Share

Mahar 7

Tangan Keysa tampak bergetar saat membuka isi kresek itu. Ada dua gepok uang berwarna merah dan biru yang diikat oleh sebuah karet gelang.

Keysa pun lalu menghitung uang tersebut dengan hati-hati dan tangan yang sedikit gemetar. Sedangkan Revan, hanya memperhatikan saja sikap istrinya itu dan sedikit menyunggingkan senyumnya.

Revan sedang kalut saat itu, karena sekarang sudah mulai masuk tanggal 20 dan artinya mulai banyak tagihan yang harus ia bayar, mulai dari biaya sewa, stok bahan baku sampai gaji karyawan. Biasanya, jika sudah memasuki tanggal 20, Revan sama sekali tak bisa tidur, karena takut jika uangnya kurang untuk membayar itu semua. Padahal, selama ini, uang itu selalu lebih bahkan keuntungannya pun lebih besar dibanding saat dulu ia kerja sebagai mandor proyek.

Di sela lamunannya, tangan Keysa melambai-lambai tepat di depan matanya.

"Mas, ihh, bengong dia mah," ucap Keysa sambil memukul pipi Revan dengan gepokan duit tadi.

"Dih, siapa yang bengong coba? Aku gak bengong kok," kilah Revan kepada sang istri.

"Ngeles mulu kek bajaj. Kalau gak bengong coba tadi aku ngomong apa? Kamu denger gak?" tanya Keysa penasaran.

"Emang kamu tadi ngomong? Lah wong kamu aja diem aja sambil tuh mulut komat kamit ngitungin duit kok, terus tangan ampe tremor dan gemeteran gitu, coba sekrang aku tanya, kamu ngomong apa barusan, hah?" tanya Revan balik menantangi Keysa.

Keysa pun lantas tertawa terbahak karena tingkah sang suami. Ia pun lalu mencubit pipi suaminya hingga memerah

"Akh sakit, Yang, dia mah parah banget," ucap Revan sambil mengelus pipinya yang tadi di cubit oleh Keysa.

Tak ada yang bersuara lagi setelahnya, Revan masih terus memegangi pipinya yang terasa panas karna cubitan Keysa. Sedangkan Keysa, menaruh kembali uang itu kedalam kresek hitamnya dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran ranjang.

"Kapan aku megang duit segini banyak ya," lirih Keysa sambil matanya menatap langit-langit kamar.

Revan pun menautkan kedua alisnya tanda tak mengerti ucapan sang istri.

"Maksudnya?" tanya Revan penasaran.

Revan pun lalu memundurkan duduknya sehingga bisa bersebelahan dengan Keysa dan menaruh kepala Keysa di pundaknya.

"Iya, Mas, kapan aku punya duit segini banyak sendiri gitu. Aku pingin buka warung nasi di depan rumah, Mas. Kalau pagi nasi uduk, terus siang yah nasi sama lauknya gitu. Capek tau Mas kalau ngider kek gitu terus," lirih Keysa sendu.

Tiba-tiba tak terasa bulir bening pun jatuh begitu saja dari mata indah Keysa. Revan yang melihat itu pun menjadi tidak tega kepadanya.

"Sabar, Yang, insya Allah nanti akan ada rejeki lagi buat usaha kamu. Sekarang kita berdoa aja semoga semua hutang-hutang kita ke Bang Kenzi dan Ayah bisa segera di lunasi, biar kita tinggal cari uang buat wujudin mimpi kamu aja, Yang," ucap Revan lembut sambil membelai rambut indah milik istrinya itu.

Keysa tak berucap sepatah kata pun hanya berusaha menetralkan degub jantungnya karena perasaan sesak yang mengisi hatinya.

Permintaan gila Ayah dan Abangnya itu benar-benar membuat dirinya pusing tujuh keliling.

"Key, kalau kamu jualan nasi uduknya malem gimana? Maksudnya taro aja di angkringan punyaku?" tanya Revan lembut, ia takut menyinggung hati istrinya.

"Maksud Mas? Tapi kan angkringan punya Mas udah ada nasi kucingnya, Mas," ucap Keysa.

"Ya jadi kita bikin dua menu, ada nasi kucing dan ada nasi uduk. Kalau nasi kucing kan biasanya udah dibungkusin per dua ribu, nah nanti tambah deh menu baru nasi uduk, toppingnya kek biasa aja, bihun dan orek tempe, terus hiasan lainnya kan sama aja kek di angkringan bukannya? Ada sate telur, sate usus gitu?" tanya Revan kembali.

Keysa pun merubah posisi duduknya dan keduanya pun nampak duduk berhadapan.

"Emang boleh, Mas?" tanya Keysa kepada Revan dengan wajah yang sedikit berbinar.

"Lah boleh, siapa bilang gak boleh? Lah kan nasi uduk usaha istrinya, sedangkan angkringan usaha suaminya, terus kalau kolab, salahnya dimana coba?" tanya Revan balik dan mendapatkan senyuman yang merekah dari wajah sang istri.

"Aku mau, Mas, tapi nanti langganan ku gimana ya?" tanya Keysa kembali dan wajahnya sedikit muram.

"Ya kalau kamu mau dan gak capek mah bikin dua kali, jadi nasi uduk pagi dan malem. Itu sih kalau kamu mau, tapi aku yang gak mau dan gak ngijinin. Kamu bisa milih may tetep pagi, atau malem ngikutin angkringan ku," ucap Revan kembali memberi solusi.

Hening pun kembali melanda, Keysa nampak menimang-nimang solusi dari Revan tadi.

"Emm, aku ngikut suami aja deh, Mas. Terserah kamu, kalau kamu mintanya begitu ya aku turutin, setidaknya kalau di angkringanmu kan aku gak perlu cape nganter-nganter, anggap aja lagi belajar buka warung makan sendiri, ya gak?" tanya Keysa dan mendapat anggukan dari Revan.

Wajah kelabu Keysa pun perlahan berubah menjadi lebih bersinar sehingga membuat Revan merasa makin jatuh cinta terhadap sikap sang istri yang tak pernah kenal lelah itu.

"Aku mau belajar buka warung sendiri, terus kumpulin duit, dan kalau bisa aku bikin restoran mewah kayak restoran di deket villa itu, Mas," ucap Keysa dengan penuh semangat.

"Restoran? Restoran mana?" tanya Revan penasaran.

"Itu loh, Mas, restoran mewah yang dideket villa. Resto Abimayu, Mas. Namanya, mirip namamu, kirain punya kamu juga hahah," kekeh Keysa sambil tersenyum lebar sementara Revan hanya sedikit menyunggingkan senyumnya saja.

'Emang itu punyaku,' batin Revan di dalam hatinya.

"Dih ngayalmu jangan tinggi-tinggi deh, Yang, nanti susah nangkepnya aku kalo ketinggian haha," kekeh Revan dan keduanya pun tersenyum kembali.

"Ha, iya Mas, aku pingin banget bikin restoran begitu. Waktu itu pernah aku pesen nasduknya disana, rasanya gak enak banget. Masih kalah sama masakan aku, mana mahal banget pula 18ribu, padahal aku aja cuma jual 12riby pake telor, udah gitu enak pula," keluh Keysa kepada Revan.

Mendengar keluhan Keysa tentang masakan itu, tiba-tiba raut wajah Revan pun berubah menjadi sedikit merah seperti menahan kesal.

"Emang iya apa gak enak?" tanya Revan penasaran.

"Beneran deh, Mas. Besok kita cobain yak disana, udah mahal gak enak pula, uh aku kapok beli disana lagi," gerutu Keysa kembali.

Mendengar gerutuan Keysa itu, Revan pun segera bangkit dan berlalu begitu saja.

"Lah Mas kenapa?" tanya Keysa tak paham kenapa tiba-tiba sang suami seperti marah kepadanya.

"Gak," ucap Revan singkat dan masuk kedalam kamar mandi.

"Dih, Mas aku belom selesai ngomong juga. Kamu kenapa sih? Salah ku dimana?" tanya Keysa kembali.

"Mas, Mas, Mas ...."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status