Mereka pun meninggalkan Kafe Mutiara, kafe mama Rangga sesuai namanya. Ya, tante Mutiara adalah mama Rangga. Terkenal dengan kesupelannya dan mudah bergaul dengan teman-teman anak semata wayangnya.
Aku dan Rangga tiba di rumah. Ternyata, Ibu sudah menungguku.
"Assalamualaikum," ucapku sambil menyalami Ibu.
"Walaikumsalam," jawab Ibu.
"Bu De, maaf agak telat, tadi ada insiden dikit di kafe Mama," sesal Rangga.
"Gak apa, baru lewat 15 menit," jawab Ibuku.
"Kalau gitu, Rangga pamit ya Bu De. Bel, minggu depan kita urus berkas bareng Mira ya," tambah Rangga.
"Iya, hati-hati ya," ucapku.
"Assalamualaikum," ucap Rangga sambil menyalami tangan Ibuku.
Ibu tersenyum, "Walaikumsalam," balas Ibu.
Aku dan Ibu masuk seraya memeriksa pintu dan jendela. Ibu memandangku penuh selidik.
"Pacarmu Abella?" ucapnya.
Jika Ibu sudah memanggil nama lengkapku berarti Ibu perlu penjelasan dariku.
"Nggak,Bu. Untuk saat ini teman biasa aja. Gak tau nanti," jawabku jujur.
"Abel gak mau mikir macam-macam dulu Bu. Abel punya cita-cita dan harus bisa mewujudkannya, agar Bapak di sana bisa bangga melihat Abel sukses Bu," ucapku meyakinkan Ibu.
"Ya udah. Ibu percaya sama kamu. Shalat dulu gih. Trus tidur ya. Besok kita nguprek dapur lagi cari rezeki," ujar Ibu.
"Ya, Bu," jawabku sambil berlalu ke dapur bersiap wudhu dan melaksanakan kewajiban.
Keesokan harinya, seperti biasa aku bangun jam 4 pagi. Membantu Ibu mempersiapkan jualan kami, hingga waktu subuh tiba.
Aku segera melaksanakan kewajiban 2 rakaat ku. Setelahnya, seperti biasa setelah terang diluar, aku mengeluarkan semua bahan ke warung kami. Menunggu para pelanggan mencicipi nasi uduk terenak buatan Ibuku.
Satu persatu pelanggan Ibu datang. Ada yang mengajak anak mereka, ada yang hanya sekedar ngopi, ada juga yang makan di tempat. Alhamdulillah warung Ibu selalu ramai. Sesekali juga Ibu dapat borongan katering dan kue.
Tin...tin... Tiba-tiba sebuah mobil merah berhenti. "Rangga," gumamku.
Rangga turun bersama seorang wanita cantik. "Tante Mutiara", gumamku.
"Assalamualaikum," salamnya.
"Walaikumsalam," serempak aku dan Ibu menjawab.
"Nak Rangga, tumben pagi-pagi gini. Mau beli nasi uduk?" tanya Ibu.
"Nggak Bu De, ini mau ngenalin mama Rangga. Sini, Mah," ajak Rangga.
"Pagi Bu,"sapa Tante Muti sambil menyodorkan tangannya.
Ibu menyambutnya, pagi juga Bu," jawabnya.
"Ini lho Mah nasi uduk terennnnak yang pernah Rangga cicipi. Sambelnya Mak nyoosss, gak ada duanya deh," cerocos Rangga.
"Nak Rangga bisa aja," ucap Ibu
"Ada yang bisa saya bantu,Bu?" tanya Ibu kepada tante Muti.
"Lagi rame ya. Apa gak mengganggu?" tanya Tante Muti.
"Gak koq Bu. Kan ada Abel. Bel, tolong jaga warung sebentar ya. Ibu mau ngajak mama Rangga ke dalam," pinta Ibu.
"Siap,Bu," jawabku.
"Aku bantuin ya," tawar Rangga.
"Pacar Neng Abel?" tanya ibu yang sedang makan.
Belom sempat aku menjawab Rangga sudah duluan," Bakal Bu, doain ya," ujarnya.
"Nggak koq Bu. Temenan doank," ucapku sambil mencubit lengannya Rangga.
Rangga meringis. "Emang gak boleh ya?" Tanyanya.
Aku pura-pura gak mendengar. Berlalu merapikan meja dan memunguti piring dan gelas kotor para langganan lalu menyimpannya sementara di tempat pencucian.
Sementara di rumah Ibu dan tante Mutiara sedang mengobrol.
"Ada apa ya, Bu?" tanya Ibu penasaran.
"Begini Bu Warsih. Saya ada rencana mau ngajakin Ibu kerjasama di kafe saya. Kan menu nasi uduk di sana masih belom ada. Jadinya, saya pengen Ibu bikin nasi uduk untuk tambahan menu di kafe saya, gitu Bu," jelas mama Rangga.
"Sebab kata Rangga nasi uduk Ibu enak. Dan saya percaya sama lidah anak saya, soalnya dia pencicip yang unggul, he..he..he..,"tambahnya lagi.
"Oalah, ma kasih tawarannya. Tapi bagaimana ya. Apa saya yang harus masak disana atau bagaimana? Soalnya disini langganan saya mau cari jajanan dimana kalau saya pindah kesana Bu?" Tanya Ibuku.
"Nggak Bu. Ibu hanya masak aja sama lauk pauknya lengkap. Terus diantar deh ke kafe saya. Ibu tinggal hitung borongannya berapa saya bayar cash hari itu juga. Masalah menunya habis atau nggak itu urusan saya, bagaimana Bu?" Tanya Tante Muti.
"Tapi nanti Abel sudah mulai kuliah mungkin gak ada yang bisa nganter Bu. Kalau pake grab atau gojek saya khawatir berantakan ntar isinya," jawab Ibu lagi.
"Owh kalau itu Bu Warsih juga gak perlu memikirkannya. Ntar sopir pribadi saya yang bolak balik kesini ya," jelas tanta Muti.
"Dan untuk tahap awal saya minta Ibu buatkan 100 porsi aja dulu buat besok pagi. Nanti dandang nasi dan tempat untuk sayur dan sambal serta kerupuknya dari saya. Ibu tau masak aja disini, bagaimana Bu?" Tambah Tante Muti.
"Alhamdulillah. Mau Bu, mau banget. Jadi bisa buat tambahan ongkos anak saya kuliah," senyum Ibu sumringah.
"Baik Bu. Dan satu lagi. Jika seandainya saya kekurangan nasi nya, satu jam sebelumnya saya bilang Ibu bikin lagi, Ibu sanggup kan? Siapa tau pelanggan saya cari nasi uduk sampe malam kan?" Jelas tante Mutiara.
"Sanggup Bu, Inshaallah saya sanggup, karena stock kerupuk sama ikan teri dan kacangnya memang saya buat banyak buat seminggu," jawab Ibu menyanggupi.
"Alhamdulillah. Kalau begitu ini tunai 1 jt buat 100 porsi Bu. Diterima ya," ucap tante Muti.
"Alhamdulillah, ma kasih banyak Bu. Semoga rezeki Ibu selalu dimurahkan Gusti Allah," jawab Ibu dengan suara bergetar.
"Aamiin. Doa yang sama buat Ibu dan Abella ya. Ngomong-ngomong, suami Ibu?," tanya mama Rangga.
"Sudah mangkat Bu, 2th yg lalu,"jawab Ibuku.
"Owh, maaf, Rangga gak cerita soalnya,"sesal tante Muti.
"Gak apa-apa, Bu," jawab Ibuku.
"Kalo gitu saya pamit dulu ya Bu, soalnya jam 8 kafe saya udah buka, takut karyawan saya cariin saya, permisi," pamit tante Muti.
"Ya Bu. Sekali lagi terima kasih Bu,"jawab Ibuku senang.
Senyumnya terus mengembang dari tadi.
"Ya, sama-sama," jawab Mama Rangga.
"Rangga, yuk kita pamit. Kafe sebentar lagi buka," ajak mama Rangga.
"Bentar Ma, tanggung cuci piring sebentar lagi kelar,"jawab Rangga.
"Ngga, biar aku aja,"jawabku
"Ah...nanggung," balasnya.
Akupun membiarkan Rangga menyelesaikan tugasnya dan mendatangi Ibu dan Tante Muti.
"Tante, ini tadi Bella bungkusin buat tante dan Rangga. Soalnya kalo gak di simpen bakal habis terus sama pelanggan. Semoga cocok dilidah Tante ya,"tawarku sambil menyodorkan 2 bungkus nasi uduk buatan Ibu.
"Aduuh, ma kasih. Nanti kita bikin nasi uduk Ibumu terkenal seantero Jakarta," ucap Mama Rangga.
Aku mengkerutkan dahiku, tanda tak mengerti ucapan tante Mutiara.
"Beres Mah. Urusan sama Bu De beres juga Ma?" Tanya Rangga.
"100 persen," jawab Tante Muti.
Aku semakin tak mengerti. Apalagi kulihat senyum Ibu sepertinya dari tadi selalu tersungging dibibirnya. Aneh, batinku.
"Kami pamit ya Bu De, Bel," ucap Rangga.
"Jangan lupa minggu depan urus berkas sama-sama," ucap Rangga.
"Iya, sip," balasku.
Mereka memasuki mobil dan berlalu dari hadapan kami. Ibu memelukku sambil menarik tanganku ke arah warung.
"Tutup warung yuk, udah habis semua"ajak Ibu.
"Tumben Bu, biasanya ada ronde ke dua buat sampe malam,"tanyaku heran.
"Ada, ntar malam ronde ke duanya. Ketiga, keempat, dan seterusnya," jawab Ibu asal.
"Apaan sih Bu, bikin penasaran aja deh," tanyaku.
"Ada deh, pokoke buruan beresin abis itu kita kepasar belanja bahan jualan,"jawaban Ibu semakin bikin aku penasaran.
Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang.
ππππππππ
Penasarankan dengan kelanjutannya?? Diawal cerita emang datar ya gengs, karena thor kepengen munculin konflik nanti setelah Abella berada di bangku kuliah.
Pantengin terus ya sayangβ€
Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang."Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu."Siap," jawabku.Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang."Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku."Baik Bu," ujar si sopir.Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.Rangga :" Abel."Aku : "ya. Kenapa?"Rangga : "Udah cek Fb dan IG gak?"Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.Rangga : "Cek deh, buruan".Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"Aku : "Iya, bawel!!!"Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.πππππππππππππππππ"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti. Minggu, 19 Juli 2020 "Abel, bangun. Sholat subuh dulu," suara ketukan pintu membuyarkan mimpiku. "Hoahem...," iya Bu, ujarku masih mengantuk. Aku bergegas turun dari peraduanku dan segera nelaksanakan kewajiban. Sungguh dahsyat keajaiban sholat. Berbisik di bumi, langit senantiasa akan mendengar. Maka janganlah tinggalkan sholat meski dalam keadaan sesulit apapun. Setelahnya, seperti biasa aku dan ibu melakukan rutinitas hari-hari. Menunggu Pak Ujang menjemput nasi uduk dan mengeluarkan serta berkemas warung menunggu pelanggan. Karena biasanya hari minggu jumlah pelanggan lebih banyak dari hari biasa. Nah, kan benar saja. Pak Ujang datang. Aku dan ibu membantunya memindahkan barang-barang ke mobil. Tring... Gawaiku berbunyi. Mira : "Perlengkapan elo udah siap semua, Bel?" Abel : "udah, elo? Mira :
Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan. "Kenapa Nggi,?" tanyaku. "Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya. "Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi. Aku menggeser dudukku. "Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku. "Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya. "Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya. "Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya. "Ya," jawabku tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Besok dan seterusnya aku akan berjuang hingga mendapatkan gelar itu. Gelar yang akan membawa ku menuju mimpiku, mimpi Bapak, dan mimpi mu wahai bidadari tak bersayapku. ππππππππππ Acara selesai. Aku pamit kepada Anggi dan teman-teman lainnya. Kuperiksa gawaiku. Ternyata Rangga dan Mira juga baru selesai dengan acara mereka. Rangga : "gue otw, elo selesai?" Abel : "ya. Gue uda di gerbang. Rangga : "5 menit." Abel : "OK. Tak lama, Rangga muncul dengan wajah lusuhnya. Aku segera masuk ke mobilnya. "Bagaimana tadi?" tanyanya padaku. "Perkenalan aja. Elo sendiri gimana? Mir?," tanyaku. "Samalah. Ngenalin ruangan, bagi kelompok," jawab Mira. "Owh, ternyata sama ya," ucapku. "Ya iyalah, sekarang kan gak boleh yang aneh-aneh kayak zaman dulu. Kalo dulu tuh namanya perploncoan," jawab Rangga. "Elo koq tau Ngga?"tanyaku. "Halah, sekarang apa sih yang gak bisa dari g*
Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan. "Kenapa Nggi,?" tanyaku. "Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya. "Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi. Aku menggeser dudukku. "Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku. "Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya. "Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya. "Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya. "Ya," jawabku tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti. Minggu, 19 Juli 2020 "Abel, bangun. Sholat subuh dulu," suara ketukan pintu membuyarkan mimpiku. "Hoahem...," iya Bu, ujarku masih mengantuk. Aku bergegas turun dari peraduanku dan segera nelaksanakan kewajiban. Sungguh dahsyat keajaiban sholat. Berbisik di bumi, langit senantiasa akan mendengar. Maka janganlah tinggalkan sholat meski dalam keadaan sesulit apapun. Setelahnya, seperti biasa aku dan ibu melakukan rutinitas hari-hari. Menunggu Pak Ujang menjemput nasi uduk dan mengeluarkan serta berkemas warung menunggu pelanggan. Karena biasanya hari minggu jumlah pelanggan lebih banyak dari hari biasa. Nah, kan benar saja. Pak Ujang datang. Aku dan ibu membantunya memindahkan barang-barang ke mobil. Tring... Gawaiku berbunyi. Mira : "Perlengkapan elo udah siap semua, Bel?" Abel : "udah, elo? Mira :
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.Rangga :" Abel."Aku : "ya. Kenapa?"Rangga : "Udah cek Fb dan IG gak?"Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.Rangga : "Cek deh, buruan".Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"Aku : "Iya, bawel!!!"Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.πππππππππππππππππ"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang."Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu."Siap," jawabku.Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang."Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku."Baik Bu," ujar si sopir.Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau