Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan

Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan

last updateLast Updated : 2024-03-04
By:  Ira YusranOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
107Chapters
1.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Ganes, perempuan yang terjun dalam dunia ojek online sejak lulus sekolah, secara tak sengaja mempertaruhkan hidupnya demi sang tetangga. Bukan hanya taruhan mengenai uang kecil yang tak bisa dibanggakan, tetapi hadiah yang lebih menggiurkan dari salah satu pendiri sanggar seni ternama di kota. Dari taruhan yang sama, ia mampu melihat sisi lain dari sosok angkuh yang membuatnya sengsara di tempatnya bekerja. Dari seorang pria yang angkuh dan suka cari gara-gara itu ia menemukan pelajaran hidup yang berharga. Dari takdir itulah, ia mulai menikmati kesengsaraan yang sebelumnya dikutuk sedemikian rupa. Tanpa diduga, atas permintaan Rajendra untuk membuatnya sengsara, ia kembali menemukan kebahagiaan. Bersama dengan perempuan setengah baya yang keras nan tegas, ia dididik hingga berhasil menyabet peran besar yang diidam-idamkan banyak orang. Hingga akhirnya ia sadar, direktur utama yang masih perjaka dan angkuh yang mempertaruhkan hidupnya, sebenarnya perwujudan malaikat tak bersayap dalam hidupnya yang penuh lika-liku. "Terima kasih, untuk semua yang telah mendukungku. Terutama, Ibu Saras. Karena Anda, saya yang mulanya hanya mengantar tetangga, turut berkecimpung dalam dunia yang penuh dengan gagap gempita. Terima kasih pada Pak Rajendra, sebab neraka yang Anda sediakan malah menjadikanku bintang." -Ganes.

View More

Chapter 1

Taruhan

"Jangankan menerima Anda, Nona, melihat saja orang tak akan bersedia. Jadi, Anda bisa pergi sekarang juga."

Bak disambar petir yang menggelegar di siang bolong, tulang-belulang Ganes melunglai. Ia bahkan tak pernah berniat untuk kemari sebelumnya. Tidak, sebelum tetangganya yang meminta.

Dengan kedua mata yang berkaca-kaca, ia mendekat pada pria yang berpenampilan begitu pongah. Dengan napas tertahan sebab menahan amarah dalam dada, tangannya yang mengepal ditahan untuk tak melayangkan tamparan.

Kedua mata Ganes menatap nyalang, lantas geliginya bergemeletuk sebelum akhirnya kembali buka suara.

"Dengarkan aku, Pak. Aku kemari bukan untuk ikut audisi. Aku kemari karena tetanggaku yang ingin ikut, mengalami kecelakaan sesaat sebelum tiba kemari. Aku mencoba meminta sedikit kelonggaran waktu untuknya. Hanya itu. Jadi tolong, berhenti menilaiku seenak jidatmu!"

Dimaki sedemikian rupa, tak membuat Jendra murka. Ia malah mengulas senyum kambing meski sebentar.

"Aku suka mimik wajah Anda saat marah. Tapi, sorry to say. Permainan Anda cukup samapi di sini. Pada perusahaan mana pun, pada kelompok teater mana pun jika Anda telat pada hari pertama audisi, siapa yang akan mau memperhitungkan bakat Anda? Bisa kupastikan: tak akan ada."

Ucapan Jendra berhasil membuat Ganes makin berada di ambang batas kesabaran. Kepalanya terasa panas, bahkan hampir meledak. Dipejamkannya mata sebentar, lalu dicobanya untuk mengulas senyum lebar-lebar. Direnggangkannya kepalan tangan yang sebelumnya.

Detik berikutnya, ia berbalik dari panggung rumah teater ternama itu sembari melirik penuh kemurkaan. Sayang, dihentikannya langkah sebelum keluar.

"Memang, tak akan ada yang memperhitungkanku. Tapi, akan selalu ada yang akan mempekerjakanku. Lagi pula, aku tak berminat masuk kelompok teater yang dipenuhi orang-orang pongah seperti Anda!"

Terang saja, seluruh orang yang hadir dalam panggung teater membeliak tak percaya. Mereka mulai menutup mulut sebab terperenyak meski sebentar.

Sementara Jendra, ia menyeringai. Kedua tangannya bersedekap sebentar, sebelum akhirnya bangkit dari tempat duduknya yang nyaman.

"Aku terkesan dengan cara Anda menghadapi kenyataan. Tapi, bagaimana jika kita bertaruh? Kita akan bertemu kembali di sini, tiga bulan lagi. Katakan padaku, Anda akan membawa surat kerja dan slip gaji.

Saat Anda tak mendapat pekerjaan, Anda akan membelikan kami semua yang ada di sini sebagai saksi, masing-masing satu set makan siang. Jika Anda mendapat pekerjaan di mana pun itu, akan kupastikan Anda mendapat gaji dua kali lipat setelahnya.

Namun, Anda juga harus berhenti saat itu juga dan bekerja padaku! Bagaimana? Semua orang di sini adalah saksinya."

Mendengar tawaran Jendra, Ganes yang memang mata duitan, langsung menyeringai. Tanpa menoleh, ia menjentikkan jemari di depan dada.

"Boleh juga. Kita akan bertemu tiga bulan lagi, di sini."

Rajendra tertawa. Dibenarkannya letak masker sebelum akhirnya meminta data diri peserta yang belum datang.

"Menarik. Kemarikan identitasnya!"

Benar saja, dicoretnya nama yang tertera sebelum akhirnya diforward dan dibagikan pada saah satu forum para CEO muda di Surabaya. Ia berdecak sebentar sebelum akhirnya kembali melanjutkan audisi untuk mencari bintang baru dalam panggung seni hiburan.

Sementara itu, Ganes yang tubuhnya dipenuhi luka, harus keluar dari panggung teater dengan tangan hampa. Dilajukannya kendaraan menuju ke klinik terdekat, tempat di mana tetangganya dirawat. Meski motornya ringsek di bagian depan dan belakang, bukan berarti ia harus meninggalkan skuternya begitu saja.

Beruntung insiden itu tak membuatnya mengalami banyak luka berat. Ia ingat betul, bagaimana Blacky—motor matik—yang ditabrak dari belakang hingga membuatnya terpelanting. Bukan hanya itu, tetangganya pun turut terpental sejauh tiga meter ke depan.

"Maafkan aku, Di, aku enggak bisa dapetin apa yang kamu harepin. Mereka terlalu angkuh untuk memberi waktu tambahan dan kesempatan kedua," ujar Ganes dengan penuh sesal. Dipapahnya Diana yang terkilir pada seluruh tubuh bagian kanan, untuk keluar dari klinik tempatnya dirawat.

Diana menggeleng pelan. Lantas, dengan terpaksa disunggingnya senyum miris sembari mengangguk lemah.

"Aku yang harusnya minta maaf, Nes. Karenaku, Blacky jadi penyok. Karenaku, kamu mungkin dimaki-maki. Harusnya aku tau ini akan terjadi, tapi aku malah minta tolong tanpa sadar diri. I've to say sorry."

Mendengar itu, Genes pun membeliak sembari berdecak. Hampir aja dilepaskannya tubuh sang tetangga jika ia tak segera sadar bahwa Diana masih butuh sandaran.

"Kenapa kamu yang minta maaf? Kamu enggak salah apa pun. Aku yang salah sejak awal, kan aku yang nyetir si Blacky. Kamu mah cuma mau cepet aja biar enggak terlambat. Apa yang salah? Terlepas dari itu, harusnya mereka ngedengerin kronologinya lebih dulu alih-alih nolak dengan angkuh."

Diana menoleh, menatap sang kawan dengan lekat. "Angkuh? Mereka memakimu di sana? Demi aku, kamu relah dimaki-maki orang, Nes?"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
107 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status