Share

20. Paniknya Dhuha

Malam itu juga, aku langsung menuju Sukabumi. Hakim pun katanya akan datang, tapi ia berangkat dari Bandung. Aku ditemani Putra. Penjelasan Putra membuatku tidak bisa menyetir dengan benar. Aku khawatir nanti malah kami kenapa-napa di jalan.

"Lu yakin gak ada lagi yang lu sembunyikan dari gue kan, Put?" tanyaku pada Putra.

"Nanti saja setelah kita sampai di Sukabumi. Petugas di sana yang akan menjelaskan. Lu bukannya CEO, kenapa istri lu imunisasi di puskesmas? Bangkrut apa gimana lu?" aku tak tahu harus menjawab apa.

"Istri gue yang keukeuh mau ke puskesmas. Ini pelajaran buat gue, lain kali, gue anter aja," jawabku tak yakin.

Ada banyak rencana di kepala ini. Mungkin salah satunya adalah dengan memberikan rumah yang layak huni untuk Aini dan kedua anaknya, saat kami berpisah nanti. Mungkin aku pun harus mensupport keuangan mereka, seperti yang sekolah, dan belanja harian. Anggap saja, Intan dan Izzam adalah anak yatim yang aku angkat jadi anak. Mungkin seperti anak asuh gitu.

T
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status