Di kamar,
Naura baru saja keluar dari kamar mandinya dengan sebuah bathrobe yang melekat di tubuhnya. Ia disambut oleh beberapa maid yang sudah siap dengan beberapa dress casual yang tergantung di sana."Mari Nyonya," senyum salah seorang maid yang langsung menuntun Naura.Hana kemudian mencocokkan pakaian yang pantas untuk Naura satu demi satu, sampai pilihannya jatuh pada sebuah dress berwarna biru muda yang begitu simple."Silahkan untuk mencobanya," pinta Hana yang juga memberikan satu set dalaman yang sebelumnya Naura pesan."Baik," angguk Naura yang kemudian berjalan ke arah walk in closet milik Aska.Naura cukup kagum ketika melihat ruang ganti tersebut, yang penuh dengan berbagai jenis jas dan pakaian branded milik bosnya itu."Astaga! Aku hampir lupa untuk mengganti pakaianku," seru Naura yang langsung mengenakan pakaiannya.Tampak pas dan anggun ketika Naura memakainya, setelah selesai Naura pun keluar dan menghampiri Hana."Anda terlihat sangat cantik Nyonya," puji Hana."Terimakasih Hana.""Nona Sela, sekarang bagian anda."Gadis cantik itu mengangguk dan menghampiri Naura serta menuntunnya untuk duduk di sofa, dimana ia sudah siap dengan alat make up nya.Bersamaan dengan itu Aska berjalan memasuki kamarnya untuk mengajak Naura sarapan."Naura-" perkataan Aska terhenti ketika ia melihat betapa cantiknya Naura.Ia terlihat anggun dengan make up naturalnya, Aska terpeson karena biasanya Naura jarang sekali dandan saat bekerja. Walaupun begitu Naura tetap cantik dengan wajah polosnya yang alami, namun ia tak mengira jika sekretarisnya itu bisa terlihat menawan."Iya Pak, ada apa?" tanya Naura, yang rupanya sudah selesai untuk di poles.Aska memasuki kamar dengan Hana yang meminta para maid dan jasa riasnya untuk keluar meninggalkan mereka berdua."E Mami suruh saya panggil kamu untuk sarapan," sahut Aska ketika ia sudah berada di hadapannya.Melihat tatapan Aska yang begitu dalam tentu saja membuat Naura merasa aneh, dan canggung."Bapak kenapa liatin saya segitunya? Aneh ya, Pak? Atau terlalu menor?" tanya Naura yang hendak mengambil tisu untuk menghapus riasannya."Kamu cantik!"Naura urung mengambil tisu yang ada di depannya, "Iya tapi saya sedikit risih karena tak biasa.""Mulai sekarang kamu harus membiasakannya, kamu terlihat menawan! Saya tidak menyangka bahwa itik buruk rupa sepertimu bisa berubah menjadi seekor angsa," goda Aska dengan tawanya.Sedangkan Naura tampak mendengus kesal."Saya bercanda, ayo turun!" Ajak Aska padanya.Mereka kemudian berjalan beriringan menuju meja makan, dimana Bu Mega sudah menunggu kedatangan mereka berdua."Liat Mama dan Papamu, mereka tampak serasi!" Puji Bu Mega seraya berbisik pada cucunya."Silahkan duduk," dengan gentlemannya Aska menarik kursi untuk Naura.Sedangkan Naura tampak canggung ketika ia mendapati bosnga itu bersikap lembut, tidak cerewet dan semena-mena seperti biasanya."Makasih Pak," angguk Naura yang kemudian duduk di kursi tersebut."Kok kamu manggil Aska dengan sebutan Pak?" Heran Bu Mega yang membuat Naura gelagapan."E Naura itu sekretarisnya Aska Mi, dia udah terbiasa panggil Aska dengan sebutan Bapak. Tapi biasanya Naura manggil Aska dengan sayang kok, iya kan honey?" lirik Aska dengan senyuman yang penuh isyarat."Iya sayang," angguk Naura yang merasa awkward."Oh jadi Naura itu sekretaris kamu? Kok Mami baru tau. Bukannya sekertaris kamu itu Fara? Sepupu kamu?""Fara resign Mi beberapa bulan yang lalu dan penggantinya Naura, sampai sekarang.""Sampe sekarang?! Kamu ngebiarin perempuan hamil buat kerja?" omel Bu Mega.Dimana Aska keceplosan soal pekerjaan Naura yang menjabat sebagai sekretarisnya di beberpa bulan ini."Soalnya Naura bosan di rumah Mi, makanya Naura bantu Aska di kantor. Lagian pekerjaannya gak berat kok," lanjut Naura."Setelah melahirkan apa kamu langsung kembali bekerja? Lalu Vio bagaimana?"Sialnya Naura lupa kalo disini ia berpura-pura menjadi ibu kandungnya Vio."Kalau sekarang Naura di rumah jaga Vio."Bu Mega mengangguk, "Vio umurnya berapa bulan?""2 bulan Mi," jawab Aska yang untungnya ia menemukan sebuah surat keterangan yang menjelaskan bahwa Viola lahir di dua bulan yang lalu."Jadi kamu gak punya sekertaris donk?""Masih bisa handle kok Mi.""No! Secepatnya kamu harus cari sekertaris baru. Mami gak mau jadwal kamu berantakan karena gak ada yang ngatur," ujar Bu Mega dengan tegas."Oke Mi."Naura menatap nanar ke arah Aska, dimana ia sangat mencintai pekerjaannya itu."Hari ini Mami ada janji buat ketemu sama dokter, kalian lanjut aja sarapannya.""Mami ngapain ketemu sama dokter?" Sahut Aska yang kemudian meminta Hana untuk menggendong bayinya."Akhir-akhir ini sendi Mami suka sakit, kayaknya Mami kena reumatik.""Semoga cepet sembuh ya Mi," lirih Naura."Iya sayang, kalo gitu Mami pergi dulu ya? Dan soal pernikahan biar Mami yang urus, kalian fokus saja sama Vio dan pekerjaan.""Iya Mi," angguk mereka berdua.Setelah itu Bu Mega keluar dari rumah, tampak kelegaan muncul di hati mereka berdua."Saya deg-degan Pak," ungkap Naura sembari menoleh ke arah Aska."Apalagi saya.""Terus pekerjaan saya gimana Pak?" lanjut Naura yang sebenarnya tidak ingin sampai kehilangan pekerjaannya."Terpaksa kamu harus resign, selama kita menikah kamu tidak boleh bekerja."Naura terduduk lesu, "Baiklah.""Ayo makan makananmu! Nanti keburu dingin," titah Aska kemudian.Naura menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya, sampai akhirnya ia membulatkan matanya."Nasi gorengnya enak!" ucap Naura yang mungkin tengah kelaparan."Tentu saja, karena ada koki khusus memasak di rumah ini.""Pantas saja," bersamaan dengan itu Naura kembali melanjutkan sarapan paginya."Sepertinya kita harus mencari baby sitter agar kamu tidak kesusahan merawat Vio," tandas Aska yang juga tengah menikmati sarapannya."Boleh," angguk Naura setuju.Karena pastinya ia membutuhkan seseorang yang ahli, apalagi ia juga tidak banyak berpengalaman tentang mengurus bayi.Setelah sarapan, Naura hendak menyusun piring kotor yang baru saja mereka pakai."Itu pekerjaan para maid, jadi kamu tidak perlu bersusah payah melakukan apapun di rumah ini. Cukup duduk santai dan jaga putri kecilku," jelas Aska yang membuat Naura menaruh piringnya kembali."Iya Pak.""Ingat! Di depan Mami kamu harus memanggil saya dengan sebutan sayang.""Iya Pak…""Sekarang kamu pergi ke kamar Vio, karena saya sudah menyiapkan satu kamar untukmu dan Vio di atas.""Dimana?" tanya Naura, yang tak tau jelas dimana lokasinya."Tepat di samping kanan kamar saya."Naura menganggukkan kepalanya, "Baik Pak! Kalau begitu saya ke kamar dulu karena harus memandikan Vio.""Hari ini saya ambil libur… Kalau kamu sudah selesai memandikan Vio, kita pergi ke supermarket untuk membeli barang-barang kebutuhannya.""Iya Pak."Saat itu juga Naura berjalan menuju kamarnya, untuk memandikan si bayi mungil itu.Dimana disana sudah ada Hana dan seorang maid yang siap membantunya untuk bersiap."Nyonya, perkenalkan ini Laras asisten pribadi anda. Dia yang akan membantu anda untuk menyiapkan segala kebutuhan anda," pungkas Hana yang memperkenalkan Laras padanya."Terimakasih Hana.""Kalau begitu saya permisi, jika anda perlu sesuatu anda bisa