Aska Pradipta seorang CEO muda yang memiliki ketampanan yang begitu memikat, tak heran jika banyak wanita di luaran sana yang rela menjajakan tubuhnya demi lelaki sejuta karisma itu. Entah hanya untuk menikmati ketampanannya atau justru uangnya saja. Sampai suatu ketika ia mendapati seorang bayi di depan rumahnya, yang tak lain adalah hasil buah cintanya dengan sang mantan kekasih. Dimana mantannya itu meninggalkan bayi untuk ia rawat, dan saat ia meminta sekertarisnya untuk mengasuh bayinya tiba-tiba saja ibu Aska datang dan salah paham kepada mereka berdua. Mau tak mau Aska pun meminta Naura untuk menikah dengannya atas dasar kesepakatan, dengan imbalan yang begitu menggiurkan. Lalu bagaimana kelanjutan dari kisah mereka? Yuk baca!
View MoreTring
Seorang wanita tampak menggeliatkan tubuhnya ketika ia merasa terganggu dengan deringan ponselnya, karena seseorang yang terus menelpon sampai akhirnya Naura pun menjawab panggilan tersebut dengan mata yang sayu.“Hallo, ini siapa ya?” Lirih Naura pada lawan bicaranya.“Buka mata kamu dan lihat nama siapa yang tertera di layar ponselmu.”Naura menurut dan bergumam, “Burung Beo.”Aska mengusap wajahnya dengan kasar, “JADI KAMU MENAMAKAN KONTAK SAYA BURUNG BEO!!”Mata Naura membulat ketika ia mulai mengenali siapa pemilik suara ini, “Eh Pak Aska…”“KE RUMAH SAYA SEKARANG JUGA!!”Karena suara Aska yang begitu menggelegar, tanpa sengaja membuat bayinya kembali menangis.“Astaga pak… diluar lagi hujan deras.”“Saya gak peduli!”Samar-samar Naura pun mendengar suara tangisan bayi yang semakin kencang, “Itu suara bayi siapa?”“Bayi say-““APA!?” seru Naura yang begitu shock.Lain halnya dengan Aska yang kini menjauhkan ponselnya dari telinga, akibat suara Naura yang begitu kencang."Pelankan suaramu Naura.""Em maaf Pak... Tapi Bapak kan belum menikah, kok Bapak bisa punya anak sih?""Susah buat dijelasin, anak saya sekarang lagi nangis dan kamu tolong kesini sekarang.""Kenapa harus saya Pak? Kenapa gak mamanya aja?" Heran Naura."Kalau dia ada disini sudah pasti saya akan menyuruhnya dan tidak akan menelpon kamu. Kamu kesini sekarang dan bantu saya untuk menjaga bayi ini, jangan lupa untuk membelikan popok dan susu karena sepertinya saya tidak memiliki itu semua. Pastikan bahwa semua barang-barang itu yang termahal dan bermerk," pesan Aska yang tidak ingin anaknya mengenakan barang-barang yang biasa."Tapi saya gak punya uang sebanyak itu pak.""Saya akan transfer, bersiaplah kemari dengan membawa barang-barang yang sudah saya pesan tadi.""Nggak nunggu reda dulu-"Tiba-tiba saja sambungan teleponnya ditutup secara sepihak, dan hal itu membuat Naura geram."DASAR BOS NYEBELIN!! BISA-BISANYA DIA MENGGANGGU WAKTU ISTIRAHATKU," seru Naura yang dengan terpaksa keluar rumah dengan tubuh yang mengenakan sebuah jas hujan.Perlahan rasa dingin mulai melingkupinya, apalagi dia mengendarai sebuah motor sehingga angin pun dengan bebas menerpanya. Sedangkan di sisi lain Aska tengah mencoba untuk menenangkan bayinya yang terus menangis."Bisa gawat kalo Mami sampai tau kalo aku udah punya anak," gumam Aska yang begitu berat untuk menerima bayi ini.Setelah hampir 1 lebih jam Aska menunggu, akhirnya Naura pun tiba di depan rumahnya dengan kondisi yang begitu mengenaskan karena jas hujan yang dikenakan olehnya telah sobek sehingga membuat pakaiannya basah, belum lagi kedua tangannya yang sudah penuh membawa barang-barang pesanan Aska."Lama banget kamu nyampenya!? Saya nunggu kamu hampir satu jam lebih lho," omel Aska yang membuat Naura darah tinggi."DI LUAR HUJAN PAK! BAPAK GAK LIAT SAYA SUDAH BASAH KUYUP, BELUM LAGI PESANAN BAPAK YANG GAK SEDIKIT. BAPAK SUDAH MEREPOTKAN SAYA DAN SEKARANG BAPAK MALAH MENYALAHKAN SAYA! TAU GINI SAYA GAK MAU BANTU BAPAK LAGI," bersamaan dengan itu Naura menyerahkan barang belanjaannya pada Aska.Aska segera meletakkannya di lantai dan berlari mengejar Naura untuk meminta maaf."Maafkan saya Ra, tapi saya mohon kamu jangan pergi dulu ya? Anak saya masih menangis dan mungkin dia sudah tidak nyaman lagi dengan popoknya," tahan Aska pada lengan Naura."Saya gak peduli! Saya mau pulang saja.""Saya mohon Ra, memangnya kamu tidak kasihan sama bayinya? Dia sudah ditinggalkan oleh ibunya sedangkan saya belum pernah merawat seorang bayi," tatap Aska dengan mata yang menyedihkan.Karena merasa iba akhirnya Naura pun mau untuk membantunya, dan dengan senang hati Aska membawa Naura ke kamarnya."Pakaian kamu basah, lebih baik kamu gunakan ini..." bersamaan dengan itu Aska menyodorkan sebuah hoodie dan celana panjangnya.Naura tak menolak dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengenakan pakaian tersebut karena ia juga merasa kedinginan, sedangkan pakaian yang ia kenakan sebelumnya tengah dikeringkan."Ya ampun popoknya penuh," lirih Naura yang kemudian membersihkan bayi tersebut dan menyodorkan popok bekas tersebut pada Aska.Aska tampak mual dan menolaknya, "Kenapa kamu kasih popoknya ke saya? Kamu gak tau apa kalo popoknya bau banget?""Kalau begitu bapak yang mengganti popoknya dan saya yang membuang ini, masa semuanya saya yang ngerjain."Dengan terpaksa Aska pun menerima popok bekas tersebut dan membuangnya ke tempat sampah yang berada di dekatnya, sedangkan Naura tampak tersenyum senang karena untuk pertama kalinya ia bisa menyuruh bosnya yang super bossy.Bayi itu mulai merasa tenang ketika popoknya sudah di ganti dan kini ia tengah menikmati susunya."Ingat ya Pak, bayi itu harus di kasih susu minimal 2 jam sekali. Bayi itu mudah lapar apalagi bayi cuma minum susu doank," ujar Naura yang mengingatkan bosnya.Karena kebetulan ia pernah merawat keponakannya sehingga ia pun tau sedikit cara mengurus bayi."Iya Ra, kalau kamu mau kamu bisa bermalam disini untuk menjaga bayi saya."Seketika itu juga Naura menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam, "Maksud bapak apa ngomong seperti itu!?""Jangan salah paham dulu Ra! Saya hanya ingin kamu menemani bayi saya untuk satu malam ini saja, karena saya takut jika kamu pulang nanti bayi saya akan kembali menangis."Dengan penuh pertimbangan akhirnya Naura pun setuju, "Oke! Tapi hanya untuk satu malam saja.""Iya Naura.""Tapi bagaimana bisa bayi ini sampai disini?"Kemudian Aska menjawab, "Jadi ceritanya..."Flashback onMalam ini hujan turun dengan begitu derasnya, Aska yang kebetulan terbangun dari tidurnya lantas keluar dari kamarnya untuk mengisi tekonya. Sampai akhirnya Aska terdiam ketika samar-samar ia mendengar suara tangisan bayi.“Suaranya terdengar begitu dekat, apa mungkin tangisan bayi tetangga terdengar sampai sini?” Pikir Aska yang rasanya tidak mungkin, karena jarak dari rumahnya ke sebelah sangatlah jauh.Karena penasaran akhirnya Aska melangkahkan kakinya menuju teras rumah, dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati seorang bayi tengah menangis disana, lengkap dengan sebuah tas yang berisi pakaian sang bayi.“Bayi siapa ini!?” Seru Aska yang kemudian membawanya masuk, karena tak mungkin ia meninggalkan bayi ini di luar dengan keadaan hujan yang begitu lebat.Aska menoleh ke sekitarnya untuk mengecek situasi dan ketika ia merasa aman, ia pun membawa bayi itu ke dalam kamarnya.Menempatkan bayi itu di tempat tidurnya, yang perlahan tangisannya mulai mereda karena merasa aman dan hangat.“Orang tua macam apa mereka!? Meninggalkan anaknya dalam keadaan hujan seperti ini. Setidaknya kalau tidak menginginkan bayi, seharusnya mereka tak pernah membuatnya.”Di saat dirinya tengah menggerutu tiba-tiba saja mata Aska menangkap sepucuk surat, dengan segera ia pun mengambilnya dan kemudian membaca surat tersebut.“Mungkin kamu akan merasa terkejut mendapati seorang bayi di depan rumahmu, tapi percayalah bahwa dia adalah putrimu. Jangan pernah mencariku dan urus saja dia karena dia adalah tanggung jawabmu dari Saskia,” Aska merasa terkejut sampai akhirnya surat itu jatuh dari tangannya.“Bagaimana mungkin?”Aska Dirgantara, merupakan seorang CEO muda yang cukup terkenal di kotanya. Selain itu ia pun memiliki paras yang tampan sehingga tak heran jika banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasih atau bahkan teman tidurnya, kehidupannya yang begitu royal membuat Aska bertingkah semaunya sampai akhirnya ia menghamili mantan kekasihnya.Aska menoleh ke arah bayi itu, dan kemudian menyambar ponsel yang berada di dekatnya untuk menghubungi Saskia. Sayangnya sambungan telepon itu tidak tersambung, besar kemungkinan bahwa Saskia memang benar-benar lepas tanggung jawab.Aska merasa frustasi dan namanya pasti akan buruk jika ia memiliki seorang anak, sedangkan ia belum pernah menikah.“Naura…” tiba-tiba saja nama itu terlintas dalam pikirannya, dan dengan segera ia pun menelpon sang sekretaris.Flashback off"Jadi begitu ceritanya," jelas Aska dengan mata yang sayu karena ia sudah mengantuk.Sedangkan Naura hanya menganggukkan kepalanya, "Oh begitu...""Em sekali lagi saya ucapkan terimakasih karena kamu mau membantu saya Naura, Saya berjanji kalau saya akan membalas semua kebaikan kamu. Kebetulan ini sudah malam dan lebih baik kamu tidur sekarang, saya pamit..." Ucap Aska yang kemudian berlalu pergi dari kamarnya menuju kamar yang ada di sebelahnya.***Keesokan harinya,Naura terbangun dari tidurnya dan langsung membuatkan susu untuk sang bayi, sampai akhirnya ia dikejutkan dengan sosok wanita paruh baya yang membuka pintu kamar tersebut.Bu Mega tampak shock ketika melihat seorang wanita yang tengah bersama dengan seorang bayi di kamar putranya, belum lagi Naura mengenakan pakain Aska sehingga membuat Bu Mega mengira bahwa Naura itu adalah kekasih sekaligus ibu dari bayinya."ASKA...!!!!" Teriak Bu Mega yang membuat Aska panik dan berlari ke arah kamarnya."Mami..."Bersambung,Di depan pintu kamar, saat Zea hendak membuka pintu, tiba-tiba saja ia melihat Naura yang berjalan menghampirinya.Zea memiringkan kepalanya, mengamati Naura dengan tatapan yang sulit dibaca. "Ngapain kamu ngikutin saya?" tanya Zea dengan ketus.Naura menjawab, "Zea, apa boleh aku melihat Vio sebentar?"Zea tampak berpikir, "Akan sangat bagus jika Naura ada di samping Vio, pasti Vio akan lebih cepat tidur dan aku bisa beristirahat dengan tenang. Tapi bagaimana jika Aska kemari dan melihat bahwa Vio hanya bisa patuh pada Naura? Yang ada aku bakalan gagal buat cari perhatiannya Aska."Naura menyentuh lengan Zea yang justru melamun. "Ze..."Zea tersadar, dengan pandangan mata yang ia edarkan ke sekelilingnya, sampai akhirnya ia menatap lurus ke arah Aska yang baru saja masuk ke ruang kerjanya di lantai tiga. "Iya, boleh," singkatnya.Naura tersenyum lebar. "Terimakasih, Ze."Lantas mereka berdua pun memasuki kamar yang penuh dengan hiasan dan juga mainan bayi. Laras, yang sedang menga
Dua hari kemudian,Naura memainkan garpu di piringnya, sambil mendengarkan percakapan antara Aska dan Zea di malam ini. "Bagaimana? Apa kamu betah tinggal di rumah ini, Sayang?" Bersamaan dengan itu Aska menoleh ke arah Zea yang duduk di sampingnya.Zea, dengan senyum yang cerah, menjawab, "Tentu saja! Apalagi aku bisa bertemu denganmu dan Vio setiap hari."Aska mengangguk, melanjutkan pertanyaannya. "Jadi kamu sama sekali tidak keberatan menjaga Vio? Maksudku, apa selama ini Vio tidak merepotkanmu?"Dengan cepat dan tegas, Zea menggelengkan kepalanya. "Tidak sama sekali, aku justru senang bisa merawatnya, dia sangat lucu dan menggemaskan." Sedangkan dalam hatinya Zea merasa sangat benci akan kerewelan bayi kecil itu.Naura, yang mendengarkan semua itu, melirik ke arah Zea dengan pandangan yang sulit diartikan. Karena ia tahu betul bahwa Zea tidaklah setulus itu untuk merawat Vio.Kemudian Aska melirik ke arah Naura, yang akhir-akhir ini menjadi pendiam. "Oh iya, Bagaimana menurutmu,
Di tengah sarapan pagi, Aska tiba-tiba berdiri dari kursinya dan berkata pada Zea, "Aku harus segera pergi, Sayang." Zea menoleh, lalu bangkit dari tempat duduknya. Dengan cekatan, ia membetulkan dasi yang dikenakan oleh Aska, sambil menatap matanya penuh kehangatan. Setelah itu, Zea mengantarkan Aska sampai ke depan pintu rumah, lalu berpisah dengan kecupan singkat di keningnya.Zea kembali masuk ke rumah, dan tak disangka ia berpapasan dengan Naura yang baru saja turun dari kamar. Ia tersenyum pada Naura. "Naura, kamu jaga Vio ya, aku benar-benar lelah dan harus pergi ke salon untuk perawatan tubuh." Naura tampak terkejut dan tak habis pikir, bagaimana bisa Zea meminta dirinya mengurus anaknya, padahal ia tahu betul Zea seharusnya bertanggung jawab atas anak itu. "Apa kamu gila? Kamu hendak meninggalkan Vio? Bukannya dari kemarin kamu menginginkan aku untuk menjauhinya? Dan sekarang setelah Aska pergi kamu berubah, apa sebenarnya niatmu?" tanya Naura, yang benar-benar tak menyang
Di kamarNaura membelai lembut pipi Vio yang sudah terlelap dalam pelukannya."Melihat sikap Zea yang begitu berlebihan membuatku khawatir, apakah dia benar-benar mampu dan bisa menjaga Vio?" batin Naura dengan tatapan sendu yang ia tunjukkan.Tak berselang lama Laras datang untuk menghampirinya. "Maaf Nyonya..."Naura menoleh. "Ada apa, Ras?""Nona Zea meminta saya untuk mengawasi Non Vio," jawab Laras dengan tak enak hati.Hati Naura mencelos. "Apa aku seburuk itu dimatanya? Sampai-sampai Zea melakukan hal ini? Sudah jelas bahwa aku hanya ingin menenangkan Vio."Laras duduk di sisi ranjang dekat Naura. "Nyonya benar, Non Zea memang sangat berlebihan dan tidak sabaran.""Aku khawatir jika aku pergi, bagaimana nasib Vio? Akankah Zea bisa merawatnya dengan baik?" Laras sedih mendengarnya. "Apa Nyonya tidak bisa bertahan untuk Non Vio dan Pak Aska? Kalian terlihat lebih cocok jika berpasangan.""Aku pernah menceritakan hal ini padamu, bukan? Semua keputusan ada pada Aska, dan aku tidak
Malam pun tibaZea kini tampak emosi karena Vio yang terus menangis, ia tak tau kenapa bayi ini begitu rewel saat bersama dengannya."Astaga Laras... kenapa Vio masih menangis?" tanya Zea ketika Laras menimang Vio, dan berusaha memberinya susu."Saya juga gak tau Non, mungkin Vio kangen sama Nyonya Naura makanya Nona kecil rewel."Mendengar nama Naura tentu membuat Zea kesal, dan akhirnya ia pun mengambil alih Vio dari gendongannya Laras."Sini susunya!" pinta Zea yang kemudian Laras pun memberikan dot yang ada di tangannya pada Zea.Zea mencoba memberikan susu tersebut pada Vio. "Vio Sayang... kamu minum ya susunya? Tante pusing kalo denger kamu nangis terus, ini udah malam dan Tante butuh istirahat."Bukannya berhenti Vio justru semakin rewel, dan menangis dan tentunya itu membuat Laras sangat iba."Apa perlu kita panggil Nyonya Naura untuk -""Tidak perlu! Aku tidak mau Naura ada di sini, kalau seperti ini caranya bisa-bisa Vio tidak mau dekat denganku!" potong Zea yang menolak sar
Saat ini Aska, Naura dan Zea sedang duduk di meja makan untuk menikmati makan siang mereka."Naura, ada hal yang ingin saya sampaikan padamu." bersamaan dengan itu Aska melirik ke arah Naura.Naura yang merasa terpanggil pun lantas mengalihkan perhatian. "Ada apa?""Mulai hari ini Zea akan tinggal bersama kita," kata Aska yang dibalas anggukan kepala oleh Naura. "Tapi, kamu harus pindah dari kamar Vio ke kamar tamu."Naura menghentikan pergerakannya. "Pindah? Terus yang bakal jaga Vio semalaman siapa?""Aku," potong Zea dengan senyuman penuh kemenangan. "Aku yang akan menggantikan kamu untuk menjaga Vio, bagaimana pun juga pernikahan kami akan terjadi dan aku akan menjadi ibu bagi Vio. Bukankah sudah seharusnya aku menjalin hubungan yang baik dengan anak sambungku."Naura sebenarnya merasa keberatan apalagi ia kurang percaya pada Zea, namun ia tak memiliki pilihan lain selain menyanggupinya. Lagipula pernikahannya dan Aska adalah pernikahan di atas materai, dan sudah pasti hal ini aka
"Vio," seru Naura seraya berlari menghampiri Laras yang menggendong Vio.Laras tersenyum saat Naura mengambil alih Vio darinya, begitu juga dengan Vio yang langsung tersenyum dalam dekapan Naura. Beda lagi dengan Zea yang memandang kesal ke arahnya."Sok banget sih tuh cewek!" pikirnya yang merasa bahwa Naura adalah saingan untuknya. "Aku yakin, dia pasti punya rencana buat dapetin Aska melalui Vio."Aska menyentuh tangan Zea yang hanya diam memandang ke arah Naura. "Kamu kenapa, Sayang?""Aku pengen ngobrol sama kamu.""Mau bahas apa?" Zea menggelengkan kepalanya. "Gak di sini.""Ya udah kita ke ruang kerja aku aja, gimana?"Zea mengangguk setuju, lantas mereka berdua pun berjalan beriringan menuju lantai 2 tempat di mana ruangannya berada.Sedangkan Naura kini membawa Vio ke kamarnya, karena Vio yang baru sembuh tentu saja masih memerlukan istirahat yang cukup.Di ruang kerja,"Jadi kamu mau ngomong apa sama aku?" tanya Aska menatap Zea.Zea menghela nafas. "Aku pengen banget bisa
Keesokan paginya,Vio sudah sangat sehat dan dokter pun sudah membolehkannya untuk pulang. Tentu saja Aska dan Zea langsung siap-siap membawanya pulang, tapi setiap kali Zea menggendongnya Vio pasti Vio selalu menangis."Cup cup anak manis, jangan nangis ya? Vio mau susu?" bersamaan dengan itu Zea menjejalkan dot namun di tolak oleh Vio.Zea sudah jengah menghadapi bayi ini sedari semalam, untung ada Laras yang membantunya. Jika saja Aska dan Laras tidak ada di sana mungkin ia sudah memarahi bayi yang menurutnya menyebalkan itu.Laras yang melihatnya langsung membantu Zea untuk mengambil alih Vio, "Biar saya saja yang mengurusnya Nona.""Ya uruslah dia," balas Zea dengan wajah kusutnya karena semalam ia yang kurang nyenyak dalam tidurnya.Tak berselang lama Aska keluar dari kamar mandi setelah ia membersihkan tubuhnya."Apa semuanya sudah siap?" tanya Aska memastikan."Sudah Sayang," balas Zea.Sedangkan Laras hanya mengangguk. "Sudah Tuan.""Kalau begitu kita turun sekarang," ucap As
Di kamarNaura merebahkan tubuhnya dengan mata yang menatap ke arah langit-langit kamarnya."Gimana ya keadaan Vio sekarang? Agak gak tenang kalo gak liat Vio langsung," gumam Naura sembari memejamkan matanya.Tak berselang lama terdengar suara dentingan dari ponselnya, menandakan bahwa adanya pesan masuk. Dengan segera Naura menyambar ponselnya untuk membuka pesan tersebut, di mana itu adalah pesan yang dikirimkan oleh Laras padanya.Detik kemudian Naura tersenyum lega karena Vio baik-baik saja walaupun tadi sempat rewel."Syukurlah Vio baik-baik saja," ucap Naura yang kembali meletakkan ponselnya di atas nakas.Sedangkan disisi lain Aska dan Zea masih menjaga Vio."Kita akan bermalam di sini, apa kamu tidak keberatan?" tanya Aska seraya menyentuh bahu Zea, yang kini duduk di sebuah bangku yang berada disisi ranjang milik Vio.Zea tersenyum. "Tidak apa As, hanya saja aku perlu alat mandi dan pakaian karena tidak mungkin aku memakai dress ini semalaman.""Kalai begitu aku akan meminta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments