Home / Rumah Tangga / MENJADI ORANG KEDUA / 71. ISAK SEPENUH HATI

Share

71. ISAK SEPENUH HATI

Author: Sisi suram
last update Last Updated: 2024-08-24 07:34:55

Rasanya aku tidak bermimpi apapun semalam, kecuali merasakan kerinduan untuk adikku saat bangun.

"Tumben Mbak Runni bangun sebelum aku."

Pun, tanya heran Riris yang membangunkan diriku yang nyatanya benar-benar telat bangun.

Tapi, lihatlah kini.

Kakiku rasanya benar-benar terpaku saat lelaki berdarah Rusia yang menunggu, bangun dari sofa tempat ia duduk. Pun, tampak sekali tidak perduli pada decak kagum serta tatapan terpesona berpasang-pasang mata yang menjadikannya 'eye candy' gratisan.

Termasuk gadis Betawi nyablak yang bahkan tak berkedip. Melupakan babang Tomas yang selalu ia puji dimanapun.

Sementara Toro, menyentuh lenganku. "Siapa?" Tanyanya.

Tapi, aku bahkan tidak yakin harus menjawab apa. Karena Joenathan Makarov bukan apa-apa bagiku yang ingin bertemu Santo.

Ia hanya lelaki yang hasil foto dari kameranya, mampu mengabadikan potret adikku, gadis yang menghilang sejak aku mengirim DM, juga Lena.

Tidak lebih dari itu.

"Runi?"

"... tunggu, ya." Jawabku yang sudah bi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • MENJADI ORANG KEDUA   72. DIMANA ADIKKU?

    "Kamu sudah merasa lebih tenang?"Joe menyerahkan tissu padaku yang menatapnya. "Dimana adikku, Joe?"Lelaki yang ku tanyai melirik tissu yang terpaksa kuambil dan hanya kugenggam sampai Joe yang ada di depanku berdiri tegak.Sementara aku yang terduduk di atas ubin, mendongak. Melihatnya menoleh pada lukisan adiku."Santo benar, kamu tak kan bisa bicara saat menangis melihat potretmu ini, Seruni."Joe mengulurkan tangan padaku yang diam menatapnya, menunggu jawaban dari pertanyaanku."Come on, atau minuman spesial buatan mbok Sumi jadi benar-benar dingin dan aku akan memintanya membuat lagi untuk kita."Aku terpaksa berdiri, menyambut tangan lelaki yang langkahnya kuikuti. Tidak ingin merepotkan wanita yang menyambutku dengan tatapan kaget sejak pertama kali mbok Sumi melihatku tadi."Duduklah."Tanpa perintah ke dua, aku yang diajak masuk lebih dalam, duduk di teras belakang.Taman dengan botsai yang tampaknya jadi koleksi, mempercantik kolam renang berbentuk oval yang airnya begitu

    Last Updated : 2024-08-24
  • MENJADI ORANG KEDUA   73. DASAR MESUM

    Aku yang meninggalkan seluruh barangku di kantor kecuali ponsel, mengunci mobil yang begitu mencolok di tempat parkir.Tanpa kata aku melangkah, ingin masuk ke dalam kantor sepi."Sore, Mbak Runi."Sampai sapaan pak Salim yang masih memakai seragam kerjanya membuatku menoleh, "selamat sore, Pak Salim. Bapak belum pulang?""Sudah Neng, tapi balik lagi," jawab pak Salim merogoh saku baju lalu menyerahkan kunci mobil yang kukenali. "Tadi, Mas Toro nitip ini pas saya bilang mau nungguin Mbak Runi. Barang-barang punya Mbak juga sudah di masukkan ke dalam mobil."Aku menatap Honda Civic yang ditunjuk telunjuk pak Salim, "terimakasih, Pak, maaf merepotkan," ucapku menerima kunci lalu bertanya, "kenapa Bapak nungguin saya?""Sama-sama Nang," jawabnya, "itu, keripik singkong pesanan Mbak Runi sudah jadi."Pandanganku menunduk, menatap kardus yang membuat pupil mataku membesar karena dua bocah yang duduk di samping kardus wajahnya tidak asing.Rama dan Mala, dua bocah kecil yang menjual keripik

