Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.
Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.
Begitu juga aku.
Tok...tok...tok...
"Assalamualaikum,"ucapku
Sepi, tak ada jawaban.
Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.
Kreeeeek... Kubuka pintu.
Hening. Aku berjalan terus ke dalam.
Ternyata Ibu sedang mencuci.
"Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang.
"Abella," ucap Ibu.
"Koq nangis?" Tanyanya lagi.
Aku menyodorkan berkas yang kudekap.
"Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak.
"Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahnya.
Aku menyeka air mataku. Kulihat Ibu tersenyum.
"Nanti belajar sungguh-sungguh ya. Ibu menggantungkan harapan sama Kamu Nduk. Ibu sudah tua. Kalau kamu selesai kuliah nanti, terus jadi dokter, Ibu gak khawatir lagi kalau suatu saat Ibu pergi nyusul Bapakmu, " ucap Ibu seraya menggenggam tanganku.
Aku semakin terisak.
"Ibu jangan bicara seperti itu. Abel masih butuh Ibu. Kalo gak ada Ibu ntar Abel sama siapa?," isakku semakin menjadi.
"Sudah..sudah.. jangan nangis. Jalani saja ketetapan dari Gusti Allah. Kedepannya kita tidak tau," nasihat Ibu kepadaku.
Aku mengangguk seraya mengucapkan terima kasih.
Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Waktunya istirahat karena besok harus bangun subuh untuk membuat orderan untuk Kafe Mutiara dan jualan untuk warungku sendiri.
π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«
Keesokan harinya, jam 4 aku dan Ibuku sudah bangun. Mempersiapkan segala sesuatunya untuk mencari rezeki.
Setelah semua beres aku memindahkan semua bagian untuk kafe mutiara dan memindahkan bagian untuk warung. Pekerjaan hari-hari yang aku lakukan tapi minggu depan sudah tidak bisa full time lagi membantu Ibu. Tiba-tiba rasa sedih meyusup ruang hatiku.
Kupandang lekat ibuku. Seandainya aku bisa meminta, aku cuma minta sehatkan Ibuku ya Allah. Jangan Kau biarkan beliau dalam kesusahan. Selalu beri rezeki dan rahmatMu ya Allah.
"Abel, koq melamun," teguran Ibu membuyarkan lamunanku.
"Udah mau jam 6 ini, udah beres semua barang-barang untuk di kafe Mamanya Rangga?" tanyanya lagi.
"Eh.... udah Bu. Udah dari tadi. Tinggal nungguin sopir aja sama ini nungguin pelanggan kita," jawabku.
Tak lama, matahari mulai menaiki tangganya, memancarkan sinar secerah suasana hati kami pagi ini.
Pelangganpun mendatangi warung kami satu persatu. Mencicipi hidangan nasi uduk Bu Warsih yang memang sudah terkenal sejak aku masih kecil.
Sembari melayani pelanggan, kulihat mobil jemputan nasi uduk Ibu datang. Supirnya Mama Rangga, Pak Ujang turun dan mendekati kami.
"Assalamualaikum, Neng," ucapnya.
"Walaikumsalam, Pak Ujang," jawabku.
"Mari Pak, udah siap ini semuanya," jawabku sambil membantu Pak Ujang memindahkan dandang dan tempat lauk pauk ke dalam mobil.
"Ma kasih Neng, Bapak langsung pamit ya," ujarnya.
"Dan ini, titipan dari Nyonya," tambahnya sambil menyodorkan amplop berwarna kuning.
"Alhamdulillah, trima kasih ya Pak,"jawabku.
"Assalamualaikum Neng," ucapnya.
"Walaikumsalam," jawabku.
Pak Ujang berlalu. Aku kembali ke warung membantu Ibu membereskan dan mencuci piring-piring kotor. Setelah selesai aku kembali depan menunggu pelanggan lainnya.
"Bu, ini dari Pak Ujang," ucapku menyodorkan amplop tadi kepada Ibu.
"Pegang aja, buat ongkosmu bolak balik nanti," jawab Ibu.
"Ah... yang bener Ibu. Nanti Abel pake buat belanja lho," godaku.
Ibu hanya menjawil hidungku gemas.
Hari menjelang pukul 11 siang dan jualan kami hampir habis. Sambil menunggu pelanggan lain datang aku bergegas membereskan semuanya.
Sementara di Kafe Mutiara.
"Rangga, tolong telpon Bu Warsih untuk membuat lagi nasi uduknya ya. Mama gak nyangka ada yang booking untuk arisan keluarga salah satu pelanggan mama soalnya. Dan berhubung ini malam minggu, bilang buatin 200 porsi ya," titah Mama Rangga.
"Siap Bu Bozz," jawab Rangga.
"Ntar yang ngambil biar Rangga aja ya Ma," pintanya.
"Mau sekalian ngapel ya," goda tante Muti.
"Ah... mama kayak gak pernah muda aja," jawab Rangga.
"Tapi, kali ini mama minta jangan kamu permainkan hati Abella, Rangga. Dia anak baik. Mama gak rela lho kamu nyakiti dia," kali ini Mama Rangga mewanti-wanti anaknya.
"Rangga gak pernah lho Mah selama ini nyakitin hati cewek," ucap Rangga percaya diri.
"Yakin?" Ujar tante Muti mendelik anaknya.
"Gini ya Mah. Selama ini tuh ya, Rangga emang suka ngajakin temen cewek Rangga hang out. Tapi Rangga gak pernah tuh nembak mereka buat komitmen pacaran. Rangga cuma bilang kalau Rangga asyik jalan ama mereka. Ceweknya aja yang baperan Ma," ucap Rangga membela diri.
"Ah... sudahlah. Pokoknya intinya kalo kamu nyakiti Abella, mama yg pasang badan buat dia," tegas tante Muti.
"Sudah sana telpon Bu Warsih," titahnya lagi.
"Iya...iya...," ucap Rangga.
Rangga menekan tombol dial di aplikasi berwarna hijau.
"Hallo Abella anaknya Bu De Warsih?," suara Rangga.
Abella tertawa.
"Ya, Rangga anaknya tante Mutiara pemilik kafe Mutiara yang terkenal seantero Jakarta, ada yang bisa saya bantu kah?" Ucapku mengikuti guyonannya.
"Hem...hem... tolong sampaikan kepada Bu Warsih untuk membuat lagi nasi uduk 200 porsi. 2 jam dari sekarang akan dijemput oleh pangeran tampan," gurau Rangga.
"Baik pangeran, akan Hamba sampaikan titah Pangeran," jawabku berkelakar.
"Ha...ha...ha...," kami tertawa bersamaan.
"Ada-ada aja," ucap Rangga.
"Elo yang duluan," belaku.
"Tumben awal, Ngga. 150 porsi tadi pagi habis?" Tanyaku
"Kata Mama sih ada yang booking buat arisan keluarga," jawabnya.
"Bel, ntar malam ke kafe yuk. Elo chat Mira sekalian ya," ajaknya.
"Eng... tapi gue izin Ibu dulu ya,"jawabku ragu.
"Udah deh, gue aja yang ngabarin Mira. Dari rumah Mira, gue langsung kesana," jawabnya lagi.
"Iya, terserah deh," jawabku.
"Oke de. Bye. Jangan lupa orderan nyokap gue," ucapnya.
"Iya, asssiap," balasku.
Telpon pun terputus. Aku keluar mencari Ibu yang ternyata sedang bersantai di teras luar.
"Bu, Rangga barusan nelpon. Orderan 200 porsi Bu. Yuk langsung kita kerjakan. 2 jam lagi dijemput," ajakku.
"Sekarang Bel? Tumben awal," tanya Ibu.
"Tadi kata Rangga ada yang booking buat arisan keluarga Bu, jadi mungkin karena malam minggu orderan kedua ini dilebihin dari biasanya," ujarku.
Ibu hanya ber oooh saja.
"Ya udah ayo kita bergerak," jawab Ibu.
Kegiatan masak memasak dimulai. Hingga tak terasa sudah menunjukkan hampir jam 2. Aku minta izin Ibu untuk menunaikan zuhur. Lupa sangking asyiknya membantu Ibu.
Sementara aku wudhu dan shalat, ibu membereskan semuanya.
Dari luar kudengar suara mobil Rangga memasuki halaman rumah. Dia masuk dan segera memindahkan semuanya ke mobil. Aku keluar kamar dan membantunya.
"Bu De, nanti malam izin ya ngajakin Abel ke kafe mama. Ada Mira juga koq," pintanya sambil garuk kepala.
"Ya, tapi kayak biasa jangan malam-malam pulangnya," ucap Ibu.
"Iya, siap Bu De. Rangga langsung pamit ya," izinnya.
Aku dan Ibu mengangguk. Rangga hilang dari pandangan kami. Ibu kusuruh istirahat. Aku juga ingin merebahkan tubuh sebentar.
π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯
POV Author
Ternyata Rangga tidak seburuk yang aku kira. Entah apa yang membuatnya mendapat gelar playboy. Yang aku tahu, Rangga memang sering jalan sama cewek yang berbeda. Tapi rasanya itu wajar saja karena mungkin mereka berteman.
Perhatian kecil yang Rangga berikan kepadaku, cukup membuat aku bahagia. Meskipun aku tak berharap banyak. Aku hanya ingin menunaikan impian Bapak. Mengejar cita-citaku dan tak ingin membuat kecewa Ibu.
Menyelesaikan study tepat waktu. Membuat Ibu bangga. Menjadi seorang Dokter yang dikagumi. Melayani sepenuh hati dan tidak menuntut imbalan.
Menjadi seorang Dokter yang melayani masyarakat menengah kebawah adalah impianku. Semenjak di tinggal ayah, aku bertekad membantu orang yang tidak mampu. Aku tidak ingin mereka bersedih kehilangan orang yang disayang hanya karena tidak mampu memenuhi administrasi yang mahal bagi mereka.
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin.
π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti. Minggu, 19 Juli 2020 "Abel, bangun. Sholat subuh dulu," suara ketukan pintu membuyarkan mimpiku. "Hoahem...," iya Bu, ujarku masih mengantuk. Aku bergegas turun dari peraduanku dan segera nelaksanakan kewajiban. Sungguh dahsyat keajaiban sholat. Berbisik di bumi, langit senantiasa akan mendengar. Maka janganlah tinggalkan sholat meski dalam keadaan sesulit apapun. Setelahnya, seperti biasa aku dan ibu melakukan rutinitas hari-hari. Menunggu Pak Ujang menjemput nasi uduk dan mengeluarkan serta berkemas warung menunggu pelanggan. Karena biasanya hari minggu jumlah pelanggan lebih banyak dari hari biasa. Nah, kan benar saja. Pak Ujang datang. Aku dan ibu membantunya memindahkan barang-barang ke mobil. Tring... Gawaiku berbunyi. Mira : "Perlengkapan elo udah siap semua, Bel?" Abel : "udah, elo? Mira :
Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan. "Kenapa Nggi,?" tanyaku. "Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya. "Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi. Aku menggeser dudukku. "Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku. "Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya. "Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya. "Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya. "Ya," jawabku tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Besok dan seterusnya aku akan berjuang hingga mendapatkan gelar itu. Gelar yang akan membawa ku menuju mimpiku, mimpi Bapak, dan mimpi mu wahai bidadari tak bersayapku. ππππππππππ Acara selesai. Aku pamit kepada Anggi dan teman-teman lainnya. Kuperiksa gawaiku. Ternyata Rangga dan Mira juga baru selesai dengan acara mereka. Rangga : "gue otw, elo selesai?" Abel : "ya. Gue uda di gerbang. Rangga : "5 menit." Abel : "OK. Tak lama, Rangga muncul dengan wajah lusuhnya. Aku segera masuk ke mobilnya. "Bagaimana tadi?" tanyanya padaku. "Perkenalan aja. Elo sendiri gimana? Mir?," tanyaku. "Samalah. Ngenalin ruangan, bagi kelompok," jawab Mira. "Owh, ternyata sama ya," ucapku. "Ya iyalah, sekarang kan gak boleh yang aneh-aneh kayak zaman dulu. Kalo dulu tuh namanya perploncoan," jawab Rangga. "Elo koq tau Ngga?"tanyaku. "Halah, sekarang apa sih yang gak bisa dari g*
Hari ini adalah hari mendebarkan bagi anak SMU PELITA Jakarta, khususnya siswa kelas 12. Karena mereka semua akan berkumpul untuk mendengarkan pengumuman kelulusan dan pengumuman beasiswa, siapa saja yang beruntung mendapatkan beasiswa di Universitas impian mereka. "Ayo, Bu. Buruan. Ntar telat lho. Uda mau jam 8 ini," ajak Bella kepada Bu Warsih. Ibu kesayangannya. "Iya, sebentar. Ibu panteskan begini?" Tanyanya sambil merapikan gamisnya. "Pantes,Bu. Pantes. Ibu yang paling cantik deh ntar di sana. Ayoo.. Buruan Bu!" Bella agak sedikit memaksa. "Halah, kamu paling bisa ngambil hati ibu," ucapnya sambil mengunci rumah. "Yuk." "Mau pada kemana Bu Warsih? Koq pagi gini udah rapi? Gak jualan kah?" Tanya ibu sebelah sambil menenteng rantang. "Mau ke sekolahannya Abel bu. Ini mau pengumuman kelulusan sama beasiswa sekolahnya Abella Bu," jawab ibu. "Oalah, ini udah bawa rantang dua mau beli nasi uduknya Ibu. Anak-anak dirumah
Acara penutupan selesai dan kami pun menuju rumah masing-masing dengan menyimpan sejuta kenangan.Sesampai dirumah, Ibu langsung duduk bersujud, menangis bahagia. Aku terharu dan ikut meneteskan air mata."Alhamdulillah, ya Gusti Allah. Engkau kabulkan permohonan hambamu," ucapIbu sambil menarikku ke dalam pelukannya.Aku terisak juga melihat bidadariku menangis. Bukan karena sedih, tapi aku yakin karena keberhasilanku mendapatkan beasiswa yang aku idamkan selama ini. Aku sadar bahwa seandainya aku tidak berhasil mendapatkan beasiswa itu, rasanya mustahil untuk duduk di bangku kuliah."Ibu bangga denganmu Abel," ucap Ibu. "Ini juga berkat doa Ibu," aku mengeratkanpelukanku. Terima Kasih ya Allah!"Bel, besok kita sedekah yuk. Kita buat jualan nasi uduk kayak biasa dan jualan lainnya, tapi sesiapa yang datang jangan kita ambil uangnya. Kemudian, kita bikin lebih untuk panti asuhan langganan kita. Anak-anak disana pasti
Besok dan seterusnya aku akan berjuang hingga mendapatkan gelar itu. Gelar yang akan membawa ku menuju mimpiku, mimpi Bapak, dan mimpi mu wahai bidadari tak bersayapku. ππππππππππ Acara selesai. Aku pamit kepada Anggi dan teman-teman lainnya. Kuperiksa gawaiku. Ternyata Rangga dan Mira juga baru selesai dengan acara mereka. Rangga : "gue otw, elo selesai?" Abel : "ya. Gue uda di gerbang. Rangga : "5 menit." Abel : "OK. Tak lama, Rangga muncul dengan wajah lusuhnya. Aku segera masuk ke mobilnya. "Bagaimana tadi?" tanyanya padaku. "Perkenalan aja. Elo sendiri gimana? Mir?," tanyaku. "Samalah. Ngenalin ruangan, bagi kelompok," jawab Mira. "Owh, ternyata sama ya," ucapku. "Ya iyalah, sekarang kan gak boleh yang aneh-aneh kayak zaman dulu. Kalo dulu tuh namanya perploncoan," jawab Rangga. "Elo koq tau Ngga?"tanyaku. "Halah, sekarang apa sih yang gak bisa dari g*
Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan. "Kenapa Nggi,?" tanyaku. "Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya. "Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi. Aku menggeser dudukku. "Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku. "Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya. "Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya. "Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya. "Ya," jawabku tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti. Minggu, 19 Juli 2020 "Abel, bangun. Sholat subuh dulu," suara ketukan pintu membuyarkan mimpiku. "Hoahem...," iya Bu, ujarku masih mengantuk. Aku bergegas turun dari peraduanku dan segera nelaksanakan kewajiban. Sungguh dahsyat keajaiban sholat. Berbisik di bumi, langit senantiasa akan mendengar. Maka janganlah tinggalkan sholat meski dalam keadaan sesulit apapun. Setelahnya, seperti biasa aku dan ibu melakukan rutinitas hari-hari. Menunggu Pak Ujang menjemput nasi uduk dan mengeluarkan serta berkemas warung menunggu pelanggan. Karena biasanya hari minggu jumlah pelanggan lebih banyak dari hari biasa. Nah, kan benar saja. Pak Ujang datang. Aku dan ibu membantunya memindahkan barang-barang ke mobil. Tring... Gawaiku berbunyi. Mira : "Perlengkapan elo udah siap semua, Bel?" Abel : "udah, elo? Mira :
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.Rangga :" Abel."Aku : "ya. Kenapa?"Rangga : "Udah cek Fb dan IG gak?"Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.Rangga : "Cek deh, buruan".Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"Aku : "Iya, bawel!!!"Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.πππππππππππππππππ"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang."Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu."Siap," jawabku.Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang."Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku."Baik Bu," ujar si sopir.Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau