Share

Mahar 3

"Merah?" tanya Revan kembali dan mendapat anggukan dari Keysa.

Awalnya Revan tak paham namun setelah beberapa saat akhirnya ia pun paham apa yang dimaksud istrinya itu.

"Haha, gak jadi dong ntar malem? Ya udah sabar, Yang, kan sekarang mah bebas mau ngelakuin kapan aja udah halal ini kan haha," kekeh Revan sambil tersenyum.

Revan pun terlihat gemas dengan kelakuan istrinya itu lalu mencubit dan mengigit pipi sang istri dengan pelan.

"Ihh sakit, Mas," ucap Keysa sambil memegangi pipinya itu.

Keysa pun lalu kembali kekamar mandi setelah ia memgambil apa yang dibutuhkannya. Sedangkan Revan masih terkekeh di sambil melihat tingkah istrinya itu.

Semenghilangnya Keysa ke kamar mandi, Revan pun mengambil hpnya dan menelpon seseorang.

"Aku udah nikah sekarang. Insya Allah seminggu atau dua minggu lagi aku pulang," ucap Revan saat telpon itu sudah tersambung.

"Amin, doain aja ya semuanya biar lancar. Maaf kalau dadakan, nanti aku ceritain kalau udah disana," ucap Revan kembali setelah itu ia pun menutup telponnya lalu segera rebahan di kasur empuk istrinya.

***

Keesokan harinya, setelah semua rapi-rapi dan tenda pelaminan di bongkar, semua keluarga Keysa pun berkumpul di ruang tamu.

"Key, ini rincian pengeluaran yang Abang keluarin kemaren buat pernikahan kamu. Abang minta dalam waktu dua minggu udah harus balikin," ucap Kenzi seraya menyerahkan sebuah kertas kepada Keysa.

Keysa pun melihat kertas itu dan terbelak tak percaya melihat banyaknya uang yang tertulis disana.

"I -- ini banyak banget, Bang? Bukannya Abang bilang, biaya nikahan Keysa Abang tanggung sebagian? Tapi emang nyampe segini banyak?" tanya Keysa tak percaya, karena total tagihan biaya pernikahan itu sampai empat puluh delapan juta.

"Ngga! Biaya wedding dan dekorasi cuma tiga puluh juta, terus biaya prasmaman lima belas juta dari Abang, dan sepuluh juta dari Kenzo, terus biaya kamu lamaran kemaren abis sekitar delapan jutaan. Awalnya Abang mau bayarin setengahnya, tapi berhubung kamu gak jadi nikah sama Raka ya udah, Abang minta semua full kamu yang bayar," ucap Kenzi dengan tegas.

"Abang gak bisa gitu dong! Kan yang ngebatalin ini semua Mas Raka, kenapa jadi tagihan di bebankan ke aku semua? Lagian aku kemaren juga udah ngasih kok lima belas juta," protes Keysa tak terima.

"Abang gak mau tau!" ucap Kenzi setelah itu ia pun segera pergi meninggalkan Keysa dan keluarganya.

Rumah Kenzi tak terlalu jauh, hanya berbeda dua blok saja dari rumah Keysa sehingga hampir tiap hari ia dan istrinya selalu datang kerumah.

"Ini rincian biaya yang Ayah keluarkan, Ayah harap dalam waktu sebulan kamu udah bayar juga," ucap Sang Ayah kepada Keysa sambil memberikan secarik kertas dengan total lima belas juta rupiah.

"I -- ini biaya apa lagi, Yah?" tanya Keysa penasaran.

"Biaya untuk lamaran dan juga urus berkas kamu," jawab Pak Ega dengan ketus.

"Ayah kok gitu sih sama anak sendiri?" tanya Bu Nika tak percaya akan kelakuan sang suami.

"Maafin Ayah, Bu, tapi yang dibilang Kenzi benar, Ayah pun gak rela mengeluarkan uang segitu banyaknya cuma untuk pernikahan Keysa dengan pengangguran seperti dia," ucap Pak Ega tegas setelah itu ia pun segera bangkit meninggalkan anak dan istrinya menuju kamarnya.

"Astagfirullah, kenapa pada tega banget sama aku sih," lirih Keysa sendu.

Bu Nika pun langsung memeluk anak gadisnya itu dan memberinya sedikit kekuatan.

"Kamu yang sabar ya, Nak, insya Allah ada jalannya. Nanti Ibu bakalan bantu buat lobby ayah dan juga Kenzi. Kamu yang sabar ya, Ibu yakin semua akan baik-baik saja. Kamu tenang aja pokoknya ya," lirih Bu Nika sambil membelai lembut punggung anaknya itu.

"Kenapa Ayah sama Bang Kenzi tega begini sama aku, Bu?" tanya Keysa sambil terisak.

"Sabar Sayang, sabar," ucap Bu Nika sambil melerai pelukannya.

"Biar Ibu bicara sama Ayah dulu, ya. Van, ibu titip Keysa dulu ya, bawa kekamar aja gih sana," titah Bu Nika kepada Revan lalu ia pun segera menyusul sang suami kekamarnya.

Revan pun lalu mengajak Keysa menuju kamarnya agar ia bisa merasa lebih tenang.

"Astagfirullah, Mas, dari mana aku dapat uang segini banyak. Uang hasil kondangan kemaren aja cuma ada lima belas juta. Dari mana lagi aku nyari kekurangannya?" tanya Keysa dengan terisak.

Revan pun lalu memeluk tubuh istrinya itu memberikan semua kekuatannya. Tangis Keysa makin meledak di pelukan Sang Suami, entah mengapa Ayah dan Abangnya begitu tega pada dirinya saat ini.

"Cup, udah ya jangan nangis lagi. Udah kamu tenang aja, besok atau lusa kita bakal bayar semua hutang itu ya, kamu tenang," lirih Revan pelan sambil terus membelai lembut tubuh istrinya itu.

"Tapi dari mana uangnya, Mas?" tanya Keysa kembali.

"Insya Allah ada," jawab Revan menenangkan istrinya itu.

Hening pun tercipta diantara keduanya. Keysa masih terus terisak dalam pelukan sang suami. Revan tak bisa berbuat banyak selain menenangkan sang istri dan membelai lembut punggungnya.

Setelah hati Keysa merasa sedikit lega dan lebih tenang barulah Keysa mencoba berdiskusi dengan sang suami.

"Mas, motor kamu kan udah butut, tapi masih layak pakai kan? Apa aku jual aja ya motorku? Motorku masih dapet sepuluhan kayanya, itu kan masih baru," ucap Keysa pada akhirnya.

"Motor? Motor yang Abet? Lah jangan, itu kan motor bawaan kamu pas masih gadis, Yang" ucap Revan menolak.

"Gak apa Mas, insya Allah aku ikhlas, yang penting asal selalu sama kamu," ucap Keysa kembali.

"Makasih ya, Sayang, kamu tenang aja, uang segitu mah kecil buat aku," ucap Revan kembali.

"Ke -- kecil? Maksudnya Mas?" tanya Keysa memastikan.

Namun, Revan bukannya menjawab, malah hanya tersenyum lalu segera mengambil hpnya dan menghubungi seseorang.

"Assalamu'alaikum, Kak, uangnya gak usah di transfer ya, nanti ku ambil ..."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status