Share

Bab 2

Auteur: Dania Zahra
Mendengar perkataan itu, tangan Livy langsung gemetaran. Ponselnya tergelincir dari tangannya dan terjatuh ke lantai. Livy bahkan sempat curiga pendengarannya bermasalah.

Sambil memegang dadanya, Livy buru-buru memungut kembali ponselnya dan bertanya dengan terbata-bata, "Pak Preston, apa ... ada masalah?"

"Kamu tahu sendiri." Setelah melontarkan ucapan tersebut, Preston langsung menutup teleponnya. Wajah Livy memucat seketika.

Ini benar-benar gawat! Preston pasti mau buat perhitungan dengannya!

Setelah Livy meletakkan koper Preston di dalam apartemennya, dia segera pulang ke rumah dan mulai mengirimkan lamaran pekerjaan. Karena terlalu lelah, Livy tertidur di atas meja begitu selesai mengirimkan beberapa lamaran. Tiba-tiba, dering telepon membangunkannya.

Melihat nama Preston di layar, Livy langsung terkejut dan rasa kantuknya hilang seketika. Dia segera mengangkat telepon itu. "Pak ... Pak Preston."

"Di mana kamu?" Pertanyaan yang sederhana itu membuat bulu kuduknya berdiri.

Livy melirik jamnya sekilas. Saat ini sudah pukul setengah tujuh malam. "Maaf, Pak, saya ketiduran dan belum sempat ke sana," jawab Livy sambil buru-buru meminta maaf.

"Datang ke sini dalam waktu setengah jam," Preston memberi perintah singkat.

Setelah telepon ditutup, Livy langsung memesan taksi dan memohon kepada sopir untuk mempercepat laju kendaraannya. Sopir itu bahkan mengira dia sedang terburu-buru untuk memergoki orang yang berselingkuh.

Dengan napas tersengal-sengal, Livy akhirnya berhasil tiba tepat waktu. Rasanya hampir saja dia kehabisan napas. Kalau sampai pingsan di depan rumah Preston, mungkin pria itu benar-benar akan menghancurkan tubuhnya sampai tak bersisa!

Walaupun Livy sudah mengetahui kode pintu apartemen, dia tetap mengikuti aturan dan mengetuk pintu dengan sopan. Begitu pintu terbuka, di hadapannya muncul wajah tampan Preston.

Tak bisa dipungkiri, Preston benar-benar rupawan. Tak heran dia menjadi pria idaman dari semua wanita, baik di kota ini maupun di seluruh negeri.

"Pak Preston," sapa Livy dengan suara pelan sambil menundukkan kepala.

Preston yang memang jauh lebih tinggi darinya, hanya bisa melihat bagian belakang kepala Livy yang tertunduk. Dia menahan tawa kecil, lalu berkata, "Masuk."

Livy mengikutinya masuk ke apartemen tersebut. Dia menyadari bahwa suasana hati Preston tampaknya sangat baik. Sepertinya proyek resor yang mereka kunjungi sangat memuaskan.

Kalau begitu, apa dia boleh menggunakan kesempatan ini untuk minta maaf? Livy benar-benar tidak ingin kehilangan pekerjaan ini. Saat mencoba melamar pekerjaan di tempat lain tadi siang, Livy menyadari bahwa posisi yang ditawarkan tidak sesuai dan gajinya bahkan setengah dari yang dia terima di Grup Sandiaga.

Selain itu, Livy bukan sekretaris utama Preston, melainkan hanya salah satu sekretaris di departemen itu. Posisi Livy bisa digantikan kapan saja. Hanya dengan sebuah perintah dari Preston, Livy bisa langsung dipecat tanpa diberi kesempatan untuk membela diri.

Sebab bagaimanapun, Livy hanyalah orang yang tidak terlalu penting.

"Pak Preston, kumohon jangan pecat aku. Aku bersumpah, kalau Bapak nggak mau melihatku, aku bisa menghindari Bapak. Bapak bahkan boleh memindahkanku ke departemen yang jauh. Aku bisa melakukan pekerjaan apa pun. Aku nggak mau meninggalkan Grup Sandiaga ...."

Livy merasa seperti ingin menangis. Dia benar-benar tidak rela kehilangan pekerjaan yang menguntungkan ini!

"Siapa bilang aku mau pecat kamu?" Preston berbalik melihat wajah wanita ini yang merona dan matanya yang berkaca-kaca. Penampilannya tampak mudah sekali ditindas.

Pengalaman semalam meninggalkan kesan mendalam baginya. Kini, tenggorokan Preston terasa kering dan benaknya masih dipenuhi dengan apa yang telah terjadi.

"Ah?" Livy tiba-tiba mendongak menatap mata Preston yang tajam. Tatapan itu membuat jantung Livy berpacu kencang. Dia tidak bisa memahami apa yang tersembunyi di balik tatapan itu.

Tunggu! Apakah maksud Preston tadi, dia tidak berencana untuk memecatnya? Lalu, kenapa Preston memanggilnya ke sini? Apakah hanya untuk memarahinya secara pribadi?

"Kamu punya pacar?"

Pertanyaan yang mendadak itu menyadarkan Livy dari lamunannya. Dia menggelengkan kepala dengan bingung. "Nggak ada," jawabnya. Memang, Livy tidak punya pacar lagi setelah putus dari Stanley dan saat ini dia sedang dalam status lajang.

Preston mengangguk perlahan, seakan-akan sudah menduga jawabannya. Sebab, dia tahu bahwa kejadian semalam adalah pengalaman pertama bagi Livy dan dia bisa merasakannya.

"Besok pagi jam sembilan, ikut aku ke kantor catatan sipil," ucap Preston dengan tenang.

Livy terdiam selama beberapa detik dan pupil matanya langsung menyusut tajam. Tadinya dia mengira dirinya akan dibawa ke kantor polisi, tapi kenapa malah jadi ke kantor catatan sipil?

"Pak Preston, untuk apa kita ke kantor catatan sipil?" Livy masih bingung.

"Nikah."

Preston mendekati Livy, lalu mendorongnya dengan perlahan ke sofa. Livy kehilangan keseimbangan dan terjatuh di atasnya.

Tak lama kemudian, dia merasakan cahaya di depannya menjadi redup karena dihalangi oleh tubuh Preston. Dia tidak menyangka akan ada malam kedua bersama Preston. Mereka terus bergumul dari sofa hingga ke kamar tidur dengan pakaian yang berserakan di lantai.

....

Livy benar-benar tidak menyangka, Preston memberinya "pelajaran" secara pribadi. Namun, konteks "pelajaran" yang diberikannya ternyata berbeda dari yang dibayangkannya.

"Pak Preston, kenapa Bapak mau nikah denganku? Sebenarnya Bapak nggak perlu bertanggung jawab."

Livy sebenarnya ingin mengatakan bahwa dia memang sengaja menggoda Preston semalam. Namun, Preston tampaknya mengira semua itu adalah sebuah kecelakaan.

"Aku butuh seseorang untuk dinikahi dan kamu yang paling cocok."

....

Keesokan paginya, pukul setengah sepuluh.

Setelah mengambil dokumen-dokumennya dari apartemen, Livy dan Preston pergi ke kantor catatan sipil. Kini, Livy melangkah keluar dari kantor itu sambil menatap akta nikah di tangannya. Dia merasa seolah-olah baru saja bermimpi.

Apa benar dia baru saja menikah dengan Preston? Nikah mendadak sama atasannya?

Tentu saja, Livy sudah memahami tujuan Preston menikahinya. Ini bukan karena Preston ingin bertanggung jawab, tetapi lebih karena dia membutuhkan seseorang untuk menghadapi tekanan dari keluarganya. Apalagi, ayahnya terus memaksanya menikah.

Di perusahaan, Livy tetap hanya seorang sekretaris dan hubungan pernikahan mereka dirahasiakan dari publik. Selain itu, pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang sebenarnya, melainkan sebuah pernikahan kontrak. Mereka juga menandatangani perjanjian pernikahan.

Preston memberikan uang dan Livy menjalankan perannya sesuai permintaan. Keduanya memiliki kepentingan masing-masing.

"Kamu boleh libur setengah hari. Pulang dan kemas barang-barangmu, pindah ke Harmony Residence," kata Preston saat mengantarkan Livy ke apartemennya sebelum berangkat ke kantor.

Livy tidak punya banyak barang. Hanya dalam sekejap, dia telah selesai membereskan semuanya. Saat baru saja hendak memesan taksi untuk pindahan, dia melihat sebuah sosok yang tidak asing. Orang itu adalah asisten pribadi Preston, Bendy.

"Pak Bendy," sapa Livy dengan sedikit terkejut.

Bendy segera menghampirinya dan mengambil koper Livy sambil berkata, "Nyonya, Pak Preston memintaku untuk mengantarkanmu ke sana."

Livy merasa tidak nyaman mendengar panggilan itu. "Pak Bendy, panggil aku Livy saja atau Bu Livy. Pernikahanku dan Pak Preston harus dirahasiakan. Ini cuma sebuah transaksi," jawab Livy dengan senyum canggung.

Di perusahaan, Bendy memiliki otoritas satu tingkat di bawah Preston. Di antara para karyawan, mereka sering bercanda menyebutnya sebagai "pengawas utama". Meskipun begitu, posisinya sangat tinggi, sehingga semua orang tetap hormat padanya.

Sekarang, melihat Bendy bersikap sopan dan bahkan membantu membawakan barang-barangnya, Livy merasa sangat tidak nyaman.

"Baiklah, Bu Livy," jawab Bendy mengikuti permintaannya Namun, jelas terlihat bahwa sikap Bendy menjadi jauh lebih hormat terhadap Livy.

Livy mencoba bersikap lebih santai dan berkata, "Pak Bendy, bisa lebih santai saja ya ...."

"Baik," kata Bendy sambil mengangguk, tapi tetap dengan nada serius. Livy hanya bisa pasrah dengan keadaannya.

Setelah tiba di Harmony Residence, Livy sibuk membereskan kopernya. Namun, dia tiba-tiba mendapat pesan dari Stanley.

[ Livy, kamu sudah balik ke ibu kota? Kapan ada waktu? Kita ketemuan dan ngobrol sebentar, ya? ]

[ Hadiah pernikahannya sudah kusiapin, kamu nggak perlu keluar uang sepeser pun. Kuserahkan langsung waktu ketemu nanti ya? ]

[ Kamu cuma perlu hadir waktu hari pernikahan itu saja. Biar aku yang tanggung semua uang gaun dan keperluan lainnya! ]

Menanggung semuanya?

Livy merasa konyol. Dia langsung membalas pesan itu.

[ Boleh, jam 12 siang, di kafe Star. ]

Kebetulan dia bisa langsung berangkat kerja setelah bertemu dengan Stanley. Bagaimanapun, bosnya hanya memberi izin cuti setengah hari.

....

Saat Livy tiba di kafe, Stanley telah menunggunya di sana. Melihat Livy yang berjalan mendekatinya, Stanley buru-buru menyodorkan sebuah amplop ke hadapannya.

Livy berkata dengan nada tenang, "Stanley, terima kasih atas amplopnya. Kebetulan aku baru nikah hari ini. Hadiahmu ini memang pas sekali."

"Apa kamu bilang?" Stanley tampak tidak percaya.
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Rina Mustika
bagus dan menarik
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Related chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 3

    Stanley bahkan mengira Livy sedang bercanda dengannya. Hingga saat dia melihat bekas berwarna merah di leher Livy, emosi Stanley langsung memuncak. "Pria mana itu? Livy, kamu mengkhianatiku!""Maling teriak maling nih? Stanley, kamu boleh menikahi wanita lain, tapi aku nggak boleh nikah duluan?" ucap Livy sambil mendengus dingin. Saat ini, Livy masih tidak ingin memberi tahu Stanley tentang Preston.Setelah Stanley menikahi Chloe nanti, Livy akan jadi bibinya. Livy sangat penasaran, bagaimana reaksi Stanley nantinya setelah mengetahui hal ini?"Nggak mungkin! Kamu nikah sama siapa? Siapa yang mau nikahin kamu? Kenapa aku nggak tahu sama sekali?" teriak Stanley dengan marah.Livy benar-benar heran mengapa dulu dia begitu mencintai Stanley. Apa pun yang Stanley katakan, dia percayai sepenuhnya. Namun pada akhirnya, dia hanya dipermainkan.Tiga bulan lalu saat mendengar berita pernikahan Stanley, Livy kehilangan berat badan hingga 10 kilogram dalam waktu 10 hari. Tubuhnya sangat lemah, se

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 4

    Wajah Livy memerah seketika. Dia berusaha untuk meronta sambil melirik ke arah pintu dengan panik karena takut ada yang tiba-tiba masuk."Kenapa cari aku?"Preston berusaha menenangkan diri dan bersikap lebih sopan. Namun, dia sendiri juga tidak mengerti mengapa bisa tergoda ketika melihat Livy. Seolah-olah kehilangan akal sehat, Preston yang seperti ini benar-benar berbeda dengan dirinya yang biasa.Livy berdiri tegak dan merapikan pakaiannya. "Aku ... akan dipecat. Seharusnya, itu bukan perintah darimu, 'kan?" tanya Livy dengan hati-hati.Bagaimanapun, mereka baru saja menikah pagi ini. Alasan mereka mendaftarkan pernikahan ini adalah karena Livy adalah karyawan perusahaan ini. Dengan demikian, Preston bisa lebih mudah mencari Livy dan memintanya untuk berakting kapan saja jika diperlukan.Itulah alasannya, Livy yakin bahwa pemecatannya ini tidak ada kaitannya dengan Preston. Lagi pula, Preston tidak pernah menyebutkan bahwa dia harus tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga."Apa y

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 5

    Menghadapi permintaan maaf yang mendadak dari Annie, Livy merasa kebingungan. Secara refleks, dia menatap ke arah Preston yang duduk di belakang meja, berharap bisa mendapatkan penjelasan dari ekspresinya.Ketika Preston melihat tatapan Livy yang bingung dan penuh kepolosan itu, tenggorokannya terasa kering sejenak. Dia langsung teringat bagaimana sorot mata itu menatapnya dengan malu-malu semalam.Setelah berusaha mengendalikan diri, Preston mengendurkan dasinya dan berkata, "Karena ini cuma salah paham, aku akan minta departemen HR untuk batalin pengajuan pemecatan.""Annie, kamu sudah berada di jajaran manajemen. Sebagai pemimpin, aku berharap kamu nggak melakukan kesalahan kecil seperti ini lagi. Jadilah teladan bagi bawahanmu."Meskipun Preston mengucapkan tiga kata "kesalahan kecil" dengan nada santai, Annie bisa merasakan teguran di balik ucapannya. Kekesalan yang mendalam terpancar dari matanya, tetapi dia tetap mengangguk sambil menjawab, "Akan saya ingat itu, Pak Preston."Me

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 6

    Livy tertegun seketika. Hanya karena masalah sekecil ini, Preston turun tangan langsung untuk memeriksanya sendiri? Pria ini benar-benar tegas! Kalau sampai Preston tahu bahwa kejadian di resor itu bukan sebuah kecelakaan, melainkan Livy yang memang sengaja menggodanya ....Livy bergidik ngeri, tidak berani membayangkan kemungkinan yang akan terjadi."Ini untukmu." Suara Preston yang berat tiba-tiba menarik Livy kembali ke kenyataan. Dia melihat sebuah kartu bank disodorkan di depannya. Livy berkedip beberapa kali dengan kaget."Di dalamnya ada 20 miliar, pakai saja sesukamu," ucap Preston.Mata Livy melebar seketika.Preston memang pernah menyebutkan akan memberikan uang saku dan bayaran untuk perannya dalam "drama" pernikahan mereka. Namun, hal itu dibicarakan ketika mereka sedang berada di ranjang. Saat itu, Livy dalam keadaan setengah sadar sehingga dia lupa menegosiasikan jumlahnya.Dia awalnya berpikir Preston hanya akan memberikan jumlah yang sebanding dengan gajinya di Grup San

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 7

    Annie sebenarnya datang dengan alasan mengantarkan dokumen, tapi tujuan utamanya adalah untuk meminta maaf lagi kepada Preston. Kesalahan kecil yang dia buat itu terlalu merusak citranya dan dia tidak ingin Preston menganggapnya sebagai orang yang ceroboh.Meskipun kesalahan itu memang sengaja dibuat untuk menjebak Livy, Annie terpaksa mengakui bahwa kejadian itu adalah ketidaksengajaan di hadapan Preston. Hanya saja, Annie tidak menyangka bahwa Livy berada di ruangan Preston selama itu."Kamu ngobrol apaan sama Pak Preston di dalam? Kenapa bisa selama itu?" Annie menatap Livy dengan tajam. Wajahnya tampak kesal dan hatinya merasa tidak nyaman.Saat teringat dengan Livy yang menggagalkan rencananya di resor malam itu, emosi Annie langsung memuncak. Orang yang seharusnya bersama Preston malam itu adalah dirinya, bukan Livy. Annie telah berusaha keras untuk melancarkan rencananya. Dia bahkan berhasil mencampurkan sesuatu ke dalam minuman Preston.Tepat pada saat Preston mulai bereaksi, A

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 8

    Livy mengucapkan terima kasih kepada petugas resepsionis dan langsung menuju kamar tempat neneknya sambil membawa buah-buahan dan hadiah di tangannya.Saat membuka pintu, Livy melihat neneknya yang tampak lesu di atas ranjang. Hidung Livy terasa kecut seketika dan air mata menggenang di pelupuk matanya."Nenek!" serunya sambil bergegas mendekat. Livy mencoba menahan emosinya sambil tersenyum manis dan berkata manja, "Aku kangen sekali sama Nenek.""Livy! Anak bodoh, Nenek juga kangen kamu," kata Winda seraya memegang wajah Livy dengan penuh kasih. "Dinasmu capek nggak? Kamu jadi kurusan."Livy tertawa dan menggelengkan kepala, "Sama sekali nggak capek.""Nenek, aku kerja di Grup Sandiaga. Gajinya tinggi, tunjangan dan fasilitasnya juga bagus. Lihat, aku bawa oleh-oleh ini buat Nenek. Ini semua hasil dari perjalanan dinasku, produk lokal yang diberikan gratis di resor baru perusahaan."Livy tidak berbohong. Memang benar bahwa semua barang itu adalah oleh-oleh dari resor yang dibagikan k

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 9

    Raut wajah Preston jadi lebih rileks dan suaranya juga jadi lebih lembut saat bertanya, "Perlu suruh Bendy untuk jemput kamu nggak?"Livy merasa terkejut dengan perhatian Preston. Dia jadi lupa dengan masalah Stanley dan buru-buru memanggil sebuah taksi. "Nggak usah, aku bisa pulang sendiri, kok." Setelah memeriksa waktu sejenak, dia kembali menimpali, "Jalanan agak macet, mungkin masih butuh sekitar satu jam."Khawatir bahwa Preston mungkin akan membutuhkan bantuannya, Livy terus mendesak sopir taksi untuk mempercepat laju kendaraan sepanjang perjalanan. Akhirnya, dia tiba di Harmony Residence sesuai waktu yang diperkirakan.Lampu di ruang tamu sedang menyala dan tercium aroma kopi yang khas memenuhi udara. Pencahayaan dan aroma ini membawa nuansa yang hangat dalam apartemen yang didekorasi dengan indah tersebut.Livy melangkah masuk dengan hati-hati dan menemukan Preston sedang berdiri di dekat bar dapur. Berbeda dengan penampilannya di kantor, saat ini Preston sedang mengenakan paka

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 10

    Jantung Livy terasa seakan berhenti berdetak sesaat. Dia berkedip dengan gugup, lalu menyapa dengan canggung, "Hai! Pak Preston, selamat pagi.""Hmm," Preston hanya menggumamkan jawabannya, lalu turun dari tempat tidur dan merapikan rambutnya yang acak-acakan sambil berjalan ke arah kamar mandi.Tirai jendela di kamar masih terbuka. Dari jendela besar di kamar utama, terlihat pemandangan indah dari taman pusat kota. Pakaian mereka berserakan di lantai dan udara di kamar itu masih samar-samar memancarkan aroma khas setelah berhubungan intim.Dengan wajah memerah, Livy turun dari tempat tidur dan mulai mengenakan pakaiannya. Setelah Preston keluar dari kamar mandi, Livy segera menyelinap masuk untuk mandi.Ketika dia selesai dan keluar dari kamar mandi, Preston sudah duduk mengenakan setelan jas dan menikmati secangkir kopi di meja makan. Sementara itu, Bendy sedang melaporkan urusan pekerjaan padanya. Setelah ragu-ragu sejenak, Livy memutuskan untuk berjalan mendekat."Duduk dan sarapan

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 421

    Hesti mencengkeram tangan Livy dengan begitu bersemangat sampai meninggalkan bekas.Livy yang merasa lucu menepuk tangan Hesti dan berkata, "Aku juga nggak begitu yakin. Tapi, dia sepertinya hanya ingin keluar untuk bersantai, kita pura-pura nggak mengenalnya saja.""Benar! Sebagai penggemar yang baik, kita nggak boleh mengganggu idola," kata Hesti yang berusaha menahan kegembiraannya. Namun, saat memesan makanan, dia tetap terus menatap Ryan dan tidak berkedip sedikit pun. Setelah selesai memesan makanan, dia memilih meja yang sangat dekat dan terus menatap Ryan."Livy, bolehkah ... aku foto sekali saja? Aku benar-benar sangat senang, aku janji hanya satu foto saja," kata Hesti, lalu diam-diam mengeluarkan ponselnya.Namun, begitu kamera diarahkan pada Ryan, dua pengawal sudah mendekat dari kejauhan. Pada saat yang bersamaan, kilatan kamera ponsel pun menyala dan terlihat begitu jelas di tengah kegelapan malam. Restoran bakaran yang memang sepi tiba-tiba dikepung oleh dua pengawal yan

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status