meminta tolong pada Laras atau memanggil saya.""Iya Hana."Selepas itu Hana berlalu pergi, dengan meninggalkan mereka berdua."Laras, tolong bantu aku memandikan Vio. Apa bisa?" lirik Naura padanya."Tentu saja Nyonya."Naura kemudian membawa Vio ke dalam kamar mandi, dengan Laras yang menyiapkan air hangat. Tidak ada bak bayi, tapi Naura bersyukur karena ada sebuah bak kecil yang bisa digunakan sebagai bak mandi Vio."Dia sangat cantik! Sepertinya dia mengambil semua gen ayahnya," puji Laras yang merasa bahwa Naura dan Vio tidak mirip."Iya memang benar!" angguk Naura yang kemudian bergumam dalam hati, "Tentu saja Vio mirip dengan ayahnya karena mustahil jika Vio mirip denganku karena aku bukanlah ibu kandungnya."Naura dengan luwes memandikan Vio, walaupun sebenarnya Naura merasa was-was dan hati-hati ketika memegang tubuh kecilnya, yang sedikit licin karena sabun.Bersambung,Tok tok tok Naura mengalihkan perhatiannya ketika pintu kamarnya di ketuk, dimana ia baru saja selesai memandikan sang bayi. "Pak Aska…" Lirihnya pelan. Aska memasuki kamarnya yang kebetulan terbuka. "Apa sudah selesai?" tanya Aska. "Sudah Pak." "Baiklah kalau begitu, Laras kamu tolong jaga Vio ya? Hana juga akan kemari untuk menemanimu," lanjut Aska yang tak bisa meninggalkan putrinya di tangan orang yang belum ia percayai sepenuhnya. "Saya kira Vio ikut Pak," timpal Naura. "Dia masih kecil, kasihan jika dia kita ajak. Kita belum membelikan stroller untuknya, tidak mungkin kita terus-terusan menggendong Vio sedangkan barang yang akan kita beli sangat banyak." Naura mengangguk paham, "Jadi kita berangkat sekarang?" "Iya." "Laras, beri dia susu setiap dua jam sekali dengan ukuran sedang. Jangan lupa untuk mencuci botol sebelum menyeduh susu atau setelah di pakai," pesan Naura pada asistennya. "Baik Nyonya." "Ayo!" Ajak Aska padanya. Kemudian mereka berdua pun berjalan men
Di restoran"Setelah ini apa saya boleh pulang Pak?" Tanya Naura ketika ia telah selesai makan.Aska menyeka mulutnya dengan tisu, "Untuk apa?""Bukannya saya memang harus pulang?"Aska menggelengkan kepalanya dan menjawab, "No! Mulai dari sekarang Kamu akan tinggal bersama dengan saya. Jika kamu pulang lalu yang merawat Vio siapa?"Naura membuka mulutnya, "T-tapi pak kita kan belum sah menikah dan apa kata orang nanti jika bapak tinggal dengan seorang perempuan?""Untungnya tetangga-tetangga saya tidak seperti itu, mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka dan malah bisa dibilang mereka sangat acuh.""Kalau begitu saya harus menyiapkan banyak hal, mulai dari pakaian dan barang-barang saya maka dari itu tolong izinkan saya untuk mengemasinya. Bapak tau sendiri kan kalau saya hanya tinggal di rumah kontrakan? Jika saya meninggalkan banyak barang disana, rasanya rugi jika saya harus membayar sewa sedangkan saya tidak tinggal di sana.""Kalau begitu tinggalkan saja semuanya dan kamu tida
Seorang perempuan tanpa sengaja melihat pintu rumah yang ada disampingnya terbuka, dan ia pun berjalan untuk menghampirinya."Hai!" Sapa Sarah pada seseorang yang ada di dalam sana.Mendengar seruan tersebut membuat Naura menoleh yang saat itu tengah menyapu rumah."Sarah..." senyum Naura menyambutnya."Kamu ke mana saja? Sedari pagi aku tidak melihatmu.""Em semalam aku ada urusan dan aku menginap di sana.""Lalu kenapa kamu sekarang ada di sini? apa kamu tidak bekerja?""Aku sudah tidak bekerja lagi," jawab Naura yang membuat Sarah terkejut."T-tapi kenapa?"Saat itu juga Naura menyeret tangan Sarah untuk masuk ke dalam rumahnya dan mereka pun duduk di sebuah kursi kayu."Aku akan segera menikah-""APA!?" seru Sarah yang membuat Naura menutup telinganya, "Memangnya siapa yang akan menikah denganmu? Bukannya selama ini kamu tidak memiliki kekasih?""Pelankan suaramu, telingaku begitu sakit ketika mendengarnya."Sarah memamerkan sederet giginya, "Sorry... jadi bisakah kamu menceritaka
Waktu sudah menunjukkan pukul jam 3 sore dan Aska kini tengah berada di kamar anaknya, sampai akhirnya Hanna datang menghampiri.Tok tok tokTerdengar suara pintu yang di ketuk dan hal itu membuat Aska mengalihkan perhatiannya, "Siapa?""Saya tuan," jawab Hanna dari balik pintu."Masuk! pintunya tidak di kunci."Saat itu juga Hanna memasuki kamar Angel, tampak Aska tengah memperhatikan bayinya yang tertidur."Ada apa Hanna?" tanya Aska yang langsung to the point."Dibawah ada Bu Ratna serta seorang asistennya, beliau berkata bahwa mereka ingin mengukur jas dan juga dress untuk pernikahan anda Tuan.""Astaga... kenapa Mami tidak memberitahuku? Naura pun sekarang tidak ada di sini," pikir Aska yang kemudian bangkit dari tempat duduknya untuk menghampiri Bu Ratna yang berada di ruang tamunya."Hanna, tolong kamu jaga Angel karena saya akan menemui Bu Ratna sekarang.""Baik Tuan."Saat itu juga Aska melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar tersebut, dan menemui seorang sahabat dari ib
Keesokan harinya,Sarah membantu Naura untuk mengeluarkan koper-kopernya, di mana sebuah mobil sudah berhenti tepat di depan rumahnya, yang tak lain adalah sopir yang ditunjuk oleh Aska untuk menjemputnya. "Biar saya saja yang membawanya Non," ucap Pak Bambang sembari mengambil alih koper yang ada di tangan Naura."Makasih ya pak."Pak Bambang tersenyum dan kemudian memasukkan koper-koper tersebut ke dalam bagasi."Sering-seringlah berkunjung kemari," pinta Sarah sembari memeluk Naura."Tentu saja!""Hubungi aku jika kamu mengalami kesulitan gara-gara lelaki itu."Naura terkekeh dan menjawab, "Oke!"Setelah mereka berpamitan Naura pun memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang dengan Pak Bambang yang menyopirinya."Hati-hati Ra!" Seru Sarah seraya melambaikan tangannya dengan mata yang menatap kepergian sahabatnya itu.BroommMobil pun mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah kontrakannya, untung semalam ia sudah berpamitan dengan ibu pemilik kontrakan sehingga ia pun bisa dengan l
Di sebuah ruangan yang serba putih,Naura menggendong Vio dan memangkunya saat seorang dokter menyuntikkan DPT pada lengannya, sang bayi pun menangis dan Naura langsung menenangkannya."Anak pinter jangan nangis ya," ucap Naura yang menimang-nimangnya."Suntik DPT ini harus di lakukan berulang ya Bu, mulai dari umur 2 bulan, 3 bulan dan seterusnya.""Baik Dok," angguk Naura."Untuk semuanya apa anak saya gak kenapa-kenapa Dok?" Tanya Aska pada dokter spesialis anak tersebut."Semuanya baik Pak, berat badan serta kondisinya semuanya aman.""Syukurlah kalau begitu," lega Naura dan Pak Aska.Setelah melakukan imunisasi dan menimbang berat badan Vio, mereka pun memutuskan untuk pergi saat itu juga.Di dalam mobil Vio sudah bisa tenang dan bermain-main dengan Naura, sedangkan Laras kini duduk di samping Pak Sopir."Kita mau kemana Pak?" Tanya Pak Bambang seraya melirik ke arah Pak Aska melalui kaca spionnya."Ke butik biasa."Pak Bambang mengangguk kecil, "Baik Pak."Beberapa puluh menit k
Di kediaman Aska,Seorang wanita tampak menunggu di sofa ruang tamu dengan tangan yang asik memainkan ponsel, yang sesekali ia tersenyum.“Ini minumnya Non,” ucap seorang maid sembari meletakkan segelas jus di atas meja.“Oh iya apa Aska dan Naura belum juga kembali? Aku sangat ingin menemui keponakan kecilku,” tanya Fara padanya.“Mungkin anda akan menunggu lebih lama lagi karena setahu saya Nona Naura dan Pak Aska akan fitting baju setelah Nona Vio imunisasi.”Fara melemparkan ponselnya ke atas sofa seraya menyandarkan punggungnya, “Harusnya aku juga memberitahu mereka bahwa aku akan kemari.”Setelah mengatakan hal itu Fara berdiri dari tempat duduknya, dimana ia hendak pulang karena apa yang ia cari tak bisa ia temui saat ini.“Nona mau kemana?” Tanya maid itu lagi."Aku mau-""FARA!!" seru Naura yang saat itu juga berjalan ke arahnya dengan membawa Vio dalam gendongannya, kebetulan ia dan Laras baru saja sampai di rumah."Hai!!" senyum Fara yang beralih pada bayi mungil dalam gend
Sesampainya di kantor, Aska di temani oleh Brian untuk pergi ke ruangannya karena kebetulan ada beberapa hal yang harus Brian sampaikan padanya."Jadi apa yang ingin kamu beritahukan pada saya?" tanya Aska sembari mendudukkan dirinya di kursi kerja, dengan Brian yang kemudian menyusulnya."Saya ingin memberitahukan bahwa penambahan gedung di pabrik kita yang ada di cabang Cikampek sudah hampir 95% selesai, tapi ternyata di bagian kantin yang dekat dengan jalan masuk itu selalu tergenang air jika hujan Pak. Jadi kepala cabang meminta kita untuk merenovasi kantin tersebut untuk lebih di tinggikan lagi supaya ketika hujan nanti, kantin tidak akan kena banjir Pak.""Pabrik kita sudah berjalan hampir 4 tahun lalu kenapa masalah ini bisa terjadi?" Tanya Aska kemudian."Tak jauh dari pabrik ada aliran sungai Pak, dan sepertinya air meluap ketika hujan karena sungai tersebut sudah lama tidak di keruk.""Kalau begitu-"Tok tok tokPerkataan Aska terhenti ketika ia mendengar ketukan pintu dari
Di tengah sarapan pagi, Aska tiba-tiba berdiri dari kursinya dan berkata pada Zea, "Aku harus segera pergi, Sayang." Zea menoleh, lalu bangkit dari tempat duduknya. Dengan cekatan, ia membetulkan dasi yang dikenakan oleh Aska, sambil menatap matanya penuh kehangatan. Setelah itu, Zea mengantarkan Aska sampai ke depan pintu rumah, lalu berpisah dengan kecupan singkat di keningnya.Zea kembali masuk ke rumah, dan tak disangka ia berpapasan dengan Naura yang baru saja turun dari kamar. Ia tersenyum pada Naura. "Naura, kamu jaga Vio ya, aku benar-benar lelah dan harus pergi ke salon untuk perawatan tubuh." Naura tampak terkejut dan tak habis pikir, bagaimana bisa Zea meminta dirinya mengurus anaknya, padahal ia tahu betul Zea seharusnya bertanggung jawab atas anak itu. "Apa kamu gila? Kamu hendak meninggalkan Vio? Bukannya dari kemarin kamu menginginkan aku untuk menjauhinya? Dan sekarang setelah Aska pergi kamu berubah, apa sebenarnya niatmu?" tanya Naura, yang benar-benar tak menyang
Di kamarNaura membelai lembut pipi Vio yang sudah terlelap dalam pelukannya."Melihat sikap Zea yang begitu berlebihan membuatku khawatir, apakah dia benar-benar mampu dan bisa menjaga Vio?" batin Naura dengan tatapan sendu yang ia tunjukkan.Tak berselang lama Laras datang untuk menghampirinya. "Maaf Nyonya..."Naura menoleh. "Ada apa, Ras?""Nona Zea meminta saya untuk mengawasi Non Vio," jawab Laras dengan tak enak hati.Hati Naura mencelos. "Apa aku seburuk itu dimatanya? Sampai-sampai Zea melakukan hal ini? Sudah jelas bahwa aku hanya ingin menenangkan Vio."Laras duduk di sisi ranjang dekat Naura. "Nyonya benar, Non Zea memang sangat berlebihan dan tidak sabaran.""Aku khawatir jika aku pergi, bagaimana nasib Vio? Akankah Zea bisa merawatnya dengan baik?" Laras sedih mendengarnya. "Apa Nyonya tidak bisa bertahan untuk Non Vio dan Pak Aska? Kalian terlihat lebih cocok jika berpasangan.""Aku pernah menceritakan hal ini padamu, bukan? Semua keputusan ada pada Aska, dan aku tidak
Malam pun tibaZea kini tampak emosi karena Vio yang terus menangis, ia tak tau kenapa bayi ini begitu rewel saat bersama dengannya."Astaga Laras... kenapa Vio masih menangis?" tanya Zea ketika Laras menimang Vio, dan berusaha memberinya susu."Saya juga gak tau Non, mungkin Vio kangen sama Nyonya Naura makanya Nona kecil rewel."Mendengar nama Naura tentu membuat Zea kesal, dan akhirnya ia pun mengambil alih Vio dari gendongannya Laras."Sini susunya!" pinta Zea yang kemudian Laras pun memberikan dot yang ada di tangannya pada Zea.Zea mencoba memberikan susu tersebut pada Vio. "Vio Sayang... kamu minum ya susunya? Tante pusing kalo denger kamu nangis terus, ini udah malam dan Tante butuh istirahat."Bukannya berhenti Vio justru semakin rewel, dan menangis dan tentunya itu membuat Laras sangat iba."Apa perlu kita panggil Nyonya Naura untuk -""Tidak perlu! Aku tidak mau Naura ada di sini, kalau seperti ini caranya bisa-bisa Vio tidak mau dekat denganku!" potong Zea yang menolak sar
Saat ini Aska, Naura dan Zea sedang duduk di meja makan untuk menikmati makan siang mereka."Naura, ada hal yang ingin saya sampaikan padamu." bersamaan dengan itu Aska melirik ke arah Naura.Naura yang merasa terpanggil pun lantas mengalihkan perhatian. "Ada apa?""Mulai hari ini Zea akan tinggal bersama kita," kata Aska yang dibalas anggukan kepala oleh Naura. "Tapi, kamu harus pindah dari kamar Vio ke kamar tamu."Naura menghentikan pergerakannya. "Pindah? Terus yang bakal jaga Vio semalaman siapa?""Aku," potong Zea dengan senyuman penuh kemenangan. "Aku yang akan menggantikan kamu untuk menjaga Vio, bagaimana pun juga pernikahan kami akan terjadi dan aku akan menjadi ibu bagi Vio. Bukankah sudah seharusnya aku menjalin hubungan yang baik dengan anak sambungku."Naura sebenarnya merasa keberatan apalagi ia kurang percaya pada Zea, namun ia tak memiliki pilihan lain selain menyanggupinya. Lagipula pernikahannya dan Aska adalah pernikahan di atas materai, dan sudah pasti hal ini aka
"Vio," seru Naura seraya berlari menghampiri Laras yang menggendong Vio.Laras tersenyum saat Naura mengambil alih Vio darinya, begitu juga dengan Vio yang langsung tersenyum dalam dekapan Naura. Beda lagi dengan Zea yang memandang kesal ke arahnya."Sok banget sih tuh cewek!" pikirnya yang merasa bahwa Naura adalah saingan untuknya. "Aku yakin, dia pasti punya rencana buat dapetin Aska melalui Vio."Aska menyentuh tangan Zea yang hanya diam memandang ke arah Naura. "Kamu kenapa, Sayang?""Aku pengen ngobrol sama kamu.""Mau bahas apa?" Zea menggelengkan kepalanya. "Gak di sini.""Ya udah kita ke ruang kerja aku aja, gimana?"Zea mengangguk setuju, lantas mereka berdua pun berjalan beriringan menuju lantai 2 tempat di mana ruangannya berada.Sedangkan Naura kini membawa Vio ke kamarnya, karena Vio yang baru sembuh tentu saja masih memerlukan istirahat yang cukup.Di ruang kerja,"Jadi kamu mau ngomong apa sama aku?" tanya Aska menatap Zea.Zea menghela nafas. "Aku pengen banget bisa
Keesokan paginya,Vio sudah sangat sehat dan dokter pun sudah membolehkannya untuk pulang. Tentu saja Aska dan Zea langsung siap-siap membawanya pulang, tapi setiap kali Zea menggendongnya Vio pasti Vio selalu menangis."Cup cup anak manis, jangan nangis ya? Vio mau susu?" bersamaan dengan itu Zea menjejalkan dot namun di tolak oleh Vio.Zea sudah jengah menghadapi bayi ini sedari semalam, untung ada Laras yang membantunya. Jika saja Aska dan Laras tidak ada di sana mungkin ia sudah memarahi bayi yang menurutnya menyebalkan itu.Laras yang melihatnya langsung membantu Zea untuk mengambil alih Vio, "Biar saya saja yang mengurusnya Nona.""Ya uruslah dia," balas Zea dengan wajah kusutnya karena semalam ia yang kurang nyenyak dalam tidurnya.Tak berselang lama Aska keluar dari kamar mandi setelah ia membersihkan tubuhnya."Apa semuanya sudah siap?" tanya Aska memastikan."Sudah Sayang," balas Zea.Sedangkan Laras hanya mengangguk. "Sudah Tuan.""Kalau begitu kita turun sekarang," ucap As
Di kamarNaura merebahkan tubuhnya dengan mata yang menatap ke arah langit-langit kamarnya."Gimana ya keadaan Vio sekarang? Agak gak tenang kalo gak liat Vio langsung," gumam Naura sembari memejamkan matanya.Tak berselang lama terdengar suara dentingan dari ponselnya, menandakan bahwa adanya pesan masuk. Dengan segera Naura menyambar ponselnya untuk membuka pesan tersebut, di mana itu adalah pesan yang dikirimkan oleh Laras padanya.Detik kemudian Naura tersenyum lega karena Vio baik-baik saja walaupun tadi sempat rewel."Syukurlah Vio baik-baik saja," ucap Naura yang kembali meletakkan ponselnya di atas nakas.Sedangkan disisi lain Aska dan Zea masih menjaga Vio."Kita akan bermalam di sini, apa kamu tidak keberatan?" tanya Aska seraya menyentuh bahu Zea, yang kini duduk di sebuah bangku yang berada disisi ranjang milik Vio.Zea tersenyum. "Tidak apa As, hanya saja aku perlu alat mandi dan pakaian karena tidak mungkin aku memakai dress ini semalaman.""Kalai begitu aku akan meminta
Di rumah sakitVio terbangun dan menangis saat tak mendapati Naura ada di sana. "Cup cup anaknya Papa," ucap Aska yang sedang menenangkannya.Sedangkan Zea sudah menahan kesal karena bising dengan tangisan Vio yang tak juga mereda.Kemudian Aska melirik ke arah Zea. "Ze, apa kamu bisa membantuku untuk menenangkan Vio?"Zea mengangguk dengan ragu dan mengambil alih Vio dari pelukan Aska."Sepertinya Vio haus As," ujar Zea yang menduga hal itu.Saat itu juga Aska meminta Laras untuk membuatkan susu untuk Vio, namun sayangnya Vio tak ingin meminumnya dan justru tangisannya semakin kencang."Ayo Vio minum dulu susunya," ucap Zea yang mencoba untuk memasukan ujung dotnya pada mulut Vio dan lagi-lagi Vio menolaknya.TringBersamaan dengan itu terdengar suara dari ponsel Aska, yang membuatnya mengalihkan perhatian."Maaf Zea, aku harus menerima telepon dulu dari Brian." setelah itu Aska keluar dari ruangan tersebut untuk menerima panggilan dari asistennya itu.Zea benar-benar di buat kesal
Waktu terasa begitu cepat dimana jam sudah menunjukkan pukul jam 4 sore.Dan kini seorang dokter sedang memeriksa keadaan Vio, yang tentunya Naura dan Aska sudah menunggu kabar selanjutnya mengenai putri mereka."Bagaimana keadaan putri saya, Dok?'" tanya Aska yang mendahului Naura."Kondisinya sudah membaik."Baik Aska maupun Naura sama-sama tersenyum lega ketika mendengarnya."Syukurlah kalau begitu.""Terus kapan Vio bisa dibawa pulang?" timpa Naura, yang kasian pada Vio jika harus menginap lagi di rumah sakit."Sebenarnya kondisi Vio sudah memungkinkan untuk pulang, tapi untuk antisipasi lebih baik Vio menginap semalam lagi agar saya bisa memastikan perkembangannya. Jika stabil mungkin besok sudah boleh pulang," jawab Sang Dokter."Baiklah kalau begitu.""Saya permisi, karena saya harus memeriksa pasien lain."Naura dan Aska mengangguk, "Iya Dok."Kemudian sang dokter pun berlalu dari ruangan itu."Aku sangat senang mendengar bahwa keadaan Vio sudah membaik," ucap Zea yang masih b