    Last Updated : 2024-08-24
  • MENJADI ORANG KEDUA   74. AKU DIMINTA PULANG

    Bantingan bola basket pada beton terdengar ramai saat dua remaja yang wajahnya serupa berebut bola."Aku tak tahu kamu bisa sejahil itu."Mas Rendra yang duduk di sampingku menoleh, mengalihkan pandangan dari dua adiknya yang ingin berkeringat setelah makan malam kami."Aku juga baru tahu kamu bisa setega itu mencabut rambutku."Mendengar ucapan Mas Rendra, aku tertawa lepas seketika.Tawa yang rasanya mejadi pandangan bagi lelaki yang benar-benar memperhatikan diriku, seolah apa yang ia lihat adalah hal langka.Langka? Tentu saja tawa lepasku adalah hal yang begitu luar biasa.Aku bahkan lupa, kapan terakhir kali aku menunjukkan senyum tulus sejak adikku pergi empat tahun lalu.Tidak pada orang-orang yang kutinggalkan agar bisa mencari Santo, tidak pada Keiro yang kehadirannya menjadi biasa dalam hidupku, pun, tidak pada orang-orang yang kutemui di kota yang tanahnya kupijaki detik ini.Dan mas Rendra yang sorot matanya seolah ingin mengabadikan apa yang ia lihat, terus menatapiku s

    Last Updated : 2024-08-24
  • MENJADI ORANG KEDUA   75. AKU HARUS PULANG

    Tok tok!"Masuk aja, Mbok, gak dikunci," ucapku yang tidak mengalihkan pandangan dari layar laptop yang sudah menyala lama. Pun, entah sampai kapan akan menyala."Apa yang terjadi dengan kamar ini?"Dan suara yang bukan milik mbok Surti ataupun mbak Imah, membuatku menoleh pada lelaki yang tangannya membawa nampan berisi minuman yang kuminta."Aku membawakan kopimu, Nona," ucap mas Rendra yang menutup pintu untuk sorot mataku yang rasanya bertanya apa yang sedang ia lakukan?"Terimakasih, Mas, tolong letakkan di ... dimana saja," ucapku yang matanya sudah berkeliling, mencari tempat."Ok." Jawab mas Rendra yang langkahnya makin dekat sementara aku kembali mengetiki keyboard meraba-raba lantai."Cari ini?" Tanya Mas Rendra menyerahkan USB yang langsung kucolokkan pada laptop dan menatap pria yang menggeser tumpukan kertas untuk meletakkan nampan, "terimakasih, Mas."Tapi, lelaki yang mengangguk untuk ucapanku justru duduk sampai aku menoleh padanya. "Kamu ada perlu denganku?" tanyaku

    Last Updated : 2024-08-24
  • MENJADI ORANG KEDUA   76. RASA BERSALAHKU

    "Atas nama pribadi, saya sungguh-sungguh meminta maaf untuk ketidak nyamanan yang sudah pihak kami timbukan, Pak Noko." Lelaki yang menjabat tanganku mengangguk, "kuharap, hal seperti ini tidak perlu terulang di masa depan, Nak Seruni." "Kami akan terus membenahi diri Pak Noko." Dan jabatan lelaki yang menoleh pada cucunya menguat. "Kuharap begitu, Nak Seruni." Aku membungkuk untuk langkah lelaki yang keluar dari lounge salah satu hotel yang menjadi tempat pertemuan kami setelah mengatur janji temu. Begitupun lelaki muda yang membungkuk lebih dalam dariku, sebelum menyusul bosnya dengan surat perjanjian yang sudah diperbaharui. Sementara bocah perempuan yang pipinya begitu bulat, melambaikan tangannya padaku yang membalas. Apa aku merasa lega untuk hal yang nyatanya lebih mudah jika dibandingkan dengan beberapa hari terakhir? Saat aku harus terbang ke tempat lain lalu kembali ke kota ini di hari yang sama. Rasanya tidak. Karena apa yang akan kulakukan setelah pulang, jauh lebi

    Last Updated : 2024-08-25
  • MENJADI ORANG KEDUA   77. DEKAPAN IBU

    "Rumah hanya jadi sangat sepi kalau ibu tidak ada kegiatan, Ndok." Ucap ibu yang sorot matanya pun berubah.Bohong jika aku tidak merasakan apapun untuk tatapan ibu yang rasa kesepiannya pun mengetuki batinku.Aku, anak yang sudah dirawatnya dengan penuh kasih sejak umurku enam tahun, akan buta sekali jika tidak melihat kerinduannya padaku yang baru kali ini keluar dari rumah. Tidak pulang bahkan akan tinggal jauh darinya selama berbulan-bulan.Meski setiap pagi kami bertukar kata, juga pesan. Hal macam itu tidak akan mampu menghapuskan rindu yang ibu rasakan padaku.TIDAK AKAN MUNGKIN!"Tapi, Ibu tenang karena tahu kamu tinggal dengan orang-orang yang akan menjagamu, Ndok." Ibu melirik mas Rendra yang pasti juga mendengar perubahan nada suara ibu."Terimakasih ya, Nak Rendra."Mas Rendra mulutnya terbuka, sementara matanya nampak kaget untuk kalimat tulus ibu yang membuat wajahnya sedikit bermasalah. Apalagi saat tatapannya melihat bagian leherku yang masih menggunakan baju berkerah

    Last Updated : 2024-08-25
  • MENJADI ORANG KEDUA   78. SANG NAHKODA

    Mas, kalau sudah bangun turun ya| Aku yang memencet tombol kirim, menoleh pada bunyi ponsel yang membuat obrolan ibu dan mbok Darmi yang sedang berdiskusi tentang apa yang ingin keduanya masak untuk menu besok, berhenti berucap. Ping! Rasanya, mata dua wanita yang tak lagi muda itu pun terkesima dengan kehadiran lelaki yang berhenti melangkah untuk melihat layar ponselnya itu. "Anak mantuku, Mbok." Sampai ucapnya ibu membuat diriku mengalihkan pandangan dari lelaki dengan polo shirt warna putih pun celana joger yang begitu pas melekat di badan mas Rendra. Dan tarikan nafasku membuat ibu tersenyum lalu menyambut lelaki yang langsung ia suruh duduk pun tawari macam-macam. "Teh saja, Bu." Ucap mas Rendra meletakkan ponsel di meja lalu menatapku dengan tanya, "kenapa?" "Kami mau ajak kamu makan di alun-alun, Mas." "Tehnya, Den." Mbok Darmi meletakkan cangkir berisi teh hangat. Minuman yang begitu cocok di sajikan untuk menikmati sisa hari. "Terimakasih, Mbok." Ucap mas Rendra pad

    Last Updated : 2024-08-25
  • MENJADI ORANG KEDUA   79. ORANG TUA ADIKKU

    "Assalamualaikum."Aku terdiam di tempatku saat mendapati bapak pulang dengan wajah lelah. Tapi, mata tuanya berbinar saat melihatku. Pun, memperlihatkan senyumnya yang selalu kuingat."Siapa ini, kok, pulang gak bilang?" Bapak memelukku erat lalu melihat Ibu yang tersenyum menyentuh bahu mas Rendra yang mendekat."Lihat, anak kita pulang dengan siapa, Pak."Bapak yang masih memelukku mengangguk. Menatapi lelaki yang mengulurkan tangan dan mencium tangan bapak."Apa kabar, Pak?""Tidak pernah sebaik ini, Nak Rendra," bapak menatapku yang kepalanya ia usap. Pun, mengeratkan pelukannya sebelum melepas ku dan kembali menatap mas Rendra, "dateng kapan, to? Kok gak ada yang ngasi tau bapak ini lho.""Siang tadi, Pak.""Bu...?" Bapak melirik ibu yang berjalan ke dapur, lebih memilih untuk membuat air jahe untuknya."Kejutan, Pak, kejutan." Balas ibu yang membuat bapak menggeleng dengan hembusan nafas lama namun berakhir dengan senyum saat menatapku. "Gimana kabar orang rumah?""Baik, Pak

    Last Updated : 2024-08-26

Latest chapter

  • MENJADI ORANG KEDUA   217. ADIKKU

    Bara yang sengaja disulut akhirnya padam, perlahan meninggalkan tubuh kami yang nafasnya mulai teratur meski panas masih merajai.Bermanik-manik keringat berganti dengan senyum juga pelukan hangat diikuti kecupan ringan yang meninggalkan gelitik hangat."Kamu baik-baik saja?" ucap pria yang mendekapku sambil merapikan anak rambutku yang menempel di dahi.Aku hanya mengangguk lalu menempelkan pelipis pada dada bidang mas Rendra yang degubnya masih menyisakan debar keras.Tapi, tatapan Mas Rendra begitu lembut saat mata kami bertemu.Selembut usapan tangannya saat menyentuh bekas luka diantara dadaku lalu turun pada perut.Aku bisa melihat tak hanya bibir mas Rendra saja yang tersenyum tapi juga matanya."Anak-anak ayah, kalian baik-baik saja kan?"Terkadang, wajah cinta begitu sederhana, bukan?Aku hanya cukup membuka mata dan memperhatikan.Mencintai seseorang ... bagai mana rasanya?Aku pernah mempertanyakan kalimat itu pada diri.Dan kurasa, kini aku tahu jawaban dari tanya itu.Mun

  • MENJADI ORANG KEDUA   216. ++

    Mas Rendra yang meminta izin memejamkan matanya untuk sentuhan tanganku.Lelaki gagah yang tidak pernah memaksakan kehendaknya sendiri ini, seolah ingin mengingat bagaimana jemariku terasa di pipinya.Di dalam kamar yang baru kami tiduri lagi, dinding bisu yang katanya memiliki mata seolah bisa melihat bagaimana mas Rendra membiarkan jemariku meraba.Dan udara terasa berubah saat mas Rendra membuka matanya, meraih tanganku yang lalu ia kecupi tanpa kata.Seolah ia ingin berkenalan dengan tiap inci tubuhku yang memalingkan wajah saat Mas Rendra melepas kancing piyamanya satu-persatu, menunjukkan tubuh bagian atasnya setelah ia menjatuhkan atasan piyamanya sembarangan."Kenapa?" tanya pria yang suaranya terdengar makin berat dengan tatapan yang membuatku menelan ludahku sendiri."Runi." panggil lelaki gagah yang sentuhan jemarinya membuat pipiku terasa panas. Menjalar ke seluruh tubuh bahkan ujung jempolku yang tak lagi beralas."Entahlah...," jawabku yang benar-benar merasa tidak bias

  • MENJADI ORANG KEDUA   215. MELEPASKAN

    "Saya sungguh berharap, mereka akan menjadi lebih baik setelah keluar dari rumah nyaman yang memberikan kehidupan baru pada mereka, Nona Runi. Tapi, siapa yang bisa menebak manusia bukan?"Meski aku tahu ada sarkasme dalam kalimatnya, aku tidak membalas. Kecuali, "Mama Key, terimakasih banyak."Tidak ada balas yang kudengar.Setidaknya untuk beberapa detik. Karena setelah sunyi, tawa lepas jadi satu-satunya balasan mama Key yang mungkin tidak menyangka aku akan berterimakasih padanya.Rasanya, aku bahkan bisa melihat penggemar kopi itu menghapus air yang tercipta diantara mata pandanya."Senang berbisnis dengan anda, Nona Runi." Ucap mama Key setelah tawanya berhenti juga tarikan nafas beberapa kali."Secara personal saya sungguh menyukai anda. Bukan karena anda selalu membayar lebih. Tapi entahlah... saya sungguh menyukai anda, Nona Runi... uhuk!"Seolah baru sadar dengan kalimat yang ia ucapkan lalu merasa malu sendiri, mama Key terdehem dan kembali berucap, "saya akan memberi anda

  • MENJADI ORANG KEDUA   214. AMARAH ORANG TUAKU

    Aku tahu pun paham, jika pilihanku yang lengannya sedang mas Rendra usap berpengaruh pada banyak orang, terutama bocah besar yang pipinya sekarang begitu tirus.Bak kulit pembungkus tulang seperti yang bapak katakan.Melihatnya seperti itu setiap hari, tidak mungkin tidak berpengaruh pada jiwa orang tua kami, sepasang pasutri yang mencintai kami seperti anak-anaknya sendiri.Bapak dan ibu, manusia yang membuat adikku tumbuh tanpa merasa berbeda tidak kekurangan apapun, bahkan mendapat cinta tanpa syarat dari keduanya ... 'aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana hati mereka merasa setiap melihat Santo.'Tapi, tidak bisa.Aku tidak mampu menuruti pinta mereka.Egoiskah diriku? Tentu saja. Hanya pembohong yang akan mengatakan tidak.Jadi, Nang, izinkan mbak egois ya.Mas Rendra menoleh padaku yang mendekat makin rapat. "Semua akan baik-baik saja, Runi."Tanpa menoleh aku mengeratkan pelukan pada lelaki yang kembali mengusap lenganku. Menarikku dalam pelukan yang tidak meninggalkan

  • MENJADI ORANG KEDUA   213. BALAS BUDI

    Meskipun tidak melihat secara langsung bagaimana Lais kecil menjalani kehidupannya, aku bisa membayangkan jadi setidak percaya apa ia pada manusia lain.Dan balas budi.Nyatanya hal itu menjadi ganjalan bagi gadis yang dijual ayahnya seharga ratusan ribu untuk ganti bermain judi.Lais yang hidup dengan mengenal bisa seburuk apa perlakuan seorang ayah pada putri kandungnya sendiri, tidak mungkin tidak memiliki perasaan semacam itu pada adikku, bocah yang nyatanya mampu membuat Lais tertawa dalam kesal, memberi warna pada hari-hari Lais yang begitu mendengarkan tiap ucapan Santo.Tapi, "apa Santo pernah berkata ia menginginkan balasan untuk apa yang ia lakukan untukmu?"Lais yang menatapku hanya diam, sementara sesenggukannya membuat tanganku yang bebas, terjulur. Mengusap pipi basahnya meski percuma karena airmata Lais terus jatuh.Aku yang tahu Lais paham Santo memang tidak menginginkan balasan apapun darinya, menunjukkan senyum. Senyum yang membuat Lais menjatuhkan kepalanya padaku y

  • MENJADI ORANG KEDUA   212. PUSAT HIDUPNYA

    Aku yang melihat luka dalam mata mas Rendra berbalik, memeluknya erat.Melihatnya menyalahkan diri, menusukkan rasa perih dalam hatiku yang tahu bagaimana perasaan itu terasa.Aku yang selalu menyalahkan diri atas apa yang terjadi pada Santo paham, setidak nyaman apa jiwaku untuk rasa bersalah yang bercokol nyata dalam diri."Jangan meminta maaf, Mas." Rasanya aku ingin mengatakan kalimat itu begitu keras.Tapi, degup jantung mas Rendra yang bahkan mengatakan kalimat sama seolah mengaburkan suaraku yang justru mengecup mas Rendra yang pipinya kutangkup, lalu menatapi wajahnya yang hari ini memperlihatkan banyak ekspresi.Kaget pada perubahanku yang hatinya merasa lebih ringan, cemburu pada Keiro yang hanya kutemui sendiri, tapi yang paling tidak suka kulihat adalah wajahnya kali ini. Wajah saat mas Rendra menyalahkan diri untuk apa yang sudah terjadi.Nang, kita sungguh beruntung bertemu dengan mas Rendra, bukan?Dan mbak harap, meski hanya sedikit Mas Rendra juga merasa beruntung be

  • MENJADI ORANG KEDUA   211. POSESIFNYA

    Disebut apa hubunganku dan Keiro?Entahlah.Aku tidak begitu memikirkan hal itu.Dan kurasa, lelaki yang matanya lurus menatap manik mataku pun berpikir hal sama.Apa Keiro memberi warna pada hari-hariku?Mungkin tidak ataukah iya, entahlah.Karena keberadaan Keiro tidak mempengaruhi bagaimana aku menjalani kehidupan monotonku setelah adikku memilih untuk meninggalkan rumah.Keiro hanya membuatku terbiasa dengan kehadirannya.Dan aku yang masih berdiri di tempatku, memperhatikan Keiro menatapi potret-potret dalam figura yang memang sengaja dipamerkan pada mata siapa saja.Sesekali bibir Keiro tersenyum dan mengangguk. Entah apa yang dipikirkan otak pintarnya itu.Sampai ia yang akhirnya sadar sudah tidak sendirian, berpaling dari potret-potret yang lekat ia pandangi lalu berdiri tegak.Senyum yang kuhafal tercetak setelah ia diam beberapa saat. Sementara suara langkahnya memecah kesunyian yang tercipta.Tanpa kata, Keiro yang menghampiriku langsung memeluk.Rasanya, jika aku tidak sed

  • MENJADI ORANG KEDUA   210. TAMU TAK DIUNDANG

    Ucapanku membuat mas Rendra yang mulutnya terbuka menelan kalimat apapun yang ingin ia ucapkan. Mimpinya pasti sangat tidak menyenangkan tapi, "aku tidak akan pergi kemanapun."Ulangku pada lelaki gagah yang tidak menyukai mimpinya.Aku ingin mati, menyerah pada hidup. Itu adalah kebenaran.Tapi, keinginan yang sudah terlintas dalam diri itu urung kulakukan.Dan rasanya, aku jadi sangat menyesal saat melihat sorot mas Rendra yang begitu terpengaruh dengan mimpi yang ia miliki.Melihatnya, rasanya aku di sadarkan kembali pada siapa diriku.Aku adalah anak yang orang tuanya memilih kematian.Ayah dan ibu yang sudah terkubur, tidak melihat bagaimana aku dan adikku menjalani hidup.Sementara aku dan adikku yang keduanya tinggalkan, harus menjalani kehidupan karena waktu kami terus dan harus berjalan.Santo bisa tertawa pada dunianya karena ia masih terlalu kecil untuk paham pada perubahan dalam hidup kami yang harus berpindah-pindah tempat tinggal. Pun, mampu tertawa karena bagi Santo yan

  • MENJADI ORANG KEDUA   209. JANGAN PERGI

    "Saya sama bapak-bapak itu urusan sayalah, Mbak Runi." Mbak Imah yang menghapus mata basahnya berucap, "saya belanja dulu ya, Mbak, biar dapat yang segar-segar.""Ya, Mbak Im," balasku pada wanita yang keluar dari pintu samping yang belum lama ia masuki.Meninggalkanku yang membuka kulkas lalu mengeluarkan bahan-bahan yang kubutuhkan sebagai pelengkap nasi yang akan kugoreng.Telur, sosis, pokcay, dan aku mengembalikan wortel yang sudah kupegang ke dalam kulkas saat mengingat mas Rendra yang kurasa masih tidur.Aroma bawang putih yang harum langsung memenuhi dapur pun saat bawang merah dan potongan cabe kumasukkan ke dalam wajan berisi minyak dan bawang putih yang sudah menguning.Dua telur kumasukkan lalu ku aduk rata dan setelah bentuknya pas tak terlalu lembek lagi, aku memasukkan sosis kemudian pokcay yang jadi menyusut saat terkena panas wajan.Tidak butuh waktu lama, nasi yang sudah mbak Imah siapkan, kumasukkan bersama sejumput garam dan penyedap rasa yang terbuat dari bubuk ja

DMCA.com Protection Status