Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin.
Pukul 07.00 malam.
Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga.
Tin...tin...
Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara.
Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami.
Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti.
Dia melambaikan tangan ke arah kami.
"Duduk sini," ucapnya.
"Kalian udah pada makan?" Tanyanya.
"Belom, tan," jawab kami serempak.
"Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya.
"Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan.
"Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti.
"Karena kalau nasi uduk kan sama juga boong," selorohnya.
Aku dan Mira mengiyakannya saja.
"Rangga mana?" Tanyanya.
Tadi sih parkirin mobil dulu,"kali ini Mira yang berbicara.
"Ini Bu, nasi bakar ayamnya," ucap salah satu karyawan tante Muti.
"Letakkan saja disini," jawab tante Muti.
"Ayo, dimakan" tambahnya lagi.
"Oya Bel, lihat deh pelanggan disini. Coba kamu lihat mereka makan apa?" Tanya tante Muti.
Aku dan Mira mengedarkan pandangan.
"Eeeh, iya.. sebagian besar mereka menyantap nasi uduk ya Tante," ucap Mira.
"Yupz.. nasi uduk buatan Ibu kamu memang enak banget lho Bel. Tante udah recomend ke Papanya Rangga juga buat karyawan dikantornya kalau kepengen delivery," jawab tante Muti.
"Bisa-bisa orderan Ibumu bertambah lagi nantinya. Sebab, tadi ada yang booking untuk arisan keluarga, mereka bilang ueeenak banget dan bakal ngereview buat acara lainnya lagi," tambahnya.
"Alhamdulillah Tan kalau lancar. Abel juga ikut senang kalau pelanggan tante banyak yang suka," jawabku.
"Ayo, dihabisin makanannya. Nah, itu Rangga uda datang. Tante tinggal ya," ucapnya singkat.
"Iya tante,"jawab kami bersamaan.
"Loh, mama mau kemana? Gak ikutan nimbrung disini?" Tanya Rangga.
"Ogah ah, takut gak nyambung obrolan anak muda," jawabnya.
"Mama kan masih muda," seloroh Rangga.
"Iya, masih 17 tahun," serempak anak ibu itu berkata sambil terbahak.
"Udah ah, having fun ya," jawab mama Rangga.
*************
"Ngga, nyokap elo asyik ya," ucap Mira.
"Iya, asyik banget. Makanya gue sayangnya gak ketulungan. Malam minggu sering bantuin dia daripada keluyuran," jawab Rangga.
"Pacar elo mana?" Tanya Mira sambil melirikku.
Rangga juga melirikku.
"Ngaco, orang single juga," jawab Rangga.
"Yakin?" tanya Mira sambil mencibirkan bibirnya.
"Udah ah, bahas yang lain aja. Ngomong-ngomong nih, senin apa selasa kita ke kampus baru kita? Barengan aja ya," pinta Rangga.
"Selasa aja," jawab Mira. Senin gue masih ada urusan dikit. Gak apa kan Bel?" Tanya Mira ke arahku.
"Terserah aja. Kalau gak sempat barengan gue sendirian juga gak apa koq," jawabku.
"Eeeh...jangan...jangan!" ucap Rangga.
"Kan suasana disana masih baru dan asing. Kita barengan aja. Jadi kalau tersesat kan sesatnya barengan juga, ha...ha...ha..," ucap Rangga.
Aku dan Mira saling menoleh. Rangga salah tingkah.
"Elo sehat kan Ngga?" tanya Mira sambil meletakkan tangannya di dahi Rangga.
"Apaan sih Mir. Sehat lah," jawab Rangga.
"Koq salting kayaknya," ucap Mira lagi sambil tertawa.
"Ah,, salting apaan sih. Perasaan elo aja kali,"bela Rangga.
"Buruan Bel, nasinya dihabisin. Keburu dihinggapi lalat ntar," ucap Mira kepadaku.
"Apaan sih Mir, ini juga udah mau habis," ucapku.
Rangga memperhatikanku. Seperti ada yang ingin diutarakannya.
Mira juga sepertinya paham dengan pandangan mata Rangga.
"Gue ke toilet dulu ya. Kebelet," ucap Mira.
Setelah Mira hilang dari pandangan, Rangga menggeserkan bangkunya mendekatiku.
"Bel, gue sebenarnya mau bilang sesuatu," ucap Rangga gugup.
"Apa,Ngga?" Tanyaku.
"Eng... anu... mau gak jadian ma gue? Jadi pacar gue gitu," ucap Rangga.
Aku memperhatikan Rangga intens. Kurasakan kegugupannya. Aneh pikirku. Dia kan playboy. Pasti udah sering donk nembak cewek. Tapi yang kulihat Rangga sepertinya belom berpengalaman mengutarakan isi hatinya. Atau apa aku yang hanya terbawa perasaan ya.
"Bel," ucapnya.
"Eng... Anu...Nggak tau ya Ngga. Gue gak mikir ke sana dulu. Mikirnya sekolah aja dulu. Buat Ibu bangga. Sebab cuma beliau yang aku punya sekarang," ujarku.
"Jadi elo nolak?" Tanya Rangga.
"Gue gak tau Ngga. Gue cuma takut aja. Baiknya kita temenan dulu ya. Gue gak siap Ngga," jawabku menunduk.
"It's oke. Tapi gue masih boleh kan main ke rumah elo atau ngajakin elo hang out kayak gini," tanya Rangga hati-hati.
Aku cuma mengangguk kecil.
Mira datang.
"Hayooo..ngomong apaan? Koq duduknya berubah?" Tanya Mira mengintimidasi.
"Bukan urusan elo," jawab Rangga menjauhkan bangkunya.
Obrolan lainnya pun bergulir. Begitu juga tentang rencana menuju Universitas Trisakti nanti. Rangga mewanti-wanti supaya kami tetap kemana-mana bersama. Alasannya sama, kalau tersesat, ya tersesat sama-sama. Kami pun setuju. Toh juga yang akan diurus adalah berkas yang akan di serahkan ke akademik di tempat yang sama meskipun berbeda jurusan. Itu tidak masalah.
Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Mira menguap.
"Balik yok Bel. Ngantuk gue," ucap Mira.
"Dasar muka bantal," jawab Rangga.
"Masih awal ini," ucap Rangga menolehku.
Aku mengangkat bahu.
"Ya udah deh, balik ya balik," ucap Rangga akhirnya.
"Nah gitu donk," kata Mira.
Kamipun menuju pulang. Rangga dan Mira mengantarkan aku pulang duluan. Setelah tiba dirumah mereka pamit kepadaku dan Ibu.
********
Di mobil Rangga.
Mira : " Ngga, elo serius kan sama Abella?"
Rangga: "Maksud elo?"
Mira : "Halah, bukan nya gue gak tau elo tadi nembak Abel kan?" Iya kan?"
Rangga : "He...he...he..."
Mira : "Asal elo tau ya Ngga. Abel itu anak baik. Gak pantes elo jadiin koleksi mantan elo berikutnya."
Rangga : "ck..ck..ck.. Mama kedua gue nih"
Mira : "Pokoknya kalo elo nyakitin Abel, gue orang pertama yang pasang badan untuk dia."
Rangga : "Elo orang kedua kali Mir."
Mira : "Maksud elo?"
Rangga : "Nyokap gue yang udah duluan ngomong gitu kemaren."
Mira : "Baguslah. Jadi kalau elo tiba-tiba nyakitin Abel, gue tinggal laporan ma nyokap elo."
Rangga terdiam. Dan tujuan ke rumah Mira sudah sampai.
Mira : "thanks ya."
Rangga : "Selasa gue jemput."
Mira : "Iya. Jangan lupa yang tadi, awas lho!"
Rangga : "Iya. Bawel."
Rangga memutar mobilnya. Memutar lagu kesayangannya.
π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«
POV RANGGA
Baru kali ini gue nembak cewek. Busyet, gugup ternyata. Selama ini cewek yang nembak gue. Dan gak pernah gue tolak. Abel memang beda. Gak tertarik dia ama ketampanan dan kekayaan gue. Bener-bener cewek langka. Gue harus bisa merebut hatinya. Baru kali ini ngeliat cewek tangguh. Bantuin Ibunya tanpa rasa malu.
Gue kan selama ini dibilang playboy atas kesalahan mereka juga. Enak aja gue dibilang gonta ganti cewek. Padahal kan mereka yang ngajakin gue ke Mall, makan, nonton. Ya, gue mau lah. Buat ngisi kekosongan. Why not kan?
Toh selama jalan sama mereka, gue juga gak pernah ngapa-ngapain mereka. Amit-amit deh. Bisa dicoret dari daftar keluarga gue mah.
π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«
Selasa, 7 juli 2020.
Rangga : " Mir, gue dibawah."
Mira : "wait".
"Mah, Mira berangkat ya. Rangga uda dibawah," ucap Mira kepada Ibunya.
"Iya, hati-hati. Sukses ya," ucap tante Siska, mamanya Mira.
"Udah lama, Ngga?" Tanya Mira.
"Udah dari kemaren," jawab Rangga asal.
Mira terbahak. "Jemput buah hati elo lagi kan?" Ucap Mira terkekeh.
Rangga hanya berdehem.
Mereka pun tiba dirumahku.
"Bu, pamit ya," ucapku.
"Hati-hati, ya," balas Ibu.
"Assalamualaikum," ucapku lagi.
"Walaikumsalam," balas Ibu.
Kami berangkat menuju Universitas impian kami.
"Gue koq deg deg an ya," ucap Mira.
"Sama," ucapku.
"Gue juga," tambah Rangga.
"Gila ya. Trisakti. Beneran sumpah. Gak nyangka gue bakal lolos beasiswa," ujar Rangga.
Kami tersenyum.
Tiba di gerbang Trisakti.
Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.
ππππππππππππ
Ye aaaaa... Perjalanan panjang Abella dan teman-teman menuju Universitas impian akhirnya tercapai.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Pantengin terus ya gengs. Karena malam ini inshallah Thot akan Up lagi 2 Bab.
My readers are my lovely
Mmmuach
West Borneo, Minggu, 25 juli 2021
Mom Nury, Love you all!!!
πππππππππππππππ
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti. Minggu, 19 Juli 2020 "Abel, bangun. Sholat subuh dulu," suara ketukan pintu membuyarkan mimpiku. "Hoahem...," iya Bu, ujarku masih mengantuk. Aku bergegas turun dari peraduanku dan segera nelaksanakan kewajiban. Sungguh dahsyat keajaiban sholat. Berbisik di bumi, langit senantiasa akan mendengar. Maka janganlah tinggalkan sholat meski dalam keadaan sesulit apapun. Setelahnya, seperti biasa aku dan ibu melakukan rutinitas hari-hari. Menunggu Pak Ujang menjemput nasi uduk dan mengeluarkan serta berkemas warung menunggu pelanggan. Karena biasanya hari minggu jumlah pelanggan lebih banyak dari hari biasa. Nah, kan benar saja. Pak Ujang datang. Aku dan ibu membantunya memindahkan barang-barang ke mobil. Tring... Gawaiku berbunyi. Mira : "Perlengkapan elo udah siap semua, Bel?" Abel : "udah, elo? Mira :
Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan. "Kenapa Nggi,?" tanyaku. "Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya. "Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi. Aku menggeser dudukku. "Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku. "Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya. "Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya. "Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya. "Ya," jawabku tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Besok dan seterusnya aku akan berjuang hingga mendapatkan gelar itu. Gelar yang akan membawa ku menuju mimpiku, mimpi Bapak, dan mimpi mu wahai bidadari tak bersayapku. ππππππππππ Acara selesai. Aku pamit kepada Anggi dan teman-teman lainnya. Kuperiksa gawaiku. Ternyata Rangga dan Mira juga baru selesai dengan acara mereka. Rangga : "gue otw, elo selesai?" Abel : "ya. Gue uda di gerbang. Rangga : "5 menit." Abel : "OK. Tak lama, Rangga muncul dengan wajah lusuhnya. Aku segera masuk ke mobilnya. "Bagaimana tadi?" tanyanya padaku. "Perkenalan aja. Elo sendiri gimana? Mir?," tanyaku. "Samalah. Ngenalin ruangan, bagi kelompok," jawab Mira. "Owh, ternyata sama ya," ucapku. "Ya iyalah, sekarang kan gak boleh yang aneh-aneh kayak zaman dulu. Kalo dulu tuh namanya perploncoan," jawab Rangga. "Elo koq tau Ngga?"tanyaku. "Halah, sekarang apa sih yang gak bisa dari g*
Hari ini adalah hari mendebarkan bagi anak SMU PELITA Jakarta, khususnya siswa kelas 12. Karena mereka semua akan berkumpul untuk mendengarkan pengumuman kelulusan dan pengumuman beasiswa, siapa saja yang beruntung mendapatkan beasiswa di Universitas impian mereka. "Ayo, Bu. Buruan. Ntar telat lho. Uda mau jam 8 ini," ajak Bella kepada Bu Warsih. Ibu kesayangannya. "Iya, sebentar. Ibu panteskan begini?" Tanyanya sambil merapikan gamisnya. "Pantes,Bu. Pantes. Ibu yang paling cantik deh ntar di sana. Ayoo.. Buruan Bu!" Bella agak sedikit memaksa. "Halah, kamu paling bisa ngambil hati ibu," ucapnya sambil mengunci rumah. "Yuk." "Mau pada kemana Bu Warsih? Koq pagi gini udah rapi? Gak jualan kah?" Tanya ibu sebelah sambil menenteng rantang. "Mau ke sekolahannya Abel bu. Ini mau pengumuman kelulusan sama beasiswa sekolahnya Abella Bu," jawab ibu. "Oalah, ini udah bawa rantang dua mau beli nasi uduknya Ibu. Anak-anak dirumah
Acara penutupan selesai dan kami pun menuju rumah masing-masing dengan menyimpan sejuta kenangan.Sesampai dirumah, Ibu langsung duduk bersujud, menangis bahagia. Aku terharu dan ikut meneteskan air mata."Alhamdulillah, ya Gusti Allah. Engkau kabulkan permohonan hambamu," ucapIbu sambil menarikku ke dalam pelukannya.Aku terisak juga melihat bidadariku menangis. Bukan karena sedih, tapi aku yakin karena keberhasilanku mendapatkan beasiswa yang aku idamkan selama ini. Aku sadar bahwa seandainya aku tidak berhasil mendapatkan beasiswa itu, rasanya mustahil untuk duduk di bangku kuliah."Ibu bangga denganmu Abel," ucap Ibu. "Ini juga berkat doa Ibu," aku mengeratkanpelukanku. Terima Kasih ya Allah!"Bel, besok kita sedekah yuk. Kita buat jualan nasi uduk kayak biasa dan jualan lainnya, tapi sesiapa yang datang jangan kita ambil uangnya. Kemudian, kita bikin lebih untuk panti asuhan langganan kita. Anak-anak disana pasti
Dan azan berkumandang. Kami mengikuti Ibu panti ke mesjid yang dimaksud dan melaksanakan shalat berjamaah. Setelah shalat, semua melakukan doa bersama yang ditujukan kepadaku aku dan Ibuku."Aamiin, semoga apa yang didoakan akan dikabulkan dan di permudah oleh Allah," batinku sambil mengusapkan kedua telapak tanganku ke wajahku.Setelah selesai semua urusan di panti, Rangga mengantarku dan Ibu pulang. Sesampainya dirumah, Rangga membukakan pintu buat Ibuku karena Ibu duduk dibelakang, sedangkan aku duduk disamping Rangga membuka pintu untuk diriku sendiri."Sudah sampai Bu De," ucapnya."Ma kasih ya Nak Rangga udah capek-capek ngantarin kita. Mampir dulu Nak,"tambah ibuku."Sama-sama Bu De. Rangga langsung pamit ya. Kan ntar malam mau kesini lagi jemput Bella. Rangga juga mau bantuin mama di kafe buat ntar malam," tolak Rangga sopan."Abel, setelah isya ya gue jemput Lo," tambahnya.Aku menggangguk."Pamit Bu De,
Besok dan seterusnya aku akan berjuang hingga mendapatkan gelar itu. Gelar yang akan membawa ku menuju mimpiku, mimpi Bapak, dan mimpi mu wahai bidadari tak bersayapku. ππππππππππ Acara selesai. Aku pamit kepada Anggi dan teman-teman lainnya. Kuperiksa gawaiku. Ternyata Rangga dan Mira juga baru selesai dengan acara mereka. Rangga : "gue otw, elo selesai?" Abel : "ya. Gue uda di gerbang. Rangga : "5 menit." Abel : "OK. Tak lama, Rangga muncul dengan wajah lusuhnya. Aku segera masuk ke mobilnya. "Bagaimana tadi?" tanyanya padaku. "Perkenalan aja. Elo sendiri gimana? Mir?," tanyaku. "Samalah. Ngenalin ruangan, bagi kelompok," jawab Mira. "Owh, ternyata sama ya," ucapku. "Ya iyalah, sekarang kan gak boleh yang aneh-aneh kayak zaman dulu. Kalo dulu tuh namanya perploncoan," jawab Rangga. "Elo koq tau Ngga?"tanyaku. "Halah, sekarang apa sih yang gak bisa dari g*
Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan. "Kenapa Nggi,?" tanyaku. "Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya. "Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi. Aku menggeser dudukku. "Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku. "Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya. "Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya. "Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya. "Ya," jawabku tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti. Minggu, 19 Juli 2020 "Abel, bangun. Sholat subuh dulu," suara ketukan pintu membuyarkan mimpiku. "Hoahem...," iya Bu, ujarku masih mengantuk. Aku bergegas turun dari peraduanku dan segera nelaksanakan kewajiban. Sungguh dahsyat keajaiban sholat. Berbisik di bumi, langit senantiasa akan mendengar. Maka janganlah tinggalkan sholat meski dalam keadaan sesulit apapun. Setelahnya, seperti biasa aku dan ibu melakukan rutinitas hari-hari. Menunggu Pak Ujang menjemput nasi uduk dan mengeluarkan serta berkemas warung menunggu pelanggan. Karena biasanya hari minggu jumlah pelanggan lebih banyak dari hari biasa. Nah, kan benar saja. Pak Ujang datang. Aku dan ibu membantunya memindahkan barang-barang ke mobil. Tring... Gawaiku berbunyi. Mira : "Perlengkapan elo udah siap semua, Bel?" Abel : "udah, elo? Mira :
Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun."Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu."Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku."Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu."Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku."Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek."Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.Aku tersenyum."Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu."Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan
Tiba di gerbang Trisakti.Aku tertegun. Rasa kagum menyelimuti. Sungguh kuasamu Ya Allah. Aku bisa sampai di titik ini.Dengan langkah gugup aku memasuki fakultas impianku.Aku memasuki gerbang fakultas kedokteran Umum. Netraku kesana kemari. Bingung harus kemana. Akhirnya memberanikan diri aku bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat."Maaf, mas. Bagian akademik dimana?" Tanyaku sopan."Oh, disana mbak. Mbak belok kiri, nanti lurus, ketemu pojokan terus belok kanan lurus aja. MABA ya mbak?," ucapnya."Iya Mas," jawabku."Pokoknya ikuti saja yang saya katakan. Mahasiswa baru udah rame koq disana," ucapnya lagi."Ma kasih ya,mas...," ujarku menggantung kalimatku."Dewa Permana," ucapnya seolah tahu apa yang aku pikirkan."Saya Abella, mas, "ucapku seraya mengulurkan tanganku.Dia menerima salamku. Aku bergegas ke tempat yang dimaksud. Kulihat disana sudah ramai yang antri. Kepalaku
Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin. Pukul 07.00 malam. Aku bersiap menunggu kedatangan Rangga. Tin...tin... Rangga turun dari mobilnya. Menemui Ibu dan minta izin mengajakku. Setelah mengucapkan salam kami berangkat menuju kafe mutiara. Tidak ada percakapan yang mengalir selama perjalanan. Hanya senandung lagu yang menemani kami. Tiba di kafe, aku dan Mira keluar dan segera menuju lantai dua. Rangga menyusul kami dari belakang. Disana ternyata sudah menunggu Tante Muti. Dia melambaikan tangan ke arah kami. "Duduk sini," ucapnya. "Kalian udah pada makan?" Tanyanya. "Belom, tan," jawab kami serempak. "Ini, pilih saja menu yang kalian mau,"tawarnya sambil menyodorkan daftar menu kafenya. "Apa aja deh Tante," jawabku menolak karena sungkan. "Ayam nasi bakar mau?" Jawab tante Muti. "Karena kalau nasi uduk kan sama
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.Rangga :" Abel."Aku : "ya. Kenapa?"Rangga : "Udah cek Fb dan IG gak?"Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.Rangga : "Cek deh, buruan".Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"Aku : "Iya, bawel!!!"Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.πππππππππππππππππ"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang."Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu."Siap," jawabku.Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang."Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku."Baik Bu," ujar si sopir.Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau