangga.
"Bo...bo...boleh Kak?" Tanya anak tadi.
"Hei... jangankan bungkus buat adek, bungkus buat nyokap, bokap, engkong elo juga gak apa," teriak Rangga.
Dan seketika suasana kantin menjadi riuh. Mbak Darsih kelihatan agak kelabakan melayani pembeli, sehingga aku dan Mira berinisiatif untuk membantunya.
Dasar Rangga.
Waktu menunjukkan pukul 3 sore. Dan ini waktunya kami melihat pengumuman pemberkasan.
Setelah Rangga menyelesaikan pembayaran dengan Mbak Darsih dan mendapat salam dan cupika cupiki dari para siswi, kami gegas ke ruang kepala sekolah.
2 penerima beasiswa Bayu dan Rahayu sudah berada disana.
Harap-harap cemas menghantui pikiran kami masing-masing.
Suasana menjadi sunyi di sini.
Aku menatap Operator sekolah secara intens. Yang lain juga.
"Alhamdulillah," sang operator menggebrak meja.
Alhasil kami kaget donk.
"Berhasil Pak, berhasil Anak-anak. Berkas kalian lolos administrasi semua," ucapnya.
Sontoloyo, batinku. Kaget kan. Siapa juga yang nggak kaget mendengar suara meja di gebrak begitu pas suasana tegang begini.
"Alhamdulillah," ucap kami serempak.
"Anak-anak, Bapak Bangga dengan kalian. Dan Bapak bangga menjadi salah satu orangtua kalian di sekolah ini. Perjalanan kalian masih panjang. Gunakanlah kesempatan belajar ini untuk mengejar cita-cita kalian."
"Orangtua kalian menunggu kabar baik ini. Pulanglah Nak. Ingat, selesaikan study tepat waktu karena ada orangtua kalian yang menunggu kalian memakai toga, wisuda bersama dan memperlihatkan ijazah yang kalian miliki nantinya," nasihat kepala sekolah membuatku menangis.
"Hu...hu...hu..., Bapak mengingatkan saya dengan almarhum Bapak saya," ucapku.
Rangga merangkul bahuku seolah ingin menguatkanku.
"Kami pamit pak," ucap Bayu memecah keheningan.
Satu persatu kami mendekati Bapak kepala Sekolah dan menyalami beliau. Aku mendekap beliau dan menangis di bahunya. Beliau mengusap pundakku seperti anaknya sendiri.
"Pulanglah. Bapak yakin orangtua kalian juga tidak sabar menunggu kabar baik ini," ucapnya.
Kami semua pamit dan menuju kendaraan masing-masing. Sepanjang perjalanan hanya lantunan lawas Ebiet G Ade yang menemani perjalanan kami.
Pikiran kami melalang buana ke dunianya masing-masing. Aku juga tak luput dari rasa itu. Ingin rasanya menyuruh Rangga melajukan mobilnya supaya cepat sampai di rumah.
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.
💖💖💖💖💖💖💖💖
Halo lovely readers.
Segini dulu ya malam ini.
Saatnya mendengar tembang lawas untuk menemani tidur nyenyak kita.
Besok Thor up lagi dengan chapter yang lebih greget.
Banyak konflik yang akan dihadapi Abella di bangku kuliahnya.
Apa sajakah??
Pantengin terus ya, gengs..
Have a nice dream.
Warm regards by Mom Nury... mmmmuach
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti. Minggu, 19 Juli 2020 "Abel, bangun. Sholat subuh dulu," suara ketukan pintu membuyarkan mimpiku. "Hoahem...," iya Bu, ujarku masih mengantuk. Aku bergegas turun dari peraduanku dan segera nelaksanakan kewajiban. Sungguh dahsyat keajaiban sholat. Berbisik di bumi, langit senantiasa akan mendengar. Maka janganlah tinggalkan sholat meski dalam keadaan sesulit apapun. Setelahnya, seperti biasa aku dan ibu melakukan rutinitas hari-hari. Menunggu Pak Ujang menjemput nasi uduk dan mengeluarkan serta berkemas warung menunggu pelanggan. Karena biasanya hari minggu jumlah pelanggan lebih banyak dari hari biasa. Nah, kan benar saja. Pak Ujang datang. Aku dan ibu membantunya memindahkan barang-barang ke mobil. Tring... Gawaiku berbunyi. Mira : "Perlengkapan elo udah siap semua, Bel?" Abel : "udah, elo? Mira :
Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan. "Kenapa Nggi,?" tanyaku. "Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya. "Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi. Aku menggeser dudukku. "Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku. "Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya. "Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya. "Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya. "Ya," jawabku tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Besok dan seterusnya aku akan berjuang hingga mendapatkan gelar itu. Gelar yang akan membawa ku menuju mimpiku, mimpi Bapak, dan mimpi mu wahai bidadari tak bersayapku. 💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓 Acara selesai. Aku pamit kepada Anggi dan teman-teman lainnya. Kuperiksa gawaiku. Ternyata Rangga dan Mira juga baru selesai dengan acara mereka. Rangga : "gue otw, elo selesai?" Abel : "ya. Gue uda di gerbang. Rangga : "5 menit." Abel : "OK. Tak lama, Rangga muncul dengan wajah lusuhnya. Aku segera masuk ke mobilnya. "Bagaimana tadi?" tanyanya padaku. "Perkenalan aja. Elo sendiri gimana? Mir?," tanyaku. "Samalah. Ngenalin ruangan, bagi kelompok," jawab Mira. "Owh, ternyata sama ya," ucapku. "Ya iyalah, sekarang kan gak boleh yang aneh-aneh kayak zaman dulu. Kalo dulu tuh namanya perploncoan," jawab Rangga. "Elo koq tau Ngga?"tanyaku. "Halah, sekarang apa sih yang gak bisa dari g*
Hari ini adalah hari mendebarkan bagi anak SMU PELITA Jakarta, khususnya siswa kelas 12. Karena mereka semua akan berkumpul untuk mendengarkan pengumuman kelulusan dan pengumuman beasiswa, siapa saja yang beruntung mendapatkan beasiswa di Universitas impian mereka. "Ayo, Bu. Buruan. Ntar telat lho. Uda mau jam 8 ini," ajak Bella kepada Bu Warsih. Ibu kesayangannya. "Iya, sebentar. Ibu panteskan begini?" Tanyanya sambil merapikan gamisnya. "Pantes,Bu. Pantes. Ibu yang paling cantik deh ntar di sana. Ayoo.. Buruan Bu!" Bella agak sedikit memaksa. "Halah, kamu paling bisa ngambil hati ibu," ucapnya sambil mengunci rumah. "Yuk." "Mau pada kemana Bu Warsih? Koq pagi gini udah rapi? Gak jualan kah?" Tanya ibu sebelah sambil menenteng rantang. "Mau ke sekolahannya Abel bu. Ini mau pengumuman kelulusan sama beasiswa sekolahnya Abella Bu," jawab ibu. "Oalah, ini udah bawa rantang dua mau beli nasi uduknya Ibu. Anak-anak dirumah
Besok dan seterusnya aku akan berjuang hingga mendapatkan gelar itu. Gelar yang akan membawa ku menuju mimpiku, mimpi Bapak, dan mimpi mu wahai bidadari tak bersayapku. 💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓 Acara selesai. Aku pamit kepada Anggi dan teman-teman lainnya. Kuperiksa gawaiku. Ternyata Rangga dan Mira juga baru selesai dengan acara mereka. Rangga : "gue otw, elo selesai?" Abel : "ya. Gue uda di gerbang. Rangga : "5 menit." Abel : "OK. Tak lama, Rangga muncul dengan wajah lusuhnya. Aku segera masuk ke mobilnya. "Bagaimana tadi?" tanyanya padaku. "Perkenalan aja. Elo sendiri gimana? Mir?," tanyaku. "Samalah. Ngenalin ruangan, bagi kelompok," jawab Mira. "Owh, ternyata sama ya," ucapku. "Ya iyalah, sekarang kan gak boleh yang aneh-aneh kayak zaman dulu. Kalo dulu tuh namanya perploncoan," jawab Rangga. "Elo koq tau Ngga?"tanyaku. "Halah, sekarang apa sih yang gak bisa dari g*
Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan. "Kenapa Nggi,?" tanyaku. "Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya. "Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi. Aku menggeser dudukku. "Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku. "Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya. "Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya. "Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya. "Ya," jawabku tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti. Minggu, 19 Juli 2020 "Abel, bangun. Sholat subuh dulu," suara ketukan pintu membuyarkan mimpiku. "Hoahem...," iya Bu, ujarku masih mengantuk. Aku bergegas turun dari peraduanku dan segera nelaksanakan kewajiban. Sungguh dahsyat keajaiban sholat. Berbisik di bumi, langit senantiasa akan mendengar. Maka janganlah tinggalkan sholat meski dalam keadaan sesulit apapun. Setelahnya, seperti biasa aku dan ibu melakukan rutinitas hari-hari. Menunggu Pak Ujang menjemput nasi uduk dan mengeluarkan serta berkemas warung menunggu pelanggan. Karena biasanya hari minggu jumlah pelanggan lebih banyak dari hari biasa. Nah, kan benar saja. Pak Ujang datang. Aku dan ibu membantunya memindahkan barang-barang ke mobil. Tring... Gawaiku berbunyi. Mira : "Perlengkapan elo udah siap semua, Bel?" Abel : "udah, elo? Mira :
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.Rangga :" Abel."Aku : "ya. Kenapa?"Rangga : "Udah cek Fb dan IG gak?"Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.Rangga : "Cek deh, buruan".Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"Aku : "Iya, bawel!!!"Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang."Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu."Siap," jawabku.Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang."Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku."Baik Bu," ujar si sopir.Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau