Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang.
"Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu.
"Siap," jawabku.
Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang.
"Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku.
"Baik Bu," ujar si sopir.
Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.
Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."
Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?
Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"
Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."
Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...
Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau ke pasar belanja buat orderan di kafenya besok. 100 porsi Mir!!!"
Mira : " waaaah. Gue ketinggalan banyak cerita kayaknya Nih."
Aku : "Gak ada yg istimewa koq. Eh ya, minggu depan elo udah balik kan? Rangga ngajakin ngurus berkas sama-sama."
Mira : " Ngajakin elo?"
Aku : "Nggak, ngajakin kita lah. Elo dan gue.
Mira : "Beneran? Tumben."
Aku : " Iya makanya. Aku juga bilang tumben."
Mira : "Elo gak curiga. Dia moduzzz."
Aku : " Modus gimana?"
Mira : " Beg*ok amat Lo Bel. Pedekate gitu si Rangga ma Elo. Secara ya, dia gak lernah nyapa elo cuma pas perpisahan aja kan. Selama ini dia cuek bebek juga ma gue. Tegor sapa sih, tapi kan gak sering-sering amat."
Aku : "Tau ah..."
Mira : "Atau jangan-jangan, elo ngarep ya ditembak dia? Ha...ha...ha..."
Aku : "Ngasal. Btw, pulang bawa tentengan ya."
Mira : "Pasti cui.. Elo sobat gue yang bakalan pertama gue anterin tentengan."
Aku : "Thanks ya. Salam sama Om."
Mira : "yupzz."
Obrolan pun terhenti karena ternyata kami sudah sampai di Pasar Cempaka. Ibu segera turun dan membayar obgkos taksi.
Aku mengekori dari belakang. Kulihat Ibu menuju pedagang beras. Beliau mengangkut 4 karung beras 5 kg an.
"Bu, koq banyak? Biasanya juga 1 karung aja," tanyaku terheran-heran.
"Huzz, ikut aja,"jawab Ibu sambil tertawa.
"Iya deh," jawabku sambil memanyunkan bibirku.
Kembali Ibu menyusuri pasar. Ke pedagang sayur, membeli kacang, ikan teri, kerupuk, bawang, dan semua bahan yang sepertinya akan Ibu simpan untuk stock beberapa hari.
Sambil mengekori Ibu, aku berbisik,
" Bu, memangnya berapa borongan dari Tante Mutiara?" tanyaku penasaran.
"Eeemmm... sekitar 2x lipat dari penghasilan kita sehari-hari," jawab Ibu sumringah.
"Berarti sekitar 1 juta donk Bu," jawabku.
"Pinter calon dokter," jawabku Ibuku yang tak henti tersenyum.
"Dan itu inshaallah akan berlangsung lama," jawab Ibu.
"Waaah, berarti Ibu taken kontrak donk dengan Tante Muti," selorohku.
"Dan aku pasti kecipratan donk, 25 persen juga boleh, ha...ha...ha..., jawab ku sambil tertawa..
Upz, aku menutup mulutku. Lupa kalau ini di pasar. Lagi rame-ramenya.
Selesai berbelanja, dan semua barang belanjaan ada di depan, aku segera memesan g*ab lagi. Berselang 10 menit, taksi datang dan kami segera pulang.
Dirumah.
"Taroh aja semua diteras Bang," ucapku kepada babang sopir.
"Iya Neng," jawabnya singkat.
"Mau ada hajatan kah Bu," sapa tetangga sebelah rumah.
"Eh, Bu Rahmah. Gak Bu. Buat jualan kayak biasa. Ini sengaja belanja buat stock beberapa hari," jawab Ibu.
"Owh iya Bu. Saya masuk ke dalam dulu ya," ujarnya.
Beruntungnya para tetangga disini gak ada yang usil. Padahal Ibu jarang belanja sebanyak ini.
"Bawa masuk Bel," titah Ibu.
"Ya," jawabku singkat.
Gegas aku memasukkan semua belanjaan ke dapur. Kemudian bergegas aku mengambil wudhu karena waktu udah menunjukkan pukul 5 sore. Kegiatan lain aku tunda dulu. Takut waktu ashar keburu habis.
