Tangan Keysa tampak bergetar saat membuka isi kresek itu. Ada dua gepok uang berwarna merah dan biru yang diikat oleh sebuah karet gelang.
Keysa pun lalu menghitung uang tersebut dengan hati-hati dan tangan yang sedikit gemetar. Sedangkan Revan, hanya memperhatikan saja sikap istrinya itu dan sedikit menyunggingkan senyumnya. Revan sedang kalut saat itu, karena sekarang sudah mulai masuk tanggal 20 dan artinya mulai banyak tagihan yang harus ia bayar, mulai dari biaya sewa, stok bahan baku sampai gaji karyawan. Biasanya, jika sudah memasuki tanggal 20, Revan sama sekali tak bisa tidur, karena takut jika uangnya kurang untuk membayar itu semua. Padahal, selama ini, uang itu selalu lebih bahkan keuntungannya pun lebih besar dibanding saat dulu ia kerja sebagai mandor proyek. Di sela lamunannya, tangan Keysa melambai-lambai tepat di depan matanya. "Mas, ihh, bengong dia mah," ucap Keysa sambil memukul pipi Revan dengan gepokan duit tadi. "Dih, siapa yang bengong coba? Aku gak bengong kok," kilah Revan kepada sang istri. "Ngeles mulu kek bajaj. Kalau gak bengong coba tadi aku ngomong apa? Kamu denger gak?" tanya Keysa penasaran. "Emang kamu tadi ngomong? Lah wong kamu aja diem aja sambil tuh mulut komat kamit ngitungin duit kok, terus tangan ampe tremor dan gemeteran gitu, coba sekrang aku tanya, kamu ngomong apa barusan, hah?" tanya Revan balik menantangi Keysa. Keysa pun lantas tertawa terbahak karena tingkah sang suami. Ia pun lalu mencubit pipi suaminya hingga memerah "Akh sakit, Yang, dia mah parah banget," ucap Revan sambil mengelus pipinya yang tadi di cubit oleh Keysa. Tak ada yang bersuara lagi setelahnya, Revan masih terus memegangi pipinya yang terasa panas karna cubitan Keysa. Sedangkan Keysa, menaruh kembali uang itu kedalam kresek hitamnya dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran ranjang. "Kapan aku megang duit segini banyak ya," lirih Keysa sambil matanya menatap langit-langit kamar. Revan pun menautkan kedua alisnya tanda tak mengerti ucapan sang istri. "Maksudnya?" tanya Revan penasaran. Revan pun lalu memundurkan duduknya sehingga bisa bersebelahan dengan Keysa dan menaruh kepala Keysa di pundaknya. "Iya, Mas, kapan aku punya duit segini banyak sendiri gitu. Aku pingin buka warung nasi di depan rumah, Mas. Kalau pagi nasi uduk, terus siang yah nasi sama lauknya gitu. Capek tau Mas kalau ngider kek gitu terus," lirih Keysa sendu. Tiba-tiba tak terasa bulir bening pun jatuh begitu saja dari mata indah Keysa. Revan yang melihat itu pun menjadi tidak tega kepadanya. "Sabar, Yang, insya Allah nanti akan ada rejeki lagi buat usaha kamu. Sekarang kita berdoa aja semoga semua hutang-hutang kita ke Bang Kenzi dan Ayah bisa segera di lunasi, biar kita tinggal cari uang buat wujudin mimpi kamu aja, Yang," ucap Revan lembut sambil membelai rambut indah milik istrinya itu. Keysa tak berucap sepatah kata pun hanya berusaha menetralkan degub jantungnya karena perasaan sesak yang mengisi hatinya. Permintaan gila Ayah dan Abangnya itu benar-benar membuat dirinya pusing tujuh keliling. "Key, kalau kamu jualan nasi uduknya malem gimana? Maksudnya taro aja di angkringan punyaku?" tanya Revan lembut, ia takut menyinggung hati istrinya. "Maksud Mas? Tapi kan angkringan punya Mas udah ada nasi kucingnya, Mas," ucap Keysa. "Ya jadi kita bikin dua menu, ada nasi kucing dan ada nasi uduk. Kalau nasi kucing kan biasanya udah dibungkusin per dua ribu, nah nanti tambah deh menu baru nasi uduk, toppingnya kek biasa aja, bihun dan orek tempe, terus hiasan lainnya kan sama aja kek di angkringan bukannya? Ada sate telur, sate usus gitu?" tanya Revan kembali. Keysa pun merubah posisi duduknya dan keduanya pun nampak duduk berhadapan. "Emang boleh, Mas?" tanya Keysa kepada Revan dengan wajah yang sedikit berbinar. "Lah boleh, siapa bilang gak boleh? Lah kan nasi uduk usaha istrinya, sedangkan angkringan usaha suaminya, terus kalau kolab, salahnya dimana coba?" tanya Revan balik dan mendapatkan senyuman yang merekah dari wajah sang istri. "Aku mau, Mas, tapi nanti langganan ku gimana ya?" tanya Keysa kembali dan wajahnya sedikit muram. "Ya kalau kamu mau dan gak capek mah bikin dua kali, jadi nasi uduk pagi dan malem. Itu sih kalau kamu mau, tapi aku yang gak mau dan gak ngijinin. Kamu bisa milih may tetep pagi, atau malem ngikutin angkringan ku," ucap Revan kembali memberi solusi. Hening pun kembali melanda, Keysa nampak menimang-nimang solusi dari Revan tadi. "Emm, aku ngikut suami aja deh, Mas. Terserah kamu, kalau kamu mintanya begitu ya aku turutin, setidaknya kalau di angkringanmu kan aku gak perlu cape nganter-nganter, anggap aja lagi belajar buka warung makan sendiri, ya gak?" tanya Keysa dan mendapat anggukan dari Revan. Wajah kelabu Keysa pun perlahan berubah menjadi lebih bersinar sehingga membuat Revan merasa makin jatuh cinta terhadap sikap sang istri yang tak pernah kenal lelah itu. "Aku mau belajar buka warung sendiri, terus kumpulin duit, dan kalau bisa aku bikin restoran mewah kayak restoran di deket villa itu, Mas," ucap Keysa dengan penuh semangat. "Restoran? Restoran mana?" tanya Revan penasaran. "Itu loh, Mas, restoran mewah yang dideket villa. Resto Abimayu, Mas. Namanya, mirip namamu, kirain punya kamu juga hahah," kekeh Keysa sambil tersenyum lebar sementara Revan hanya sedikit menyunggingkan senyumnya saja. 'Emang itu punyaku,' batin Revan di dalam hatinya. "Dih ngayalmu jangan tinggi-tinggi deh, Yang, nanti susah nangkepnya aku kalo ketinggian haha," kekeh Revan dan keduanya pun tersenyum kembali. "Ha, iya Mas, aku pingin banget bikin restoran begitu. Waktu itu pernah aku pesen nasduknya disana, rasanya gak enak banget. Masih kalah sama masakan aku, mana mahal banget pula 18ribu, padahal aku aja cuma jual 12riby pake telor, udah gitu enak pula," keluh Keysa kepada Revan. Mendengar keluhan Keysa tentang masakan itu, tiba-tiba raut wajah Revan pun berubah menjadi sedikit merah seperti menahan kesal. "Emang iya apa gak enak?" tanya Revan penasaran. "Beneran deh, Mas. Besok kita cobain yak disana, udah mahal gak enak pula, uh aku kapok beli disana lagi," gerutu Keysa kembali. Mendengar gerutuan Keysa itu, Revan pun segera bangkit dan berlalu begitu saja. "Lah Mas kenapa?" tanya Keysa tak paham kenapa tiba-tiba sang suami seperti marah kepadanya. "Gak," ucap Revan singkat dan masuk kedalam kamar mandi. "Dih, Mas aku belom selesai ngomong juga. Kamu kenapa sih? Salah ku dimana?" tanya Keysa kembali. "Mas, Mas, Mas ...."Revan terus berlalu menuju kamar mandi dan langsung membanting pintu itu dengan keras. Keysa pun langsung terlonjak kaget karena sikap Revan yang tiba-tiba berubah."Astagfirullah, salahku dimana coba? Kan aku cuma bilang makanannya gak enak, lah kenapa dia malah marah? Emang dia siapa? Kan bukan dia pemiliknya, dih dasar aneh tuh orang," gerutu Keysa tak jelas.Ia pun jadi kesal sendiri dengan sikap Revan itu, jadi akhirnya mendingan ia memakan saja cemilan yang ada didepannya."Bodo ah, daripada musingin Mas Revan, aku mendingan makan aja," ucap Keysa memutuskan.Sedangkan didalam kamar mandi Revan nampak kesal sekali dengan ucapan istrinya."Huh, otak lagi lieur-lieurnya dan dia bilang masakan di resto gua gak enak? Apa gak bikin gua pusing," gerutu Revan sambil melepaskan bajunya."Terkadang mulutnya Key pedes juga kek cabe, kesel aja gua jadinya," gerutu Revan kembali."Andai aja dulu 'dia' gak pernah pergi dari hid
Seorang lelaki tanggung berusia sekitar 30 tahunan menggendong sorang anak perempuan berusia sekitar 2 tahun, disebalahnya ada seorang perempuan berkulit coklat dengan perutnya yang sedikit membuncit, dia adalah Kenzo dan Teh Ina -- istrinya."Hutang pernikahan siapa?" tanya Kenzo kembali saat masuk kedalam rumah itu.Semua orang yang ada disana pun nampak terkesiap melihat sosoknya.Wajah Kenzi nampak pucat saat melihat sang kembaran ada di depan mata."Assalamu'alaikum, orang tuh kalau masuk rumah orang," ucap Bunda Nika sedikit kesal."Hee maaf Bunda, Assalamu'alaikum," ucap Kenzo dan istrinya berbarengan."Wa'alaikumsalam," jawab mereka serempak.Kenzo dan istrinya pun menyalami orang yang ada dirumah itu semua."Eta saha, Key? Aya naoen ieu teh sabenerna? Siga aya nu di tutupin di urang geuning?"* tanya Kenzo dalam bahasa Sunda.(*Itu siapa Key? Ada apa ini sebenernya? Seperti ada yang ditutupi dari say
Ada sesak yang menjalar di hati Keysa saat itu. Siapakah yang menelpon Revan sehingga Revan langsung buru-buru pergi begitu saja saat dia menelpon.'Aku harus cari tau kebenarannya. Emang salah aku juga, main minta Mas Revan nikahin aku aja, padahal aku sama dia juga baru kenal 6 bulan lalu. Ya Allah, segitu ngebetnya aku pingin nikah sampe asal usul suami sendiri gak pernah di cari tau,' batin Keysa menyesal.Entah mengapa rasa penyesalan itu mulai hinggap di hati Keysa. Apakah ia salah memilih Revan? Apakah Revan pun sama memiliki perasaan yang sama terhadapnya? Semua masih teka-teki dan misteri***Sedangkan Revan langsung pergi ke restoran begitu Vina menelponnya.Ya, Vina lah yang tadi menelponnya karena ada sedikit masalah di restoran mereka."Assalamu'alaikum," ucap Revan memberi salam begitu tiba di ruangan milik Vina.Tak hanya Vina yang ada disana tapi Mang Ucup pun ada disana."Wa'alaikumsalam," ucap dua o
Revan pun lalu segera beranjak ke kamar mandi demi menghindari diri dari cubitan Keysa.Setibanya di kamar mandi, Revan pun tersenyum sendiri sambil mengusap kasar wajahnya."Tuhan, nikmat mana yang aku dustakan lagi. Kau memberiku istri yang sungguh luar biasa, tak hanya pekerja keras tapi juga gampang malu dan tersipu. Sungguh rasanya gemas sekali memiliki Keysa. Tuhan, aku mohon jaga terus hati aku untuknya begitu pun sebaliknya," lirih Revan di dalam kamar mandi.Sedangkan Keysa, nampak sedang memindahkan hp sang suami ke atas meja riasnya, lalu hendak menyiapkan baju untuknya. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar Hp Revan yang berbunyi.Keysa pun segera menghampiri hp suaminya, lalu melihat siapa yang menelponnya. Di lihat dari PP WeAnya nampak seorang perempuan yang sangat anggun dan cantik dengan nama kontak 'Vina'.Dada Keysa naik turun menahan gemuruh kecemburuan yang ada. 'Siapa wanita itu? Dan apa hubungannya dengan Mas Re
Rasa sesak mulai mendera hati Revan, tak pernah sebelumnya ia melihat Key mengeluarkan setetes air matanya selama ini. Ini pertama kalinya ia melihat Key menangis dan terisak, dan itu karena dirinya."Key, aku minta maaf, aku tau aku salah," lirih Revan pelan.Tubuhnya pun melemas dan beringsut turun. Ia pun duduk dan bersandar pada pintu yang tertutup, ia pun lalu memeluk kedua lututnya."Kenapa rasanya sesakit ini," lirih Revan pelan.Sedangkan didalam kamar, Keysa masih berdiri di balik pintu yang barusan ia tutup. Keysa berusaha menetralkan hatinya. Rasanya sungguh sakit saat Revan berucap dia lupa kalau sudah memiliki istri. Apa selama ini Revan tak pernah menganggap dirinya ada?Hening mulai melanda, Revan tak lagi mengetuk pintunya, bahkan suaranya pun seakan menghilang. Rasa sepi mulai hinggap di hati Key. Hanya suara detak jarum jam yang berbunyi memenuhi indera pendengaran.Setelah ia cukup menata hatinya dan sedikit en
"Kenapa Bang?" tanya Revan kepada Kenzi dan Kenzo disana."Ini, Van, gua kan minta rincian bill ceritanya, mau tau harganya, biar ngitung budget kita, pas udah dikasih ternyata harga disini beda sama yang di IGe. Nah, gua tanya kan baik-baik, tapi si Mbak ini, tapi dia kek gak tau menau, tugas dia cuma nganter pesenan, terus gua suru tanya bagian kasir. Nah, gak lama si Mas kasir ini kan dateng kesini, terus nyampein kalau emang harga di IGe itu harga lama katanya dan belum di update. Padahal cuma beda seminggu loh sama harga disini," jelas Kenzo sambil menunjukkan nota pesenan dan juga harga di IGe milik Resto Abimanyu kepada Revan."Terus tadi juga ada orang yang bilang, katany, harganya beda sama pas siang. Tadi siang dia beli disini cuma abis 100ribu, masa pas malem dengan menu yang sama naik jadi 150ribu. Kalau gak percaya, tanya aja sama si Mas-mas itu, tuh orangnya masih disana," tambah Kenzi sambil menujuk seseorang yang berada tak jauh dari mereka.
Suara Keysa nampak bergetar dan tubuhnya sedikit limbung. Keysa perlahan mundur dari dekat Revan, beruntung Nuri -- sang Kasir dengan sigap memegangi tubuh Keysa dan menyuruhnya untuk duduk. Setelah Keysa duduk, Nuri pun lalu mengambil sebotol air mineral dan memberikannya kepada Keysa."Makasih, Teh," ucap Keysa dan mendapat anggukan dari Nuri.Keysa pun segera meminum air itu hingga habis setengahnya."Mas, kamu gak becanda kan?" tanya Keysa lagi setelah lebih tenang."Ngga. Yuk ah ke dalem," ajak Revan sambil menggelengkan kepalanya."Nur, nanti ada 3 orang yang kesini dari angkringan timur sama atas, suru mereka bantu ngelayanin ya. Kamu jaga kasir aja dulu," ucap Revan dan mendapat anggukan dari Nuri."A, ini diskonnya gimana? Nuri gak terlalu paham," ucap Nuri dengan sedikit ragu Revan hanya tersenyum samar lalu menjelaskan lebih detail soal diskon terutama untuk mereka yang nambah dan juga pesan online. Tak lupa,
Keysa tertawa dengan girang karena bisa meledek sang suami.Revan pun nampak mengulum senyum seperti yang dipaksakan.Saat Keysa hendak berdiri, Revan pun kembali mendorong tubuh sang istri untuk duduk kembali, lalu Revan pun mendaratkan bibirnya tepat di bibir mungil istrinya.Tak hanya bibir, Revan pun memberi hukuman dengan menyentuh beberapa area sensitif milik istrinya sehingga membuat Keysa sedikit terangsang. Tak ingin terlalu jauh, Keysa pun segera melepaskan ciuman itu."Mas mah ih," ucap Keysa sambil sedikit menggerutu dan Revan langsung tertawa."Biasanya kamu berapa lama, Yang, merahnya?" tanya Revan sedikit penasaran."Biasanya sepuluh hari, Mas, ini udah masuk hari ke lima" jawab Keysa dan mendapat anggukan dari Revan."Ya udah, sabar dulu ya, Sayang. Nanti setelah kita bikin resepsi baru kita gas semaleman, atau mau tahan dulu buat pas bulan nanti?" tanya Revan sambil menaik turunkan alisnya."Res