MAWAR

MAWAR

last updateLast Updated : 2022-11-28
By:  Purpelo  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
37 ratings. 37 reviews
44Chapters
4.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Mawar hidup di sebuah desa yang jauh dari pusat kota. Ibunya bekerja menjadi pelayan di rumah saudagar kaya. Hingga saat dia sudah lulus sekolah, ternyata dia sudah di jodohkan dengan pemuda kaya yang berasal dari kota. Mawar akan melakukan apapun supaya pria itu mau menikahinya, dia berharap dengan menikahi pria itu hidup keluarganya akan terpenuhi kebutuhannya, dia berharap ibunya tidak lagi menjadi seorang pelayan dan adiknya bisa bersekolah sampai ke jenjang tertinggi. Nico Geraldi Sadlers, anak tunggal dari Harryantara Sadlers. Keluarga Sadler merupakan keluarga yang terpandang dan berpengaruh, tentu saja dengan harta dan kekuasaan yang mereka milik. Nico adalah salah satu keturunan Sadlers yang meraih kesuksesan saat usianya masih muda, tak heran orang-orang sering memanggilnya, 'tuan muda dari keluarga Sadlers'. Karena ketampanan dan kesuksesannya banyak wanita berparas cantik yang berasal dari keluarga terpandang menginginkan dirinya, tapi Nico terpaksa harus menerima perjodohan yang berdalih perjanjian masa lalu. Di dalam darahnya mengalir darah Sadlers yang selalu memegang teguh setiap janji nya, maka Nico tidak bisa menolak perjodohan itu. Tak disangka gadis yang akan dijodohkan denganya adalah gadis yang culun, memakai kacamata tebal dan udik. Tapi kenapa saat pertemuan pertama, Nico langsung ingin menikahinya? Sementara Mawar dia bersyukur karena tanpa melakukan usaha apapun pria itu sudi menikahi gadis kampung dan miskin seperti dirinya.

View More

Latest chapter

Free Preview

Nico yang kejam

"Pak Tejo, kenapa gerbangnya di kunci?" "Maaf nyonya. Tuan Nico yang memerintahkan." Kening Mawar mengernyit heran. "Tolong buka, pak." Tejo merapatkan kedua tangannya, meminta maaf, lalu kembali ke pos dengan perasaan tidak tega. Mawar menghembuskan nafas pelan, memilih duduk lesehan di atas paving block. Entah sampai kapan harus menunggu. Mawar menengadahkan wajahnya ke atas memandangi langit yang sudah lama berubah warna. Matanya berkaca-kaca, dia mengigit bibirnya lalu tangannya bergerak mengusap perutnya, merasakan lapar yang tak kunjung hilang sejak tadi. Dengan badan lemah, Mawar perlahan bangkit dari posisi duduknya, berjalan menyusuri hutan dengan di temani sinar bulan sebagai penerang setiap langkahnya. Dulu saat kabur dari amukan Nico, Mawar pernah melihat pohon jambu di dekat danau, dia menengok ke segala arah lalu merasa kecewa, karena pohon jambu itu tidak berbuah, jangankan pohon jambu, buah beracun p

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
ing ling
suka pemuda yang tidak terduga
2022-03-04 23:22:36
0
user avatar
Tanty Longa
Suka sama karakternya mawar..
2021-11-09 12:22:54
0
user avatar
Wuri Masruroh
bagus thor ceritanya, semangat terus buat updatenya
2021-11-05 07:59:00
0
user avatar
Sung Rae Ri
Penasaran ih, jangan lama-lama ya Kak ngelanjutnya hehe
2021-11-04 16:58:16
0
user avatar
Anna klinski
semangat up yaa
2021-11-04 16:54:35
0
user avatar
Audreana Ivy
next up kak^^
2021-11-04 14:59:42
0
user avatar
Buenda Vania
bab awal yang menarik, up yang banyak kak
2021-11-04 13:12:28
0
user avatar
Lisuni98
kereen banget, semangat
2021-11-04 13:10:16
0
user avatar
Nina Milanova
Nico jangan jahat2, donk! :'(
2021-11-04 12:54:32
0
user avatar
Indah. S
ceritanya menarik
2021-11-04 12:24:58
0
default avatar
elymeta105
kalimatnya bagus, bacanya menghayati banget
2021-11-04 09:33:44
0
user avatar
Anna an
kak, jangan kelamaan updatenya. aku pembaca setia kka =_=
2021-11-04 09:18:27
1
user avatar
Mama Lana
Bintang lima kak,semangat.........
2021-11-03 22:41:55
0
user avatar
Tiarachubbyy
Keren bangeeet kak ......️...
2021-11-03 22:13:51
0
user avatar
VicaChu31
Semangat selalu kak terus berkarya ...
2021-11-03 18:02:09
0
  • 1
  • 2
  • 3
44 Chapters

Nico yang kejam

"Pak Tejo, kenapa gerbangnya di kunci?"  "Maaf nyonya. Tuan Nico yang memerintahkan." Kening Mawar mengernyit heran. "Tolong buka, pak." Tejo merapatkan kedua tangannya, meminta maaf, lalu kembali ke pos dengan perasaan tidak tega. Mawar menghembuskan nafas pelan, memilih duduk lesehan di atas paving block. Entah sampai kapan harus menunggu.  Mawar menengadahkan wajahnya ke atas memandangi langit yang sudah lama berubah warna. Matanya berkaca-kaca, dia mengigit bibirnya lalu tangannya bergerak mengusap perutnya, merasakan lapar yang tak kunjung hilang sejak tadi. Dengan badan lemah, Mawar perlahan bangkit dari posisi duduknya, berjalan menyusuri hutan dengan di temani sinar bulan sebagai penerang setiap langkahnya. Dulu saat kabur dari amukan Nico, Mawar pernah melihat pohon jambu di dekat danau, dia menengok ke segala arah lalu merasa kecewa, karena pohon jambu itu tidak berbuah, jangankan pohon jambu, buah beracun p
Read more

Memiliki hati batu

"Tuan, apakah anda masih akan duduk di sana?" Enah bernafas lega saat mulutnya mengeluarkan suara, tapi setelahnya merasa takut saat Nico menoleh ke arahnya padahal Nico hanya menatapnya dengan tatapan biasa, mata tajamnya memang terlihat menakutkan. "Tentu saja, memangnya kenapa? Ini rumahku!" Ucap Nico sedikit meninggikan suaranya, lalu fokus kembali kepada majalahnya, tidak menghiraukan bajunya yang basah atau pelayan yang mencoba mengusirnya. Cih! Ini mansionnya, terserah dirinya ingin berada dimana saja. "Saya akan mengganti baju nyonya, tuan." Nico berdecak, tampak kesal."Lalu apa masalahnya?" Enah menelan ludahnya, apa yang harus dia katakan agar Nico tidak marah. Sebenarnya dia hanya ingin meminta tolong untuk memindahkan Mawar ke dalam. Dia agak beban jika harus menelanjangi Mawar di ruangan terbuka seperti ini. "Lakukan saja, DI DEPAN KU!" Ucap
Read more

Pobia danau

  Dito berjalan gontai menuju mobil mewahnya yang diparkir di basmant, tepat saat keluar dari basmant dia melihat seorang perempuan yang memakai kacamata tebal tengah berjalan gontai. Dito menghentikan laju mobilnya, dari balik kaca mobil matanya memperhatikan perempuan itu dengan lekat. Mawar sungguh cantik meskipun mata indahnya dihalangi oleh kacamata tebal. Setelah Mawar sudah agak jauh barulah Dito keluar dari mobil, mengikutinya secara diam-diam. "Halo, kalian!" Sapa Mawar dengan ceria, bibirnya tersungging lebar. "Ohh Tidaaaak! Kenapa kau mati?"  Sementara di kejauhan tampak seorang lelaki bersembunyi di balik tembok sedang memperhatikan Mawar yang sedang berada di taman penuh dengan bunga Mawar.  Dito menyunggingkan senyumnya, meskipun suara Mawar tidak terlalu terdengar olehnya, dia cukup terhibur dengan eskpresi keceriaan perempuan itu. Tapi hanya sementara karena setelahnya, dia melihat raut sedih dari
Read more

Penyesalan Nico?

"Nic!" Dion memanggil Nico ingin memberitahukan bahwa Dito sudah dilarikan kerumah sakit. Nico tidak sengaja melemparkan kucing kepada Dito, membuat Dito pingsan di tempat. Dion meringis melihat wajah Nico yang berang saat melihat dirinya, lalu berjengkit kaget ketika melihat Mawar tak sadarkan diri dalam gendongan Nico.  "KAU GILA, BRENGSEK!!" Nico meraung  frustrasi. Nico segera meletakan Mawar di tepi danau, lalu menekan dadanya, memberinya pertolongan pertama. "Brengsek!" Makinya marah Karena tidak ada pergerakan apapun pada gadis itu, Nico mendekatkan mulutnya, tanpa ragu dia memberikan nafas buatan. "SHIT!" Tidak berhasil! Nico menangkap tubuh kurus itu ke dalam pelukannya, wajahnya terlihat sangat panik. "PANGGIL DOKTER BODOH!!" Teriaknya penuh dengan amarah. Dengan panik Dion langsung mengambil ponselnya yang berada di saku celananya, dia mengumpat karena ponselnya sempat terjatuh. Dion panik karena Nico seperti orang
Read more

Flashback: Penolakan

Dua bulan kemudian.... Aku tengah berada di bandara, selama dua bulan ini aku terpaksa harus ke Norwegia demi mengurus perusahaanku yang sedang mengalami permasalahan, merasa sedikit bersalah karena meninggalkan istriku tanpa kabar selama dua bulan setelah hari pernikahan kami. Aku memasuki mobil perusahaan yang sengaja di panggil untuk menjemputku, karena mobilku sendiri berada di apartemenku yang cukup jauh dari bandara. Setelah pesta pernikahan kami berakhir waktu lalu, aku langsung memboyong Mawar tinggal di Apartmentku untuk sementara waktu. Hal Pertama yang aku lihat setelah memasuki Apartment adalah ruang tamu sekaligus tempat bersantai untuk menonton televisi. Aku mengedarkan pandanganku kesegala arah tapi tidak dapat menemukan dimana keberadaan istriku. Langkahku terhenti saat melihat istriku tengah berada di ruang makan bersama seorang lelaki, aku mengerutkan kening nampak tidak asing dengan lelaki tersebut. Mawar terkejut saat matan
Read more

Flashback: Si pria bodoh dan Si pria geger otak

"Aku mau izin keluar, ingin berbelanja ke supermaket," ucap Mawar setelah kami sudah selesai sarapan pagi. Aku melap mulutku menggunakan tisu yang selalu tersedia dimeja makan. Setelah itu mengeluarkan dompet di balik jasku lalu mengambil Black card dari sekian banyak kartu yang berada disana, memberikannya kepada Mawar. Selama ini memang aku menyuruh sekretarisku yang memenuhi kebutuhan Mawar, selama aku berada di Norwegia. Lalu aku tenggelam dengan banyaknya pekerjaan disana, Sampai lupa menanyakan kabar istriku sendiri. "Ini, gunakanlah untuk berbelanja kebutuhan mu juga," Mawar menerimanya dengan senyum semringah, tapi seketika keningnya mengkerut lalu dia menggeleng. " Maaf, tapi aku tidak bisa menggunakannya," ucapnya dengan suara pelan. "Kenapa? bukankah kau bilang ingin berbelanja tadi," tanyaku. "Maksudku, aku tidak bisa menggunakan kartu ini. Aku hanya tahu kartu ATM karena ibuku hanya memiliki kartu itu." ucapnya mas
Read more

Flashback : Laura

"Selamat datang Nic, terimakasih sudah menghadiri acara ini. Bagaimana kabar mu?" Sambutnya, kami memang memiliki hubungan yang baik mengingat putrinya adalah mantan kekasihku jadi saat memanggilku dia tidak memakai nama belakang keluargaku, aku tidak mempermasalahkannya. Aku menerima uluran tangan itu. "Baik, tentu saja," Sementara tanganku yang satunya meraih pinggang Mawar semakin mendekat, karena sejak tadi pria di samping Alex -pria paruh baya yang menyapaku sekaligus yang mempunyai acara, tidak mengalihkan tatapannya barang sedetikpun dari istriku sehingga membuatku ingin mencolok matanya supaya tidak bisa melihat lagi selamanya. "Ini Fabio, anak saya," ucapnya memperkenalkan pria itu. Aku mengangkat alisku, setahuku Laura tidak mempunyai saudara, dia adalah anak tunggal. Lalu pria yang bernama Fabio itu, menjabat tanganku dan tangan istriku, aku membiarkannya untuk dalih kesopanan. "Yang saya tahu, anda hanya mempunyai satu anak saja,"
Read more

Flashback : Awal dari kebencian

Aku melangkahkan kakiku dengan santai menuju lift. Lalu tiba-tiba ponsel di saku celanku berdering, aku mengambilnya dan melihat nama mertuaku yang tertera disana. Bunyi ting terdengar, pintu lift pun terbuka bertepatan saat sambungan telponku sudah dimatikan di sebrang sana, menampilkan lorong yang hanya berisi satu pintu saja, aku menekan kode apartemenku dan langsung masuk kedalam. Berjalan kearah sofa dan langsung mendudukkan diriku disana, menyandarkan tubuhku yang terasa lelah. Apakah Mawar sudah tidak marah lagi padaku? Mengingat aku tidak pulang semalam dan siang ini baru menginjakan kaki di sini. Pekerjaan hari ini sungguh menguras tenagaku, semalam aku minum terlalu banyak sehingga pada saat pagi hari badanku menjadi lemas dan kepalaku pusing, untungnya aku masih bisa pergi ke kantor dan mengikuti rapat, setelah selesai rapat dengan kolegaku aku bersyukur tidak ada pekerjaan penting yang harus aku tangani siang ini, sehingga aku memilih untu
Read more

Membuatnya menderita adalah bentuk kepuasan

Nico tengah termenung duduk bersandar di sofa kamarnya, tatapannya kosong. Sesekali dia tersadar oleh suara petir lalu kembali melamun. Matanya terpejam dalam, keningnya mengkerut merasakan rasa sakit di hatinya. Flashback "Ayo cepat!" Teriaknya kesal, sebab wanita di belakangnya berjalan sangat lamban. Bruk "Aww... Hiks" Nico menghembuskan nafas kasar, dia turun dari golpcar dan menghampiri wanita lemah yang sedang menangis tersedu-sedu. Nico mengangkat satu alisnya ketika wanita itu mendongak, "Ck, jangan manja," ucapnya menatap Mawar dengan pandangan jijik. "Cepat berdiri atau kau ku usir dari sini," suaranya terdengar sinis dan tajam, membuat Mawar semakin mengeraskan isakan nya. "Kau sungguh ingin ku usir dari sini ya?"  Mawar memejamkan mata, dia menggeleng. Kedua tangannya bergerak menghapus air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Keningnya mengkerut, bibirnya dia gigit supaya isak tangis nya
Read more

Gadis di kolam renang

Keluar dari lift kedua matanya langsung di manjakan dengan kemegahan mansion. Kedua kakinya berjalan santai lalu berbelok ke kanan menuju ruang makan yang berada di sayap kanan lantai satu. Nico selalu suka pemandangan di ruang makan, apalagi matahari bersinar cerah pagi ini, sinarnya menerobos masuk lewat jendela kaca besar menambah keindahan ruangan. Nico mengambil tempat di kursi yang biasa dia duduki. Dari kursi paling ujung, matanya bisa melihat danau dan banyaknya tanaman bunga Mawar yang memperindah pemandangannya pagi ini. Suara kicauan burung pun terdengar karena setiap pagi semua jendela kaca akan di buka, menambah udara segar yang masuk ke dalam ruang makan. Taman bunga Mawar, taman itu sengaja di buat Nico untuk Mawar, istrinya. Semenjak mengetahui Mawar pobia dengan danau, dia berin
Read more
DMCA.com Protection Status