Setelah shalat, aku duduk di sofa peninggalan ayahku. Ibuku juga menyusulku.
"Bel, alhamdulillah Mama Rangga ngasi jalan rezeki buat kita. Buat tambahan kuliah kamu Bel," ucap Ibu.
"Dan maaf, Ibu gak sempat cerita. Habisnya sangking senangnya gitu. Gak tau mau mulai dari mana ngomong sama kamu," tambah Ibu lagi.
"Tinggal ngomong lah Bu ee, apa susahnya," jawabku tersenyum.
"Terus, cara kerjanya gimana Bu dengan mama Rangga?" Tanyaku.
"Gak susah. Kita tinggal masak aja. Nanti sopir nya Bu Mutiara yang bakal bolak balik kesini ngambil barangnya. Alat-alat juga semua dari sono," jawab Ibuku.
"Tapi, bu..Enggg.." aku menggantung kalimatku.
"Tapi, apa Nduk?" Tanya Ibu.
"Mulai minggu depan Abel udah bolak balik kampus Bu. Pulang-pulang capek mungkin gak bisa maksimal bantuin Ibu. Gak apa?" Sesalku.
"Oalah, itu jangan kamu pikirin. Ibu udah minta bantuan bu Rahmah tetangga sebelah buat bantu-bantu Ibu selama kamu kuliah,"jawab Ibu.
"Bu Rahmah gak keberatan?" Tanyaku.
"Nggak. Malahan beliau senang bisa dapat uang tambahan katanya," jawab Ibu.
"Yang penting kuliahmu lancar. Calon dokter, ya Gusti," jawab Ibu sambil menarik tubuhku ke dekapannya.
Suasana berubah haru. Aku menangis. Ibu juga. Serasa mimpi bisa memasuki Universitas kebanggaan yang ada di Jakarta ini.
Minggu depan aku sudah mulai sibuk dengan berkas-berkas dan perkuliahanku. Meskipun aku tetap tinggal dirumah, tidak kost seperti mahasiswa pendatang lainnya, tapi rasanya meninggalkan Ibu untuk belajar dari pagi hingga menjelang siang bahkan ke sore, pastilah membuat Ibu kesepian.
Tapi demi cita-cita ku, dan juga mewujudkan mimpi mendiang Bapak, aku harus tegar. Harus bisa menepis semua kesedihan.
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.
Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.
ππππππ
Up sampe sini dulu ya gengs...
Thor netesin air mata juga sambil membayangkan Bu Warsih adalah Ibu thor.
Tak akan tergantikan Mah kasih sayang Ibu.
Kalian juga kan gengs??
Pastinya...
Next Thor akan Up perjalana Abella menuju kampus impian mengejar cita-cita yang sudah lama di impikan.
Pantening terus ya Gengs...
Selamat sore...
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.Rangga :" Abel."Aku : "ya. Kenapa?"Rangga : "Udah cek Fb dan IG gak?"Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.Rangga : "Cek deh, buruan".Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"Aku : "Iya, bawel!!!"Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.πππππππππππππππππ"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti. Minggu, 19 Juli 2020 "Abel, bangun. Sholat subuh dulu," suara ketukan pintu membuyarkan mimpiku. "Hoahem...," iya Bu, ujarku masih mengantuk. Aku bergegas turun dari peraduanku dan segera nelaksanakan kewajiban. Sungguh dahsyat keajaiban sholat. Berbisik di bumi, langit senantiasa akan mendengar. Maka janganlah tinggalkan sholat meski dalam keadaan sesulit apapun. Setelahnya, seperti biasa aku dan ibu melakukan rutinitas hari-hari. Menunggu Pak Ujang menjemput nasi uduk dan mengeluarkan serta berkemas warung menunggu pelanggan. Karena biasanya hari minggu jumlah pelanggan lebih banyak dari hari biasa. Nah, kan benar saja. Pak Ujang datang. Aku dan ibu membantunya memindahkan barang-barang ke mobil. Tring... Gawaiku berbunyi. Mira : "Perlengkapan elo udah siap semua, Bel?" Abel : "udah, elo? Mira :
Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan. "Kenapa Nggi,?" tanyaku. "Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya. "Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi. Aku menggeser dudukku. "Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku. "Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya. "Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya. "Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya. "Ya," jawabku tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Besok dan seterusnya aku akan berjuang hingga mendapatkan gelar itu. Gelar yang akan membawa ku menuju mimpiku, mimpi Bapak, dan mimpi mu wahai bidadari tak bersayapku. ππππππππππ Acara selesai. Aku pamit kepada Anggi dan teman-teman lainnya. Kuperiksa gawaiku. Ternyata Rangga dan Mira juga baru selesai dengan acara mereka. Rangga : "gue otw, elo selesai?" Abel : "ya. Gue uda di gerbang. Rangga : "5 menit." Abel : "OK. Tak lama, Rangga muncul dengan wajah lusuhnya. Aku segera masuk ke mobilnya. "Bagaimana tadi?" tanyanya padaku. "Perkenalan aja. Elo sendiri gimana? Mir?," tanyaku. "Samalah. Ngenalin ruangan, bagi kelompok," jawab Mira. "Owh, ternyata sama ya," ucapku. "Ya iyalah, sekarang kan gak boleh yang aneh-aneh kayak zaman dulu. Kalo dulu tuh namanya perploncoan," jawab Rangga. "Elo koq tau Ngga?"tanyaku. "Halah, sekarang apa sih yang gak bisa dari g*
Besok dan seterusnya aku akan berjuang hingga mendapatkan gelar itu. Gelar yang akan membawa ku menuju mimpiku, mimpi Bapak, dan mimpi mu wahai bidadari tak bersayapku. ππππππππππ Acara selesai. Aku pamit kepada Anggi dan teman-teman lainnya. Kuperiksa gawaiku. Ternyata Rangga dan Mira juga baru selesai dengan acara mereka. Rangga : "gue otw, elo selesai?" Abel : "ya. Gue uda di gerbang. Rangga : "5 menit." Abel : "OK. Tak lama, Rangga muncul dengan wajah lusuhnya. Aku segera masuk ke mobilnya. "Bagaimana tadi?" tanyanya padaku. "Perkenalan aja. Elo sendiri gimana? Mir?," tanyaku. "Samalah. Ngenalin ruangan, bagi kelompok," jawab Mira. "Owh, ternyata sama ya," ucapku. "Ya iyalah, sekarang kan gak boleh yang aneh-aneh kayak zaman dulu. Kalo dulu tuh namanya perploncoan," jawab Rangga. "Elo koq tau Ngga?"tanyaku. "Halah, sekarang apa sih yang gak bisa dari g*
Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan. "Kenapa Nggi,?" tanyaku. "Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya. "Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi. Aku menggeser dudukku. "Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku. "Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya. "Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya. "Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya. "Ya," jawabku tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti. Minggu, 19 Juli 2020 "Abel, bangun. Sholat subuh dulu," suara ketukan pintu membuyarkan mimpiku. "Hoahem...," iya Bu, ujarku masih mengantuk. Aku bergegas turun dari peraduanku dan segera nelaksanakan kewajiban. Sungguh dahsyat keajaiban sholat. Berbisik di bumi, langit senantiasa akan mendengar. Maka janganlah tinggalkan sholat meski dalam keadaan sesulit apapun. Setelahnya, seperti biasa aku dan ibu melakukan rutinitas hari-hari. Menunggu Pak Ujang menjemput nasi uduk dan mengeluarkan serta berkemas warung menunggu pelanggan. Karena biasanya hari minggu jumlah pelanggan lebih banyak dari hari biasa. Nah, kan benar saja. Pak Ujang datang. Aku dan ibu membantunya memindahkan barang-barang ke mobil. Tring... Gawaiku berbunyi. Mira : "Perlengkapan elo udah siap semua, Bel?" Abel : "udah, elo? Mira :
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.Rangga :" Abel."Aku : "ya. Kenapa?"Rangga : "Udah cek Fb dan IG gak?"Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.Rangga : "Cek deh, buruan".Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"Aku : "Iya, bawel!!!"Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.πππππππππππππππππ"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang."Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu."Siap," jawabku.Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang."Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku."Baik Bu," ujar si sopir.Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau