Share

Bab 2

Penulis: Dania Zahra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Mendengar perkataan itu, tangan Livy langsung gemetaran. Ponselnya tergelincir dari tangannya dan terjatuh ke lantai. Livy bahkan sempat curiga pendengarannya bermasalah.

Sambil memegang dadanya, Livy buru-buru memungut kembali ponselnya dan bertanya dengan terbata-bata, "Pak Preston, apa ... ada masalah?"

"Kamu tahu sendiri." Setelah melontarkan ucapan tersebut, Preston langsung menutup teleponnya. Wajah Livy memucat seketika.

Ini benar-benar gawat! Preston pasti mau buat perhitungan dengannya!

Setelah Livy meletakkan koper Preston di dalam apartemennya, dia segera pulang ke rumah dan mulai mengirimkan lamaran pekerjaan. Karena terlalu lelah, Livy tertidur di atas meja begitu selesai mengirimkan beberapa lamaran. Tiba-tiba, dering telepon membangunkannya.

Melihat nama Preston di layar, Livy langsung terkejut dan rasa kantuknya hilang seketika. Dia segera mengangkat telepon itu. "Pak ... Pak Preston."

"Di mana kamu?" Pertanyaan yang sederhana itu membuat bulu kuduknya berdiri.

Livy melirik jamnya sekilas. Saat ini sudah pukul setengah tujuh malam. "Maaf, Pak, saya ketiduran dan belum sempat ke sana," jawab Livy sambil buru-buru meminta maaf.

"Datang ke sini dalam waktu setengah jam," Preston memberi perintah singkat.

Setelah telepon ditutup, Livy langsung memesan taksi dan memohon kepada sopir untuk mempercepat laju kendaraannya. Sopir itu bahkan mengira dia sedang terburu-buru untuk memergoki orang yang berselingkuh.

Dengan napas tersengal-sengal, Livy akhirnya berhasil tiba tepat waktu. Rasanya hampir saja dia kehabisan napas. Kalau sampai pingsan di depan rumah Preston, mungkin pria itu benar-benar akan menghancurkan tubuhnya sampai tak bersisa!

Walaupun Livy sudah mengetahui kode pintu apartemen, dia tetap mengikuti aturan dan mengetuk pintu dengan sopan. Begitu pintu terbuka, di hadapannya muncul wajah tampan Preston.

Tak bisa dipungkiri, Preston benar-benar rupawan. Tak heran dia menjadi pria idaman dari semua wanita, baik di kota ini maupun di seluruh negeri.

"Pak Preston," sapa Livy dengan suara pelan sambil menundukkan kepala.

Preston yang memang jauh lebih tinggi darinya, hanya bisa melihat bagian belakang kepala Livy yang tertunduk. Dia menahan tawa kecil, lalu berkata, "Masuk."

Livy mengikutinya masuk ke apartemen tersebut. Dia menyadari bahwa suasana hati Preston tampaknya sangat baik. Sepertinya proyek resor yang mereka kunjungi sangat memuaskan.

Kalau begitu, apa dia boleh menggunakan kesempatan ini untuk minta maaf? Livy benar-benar tidak ingin kehilangan pekerjaan ini. Saat mencoba melamar pekerjaan di tempat lain tadi siang, Livy menyadari bahwa posisi yang ditawarkan tidak sesuai dan gajinya bahkan setengah dari yang dia terima di Grup Sandiaga.

Selain itu, Livy bukan sekretaris utama Preston, melainkan hanya salah satu sekretaris di departemen itu. Posisi Livy bisa digantikan kapan saja. Hanya dengan sebuah perintah dari Preston, Livy bisa langsung dipecat tanpa diberi kesempatan untuk membela diri.

Sebab bagaimanapun, Livy hanyalah orang yang tidak terlalu penting.

"Pak Preston, kumohon jangan pecat aku. Aku bersumpah, kalau Bapak nggak mau melihatku, aku bisa menghindari Bapak. Bapak bahkan boleh memindahkanku ke departemen yang jauh. Aku bisa melakukan pekerjaan apa pun. Aku nggak mau meninggalkan Grup Sandiaga ...."

Livy merasa seperti ingin menangis. Dia benar-benar tidak rela kehilangan pekerjaan yang menguntungkan ini!

"Siapa bilang aku mau pecat kamu?" Preston berbalik melihat wajah wanita ini yang merona dan matanya yang berkaca-kaca. Penampilannya tampak mudah sekali ditindas.

Pengalaman semalam meninggalkan kesan mendalam baginya. Kini, tenggorokan Preston terasa kering dan benaknya masih dipenuhi dengan apa yang telah terjadi.

"Ah?" Livy tiba-tiba mendongak menatap mata Preston yang tajam. Tatapan itu membuat jantung Livy berpacu kencang. Dia tidak bisa memahami apa yang tersembunyi di balik tatapan itu.

Tunggu! Apakah maksud Preston tadi, dia tidak berencana untuk memecatnya? Lalu, kenapa Preston memanggilnya ke sini? Apakah hanya untuk memarahinya secara pribadi?

"Kamu punya pacar?"

Pertanyaan yang mendadak itu menyadarkan Livy dari lamunannya. Dia menggelengkan kepala dengan bingung. "Nggak ada," jawabnya. Memang, Livy tidak punya pacar lagi setelah putus dari Stanley dan saat ini dia sedang dalam status lajang.

Preston mengangguk perlahan, seakan-akan sudah menduga jawabannya. Sebab, dia tahu bahwa kejadian semalam adalah pengalaman pertama bagi Livy dan dia bisa merasakannya.

"Besok pagi jam sembilan, ikut aku ke kantor catatan sipil," ucap Preston dengan tenang.

Livy terdiam selama beberapa detik dan pupil matanya langsung menyusut tajam. Tadinya dia mengira dirinya akan dibawa ke kantor polisi, tapi kenapa malah jadi ke kantor catatan sipil?

"Pak Preston, untuk apa kita ke kantor catatan sipil?" Livy masih bingung.

"Nikah."

Preston mendekati Livy, lalu mendorongnya dengan perlahan ke sofa. Livy kehilangan keseimbangan dan terjatuh di atasnya.

Tak lama kemudian, dia merasakan cahaya di depannya menjadi redup karena dihalangi oleh tubuh Preston. Dia tidak menyangka akan ada malam kedua bersama Preston. Mereka terus bergumul dari sofa hingga ke kamar tidur dengan pakaian yang berserakan di lantai.

....

Livy benar-benar tidak menyangka, Preston memberinya "pelajaran" secara pribadi. Namun, konteks "pelajaran" yang diberikannya ternyata berbeda dari yang dibayangkannya.

"Pak Preston, kenapa Bapak mau nikah denganku? Sebenarnya Bapak nggak perlu bertanggung jawab."

Livy sebenarnya ingin mengatakan bahwa dia memang sengaja menggoda Preston semalam. Namun, Preston tampaknya mengira semua itu adalah sebuah kecelakaan.

"Aku butuh seseorang untuk dinikahi dan kamu yang paling cocok."

....

Keesokan paginya, pukul setengah sepuluh.

Setelah mengambil dokumen-dokumennya dari apartemen, Livy dan Preston pergi ke kantor catatan sipil. Kini, Livy melangkah keluar dari kantor itu sambil menatap akta nikah di tangannya. Dia merasa seolah-olah baru saja bermimpi.

Apa benar dia baru saja menikah dengan Preston? Nikah mendadak sama atasannya?

Tentu saja, Livy sudah memahami tujuan Preston menikahinya. Ini bukan karena Preston ingin bertanggung jawab, tetapi lebih karena dia membutuhkan seseorang untuk menghadapi tekanan dari keluarganya. Apalagi, ayahnya terus memaksanya menikah.

Di perusahaan, Livy tetap hanya seorang sekretaris dan hubungan pernikahan mereka dirahasiakan dari publik. Selain itu, pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang sebenarnya, melainkan sebuah pernikahan kontrak. Mereka juga menandatangani perjanjian pernikahan.

Preston memberikan uang dan Livy menjalankan perannya sesuai permintaan. Keduanya memiliki kepentingan masing-masing.

"Kamu boleh libur setengah hari. Pulang dan kemas barang-barangmu, pindah ke Harmony Residence," kata Preston saat mengantarkan Livy ke apartemennya sebelum berangkat ke kantor.

Livy tidak punya banyak barang. Hanya dalam sekejap, dia telah selesai membereskan semuanya. Saat baru saja hendak memesan taksi untuk pindahan, dia melihat sebuah sosok yang tidak asing. Orang itu adalah asisten pribadi Preston, Bendy.

"Pak Bendy," sapa Livy dengan sedikit terkejut.

Bendy segera menghampirinya dan mengambil koper Livy sambil berkata, "Nyonya, Pak Preston memintaku untuk mengantarkanmu ke sana."

Livy merasa tidak nyaman mendengar panggilan itu. "Pak Bendy, panggil aku Livy saja atau Bu Livy. Pernikahanku dan Pak Preston harus dirahasiakan. Ini cuma sebuah transaksi," jawab Livy dengan senyum canggung.

Di perusahaan, Bendy memiliki otoritas satu tingkat di bawah Preston. Di antara para karyawan, mereka sering bercanda menyebutnya sebagai "pengawas utama". Meskipun begitu, posisinya sangat tinggi, sehingga semua orang tetap hormat padanya.

Sekarang, melihat Bendy bersikap sopan dan bahkan membantu membawakan barang-barangnya, Livy merasa sangat tidak nyaman.

"Baiklah, Bu Livy," jawab Bendy mengikuti permintaannya Namun, jelas terlihat bahwa sikap Bendy menjadi jauh lebih hormat terhadap Livy.

Livy mencoba bersikap lebih santai dan berkata, "Pak Bendy, bisa lebih santai saja ya ...."

"Baik," kata Bendy sambil mengangguk, tapi tetap dengan nada serius. Livy hanya bisa pasrah dengan keadaannya.

Setelah tiba di Harmony Residence, Livy sibuk membereskan kopernya. Namun, dia tiba-tiba mendapat pesan dari Stanley.

[ Livy, kamu sudah balik ke ibu kota? Kapan ada waktu? Kita ketemuan dan ngobrol sebentar, ya? ]

[ Hadiah pernikahannya sudah kusiapin, kamu nggak perlu keluar uang sepeser pun. Kuserahkan langsung waktu ketemu nanti ya? ]

[ Kamu cuma perlu hadir waktu hari pernikahan itu saja. Biar aku yang tanggung semua uang gaun dan keperluan lainnya! ]

Menanggung semuanya?

Livy merasa konyol. Dia langsung membalas pesan itu.

[ Boleh, jam 12 siang, di kafe Star. ]

Kebetulan dia bisa langsung berangkat kerja setelah bertemu dengan Stanley. Bagaimanapun, bosnya hanya memberi izin cuti setengah hari.

....

Saat Livy tiba di kafe, Stanley telah menunggunya di sana. Melihat Livy yang berjalan mendekatinya, Stanley buru-buru menyodorkan sebuah amplop ke hadapannya.

Livy berkata dengan nada tenang, "Stanley, terima kasih atas amplopnya. Kebetulan aku baru nikah hari ini. Hadiahmu ini memang pas sekali."

"Apa kamu bilang?" Stanley tampak tidak percaya.

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 3

    Stanley bahkan mengira Livy sedang bercanda dengannya. Hingga saat dia melihat bekas berwarna merah di leher Livy, emosi Stanley langsung memuncak. "Pria mana itu? Livy, kamu mengkhianatiku!""Maling teriak maling nih? Stanley, kamu boleh menikahi wanita lain, tapi aku nggak boleh nikah duluan?" ucap Livy sambil mendengus dingin. Saat ini, Livy masih tidak ingin memberi tahu Stanley tentang Preston.Setelah Stanley menikahi Chloe nanti, Livy akan jadi bibinya. Livy sangat penasaran, bagaimana reaksi Stanley nantinya setelah mengetahui hal ini?"Nggak mungkin! Kamu nikah sama siapa? Siapa yang mau nikahin kamu? Kenapa aku nggak tahu sama sekali?" teriak Stanley dengan marah.Livy benar-benar heran mengapa dulu dia begitu mencintai Stanley. Apa pun yang Stanley katakan, dia percayai sepenuhnya. Namun pada akhirnya, dia hanya dipermainkan.Tiga bulan lalu saat mendengar berita pernikahan Stanley, Livy kehilangan berat badan hingga 10 kilogram dalam waktu 10 hari. Tubuhnya sangat lemah, se

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 4

    Wajah Livy memerah seketika. Dia berusaha untuk meronta sambil melirik ke arah pintu dengan panik karena takut ada yang tiba-tiba masuk."Kenapa cari aku?"Preston berusaha menenangkan diri dan bersikap lebih sopan. Namun, dia sendiri juga tidak mengerti mengapa bisa tergoda ketika melihat Livy. Seolah-olah kehilangan akal sehat, Preston yang seperti ini benar-benar berbeda dengan dirinya yang biasa.Livy berdiri tegak dan merapikan pakaiannya. "Aku ... akan dipecat. Seharusnya, itu bukan perintah darimu, 'kan?" tanya Livy dengan hati-hati.Bagaimanapun, mereka baru saja menikah pagi ini. Alasan mereka mendaftarkan pernikahan ini adalah karena Livy adalah karyawan perusahaan ini. Dengan demikian, Preston bisa lebih mudah mencari Livy dan memintanya untuk berakting kapan saja jika diperlukan.Itulah alasannya, Livy yakin bahwa pemecatannya ini tidak ada kaitannya dengan Preston. Lagi pula, Preston tidak pernah menyebutkan bahwa dia harus tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga."Apa y

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 5

    Menghadapi permintaan maaf yang mendadak dari Annie, Livy merasa kebingungan. Secara refleks, dia menatap ke arah Preston yang duduk di belakang meja, berharap bisa mendapatkan penjelasan dari ekspresinya.Ketika Preston melihat tatapan Livy yang bingung dan penuh kepolosan itu, tenggorokannya terasa kering sejenak. Dia langsung teringat bagaimana sorot mata itu menatapnya dengan malu-malu semalam.Setelah berusaha mengendalikan diri, Preston mengendurkan dasinya dan berkata, "Karena ini cuma salah paham, aku akan minta departemen HR untuk batalin pengajuan pemecatan.""Annie, kamu sudah berada di jajaran manajemen. Sebagai pemimpin, aku berharap kamu nggak melakukan kesalahan kecil seperti ini lagi. Jadilah teladan bagi bawahanmu."Meskipun Preston mengucapkan tiga kata "kesalahan kecil" dengan nada santai, Annie bisa merasakan teguran di balik ucapannya. Kekesalan yang mendalam terpancar dari matanya, tetapi dia tetap mengangguk sambil menjawab, "Akan saya ingat itu, Pak Preston."Me

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 6

    Livy tertegun seketika. Hanya karena masalah sekecil ini, Preston turun tangan langsung untuk memeriksanya sendiri? Pria ini benar-benar tegas! Kalau sampai Preston tahu bahwa kejadian di resor itu bukan sebuah kecelakaan, melainkan Livy yang memang sengaja menggodanya ....Livy bergidik ngeri, tidak berani membayangkan kemungkinan yang akan terjadi."Ini untukmu." Suara Preston yang berat tiba-tiba menarik Livy kembali ke kenyataan. Dia melihat sebuah kartu bank disodorkan di depannya. Livy berkedip beberapa kali dengan kaget."Di dalamnya ada 20 miliar, pakai saja sesukamu," ucap Preston.Mata Livy melebar seketika.Preston memang pernah menyebutkan akan memberikan uang saku dan bayaran untuk perannya dalam "drama" pernikahan mereka. Namun, hal itu dibicarakan ketika mereka sedang berada di ranjang. Saat itu, Livy dalam keadaan setengah sadar sehingga dia lupa menegosiasikan jumlahnya.Dia awalnya berpikir Preston hanya akan memberikan jumlah yang sebanding dengan gajinya di Grup San

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 7

    Annie sebenarnya datang dengan alasan mengantarkan dokumen, tapi tujuan utamanya adalah untuk meminta maaf lagi kepada Preston. Kesalahan kecil yang dia buat itu terlalu merusak citranya dan dia tidak ingin Preston menganggapnya sebagai orang yang ceroboh.Meskipun kesalahan itu memang sengaja dibuat untuk menjebak Livy, Annie terpaksa mengakui bahwa kejadian itu adalah ketidaksengajaan di hadapan Preston. Hanya saja, Annie tidak menyangka bahwa Livy berada di ruangan Preston selama itu."Kamu ngobrol apaan sama Pak Preston di dalam? Kenapa bisa selama itu?" Annie menatap Livy dengan tajam. Wajahnya tampak kesal dan hatinya merasa tidak nyaman.Saat teringat dengan Livy yang menggagalkan rencananya di resor malam itu, emosi Annie langsung memuncak. Orang yang seharusnya bersama Preston malam itu adalah dirinya, bukan Livy. Annie telah berusaha keras untuk melancarkan rencananya. Dia bahkan berhasil mencampurkan sesuatu ke dalam minuman Preston.Tepat pada saat Preston mulai bereaksi, A

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 8

    Livy mengucapkan terima kasih kepada petugas resepsionis dan langsung menuju kamar tempat neneknya sambil membawa buah-buahan dan hadiah di tangannya.Saat membuka pintu, Livy melihat neneknya yang tampak lesu di atas ranjang. Hidung Livy terasa kecut seketika dan air mata menggenang di pelupuk matanya."Nenek!" serunya sambil bergegas mendekat. Livy mencoba menahan emosinya sambil tersenyum manis dan berkata manja, "Aku kangen sekali sama Nenek.""Livy! Anak bodoh, Nenek juga kangen kamu," kata Winda seraya memegang wajah Livy dengan penuh kasih. "Dinasmu capek nggak? Kamu jadi kurusan."Livy tertawa dan menggelengkan kepala, "Sama sekali nggak capek.""Nenek, aku kerja di Grup Sandiaga. Gajinya tinggi, tunjangan dan fasilitasnya juga bagus. Lihat, aku bawa oleh-oleh ini buat Nenek. Ini semua hasil dari perjalanan dinasku, produk lokal yang diberikan gratis di resor baru perusahaan."Livy tidak berbohong. Memang benar bahwa semua barang itu adalah oleh-oleh dari resor yang dibagikan k

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 9

    Raut wajah Preston jadi lebih rileks dan suaranya juga jadi lebih lembut saat bertanya, "Perlu suruh Bendy untuk jemput kamu nggak?"Livy merasa terkejut dengan perhatian Preston. Dia jadi lupa dengan masalah Stanley dan buru-buru memanggil sebuah taksi. "Nggak usah, aku bisa pulang sendiri, kok." Setelah memeriksa waktu sejenak, dia kembali menimpali, "Jalanan agak macet, mungkin masih butuh sekitar satu jam."Khawatir bahwa Preston mungkin akan membutuhkan bantuannya, Livy terus mendesak sopir taksi untuk mempercepat laju kendaraan sepanjang perjalanan. Akhirnya, dia tiba di Harmony Residence sesuai waktu yang diperkirakan.Lampu di ruang tamu sedang menyala dan tercium aroma kopi yang khas memenuhi udara. Pencahayaan dan aroma ini membawa nuansa yang hangat dalam apartemen yang didekorasi dengan indah tersebut.Livy melangkah masuk dengan hati-hati dan menemukan Preston sedang berdiri di dekat bar dapur. Berbeda dengan penampilannya di kantor, saat ini Preston sedang mengenakan paka

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 10

    Jantung Livy terasa seakan berhenti berdetak sesaat. Dia berkedip dengan gugup, lalu menyapa dengan canggung, "Hai! Pak Preston, selamat pagi.""Hmm," Preston hanya menggumamkan jawabannya, lalu turun dari tempat tidur dan merapikan rambutnya yang acak-acakan sambil berjalan ke arah kamar mandi.Tirai jendela di kamar masih terbuka. Dari jendela besar di kamar utama, terlihat pemandangan indah dari taman pusat kota. Pakaian mereka berserakan di lantai dan udara di kamar itu masih samar-samar memancarkan aroma khas setelah berhubungan intim.Dengan wajah memerah, Livy turun dari tempat tidur dan mulai mengenakan pakaiannya. Setelah Preston keluar dari kamar mandi, Livy segera menyelinap masuk untuk mandi.Ketika dia selesai dan keluar dari kamar mandi, Preston sudah duduk mengenakan setelan jas dan menikmati secangkir kopi di meja makan. Sementara itu, Bendy sedang melaporkan urusan pekerjaan padanya. Setelah ragu-ragu sejenak, Livy memutuskan untuk berjalan mendekat."Duduk dan sarapan

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 95

    Terbawa perasaan bersalah, Livy pun membela Chloe, "Wajar saja kalau anak muda pesta di malam hari. Nggak berarti dia nggak berguna. Dia hanya masih muda."Chloe memang lebih muda dari Livy. Wanita itu baru lulus kuliah tahun ini. Mungkin karena masih naif, dia bisa diperdaya Stanley."Bukan itu maksudku," ucap Preston sambil menjalankan mobil.Livy hendak menanyakan maksud ucapan pria itu. Namun, dia lalu menelan kata-katanya kembali. Sepertinya dia bisa menebaknya sendiri.Preston menyindir Chloe tidak berguna bukan karena melihatnya pesta pora, tetapi karena wanita itu menikah dengan Stanley.Mungkin karena merasa dirinya sekarang juga "panjat sosial", Livy tidak ingin melanjutkan topik ini.Meskipun Preston mengucapkan itu untuk menjatuhkan Stanley, Livy tetap merasa tidak nyaman. Bagaimanapun, pernikahan Stanley itu asli, sementara pernikahannya hanyalah pernikahan pura-pura.....Di pintu masuk Dibiza, Nancy memandang ke arah jalan. Setelah Porsche Cayenne itu menghilang dari pan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 94

    Tubuh Livy tiba-tiba dihinggapi hawa dingin. Dia menatap Preston dengan ekspresi tidak percaya. Apa pria ini sudah mengetahui segalanya?Livy tidak tahu harus bagaimana menanggapi Preston. Dia hanya diam dan menanti sikap pria itu. Kemudian, dia mendengar Preston berkata lagi, "Lihat ke belakang."Livy menoleh dengan kaku dan melihat Chloe berdiri di depan pintu masuk. Rambutnya acak-acakan dan penampilannya terlihat berantakan. Nancy sedang menghiburnya di sampingnya.Livy tidak berani bersuara karena tidak mengerti maksud perkataan Preston.Pria itu berucap, "Sepertinya dia lagi ada masalah, coba kamu temui dia.""Hah?" Livy tertegun sejenak. Dia tiba-tiba merasa sudah berpikir kejauhan. Sepertinya Preston tidak bermaksud apa-apa, dia hanya kebetulan melihat Chloe."Aku ke sana sebentar,"ucap Livy. Dia berbalik dan segera berjalan menuju pintu masuk kelab.Nancy-lah yang pertama menyadari kehadirannya. Dia berseru, "Bibi!"Nancy adalah pengiring pengantin di pernikahan Chloe. Saat Li

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 93

    "Tenang saja, serahkan sisanya padaku," ucap Linda."Terima kasih. Aku traktir kamu makan lain hari," kata Livy sambil buru-buru berjalan pergi.Sayangnya, saat ini kebetulan adalah jam sibuk. Taksi yang dipesan Livy baru akan sampai 1 jam 45 menit lagi. Hal ini membuatnya merasa sangat lesu.Tiba-tiba, Livy menerima pesan di WhatsApp. Pengirimnya adalah Preston.[ Sudah naik taksi? Bagi pelat nomornya. ]Livy terpaksa mengirimkan tangkapan layar dari halaman pemesanan taksi.Preston mengirimkan pesan lagi.[ Aku jemput kamu. ]Livy merasa ragu untuk memberitahukan alamatnya sekarang. Namun, dia lantas sadar bahwa hasil tangkapan layar tadi sudah menunjukkan titik lokasinya. Artinya, Preston tahu bahwa dia berada di Dibiza.Entah apa yang dipikirkan Preston saat tahu dirinya berada di sini. Untungnya, Linda memang bekerja di sini. Jadi, dia masih bisa menjadikan itu sebagai alasan.Livy duduk di sofa lobi, menunggu Preston datang menjemputnya. Tak lama kemudian, dia melihat sekelompok

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 92

    Stanley terpancing. Dia lantas mengikuti wanita itu naik ke kamar di lantai atas. Alhasil, begitu masuk kamar, wanita itu langsung melepas pakaiannya."Tunggu! Kamu ngapain? Bukannya ini hanya pura-pura?" tanya Stanley kaget.Wanita itu tersenyum manis, membuatnya terlihat kian mirip dengan Livy. Dia berkata, "Kak, kamu sudah menolongku. Sebagai gantinya, aku akan menemanimu malam ini. Nggak perlu bayar.""Nggak perlu," tolak Stanley. Meski begitu, dia merasa sangat tergoda.Wanita itu sudah menanggalkan semua pakaiannya. Melihatnya berjalan mendekat, Stanley buru-buru balik badan. Dia tidak berani menatap wanita itu, takut dirinya akan hilang kendali.Wanita itu memeluk Stanley dari belakang, menempelkan tubuh mereka erat-erat dan menggodanya. Stanley tidak tahan godaan. Akhirnya, dia berbalik dan merengkuh wanita itu.Livy yang menyaksikan semua ini dari kamera CCTV mengernyit dan merasa jijik."Sudah kubilang, 'kan? Dia pasti akan terpancing kalau digoda wanita yang mirip denganmu,"

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 91

    Stanley mengajak teman-temannya untuk makan bersama di Olive Tower. Ketika mereka semua berada di ruang VIP, Nicky keluar untuk menelepon.Usai mendapat informasi ini, Livy segera mengganti pakaian dan meninggalkan apartemen. Dia tidak memberi tahu Preston tentang kepergiannya.Livy hanya berpamitan pada Tina. Dia berkata hendak menemui temannya dan tidak ingin menginterupsi pekerjaan Preston. Dia juga meminta Tina menyampaikan bahwa dirinya akan segera kembali jika Preston mencarinya.Di dalam taksi, Nicky memberi tahu Livy bahwa mereka akan pindah ke Dibiza. Livy lantas meminta sopir untuk mengubah rute. Dibiza adalah nama sebuah kelab terkenal.Livy berpesan pada Nicky untuk merahasiakan kedatangannya. Dia beralasan ingin memberi mereka kejutan.Sebelum mereka sampai, Livy sudah terlebih dahulu tiba di Dibiza. Dia juga sudah menghubungi Charlene sebelumnya.Charlene mengenal Linda, manajer Dibiza. Hubungan akrab keduanya memuluskan rencana Livy.Livy menemui Linda dan memilih bebera

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 90

    Ketika manusia sedang lemah, mereka selalu mencari sandaran. Kebetulan, Preston ada di sisi Livy untuk membantunya. Mungkin, ini hanya efek psikologis. Livy tidak berani berpikir terlalu jauh, apalagi mencintai Preston. Ini karena dia tahu betul bahwa dia bukan istri sah yang sesungguhnya.Kalau bukan karena ada Tina di sini, Livy tidak mungkin memanggil Preston dengan semesra itu. Biasanya, Livy memanggilnya dengan sebutan Pak Preston karena Preston memang atasannya."Sudah baikan?" tanya Preston setelah melepas sepatunya. Kemudian, dia menghampiri Livy.Livy mengangguk. "Sudah. Rencananya aku mau kerja besok.""Nggak usah repot-repot. Yang penting sembuh dulu." Supaya Livy tidak cemas, Preston pun menggodanya, "Lagian, perusahaan tetap beroperasi seperti biasanya tanpa kamu."Livy tahu Preston sedang bercanda dan bukan ingin mengejeknya. Hatinya terasa hangat. Dia bergumam, "Ya sudah. Aku istirahat sehari lagi. Lusa baru kerja."Livy tidak ingin menunda terlalu banyak pekerjaan. Sela

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 89

    "Hanya saja, Rivano juga menjenguk temannya yang sakit. Mungkin dia memang cuma ingin menjenguk nenek Livy. Tapi, ini bukan berarti kematian nenek Livy nggak ada kaitan dengannya. Mungkin kebetulan, mungkin juga bukan ...." David menganalisis dengan saksama.Preston mengernyit sambil menatap ke kejauhan. Entah apa yang dia pikirkan. Dia berujar dengan pelan, "Rahasiakan dulu hal ini."....Selama beberapa hari ini, Livy terus tidur. Dia terus bermimpi saat neneknya masih hidup. Setiap kali membuka mata, dia merasa kematian neneknya hanyalah mimpi.Namun, setiap kali Preston menyuapinya makan, Livy akan tersadar dari mimpinya. Neneknya benar-benar sudah tiada.Setelah memastikan semua ini nyata, pikiran Livy menjadi lebih jernih. Dia menyibakkan selimutnya dan berjalan tanpa alas kaki, lalu membuka pintu kamar.Rumah yang luas ini tampak kosong melompong. Matahari telah bersinar terik. Hari ini bukan akhir pekan. Jadi, Preston pasti sudah pergi ke perusahaan.Tina yang menjinjing keranj

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 88

    Tiga hari kemudian, Livy menyaksikan dengan mata kepala sendiri saat neneknya dikremasi. Ketika menerima guci abu, Livy hanya bisa menunduk dengan bengong. Semua ini terasa seperti mimpi. Namun, fakta menyadarkannya bahwa neneknya memang telah tiada.Preston mengatur semuanya dengan sangat baik, termasuk makam untuk neneknya. Livy dibawa ke pemakaman untuk mengubur neneknya.Pemakaman diadakan dengan sangat sederhana. Tidak ada orang lain, hanya ada Preston dan Livy. Charlene sedang syuting di luar negeri. Sehingga Livy tidak mengabarinya soal masalah ini. Dia tidak ingin Charlene khawatir dan berdampak pada pekerjaannya. Rivano sempat datang untuk berbelasungkawa, tetapi Livy mengusirnya.Saat ini, Livy berlutut di depan makam neneknya. Langit mendung dan mulai gerimis, persis dengan suasana hatinya. Makin deras air mata Livy, makin deras pula hujan yang turun.Preston memayungi Livy sambil menunggunya dengan tenang. Tiba-tiba, ponsel Preston yang berdering memecahkan keheningan.Satu

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 87

    Ternyata itu adalah "ayah terbaiknya".Livy tidak berniat meladeninya, tetapi Rivano maju dan berkata lagi, "Biaya pengobatan di sini seharusnya sangat mahal, 'kan? Aku punya sedikit uang. Aku diam-diam menyimpannya dari Kristin dan Zoey untukmu. Aku bantu kamu bayar biaya operasinya."Sesudah mendengarnya, ekspresi Livy baru berubah. Dia menoleh menatap sosok belakang Rivano yang hendak pergi. Nada bicaranya terdengar tegas saat menyergah, "Kami nggak butuh uangmu! Pergi!""Livy, kenapa kamu sekejam ini sama ayahmu? Kamu putri kandungku. Mana mungkin kuabaikan?" timpal Rivano yang bersikap seolah-olah dirinya adalah ayah yang sangat baik.Namun, tidak peduli bagaimana Rivano berusaha, Livy tidak akan pernah melupakan kekejamannya setelah Helen meninggal, serta kebanggaan pada ekspresi Kristin dan Zoey saat dibawa pulang.Saat ini, Livy tidak ingin meladeni Rivano. Dia sedang mencemaskan keselamatan neneknya.Tiba-tiba, pintu ruang operasi dibuka. Dokter berjalan keluar sambil menatap

DMCA.com Protection Status