Share

20. Paniknya Dhuha

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-27 19:39:13

Malam itu juga, aku langsung menuju Sukabumi. Hakim pun katanya akan datang, tapi ia berangkat dari Bandung. Aku ditemani Putra. Penjelasan Putra membuatku tidak bisa menyetir dengan benar. Aku khawatir nanti malah kami kenapa-napa di jalan.

"Lu yakin gak ada lagi yang lu sembunyikan dari gue kan, Put?" tanyaku pada Putra.

"Nanti saja setelah kita sampai di Sukabumi. Petugas di sana yang akan menjelaskan. Lu bukannya CEO, kenapa istri lu imunisasi di puskesmas? Bangkrut apa gimana lu?" aku tak tahu harus menjawab apa.

"Istri gue yang keukeuh mau ke puskesmas. Ini pelajaran buat gue, lain kali, gue anter aja," jawabku tak yakin.

Ada banyak rencana di kepala ini. Mungkin salah satunya adalah dengan memberikan rumah yang layak huni untuk Aini dan kedua anaknya, saat kami berpisah nanti. Mungkin aku pun harus mensupport keuangan mereka, seperti yang sekolah, dan belanja harian. Anggap saja, Intan dan Izzam adalah anak yatim yang aku angkat jadi anak. Mungkin seperti anak asuh gitu.

T
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   21. Buket Bunga dari Hakim

    Aini membuka matanya perlahan, saat merasakan sentuhan pelan pada tangannya. Rupanya seorang perawat tengah membetulkan tali infus dalam temaramnya lampu tidur kamar perawatan. "Gimana, Bu, masih pusing?" tanya perawat itu padanya. "Sedikit, Sus," jawab Aini dengan suara serak. "Semoga nanti hilang ya. Memang gak langsung hilang setelah dikasih obat dari infusan. Efek obatnya perlahan. Besok pasti lebih enak kepala dan badannya. Suaminya dari tadi nungguin loh, sampe ketiduran. Terlihat sekali pak Dhuha khawatir sama Ibu dan bayi Intan." Suster menoleh pada Dhuha. Pria yang tertidur pulas dengan menyandarkan kepalanya di sofa. Aini pun baru sadar, bahwa ia berada dalam ruangan berbeda. "Iya, suami saya memang perhatian banget, Sus. Pasti sekarang ia capek dan ngantuk berat.""Bener, Bu, soalnya pak Dhuha dari mulai sampai sampai satu jam yang lalu masih wara-wiri ngurusin obat dan kamar VVIP yang sekarang Ibu tempati.""Lalu putri saya, Sus?" "Itu, di bilik sebelah. Baru tidur l

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   22. Tiket Honeymoon

    "Opa sudah sampai daritadi? Kenapa gak bilang kalau mau menyusul ke sini?" tanya Dhuha berjalan cepat menyusul opa Fauzi yang berjalan masuk ke kamar perawatan Aini. "Kalau kamu yang urus, pasti aja lama. Opa gak percaya. Makanya opa suruh Hakim cepet nyusulin kamu ke sini." Opa berjalan mendekati Aini. Pria berusia senja itu tersenyum, memberikan punggung tangannya untuk dicium oleh istri sang Cucu. "Gimana keadaan kamu Aini? Udah baikan?" "Udah Opa. Maafkan Aini jadi merepotkan semua." Aini tersenyum canggung. Ia benar-benar merasa tidak enak hati atas musibah yang ia alami. Semua orang sibuk, bahkan opa yang sudah tua pun ikut menyusulnya. "Suami kamu udah minta maaf sama kamu?" Opa Fauzi menoleh ke arah Dhuha. "Sudah, Mas Dhuha langsung minta maaf begitu saya sadar. Langsung dipeluk juga." "Masa aku gebukin, ya jelas aku peluk kalau istri nangis!" "Dih, sewot!" Hakim kembali terkekeh melihat kelakuan sepupunya yang tidak seperti biasanya. "Dia gak mau ngakuin

