Share

Bab 5

Author: Dania Zahra
Menghadapi permintaan maaf yang mendadak dari Annie, Livy merasa kebingungan. Secara refleks, dia menatap ke arah Preston yang duduk di belakang meja, berharap bisa mendapatkan penjelasan dari ekspresinya.

Ketika Preston melihat tatapan Livy yang bingung dan penuh kepolosan itu, tenggorokannya terasa kering sejenak. Dia langsung teringat bagaimana sorot mata itu menatapnya dengan malu-malu semalam.

Setelah berusaha mengendalikan diri, Preston mengendurkan dasinya dan berkata, "Karena ini cuma salah paham, aku akan minta departemen HR untuk batalin pengajuan pemecatan."

"Annie, kamu sudah berada di jajaran manajemen. Sebagai pemimpin, aku berharap kamu nggak melakukan kesalahan kecil seperti ini lagi. Jadilah teladan bagi bawahanmu."

Meskipun Preston mengucapkan tiga kata "kesalahan kecil" dengan nada santai, Annie bisa merasakan teguran di balik ucapannya. Kekesalan yang mendalam terpancar dari matanya, tetapi dia tetap mengangguk sambil menjawab, "Akan saya ingat itu, Pak Preston."

Meski Livy belum sepenuhnya mengerti apa yang sedang terjadi, dia mulai menyadari satu hal. Sepertinya dia tidak akan dipecat.

Kegembiraan mulai membanjiri dirinya. Sepanjang sore, Livy merasa seperti berada di ujung tanduk dan bahkan sudah bersiap untuk menghadapi skenario terburuk. Namun tak disangka, situasinya malah berbalik.

Livy terlalu senang hingga tidak menyadari tatapan penuh kebencian dan kecemburuan dari Annie saat meninggalkan ruangan.

Setelah pintu tertutup, hanya Livy dan Preston yang tersisa di kantor itu. Livy menghimpun keberanian untuk berjalan mendekati Preston dan bertanya dengan hati-hati, "Pak Preston, jadi aku benar-benar nggak akan dipecat?"

Mendengar panggilan Livy yang sopan, Preston samar-samar mengangkat alisnya. Dengan suara tenang dan dingin, dia berkata, "Buatkan aku secangkir kopi."

Livy terdiam sejenak.

Semua orang di departemen sekretaris tahu bahwa Preston sangat pemilih. Biasanya, dia hanya minum kopi yang dibuat oleh Bendy atau Annie. Hanya mereka berdua yang bisa memenuhi standar suhu dan kekentalan yang diinginkan Preston.

Jadi, ketika Preston tiba-tiba memintanya untuk membuatkan kopi, Livy merasa agak gugup. Dia khawatir kopi buatannya tidak sesuai dengan selera Preston dan akhirnya membuat Preston marah.

Namun karena Preston telah menyuruhnya, Livy tentu tidak bisa menolak. Setelah ragu sejenak, dia berbalik dan pergi keluar.

Saat berdiri di depan mesin kopi di pantri, pikiran Livy bercampur aduk. Diam-diam, dia merasa menyesal telah menikahi Preston dengan gegabah. Meskipun pekerjaannya dulu memang melelahkan, setidaknya Livy bisa bebas setelah jam kerja selesai. Namun sekarang, dengan adanya hubungan "kerja sama" ini, Livy merasa hari-harinya ke depan akan lebih terbatas.

Sepertinya dia tidak perlu sampai mengorbankan masa depannya hanya demi membuat Stanley marah. Namun sampai di titik ini, Livy juga tidak bisa mundur lagi. Setelah selesai menyeduh kopi, Livy membawa cangkir itu dan masuk kembali ke kantor Preston.

"Ini kopi Anda ...." Dia meletakkan kopi panas di atas meja Preston. Saat ujung jarinya baru saja terlepas dari cangkir panas tersebut, pergelangan tangan Livy tiba-tiba dicengkeram oleh sebuah tangan yang hangat.

Tenaga Preston sangat kuat. Hanya dengan sekali gerakan, dia telah menarik Livy ke dalam pelukannya. Posisi ini terasa tidak asing bagi Livy. Tubuhnya masih mengingat keintiman yang terjadi malam sebelumnya.

Hanya dengan duduk di pangkuan Preston, berbagai kenangan mulai membanjiri benak Livy. Semua itu adalah pengalaman dari malam sebelumnya.

"Lagi mikir apa sampai wajahmu semerah ini?" Suara Preston yang dingin, diiringi dengan napasnya yang hangat, membelai daun telinga Livy dan menimbulkan sensasi yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Ng ... nggak kok," jawab Livy dengan tergagap dan hati yang semakin kacau.

Ada apa dengan dirinya ini?

Sebelumnya saat Livy menjalin hubungan dengan Stanley, mereka sering bertengkar soal masalah kedekatan. Stanley ingin membawa hubungan mereka ke tahap yang lebih intim. Namun pada saat itu, Livy benar-benar tidak memiliki keinginan seperti itu. Sampai-sampai, Stanley mulai curiga bahwa Livy mungkin tidak memiliki ketertarikan seksual.

Ketika Livy mengetahui bahwa Stanley berselingkuh dengan Chloe, dia bahkan beralasan bahwa hal itu terjadi karena Livy tidak bisa memuaskannya. Stanley mengatakan bahwa itulah sebabnya dia mendekati Chloe. Seiring berjalannya waktu, mereka pun jatuh cinta dan akhirnya bersama.

Livy menundukkan kepalanya dengan lesu. Begitu Preston mendekatinya sedikit saja, bahkan tanpa sentuhan yang berlebihan sekalipun, Livy langsung mulai terangsang. Mana mungkin dia tidak memiliki ketertarikan seksual? Bahkan bisa dibilang, Livy benar-benar "haus" saat ini ....

Livy merasa sangat malu hingga ingin melarikan diri. Sepertinya, bukan dia yang tidak menginginkan hubungan badan, melainkan tidak tertarik secara fisik pada Stanley. Kebingungan yang dialaminya selama bertahun-tahun ini, kini terasa semakin jelas.

"Lagi mikir apa?" tanya Preston tiba-tiba.

Livy tersadar dari lamunannya dan buru-buru mengalihkan topik, "Kenapa Bu Annie minta maaf sama aku? Kamu kasih tahu dia soal pernikahan kita?"

"Nggak," jawab Preston.

Pandangannya tertuju pada wajah Livy yang memerah. Dengan sudut bibir yang sedikit terangkat, dia menjelaskan, "Kesalahan data itu terjadi karena Annie nggak sengaja mengubahnya. Bukan karena kesalahan catatanmu."

"Semua komputer di perusahaan ini mencatat setiap perubahan secara real-time. Setelah diperiksa, nggak ada kesalahan saat kamu memasukkan data. Dokumen final yang kamu kirim juga benar."

Livy tidak terlalu terkejut bahwa mereka diawasi setiap saat. Namun, dia tak menyangka bahwa Preston akan menyelidiki masalah ini secara pribadi. Jika memang Livy yang membuat kesalahan kali ini, apakah berarti Preston akan langsung memecatnya?

Memikirkan hal itu membuat Livy berkeringat dingin. Preston memang pria yang tegas dan adil. Meskipun Livy sekarang adalah "istrinya", bukan berarti bisa menggoyahkan keputusan Preston yang adil.

Untungnya, kali ini memang bukan karena kelalaiannya. Masalah ini membuat Livy kembali percaya diri. Bagaimanapun, Livy sudah bekerja selama tiga tahun di perusahaan ini. Sekacau apa pun pikirannya sekarang, Livy yakin tidak akan melakukan kesalahan seperti itu.

Melihat perubahan ekspresi pada wajah Livy, Preston kembali menjelaskan, " Annie mengakui bahwa dia membuat kesalahan data karena terlalu sibuk, lalu keliru mengira itu adalah kesalahanmu. Tapi, karena dia adalah bagian dari manajemen inti, aku akan beri dia satu kesempatan lagi."

Livy terdiam. Ternyata Annie bisa melakukan kesalahan sepele seperti itu? Kalaupun dia memang benar-benar melakukan kesalahan, Annie masih diberi kesempatan, sedangkan Livy tidak ada sama sekali?

Mengingat hal ini, hati Livy merasa tidak nyaman. Namun bagaimanapun, Annie adalah adik kelas Preston. Dia telah mengikuti Preston sangat lama dan juga merupakan tangan kanan bagi Preston. Bahkan kalau Annie benar-benar melakukan kesalahan besar sekalipun, Preston mungkin akan tetap memaafkannya.

Namun, berbeda lagi ceritanya jika Livy yang berada di posisi seperti itu.

Karena itulah, Livy tidak mengatakan apa pun lagi saat ini. Bagaimanapun, dia tidak berhak untuk meragukan apa pun. Di perusahaan ini, Livy hanyalah seorang bawahan kecil. Di antara dirinya yang mudah digantikan ini dan Annie yang merupakan "veteran", siapa yang akan dibela Preston?

Jawabannya sudah jelas.

Melihat ekspresi Livy yang murung, tatapan Preston menjadi muram. Dia memegang dagu Livy dan mengangkat kepalanya.

"Nggak senang?"

Livy langsung tersadar dan menggelengkan kepala. "Nggak, kok! Mana mungkin aku nggak senang. Lagi pula, aku nggak melakukan kesalahan dan nggak jadi dipecat. Tentu saja aku senang!"

'Ah, sudahlah, kenapa harus memikirkan semua ini?' batin Livy.

Pernikahannya dan Preston hanyalah sandiwara semata. Dia tidak mungkin mengharapkan Preston menjadi lebih toleran hanya karena mereka punya selembar akta pernikahan. Bahkan, mungkin Preston akan semakin menuntut dan menekannya.

Bos sialan!

Namun, selama masih bisa mempertahankan pekerjaannya, Livy sudah merasa cukup puas. Setidaknya, gaji dan tunjangan di Grup Sandiaga sangat memadai.

Sambil mencoba menghibur dirinya sendiri, Livy tiba-tiba melihat sekilas layar komputer di meja. Dia melihat dokumen yang telah disusunnya sebelumnya ....

Livy menelan ludah, lalu bertanya dengan hati-hati, "Pak Preston, semua yang kamu katakan tadi ... kamu memeriksa semuanya sendiri?"

Preston mengangkat alisnya. "Siapa lagi kalau bukan aku?"

Related chapters

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 6

    Livy tertegun seketika. Hanya karena masalah sekecil ini, Preston turun tangan langsung untuk memeriksanya sendiri? Pria ini benar-benar tegas! Kalau sampai Preston tahu bahwa kejadian di resor itu bukan sebuah kecelakaan, melainkan Livy yang memang sengaja menggodanya ....Livy bergidik ngeri, tidak berani membayangkan kemungkinan yang akan terjadi."Ini untukmu." Suara Preston yang berat tiba-tiba menarik Livy kembali ke kenyataan. Dia melihat sebuah kartu bank disodorkan di depannya. Livy berkedip beberapa kali dengan kaget."Di dalamnya ada 20 miliar, pakai saja sesukamu," ucap Preston.Mata Livy melebar seketika.Preston memang pernah menyebutkan akan memberikan uang saku dan bayaran untuk perannya dalam "drama" pernikahan mereka. Namun, hal itu dibicarakan ketika mereka sedang berada di ranjang. Saat itu, Livy dalam keadaan setengah sadar sehingga dia lupa menegosiasikan jumlahnya.Dia awalnya berpikir Preston hanya akan memberikan jumlah yang sebanding dengan gajinya di Grup San

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 7

    Annie sebenarnya datang dengan alasan mengantarkan dokumen, tapi tujuan utamanya adalah untuk meminta maaf lagi kepada Preston. Kesalahan kecil yang dia buat itu terlalu merusak citranya dan dia tidak ingin Preston menganggapnya sebagai orang yang ceroboh.Meskipun kesalahan itu memang sengaja dibuat untuk menjebak Livy, Annie terpaksa mengakui bahwa kejadian itu adalah ketidaksengajaan di hadapan Preston. Hanya saja, Annie tidak menyangka bahwa Livy berada di ruangan Preston selama itu."Kamu ngobrol apaan sama Pak Preston di dalam? Kenapa bisa selama itu?" Annie menatap Livy dengan tajam. Wajahnya tampak kesal dan hatinya merasa tidak nyaman.Saat teringat dengan Livy yang menggagalkan rencananya di resor malam itu, emosi Annie langsung memuncak. Orang yang seharusnya bersama Preston malam itu adalah dirinya, bukan Livy. Annie telah berusaha keras untuk melancarkan rencananya. Dia bahkan berhasil mencampurkan sesuatu ke dalam minuman Preston.Tepat pada saat Preston mulai bereaksi, A

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 8

    Livy mengucapkan terima kasih kepada petugas resepsionis dan langsung menuju kamar tempat neneknya sambil membawa buah-buahan dan hadiah di tangannya.Saat membuka pintu, Livy melihat neneknya yang tampak lesu di atas ranjang. Hidung Livy terasa kecut seketika dan air mata menggenang di pelupuk matanya."Nenek!" serunya sambil bergegas mendekat. Livy mencoba menahan emosinya sambil tersenyum manis dan berkata manja, "Aku kangen sekali sama Nenek.""Livy! Anak bodoh, Nenek juga kangen kamu," kata Winda seraya memegang wajah Livy dengan penuh kasih. "Dinasmu capek nggak? Kamu jadi kurusan."Livy tertawa dan menggelengkan kepala, "Sama sekali nggak capek.""Nenek, aku kerja di Grup Sandiaga. Gajinya tinggi, tunjangan dan fasilitasnya juga bagus. Lihat, aku bawa oleh-oleh ini buat Nenek. Ini semua hasil dari perjalanan dinasku, produk lokal yang diberikan gratis di resor baru perusahaan."Livy tidak berbohong. Memang benar bahwa semua barang itu adalah oleh-oleh dari resor yang dibagikan k

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 9

    Raut wajah Preston jadi lebih rileks dan suaranya juga jadi lebih lembut saat bertanya, "Perlu suruh Bendy untuk jemput kamu nggak?"Livy merasa terkejut dengan perhatian Preston. Dia jadi lupa dengan masalah Stanley dan buru-buru memanggil sebuah taksi. "Nggak usah, aku bisa pulang sendiri, kok." Setelah memeriksa waktu sejenak, dia kembali menimpali, "Jalanan agak macet, mungkin masih butuh sekitar satu jam."Khawatir bahwa Preston mungkin akan membutuhkan bantuannya, Livy terus mendesak sopir taksi untuk mempercepat laju kendaraan sepanjang perjalanan. Akhirnya, dia tiba di Harmony Residence sesuai waktu yang diperkirakan.Lampu di ruang tamu sedang menyala dan tercium aroma kopi yang khas memenuhi udara. Pencahayaan dan aroma ini membawa nuansa yang hangat dalam apartemen yang didekorasi dengan indah tersebut.Livy melangkah masuk dengan hati-hati dan menemukan Preston sedang berdiri di dekat bar dapur. Berbeda dengan penampilannya di kantor, saat ini Preston sedang mengenakan paka

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 10

    Jantung Livy terasa seakan berhenti berdetak sesaat. Dia berkedip dengan gugup, lalu menyapa dengan canggung, "Hai! Pak Preston, selamat pagi.""Hmm," Preston hanya menggumamkan jawabannya, lalu turun dari tempat tidur dan merapikan rambutnya yang acak-acakan sambil berjalan ke arah kamar mandi.Tirai jendela di kamar masih terbuka. Dari jendela besar di kamar utama, terlihat pemandangan indah dari taman pusat kota. Pakaian mereka berserakan di lantai dan udara di kamar itu masih samar-samar memancarkan aroma khas setelah berhubungan intim.Dengan wajah memerah, Livy turun dari tempat tidur dan mulai mengenakan pakaiannya. Setelah Preston keluar dari kamar mandi, Livy segera menyelinap masuk untuk mandi.Ketika dia selesai dan keluar dari kamar mandi, Preston sudah duduk mengenakan setelan jas dan menikmati secangkir kopi di meja makan. Sementara itu, Bendy sedang melaporkan urusan pekerjaan padanya. Setelah ragu-ragu sejenak, Livy memutuskan untuk berjalan mendekat."Duduk dan sarapan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 11

    Di bawah tatapan dari rekan kerja lainnya, Annie berjalan mendekati meja kerja Livy dengan tangan bersedekap. Dia mengetuk tumpukan dokumen di meja Livy dengan jarinya, lalu berkata dengan nada merendahkan."Livy, maaf ya. Hari ini hari Jumat dan semua dokumen ini adalah dokumen yang sangat mendesak. Nggak bisa ditunda sampai hari kerja berikutnya .... Kamu harus lembur malam ini. Sebelum jam 12 malam, aku mau semua data sudah selesai dan terkirim. Bisa, 'kan?"Jari-jari Livy yang sedang mengetik di keyboard berhenti sejenak.Ivana yang tidak tahan melihat hal itu, mencoba untuk membela Livy dengan suara pelan, "Bu Annie, bahkan kalau dikerjakan tiga orang sekalipun, dokumen sebanyak ini mungkin nggak akan bisa selesai sebelum jam 12 malam, apalagi cuma dikerjakan Livy seorang ...."Annie tertawa dingin, "Kalau kamu khawatir, kamu bisa tinggal di sini untuk bantu dia."Setelah itu, Annie berbalik menghadap semua orang di ruangan dan bertanya dengan nada mengancam, "Ada lagi yang mau ik

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 12

    Rumah lama Keluarga Sandiaga terletak di pinggiran kota dan dibangun di atas bukit. Luasnya mencakup keseluruhan bukit tersebut. Tempat ini memiliki sejarah yang lama dan bahkan telah dijadikan bangunan yang dilindungi oleh ibu kota.Begitu mereka keluar dari pusat kota, pemandangan di luar jendela mulai sepi dan hampir tidak ada orang yang terlihat. Suara hujan yang teredam dan keheningan di dalam mobil membuat Livy merasa tidak nyaman.Saat dia akhirnya memberanikan diri untuk berbicara, Preston terlebih dulu membuka mulut, "Kamu pernah cari tahu soal keluargaku?"Livy tertegun sejenak. Setelah merenung beberapa saat, dia mengangguk dengan jujur. Karena kasus perselingkuhan Stanley dengan Chloe, Livy sempat mempelajari banyak hal tentang silsilah keluarga Preston. Selain itu, di kantor sering ada gosip yang beredar di kalangan karyawan.Mengaku tidak tahu apa-apa tentang Keluarga Sandiaga akan terasa sangat munafik.Tatapan Preston semakin gelap, jari-jarinya secara tidak sadar menge

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 13

    Suara lantang Tristan mengejutkan Livy dan membuatnya gemetaran. Preston menepuk punggung tangan Livy dengan tenang dan memberi isyarat agar dia tetap tenang.Setelah itu, Preston melihat ke arah pria tua yang penuh semangat itu dan berbicara dengan santai, "Kamu kelihatannya sehat-sehat saja. Nggak mungkin mati kesal hanya karena masalah kecil begini."Livy merasa agak terkejut dengan cara Preston berbicara kepada ayahnya. Namun, reaksi Tristan tidak seperti yang dia duga. Bukannya marah, Tristan malah tertawa terbahak-bahak."Anak nakal, cuma kamu yang berani bicara seperti itu padaku. Tapi karena kamu sudah bawakan menantu untukku, aku nggak akan mempermasalahkannya."Setelah itu, Tristan tersenyum lebar dan melambaikan tangannya kepada Livy, "Ayo, Nak, sini biar aku lihat."Hanya melihatnya sekilas saja, Tristan sudah merasa bahwa Livy sangat cocok di matanya.Masalah pernikahan Preston telah menjadi kekhawatiran terbesar Tristan selama bertahun-tahun. Dia telah mencoba segala cara

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 250

    Sebelumnya Erick, sekarang Nicky. Jika hanya satu pria, Preston masih bisa memahaminya. Namun, sekarang ada begitu banyak pria yang bermunculan di sekitar Livy. Tidak mungkin jika mengatakan tidak ada masalah pada wanita ini.Namun, ucapan Preston bagaikan pisau tajam yang menikam hati Livy. Bibirnya sampai memucat. Lipstik sekalipun tidak bisa menutupi kepucatannya itu."Jadi, kamu rasa ini salahku? Kamu rasa aku yang nggak menjaga diri?""Aku cuma memperingatkanmu. Selama kontrak kita belum berakhir, sebaiknya jangan melakukan hal-hal yang melanggar moral. Mengenai Nicky ... dia cuma pengacara biasa. Kalau kamu masih diam-diam bertemu dengannya, aku bisa membuatnya kehilangan pekerjaan."Nada bicara dan ekspresi Preston sama dinginnya. Ini adalah ancaman yang terang-terangan. Livy tahu Preston bisa melakukan hal seperti itu. Erick adalah contoh pertama.Jika Preston bisa membuat Erick dipenjara, dia tentu tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada Nicky. Livy tidak ingin Nicky menja

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 249

    Terakhir kali mereka bertemu karena Chloe menikah. Kali ini, entah Livy akan bertemu mereka lagi atau tidak.Livy segera berganti pakaian dan mengikuti Preston masuk ke mobil. Di dalam mobil, Preston tidak bersantai. Telepon demi telepon masuk.Sebelumnya, Livy mendengar dari Sherly bahwa ada banyak hal yang harus diurus menjelang akhir tahun. Departemen sekretaris sepertinya juga akan sibuk dalam waktu dekat ini.Ponsel bergetar. Masuk pesan dari Ivana.[ Berita besar! Erick ditangkap! ]Livy yang terkejut segera membalas.[ Apa? ]Ditangkap bagaimana? Ivana mengirim dua emoji perayaan, lalu menjelaskan.[ Aku juga nggak tahu, ini gosip dari temanku. Sepertinya Erick membuat onar pada perayaan ulang tahun Grup Sandiaga. Pak Preston sepertinya tahu soal tindakannya. ][ Oh ya, aku juga dengar Bu Sylvia jatuh pada perayaan ulang tahun itu. Entah masalah itu berhubungan dengan Erick atau nggak. Yang jelas, Pak Preston pasti marah gara-gara itu. ][ Tsk, tsk, tsk. Kabarnya sebelum Erick d

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 248

    Ketika Livy terbangun, hari sudah siang. Kepalanya terasa sangat sakit, seluruh tubuhnya juga terasa lemas. Terutama bagian pergelangan tangannya yang bengkak dan merah. Kelihatannya sangat mengerikan."Nyonya sudah bangun?" Tina masuk dengan hati-hati, membawakan semangkuk bubur. Suaranya terdengar lembut. "Kenapa semalam minum alkohol sebanyak itu? Makan dulu bubur hangat agar perutmu terasa lebih baik.""Terima kasih, Bi." Livy menerima bubur itu, tetapi pergelangan tangannya tiba-tiba terasa sangat sakit. Dia hampir menjatuhkan mangkuk itu.Rasa sakit itu membuat pikirannya kembali fokus. Livy mulai mengingat kejadian semalam. Dalam ingatannya, semalam dia dan Preston bertengkar.Di dalam mobil yang sempit, Preston mengamati sekujur tubuhnya dengan tatapan dingin sekaligus penuh amarah."Livy, ini terakhir kalinya kamu bermasalah dengan Sylvia. Kalau sampai terjadi lagi, aku nggak akan membiarkanmu begitu saja."Livy berusaha keras menjelaskan kepada Preston, tetapi yang dia dapat

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 247

    "Livy!" Suara yang sangat dingin terdengar di telinga Livy. Namun, suara itu sangat familier. Sepertinya itu adalah suara Preston.Livy memandang dengan bingung, berusaha keras untuk melihat dengan jelas. Pada akhirnya, dia berhasil melihat wajah Preston. Namun anehnya, kepala Preston ada dua."Kemari!" Preston tidak dapat mengendalikan amarahnya. Hari ini dia sibuk sepanjang hari, lalu menunggu Sylvia selesai menjalani operasi dan menemaninya untuk menenangkannya. Malamnya, dia masih harus bertemu klien.Namun, saat dia pulang, Livy malah tidak ada di rumah. Wanita ini berkumpul dengan temannya sampai tengah malam?Preston berusaha bersabar. Meskipun ada perselisihan di antara mereka, dia tetap datang untuk mencari Livy. Namun, apa yang dia lihat? Melihat Livy terjatuh ke pelukan pria lain!Apa ini yang disebut berkumpul dengan teman? Jika dia terlambat sedikit, mereka mungkin telah berbaring di ranjang bersama!"Pak Preston, ini nggak seperti yang kamu kira. Livy mabuk, jadi aku ....

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 246

    Stanley berbicara dengan penuh semangat. Mulutnya yang bau alkohol itu hampir menempel di wajah Livy.Saat berikutnya, sebuah pukulan datang. "Stanley!" Nicky segera menarik Livy ke belakangnya.Nicky awalnya khawatir karena Livy tak kunjung kembali. Dia mengira Livy muntah-muntah di kamar mandi, jadi pergi membeli obat dan hendak mencarinya. Siapa sangka, dia malah melihat Stanley bersikap lancang kepada Livy!"Nicky?" Stanley terhuyung. Kemudian, nada bicaranya terdengar tidak sabar. "Ini urusanku dengan Livy. Apa hakmu ikut campur? Pergi sana!"Wajah Nicky menjadi sangat suram. Suaranya juga tegas. "Stanley, sudah kubilang Livy adalah temanku. Aku nggak akan tinggal diam. Selain itu, hubungan kalian sudah berakhir. Kamu harus menghormatinya. Lihat apa yang kamu lakukan!"Setelah mengucapkan peringatan seperti itu, Nicky pun tahu hubungan persahabatannya dengan Stanley sudah berakhir sepenuhnya. Namun, dia tidak menyesal.Dulu, Nicky tidak tahu Stanley adalah orang seperti ini. Sekar

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 245

    Livy jelas-jelas tidak melakukan hal-hal yang kelewatan. Lantas, kenapa dia tidak boleh berada di sisi Charlene? Selain itu, untuk apa dia pulang?Preston saja boleh berada di sisi Sylvia tanpa memberinya penjelasan apa pun. Apa Livy tidak punya hak untuk berteman?Perasaan kesal dan sedih bergejolak di dalam hati Livy. Namun, pada akhirnya akal sehatnya yang menang.Sekalipun mereka akan bercerai, perceraian harus dilakukan secara damai. Livy tidak ingin semuanya berakhir dengan buruk karena hal ini akan memengaruhi kariernya.Segera, Livy mengetik pesan dan mencoba menjelaskan dengan sabar.[ Pak, mungkin aku terlalu emosional tadi. Tapi, aku nggak bermaksud menyakiti Bu Sylvia. Hari ini aku cuma berkumpul dengan temanku. Aku akan pulang agak larut. ]Preston tidak membalas lagi. Mungkin dia sudah menyetujuinya. Livy pun menghela napas lega dan becermin. Setelah memastikan wajahnya tidak terlihat murung, dia baru keluar."Livy!" Tiba-tiba, Terdengar suara yang sangat familier dari se

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 244

    Stanley awalnya mengira masalah yang terjadi sebelumnya sudah selesai. Dia bekerja keras untuk menenangkan situasi. Namun, beberapa hari kemudian, wanita itu kembali mengungkit masalah lama.Saat emosi memuncak, Chloe malah mengalami keguguran. Stanley masih bisa menerima dirinya dipukuli dan dimarahi karena dia memang bersalah. Setidaknya, dia bekerja keras untuk melayani Chloe selama beberapa waktu.Namun, begitu sembuh, Chloe langsung pergi ke luar negeri dengan sahabatnya untuk mencari model pria. Bahkan, Chloe mengunggah foto dan video dengan konten yang sangat vulgar, seperti ciuman, menyentuh otot perut, dan lain-lain.Semua itu diposting di internet, sementara yang lebih buruk tentu tidak diposting. Entah apa lagi yang dilakukan wanita itu untuk menghina dirinya! Situasi itu benar-benar membuatnya malu!"Hahaha, Livy memang semakin cantik dan memesona. Tsk, tsk, kalian nggak lihat cupang di leher Livy?""Oh ya? Jadi, Livy sudah pacaran? Dengan siapa? Livy wanita yang lembut dan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 243

    Awalnya, Nicky merasa senang jika Livy bisa mendapatkan kebahagiaan. Namun, setelah melihat sikap Preston terhadap Livy serta berbagai hal lainnya, Nicky benar-benar menyesal dan merasa pernikahan ini tidak akan bertahan lama. Mungkin, dia masih memiliki kesempatan."Eh, eh, eh, Nicky, kamu nggak boleh pilih kasih begitu. Kita juga teman, kenapa kamu nggak bantu aku?" Charlene menyela sambil bercanda untuk mengalihkan perhatian. "Nanti malam kita ke KTV. Livy, gimana kalau kita minum malam ini?"Livy berpikir, dia sudah lama tidak bertemu dengan Charlene. Mereka hanya pergi ke KTV untuk berkumpul dengan teman, seharusnya tidak masalah. Jadi, Livy menyetujuinya.Namun, saat mereka sampai di KTV, Livy terkejut. Begitu masuk, dia langsung melihat Stanley dan kelompoknya. Karena sudah saling kenal sejak kecil, jadi lingkaran pertemanan mereka hampir sama.Teman-teman Stanley yang melihat Livy dan Nicky langsung melambaikan tangan dan memanggil, "Livy, Nicky, kebetulan banget. Ayo gabung!"

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 242

    Livy ragu-ragu sejenak, lalu akhirnya mengangkat telepon. Di ujung sana, suara Preston terdengar agak dingin. "Di mana?""Makan sama teman," jawab Livy.Preston tertawa dingin. "Pria atau wanita?""Dua-duanya." Livy menjawab, lalu bertanya dengan agak penasaran. "Apa ada yang mendesak?"Di sisi lain, Preston melihat jalanan yang ramai dengan kendaraan. Wajahnya tampak sangat serius, suaranya juga terdengar dingin. "Livy, apa ada yang ingin kamu katakan?""Apa yang harus kukatakan?" Livy benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan. Dia bingung sejenak, lalu berkata dengan ragu, "Aku mungkin akan pergi jalan-jalan setelah selesai makan. Aku sudah lama nggak ketemu sahabatku. Jadi, aku mungkin pulang agak larut. Kamu ...."Panggilan tiba-tiba diakhiri tanpa alasan. Livy tertegun dan menatap layar ponselnya dengan heran. Ini adalah kedua kalinya Preston mengakhiri panggilan hari ini. Pria ini benar-benar membenciku? Padahal, semalam dia sangat lembut ...."Livy, kamu baik-baik saja?" C

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status