Chapter: Drama di Malam HariDi depan pintu kamar, saat Zea hendak membuka pintu, tiba-tiba saja ia melihat Naura yang berjalan menghampirinya.Zea memiringkan kepalanya, mengamati Naura dengan tatapan yang sulit dibaca. "Ngapain kamu ngikutin saya?" tanya Zea dengan ketus.Naura menjawab, "Zea, apa boleh aku melihat Vio sebentar?"Zea tampak berpikir, "Akan sangat bagus jika Naura ada di samping Vio, pasti Vio akan lebih cepat tidur dan aku bisa beristirahat dengan tenang. Tapi bagaimana jika Aska kemari dan melihat bahwa Vio hanya bisa patuh pada Naura? Yang ada aku bakalan gagal buat cari perhatiannya Aska."Naura menyentuh lengan Zea yang justru melamun. "Ze..."Zea tersadar, dengan pandangan mata yang ia edarkan ke sekelilingnya, sampai akhirnya ia menatap lurus ke arah Aska yang baru saja masuk ke ruang kerjanya di lantai tiga. "Iya, boleh," singkatnya.Naura tersenyum lebar. "Terimakasih, Ze."Lantas mereka berdua pun memasuki kamar yang penuh dengan hiasan dan juga mainan bayi. Laras, yang sedang menga
Last Updated: 2025-01-17
Chapter: Obrolan MalamDua hari kemudian,Naura memainkan garpu di piringnya, sambil mendengarkan percakapan antara Aska dan Zea di malam ini. "Bagaimana? Apa kamu betah tinggal di rumah ini, Sayang?" Bersamaan dengan itu Aska menoleh ke arah Zea yang duduk di sampingnya.Zea, dengan senyum yang cerah, menjawab, "Tentu saja! Apalagi aku bisa bertemu denganmu dan Vio setiap hari."Aska mengangguk, melanjutkan pertanyaannya. "Jadi kamu sama sekali tidak keberatan menjaga Vio? Maksudku, apa selama ini Vio tidak merepotkanmu?"Dengan cepat dan tegas, Zea menggelengkan kepalanya. "Tidak sama sekali, aku justru senang bisa merawatnya, dia sangat lucu dan menggemaskan." Sedangkan dalam hatinya Zea merasa sangat benci akan kerewelan bayi kecil itu.Naura, yang mendengarkan semua itu, melirik ke arah Zea dengan pandangan yang sulit diartikan. Karena ia tahu betul bahwa Zea tidaklah setulus itu untuk merawat Vio.Kemudian Aska melirik ke arah Naura, yang akhir-akhir ini menjadi pendiam. "Oh iya, Bagaimana menurutmu,
Last Updated: 2025-01-15
Chapter: Kemunafikan ZeaDi tengah sarapan pagi, Aska tiba-tiba berdiri dari kursinya dan berkata pada Zea, "Aku harus segera pergi, Sayang." Zea menoleh, lalu bangkit dari tempat duduknya. Dengan cekatan, ia membetulkan dasi yang dikenakan oleh Aska, sambil menatap matanya penuh kehangatan. Setelah itu, Zea mengantarkan Aska sampai ke depan pintu rumah, lalu berpisah dengan kecupan singkat di keningnya.Zea kembali masuk ke rumah, dan tak disangka ia berpapasan dengan Naura yang baru saja turun dari kamar. Ia tersenyum pada Naura. "Naura, kamu jaga Vio ya, aku benar-benar lelah dan harus pergi ke salon untuk perawatan tubuh." Naura tampak terkejut dan tak habis pikir, bagaimana bisa Zea meminta dirinya mengurus anaknya, padahal ia tahu betul Zea seharusnya bertanggung jawab atas anak itu. "Apa kamu gila? Kamu hendak meninggalkan Vio? Bukannya dari kemarin kamu menginginkan aku untuk menjauhinya? Dan sekarang setelah Aska pergi kamu berubah, apa sebenarnya niatmu?" tanya Naura, yang benar-benar tak menyang
Last Updated: 2024-06-03
Chapter: KELAKUAN ZEADi kamarNaura membelai lembut pipi Vio yang sudah terlelap dalam pelukannya."Melihat sikap Zea yang begitu berlebihan membuatku khawatir, apakah dia benar-benar mampu dan bisa menjaga Vio?" batin Naura dengan tatapan sendu yang ia tunjukkan.Tak berselang lama Laras datang untuk menghampirinya. "Maaf Nyonya..."Naura menoleh. "Ada apa, Ras?""Nona Zea meminta saya untuk mengawasi Non Vio," jawab Laras dengan tak enak hati.Hati Naura mencelos. "Apa aku seburuk itu dimatanya? Sampai-sampai Zea melakukan hal ini? Sudah jelas bahwa aku hanya ingin menenangkan Vio."Laras duduk di sisi ranjang dekat Naura. "Nyonya benar, Non Zea memang sangat berlebihan dan tidak sabaran.""Aku khawatir jika aku pergi, bagaimana nasib Vio? Akankah Zea bisa merawatnya dengan baik?" Laras sedih mendengarnya. "Apa Nyonya tidak bisa bertahan untuk Non Vio dan Pak Aska? Kalian terlihat lebih cocok jika berpasangan.""Aku pernah menceritakan hal ini padamu, bukan? Semua keputusan ada pada Aska, dan aku tidak
Last Updated: 2024-01-09
Chapter: TEGAMalam pun tibaZea kini tampak emosi karena Vio yang terus menangis, ia tak tau kenapa bayi ini begitu rewel saat bersama dengannya."Astaga Laras... kenapa Vio masih menangis?" tanya Zea ketika Laras menimang Vio, dan berusaha memberinya susu."Saya juga gak tau Non, mungkin Vio kangen sama Nyonya Naura makanya Nona kecil rewel."Mendengar nama Naura tentu membuat Zea kesal, dan akhirnya ia pun mengambil alih Vio dari gendongannya Laras."Sini susunya!" pinta Zea yang kemudian Laras pun memberikan dot yang ada di tangannya pada Zea.Zea mencoba memberikan susu tersebut pada Vio. "Vio Sayang... kamu minum ya susunya? Tante pusing kalo denger kamu nangis terus, ini udah malam dan Tante butuh istirahat."Bukannya berhenti Vio justru semakin rewel, dan menangis dan tentunya itu membuat Laras sangat iba."Apa perlu kita panggil Nyonya Naura untuk -""Tidak perlu! Aku tidak mau Naura ada di sini, kalau seperti ini caranya bisa-bisa Vio tidak mau dekat denganku!" potong Zea yang menolak sar
Last Updated: 2023-12-05
Chapter: HARUS PINDAHSaat ini Aska, Naura dan Zea sedang duduk di meja makan untuk menikmati makan siang mereka."Naura, ada hal yang ingin saya sampaikan padamu." bersamaan dengan itu Aska melirik ke arah Naura.Naura yang merasa terpanggil pun lantas mengalihkan perhatian. "Ada apa?""Mulai hari ini Zea akan tinggal bersama kita," kata Aska yang dibalas anggukan kepala oleh Naura. "Tapi, kamu harus pindah dari kamar Vio ke kamar tamu."Naura menghentikan pergerakannya. "Pindah? Terus yang bakal jaga Vio semalaman siapa?""Aku," potong Zea dengan senyuman penuh kemenangan. "Aku yang akan menggantikan kamu untuk menjaga Vio, bagaimana pun juga pernikahan kami akan terjadi dan aku akan menjadi ibu bagi Vio. Bukankah sudah seharusnya aku menjalin hubungan yang baik dengan anak sambungku."Naura sebenarnya merasa keberatan apalagi ia kurang percaya pada Zea, namun ia tak memiliki pilihan lain selain menyanggupinya. Lagipula pernikahannya dan Aska adalah pernikahan di atas materai, dan sudah pasti hal ini aka
Last Updated: 2023-12-04
Chapter: Bab 13Dinda mengabaikan uluran tangan dari William, dan lebih memilih Santi yang membantunya. William yang merasa tak enak, segera menarik tangannya kembali.Bu Merry segera menghampiri William. "Maaf Pak, atas insiden kecilnya."William merapikan jasnya dan berdehem. "Saya tidak ingin hal ini terulang lagi."Mereka semua mengangguk, dengan Bu Merry yang melirik tajam ke arah Shella dan Randy.Detik kemudian Andi berjalan ke arah William. "Mari Pak, saya antarkan ke kursi Bapak."William mengangguk kecil, dan berlalu dari hadapan mereka menuju sederet kursi yang berada tepat di depan panggung megah.Sedangkan Mitha, segera menyiapkan minuman untuk beliau. "Diminum, Pak."William mengambil segelas anggur, dan meminumnya, sesekali ia melirik ke arah Dinda yang mash terpaku, dengan senyuman miringnya."Din! Lo apa-apaan sih!? Bisa-bisanya lo nolak Pak Will?" seru Santi yang setengah berbisik.Seketika Dinda tersadar, dan ia menatap Santi dengan raut yang sulit diartikan."Pak Will harus nahan
Last Updated: 2025-03-08
Chapter: Bab 12William menatap pantulan dirinya di dalam cermin, mengatur posisi dasi kupu-kupunya agar terlihat lebih sempurna. Dengan gerakan yang terampil, ia memastikan setiap detail tuxedonya terlihat rapi dan elegan. "Dani, Mitha, apakah semua persiapan untuk malam ini telah selesai?" tanya William, penuh antisipasi. Mereka berdua yang tengah berdiri di sampingnya, menjawab hampir bersamaan, "Sudah Pak."William mengangguk dengan puas. "Baguslah! Kita berangkat ke sana sekarang," ujarnya dengan nada tegas.Sementara itu, di sebuah pesta yang meriah, dua wanita berpakaian dres elegan terlihat sedang berbincang dengan akrab. Masing-masing dari mereka memegang segelas anggur, dengan beberapa dessert yang memenuhi meja di sebelahnya. "Dinda..." panggil seseorang, membuat wanita bergaun biru dongker itu menoleh, senyumannya yang lebar perlahan meluntur kala ia melihat Shella dan Randy yang berjalan menghampirinya, dengan tangan yang saling bertautan. Santi bergumam pelan. "Ngapain sih mereka ke s
Last Updated: 2025-03-07
Chapter: Bab 11Di kos,Dinda merebahkan diri di atas tempat tidur yang dipenuhi dengan paper bag berisi belanjaannya. "Capek banget gue, San," ujar Dinda sambil menghela napas berat. Santi yang berada di ujung tempat tidur, menyahuti, "Sama, Din."Dinda kemudian memejamkan matanya, seakan ingin menarik diri sejenak dari kelelahan yang membelenggu. Namun, seketika itu juga, ia membuka mata lebar-lebar dan berkata, "Oh iya, gue mau curhat sama lo, San." Santi dengan rasa penasaran, langsung menoleh ke arah Dinda. "Mau curhat soal apa lo?" tanyanya, mencoba menebak-nebak topik yang akan dibahas. "Soal malam panas lo?" celetuk Santi dengan nada menggoda sambil tertawa kecil. Dinda, yang tidak mengharapkan komentar seperti itu, langsung melemparkan bantal ke arah Santi. "Itu kecelakaan, San!" serunya, wajahnya memerah, campuran antara malu dan juga kesal.Santi hanya bisa tertawa melihat reaksi Dinda. "Iya iya, gue cuma becanda aja, Din. Soalnya gue kepikiran sesuatu."Dinda terduduk di tepi ranjangn
Last Updated: 2025-02-25
Chapter: Bab 10Dinda mematikan komputer meja di ruang kerjanya. "Akhirnya selesai juga..." senyum Dinda merekah, sambil meregangkan kedua otot lengannya yang terasa pegal.Matanya melirik ke arah jam tangan, dimana waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.Segera ia pun mengambil tasnya, dan berpamitan pada yang lain."Guys, gue duluan ya!?" pamit Dinda.Ririn yang berada di sampingnya menoleh dengan kacamata yang sedikit terangkat. "Oke, Din! Hati-hati ya."Dinda mengangguk dan melirik ke arah Anita, yang penampilannya sudah berantakan. "Semangat ya buat lemburnya malam ini," cengir Dinda seraya menyentuh lengannya.Dengan lesu, Anita menganggukkan kepalanya. Sedangkan Pak Yanto dan Bu Merry sudah pulang di 15 menit yang lalu.Dinda beranjak dari tempat duduknya dan melangkah gembira menuju lift. Setelah hari yang panjang, ia tidak sabar untuk bertemu dengan sahabatnya, Santi, sesuai janji mereka.Begitu pintu lift terbuka di lantai dasar, Dinda melangkah cepat menuju pintu keluar, tersenyum lebar saat
Last Updated: 2025-02-24
Chapter: Bab 9William meletakkan dokumen yang sedang dipelajarinya di meja kerjanya, sambil menggosok pelipisnya yang mulai berdenyut. Kacamata yang biasa menemaninya bekerja kini tergantung lemas di tangannya. Ruangan kerjanya yang kedap suara seharusnya menjadi benteng dari segala gangguan, namun suara pertengkaran yang melengking dari luar masih mampu menembus masuk. "Sebenarnya ada keributan apa diluar sana?" gumamnya pelan.Dengan rasa penasaran yang mengusik, ia beranjak dari kursi empuknya dan melangkah keluar ruangan.Pemandangan di koridor tidak seperti biasanya. Mitha, sekretarisnya, tampak sedang beradu argumen dengan Rebecca, yang tidak lain adalah mantan kekasihnya. Wajah Mitha merah padam, sementara Rebecca, dengan postur tubuh yang tegap, tampak tidak kalah emosinya."Ada apa ini?!" seru William dengan suara yang cukup keras, seketika memecah pertengkaran yang terjadi.Rebecca, yang menyadari kehadiran William, langsung berbalik dengan senyum yang lebar. Dia melangkah cepat mende
Last Updated: 2025-02-23
Chapter: Bab 8Dinda, Anita, dan Rini tengah berada di ruang dapur atau yang mereka sebut sebagai ruang praktik. Ruangan itu penuh dengan aroma tepung dan ragi, serta suara mixer dan oven yang menyala. Dinda yang tengah memanggang roti, mendadak terkejut saat pintu ruang praktik terbuka dengan tiba-tiba.Tampak sosok Bu Merry datang dengan mengenakan jas praktik putihnya yang khas. "Udah selesai Bu, meetingnya?" tanya Dinda sambil tetap fokus pada roti yang sedang dipanggangnya."Udah, tapi ada yang aneh sama Pak Will," jawab Bu Merry sambil mendekat ke oven untuk memeriksa roti yang sedang dipanggang Dinda.Anita yang tengah menguleni adonan di meja seberang mendengar pembicaraan itu dan segera berseru, "Ada Pak presdir juga?"Bu Merry mengangguk, "Iya donk, kan tadi Ibu abis meeting sama semua kepala divisi dan otomatis Pak Presdir juga ikut karena kita lagi bahas perihal penting."Dinda, Anita dan Rini mengangguk dengan mulut yang berbentuk o."Oh iya! Tadi Ibu bilang, ada yang aneh sama Pak W
Last Updated: 2025-02-20