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   23. Luna Mencari Dhuha

    Tiga hari teleponnya diabaikan oleh Dhuha, tentu saja Luna merasa ada yang aneh. Wanita itu mencari tahu dengan datang ke kantor Dhuha, ia mengira mantan kekasihnya itu sedang sibuk sekali, sehingga tidak bisa angkat teleponnya. Ternyata Dhuha pun tidak ada di kantor. Sayangnya, ia tidak bertemu dengan sekretaris Dhuha, sehingga ia pun pulang dengan tangan kosong tanpa tahu ke mana Dhuha sebenarnya. CV yang sudah ia kirimkan pada Dhuha belum mendapatkan balasan dari pria itu. Namun, jangan panggil ia Luna jika ia mudah menyerah, wanita itu pun memutuskan pergi ke rumah Dhuha. Ya, siang ini, Luna mengendarai mobilnya menuju rumah pria incarannya. Ia berharap mendapatkan informasi dari pembantu pria itu. "Permisi, apa Dhuha-nya ada? Mbak siapa ya?" tanya Luna saat ia turun dari mobil dan bertemu dengan Citra yang sedang menggendong Intan. Suster dari Opa Fauzi itu tengah mengambil paket di dalam box yang terletak di luar pagar. "Oh, Tuan Dhuha lagi pergi honeymoon. Saya Citra, suste

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   24. Bayaran Malam Pertama

    "Siapa, Citra? Kayaknya tadi kamu bicara sama tamu," tanya opa Fauzi begitu Citra berjalan ke ruang tengah. "Gak tahu, Tuan. Dia gak bilang namanya. Cuma nanyain tuan Dhuha. Saya bilang tuan Dhuha honeymoon fan cewek itu gak percaya. Cantik dan naik mobil, Tuan.""Oh, begitu, mungkin teman Dhuha. Ya sudah, gak papa. Saya mau jemput Izzam di tempat kursus. Kamu di sini saja temani Intan.""Baik, Tuan, hati-hati di jalan."Pria enam puluh sembilan tahun itu masih sangat gagah, walau sering drop kesehatan jantungnya. Masih bisa bolak-balik ngantor dan juga bawa mobil. Sebenarnya ia bisa saja minta tolong sopir, tapi pria itu tidak mau. Hari-harinya tambah semangat sejak masuknya Intan dan Izzam dalam kehidupan cucunya; Dhuha. Sementara itu, di Bali, Dhuha dan Aini berasa di sebuah cottage yang pemandangan di depannya adalah pantai. Jika Aini tidak tahu mau ngapain diajak honeymoon, maka Dhuha masih menyibukkan diri melakukan zoom meeting.Pria itu baru saja selesai setelah dua jam zoo

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   25. Nikahi Saja Kekasihmu

    "Kamu kira aku beneran? Ya, gaklah! Sudah, kita dari tadi bicara terus, kapan makannya. Ayo, makan semua hidangan ini, mumpung aku baik." Aini menghela napas. Ia sudah benar-benar takut Dhuha menginginkan malam pertama dengannya, sedangkan dia... Lebih baik jangan. Batin Aini. "Mas Dhuha hobi sekali bikin jantung saya deg-degan. Untung cuma akting. Kalau beneran, pakai apa saya harus gosok daki di badan saya ini he he he ... "Keduanya pun Sama-sama tertawa. Selesai makan, keduanya berjalan-jalan menyusuri pantai. Dhuha yang membawa kamera, mengambil beberapa spot foto yang estetik untuk album fotografi kegemarannya. Ya, Dhuha sedang fotografi dan memiliki beberapa kamera canggih. Sekedar hobi, tetapi terkadang menghasilkan juga untuknya, jika hasil jepretan kecenya, ia kirim ke majalah atau sedang ikut kompetisi. "Mas, saya difoto ya. Buat kenang-kenangan," seru Aini semangat. "Oke, ambil gaya yang benar! Jangan manyun saja. Smile!" Aini pun tersenyum malu-malu. Ada beberapa gay

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   26. Kabar Mengejutkan dari Dhuha

    "Kenapa, Bos, lesu banget udah hampir dua mingguan ini? Perasaan lapak penuh terus," tanya Zaki pada Anton. Duda tanpa anak pemilik gudang pengepul barang-barang rongsokan yang sejak tadi menatap kosong pemandangan di depannya. Anton hanya menghela napas. Rokok yang ada di tangannya, ia buang ke tanah. Lalu ia injak dengan kuat. Seolah-olah rasa kesalnya sudah tidak tertahankan lagi. Zaki adalah asisten dari Anton yang selalu disuruh memantau lokasi dan para pemulung agar bekerja dengan baik dan menjaga agar pemulung di wilayahnya, berbentrokan dengan pemulung wilayah lain. "Bos! Dih, diem aja! Kenapa? Apa karena Mbak Aini gak ke sini lagi ya? Mbak Aini pindah gak bilang-bilang Bos ya? Dengar-dengar, udah nikah sama anak orang kaya loh. Bos udah tahu belom?""Eh, dapat info dari siapa Lu?" Anton begitu terkejut mendengar informasi yang baru saja keluar dari mulut Zaki. "Ibunya Eko-lah. Tadi saya kebetulan ketemu di warung dekat kuburan Yasin. Ibunya Eko cerita. Rumah Mbak Aini jug

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   27. Telepon dari Luna

    PoV DhuhaAku begitu terkejut saat mendengar penuturan Aini yang mengatakan bahwa ia tidak apa dimadu. Ia ikhlas dan menerima jika aku menikahi wanita yang aku cintai. Tentu saja bagiku, ini bagaikan air segar di tengah gurun pasir. Mbak Aini ternyata setulus dan sebijak ini mengerti masalah yang saat ini kami jalani. Dia benar-benar tidak egois dan memanfaat kebaikan serta rasa ibaku.Aku memang ada niatan untuk membina hubungan serius kembali dengan Luna, tapi aku juga gak mau terburu-buru. Kring! KringAku tersentak saat ponselku berdering. Nomor yang tidak aku kenali menghubungiku. Aku abaikan saja. Namun, kali ini kontak Luna yang memanggil. "Halo, Cantik.""Mas, kenapa gak angkat nomor papa?""Eh, papa? Ada apa papa telepon? Aku gak tahu karena belum simpan nomor papa. Ya udah, aku telepon balik ya. Tunggu!" Tanpa menunggu lagi, aku pun menelepon kontak yang tadi. Jantung ini rasanya deh degan juga karena bertanya-tanya ada keperluan apa papanya Luna mencariku? "Halo, Om."

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   28. Aini Ditaksir Bule

    Aini tersenyum di depan cermin sambil merapikan rambutnya. Wajahnya sudah tidak lagi kusam, meskipun kulitnya masih sangat coklat. Aku bersyukur karena Aini ternyata wanita yang tidak banyak drama dan sangat bisa diajak kerja sama. Mungkin ini alasan kenapa Tuhan mempertemukan aku dan Aini malam itu. Jika saja aku menyetujui dijodohkan dengan Monik, maka aku takkan pernah berada di dekat Luna seperti mimpiku yang tidak akan lama lagi terwujud. Pagi ini, jam sembilan, kami akan bertemu dengan Luna dan juga papa dari Luna. Aku sengaja memilih pagi hari karena udara di luar masih bersahabat. Siang sampai sore, aku dan Luna berencana berkeliling di sekitar sini. "Mas, ayo, nanti kita terlambat," ujar Aini yang membuyarkan lamunanku. "Oh, iya, ini sudah jam sembilan tepat." Aku melihat jam di tangan. Aku segera beranjak dari sofa, berjalan lebih dahulu untuk membuka pintu. Aini berjalan di belakangku seperti biasa. Kami berpapasan dengan bule lelaki dan wanita. Aini tersenyum begitu ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   284. Belum Menikah, Udah Pusing Duluan!

    Hakim kembali memijat pelipisnya setelah pertemuannya dengan Salsabila. Dua miliar bukan jumlah yang kecil, tetapi ia tahu bahwa dengan posisi dan kekayaan keluarganya, itu bukan angka yang mustahil. Yang menjadi pertanyaannya sekarang, apakah Tania akan meminta hal yang sama?Ia meraih ponselnya dan menghubungi Amel."Halo, Mas Hakim," suara Amel terdengar ceria seperti biasa."Amel, aku baru saja bertemu dengan Salsabila dan dia setuju, tapi ada syaratnya," kata Hakim."Syarat seperti apa?" tanya Amel penasaran."Dua miliar sebagai kompensasi atas perannya. Dia ingin semuanya berjalan profesional tanpa perasaan terlibat," jawab Hakim jujur.Amel terdiam sesaat sebelum tertawa kecil. "Wah, nggak kaget sih. Salsabila memang tipe wanita yang tahu apa yang dia mau.""Nah, itu yang mau aku tanyakan ke kamu. Apakah menurutmu Tania juga akan meminta kompensasi seperti itu?" Hakim bertanya hati-hati.Amel menghela napas. "Sejujurnya, aku nggak tahu, Mas. Tania orangnya berbeda dari Salsabil

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   283. Sebuah Jawaban

    Hakim duduk di kursinya dengan perasaan campur aduk setelah mengirim pesan kepada Amel. Ia memijat pelipisnya, mencoba mencerna semua pilihan yang tiba-tiba datang dalam hidupnya. Tiga minggu bukan waktu yang lama untuk mencari pasangan hidup, meskipun hanya sekadar pernikahan pura-pura.Di satu sisi, ada Salsabila. Wanita yang direkomendasikan oleh Aini dan tampak sangat profesional. Sikapnya tegas dan penuh perhitungan. Hakim bisa melihat bahwa Salsabila bukan tipe orang yang mudah dibohongi atau dimanfaatkan. Jika ia setuju, Hakim yakin mereka bisa menyusun kesepakatan yang jelas dan tidak akan ada drama di kemudian hari. Namun, justru itulah yang sedikit membuatnya khawatir. Wanita seperti Salsabila pasti punya standar tinggi dan bisa jadi ia tidak akan mau menjalani sandiwara ini tanpa syarat yang ketat.Di sisi lain, ada Tania. Wanita yang diperkenalkan oleh Amel. Dari deskripsi Amel, Tania tampak seperti gadis sederhana yang pekerja keras dan penuh tanggung jawab. Yatim piatu,

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   282. Calon Istri Hakim

    Hakim menatap layar ponselnya dengan ekspresi serius. Setelah menelepon Dhuha, ia merasa sedikit lebih tenang, tetapi tetap saja, waktu yang diberikan orang tuanya sangatlah singkat. Ia bukan tipe pria yang terbiasa terburu-buru dalam mengambil keputusan besar, apalagi soal pernikahan. Namun, kali ini ia tidak punya banyak pilihan.Di sisi lain, Dhuha masih mencerna ucapan Hakim barusan. Ini bukan permintaan yang biasa. Mencari calon istri dalam waktu tiga minggu saja sudah sulit, apalagi jika syaratnya adalah pernikahan pura-pura. Ia merebahkan diri di sofa sambil menatap langit-langit. Aini, yang baru saja selesai mandi, keluar dari kamar dan melihat ekspresi suaminya yang sedang berpikir keras."Kenapa bengong begitu?" tanya Aini sambil mengeringkan rambutnya.Dhuha menoleh dan tersenyum kecil. "Barusan Hakim nelepon. Dia butuh istri dalam tiga minggu."Aini mengernyit. "Istri? Maksud Mas, dia mau menikah? Emang Hakim punya ayang? ""Iya. Tapi bukan pernikahan yang sebenarnya. Dia

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   281. Istri Sewaan?

    Hotel Mulia Sahabat sudah beroperasi sejak subuh. Para staf dengan cekatan mempersiapkan segala sesuatu untuk memastikan tamu mendapatkan pelayanan terbaik. Dari lobi yang dipenuhi dengan aroma kopi segar hingga restoran yang mulai menyajikan sarapan prasmanan, semuanya berjalan dengan rapi dan efisien. Hakim duduk di ruang rapat utama, menatap layar presentasi yang menunjukkan proyek ekspansi terbaru hotel mereka di Kota Malang."Baik, untuk grand opening di Malang, saya ingin semua berjalan sesuai jadwal. Pak Irwan, bagaimana progres renovasi gedungnya?" tanya Hakim dengan suara tegas namun tetap tenang."Alhamdulillah, Pak Hakim. Progresnya sudah mencapai 85 persen. Kami hanya tinggal menyelesaikan beberapa bagian interior dan pelatihan staf baru."Hakim mengangguk puas. "Bagus. Saya ingin kita pastikan bahwa pelayanannya tetap setara dengan standar hotel kita di kota lain. Bu Siska, bagaimana dengan marketingnya?""Sudah berjalan sesuai rencana, Pak. Kami sudah melakukan kampanye

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   281. Apa Perlu Lapor Polisi?

    Dhuha menatap ibunya dengan perasaan terluka. "Mama, jangan bicara seperti itu. Aku memilih Aini bukan karena sihir atau apapun yang Mama pikirkan. Aku memilihnya karena aku mencintainya. Mama, aku mohon, berhentilah mencurigainya tanpa bukti yang jelas. Aini tulus mencintaiku, Ma. Dulu kami berpisah karena aku yang tidak dewasa. Sekarang aku sudah dewasa dan paham. Aku gak mau sampai pernikahanku gagal lagi.""Kamu tidak pernah tahu kan, kenapa bisa cinta berat sama Aini? Kamu saja jarang solat. Orang yang jarang solat itu, mudah dimasukin jin." Dhuha menggelengkan kepala. Mamanya selalu saja keras kepala dan pasti tidak akan menerima pembelaan darinya. Maria menghela napas panjang. Ia ingin membantah, tetapi dalam hatinya, ia pun ragu. Foto-foto itu memang tampak mencurigakan, tetapi apakah itu cukup sebagai bukti bahwa Aini tidak layak untuk Dhuha? Apalagi setelah mendengar bahwa foto tersebut adalah foto lama."Mama akan mencari tahu lebih lanjut. Tapi untuk sekarang, Mama tidak

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   280. Fitnah Keji

    Setelah membaca pesan itu, Aini merasa hatinya mulai tidak tenang. Meskipun Dhuha sudah meyakinkannya bahwa ia akan selalu melindunginya, tetap saja perasaan gelisah itu tidak bisa hilang begitu saja. Ia mencoba mengabaikan rasa takutnya dan melanjutkan aktivitasnya, tetapi firasat buruk itu terus menghantuinya.Keesokan harinya, Aini dan Dhuha pergi ke Sentul seperti yang mereka rencanakan. Udara pagi yang sejuk dan pemandangan hijau pegunungan sedikit mengurangi kegelisahan yang masih tersisa dalam hati Aini. Mereka mengunjungi rumah yang akan segera menjadi milik mereka, sebuah hunian minimalis dengan halaman luas dan suasana yang tenang."Masya Allah, indah sekali," gumam Aini takjub.Dhuha tersenyum melihat ekspresi bahagia istrinya. "Aku ingin kamu bahagia di sini. Aku ingin kita membangun rumah tangga yang penuh ketenangan dan cinta."Aini menggenggam tangan suaminya erat. "Terima kasih, Mas. Aku tidak butuh rumah besar atau barang mewah, yang penting kita selalu bersama." Mesk

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   279. Pesan Ancaman

    Dhuha menggeleng-geleng sambil tertawa, menarik Aini kembali ke dalam pelukannya. "Adek benar-benar bikin abang kalah terus ya?"Aini terkikik. "Bukannya kalah, tapi harusnya bangga punya istri cerdas."Dhuha mengecup kening istrinya lembut. "Iya, iya, abang bangga sekali."Mereka duduk berdua di ranjang, menikmati momen tenang setelah kejadian barusan. Aini bersandar di bahu Dhuha, memainkan jari-jarinya di telapak tangan suaminya. "Mas, menurutmu, Mama akan terus begini?"Dhuha menghela napas panjang. "Entahlah. Aku tahu Mama butuh waktu. Tapi aku yakin lama-lama beliau akan menerima kamu sepenuhnya."Aini mengangguk. "Aku tidak ingin buru-buru. Yang penting kita berdua tetap satu hati."Dhuha tersenyum. "Selalu."Sementara itu, di kamar Maria, wanita paruh baya itu duduk di depan cermin riasnya, memandangi wajahnya dengan ekspresi penuh pertimbangan. Ia memegang dompet pemberian Monic, mengelus permukaannya pelan. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan.Monic adalah kandidat

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   278. Adek Cerdas, Abang Lemas

    Aini tertawa kecil melihat ekspresi terkejut Dhuha. "Sudah, sekarang kita diam saja di dalam kamar, biarkan Mama dan Monic di luar."Dhuha menggelengkan kepala, tetapi akhirnya hanya bisa tersenyum pasrah. Ia menarik Aini ke dalam pelukannya, membiarkan istrinya bersandar di dadanya. "Kamu benar-benar tidak ada takutnya, ya?""Kenapa harus takut? Aku istrimu, sah di mata agama dan negara. Mau Mama undang Monic, Silvi, atau siapa pun, yang terpenting hatimu hanya untukku, kan?" goda Aini.Dhuha tertawa pelan. "Iya, iya. Kamu memang satu-satunya buatku.""Ada yang bilang, selama suami berpihak pada istri, jangankan pelakor, set an pun gak berani menggoda." Dhuha kembali tertawa. "Jadi, apa kita ada momen untuk bikin bayi siang-siang begini?" goda Dhuha. "Of, course, Sayang. Kali ini, aku di atas ya." Dhuha terbahak sambil menekan hidung istrinya karena gemas. Sementara itu, di ruang tamu, Maria menyambut Monic dengan senyuman ramah. Wanita itu terlihat anggun dengan gaun merah marunn

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   277. Mertua, Oh, Mertua

    Setelah kunjungan mereka ke panti asuhan Cahaya Kasih, Dhuha dan Aini kembali ke rumah mereka yang nyaman. Hari itu terasa begitu indah bagi Aini, berbagi kebahagiaan dengan anak-anak di panti asuhan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama.Sore itu, ketika mereka baru saja tiba di rumah, ponsel Dhuha bergetar. Nama yang tertera di layar membuatnya menghela napas panjang sebelum mengangkat panggilan itu. "Mama," sapanya pelan."Dhuha, Mama ingin bicara. Bisa Mama datang sekarang?" suara Maria terdengar lebih lembut dari biasanya.Dhuha melirik Aini yang sedang menata beberapa barang di ruang tamu. Ia mengangguk kecil seolah mengizinkan, meski tak tahu apa yang akan dibahas mamanya kali ini. "Baik, Ma. Mama ke sini sekarang?""Ya, tunggu Mama sebentar.""Kenapa, Mas?" tanya Aini sambil menatap suaminya. "Mama mau berkunjung ke sinu." Aini mengangguk. "Terus kenapa?""Kamu gak papa?" tanya Dhuha khawatir. "Ish, Mama itu juga mamaku sekarang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status