MAWAR

MAWAR

last updateHuling Na-update : 2022-11-28
By:  PurpeloOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
37 Mga Ratings. 37 Rebyu
44Mga Kabanata
4.6Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Synopsis

Mawar hidup di sebuah desa yang jauh dari pusat kota. Ibunya bekerja menjadi pelayan di rumah saudagar kaya. Hingga saat dia sudah lulus sekolah, ternyata dia sudah di jodohkan dengan pemuda kaya yang berasal dari kota. Mawar akan melakukan apapun supaya pria itu mau menikahinya, dia berharap dengan menikahi pria itu hidup keluarganya akan terpenuhi kebutuhannya, dia berharap ibunya tidak lagi menjadi seorang pelayan dan adiknya bisa bersekolah sampai ke jenjang tertinggi. Nico Geraldi Sadlers, anak tunggal dari Harryantara Sadlers. Keluarga Sadler merupakan keluarga yang terpandang dan berpengaruh, tentu saja dengan harta dan kekuasaan yang mereka milik. Nico adalah salah satu keturunan Sadlers yang meraih kesuksesan saat usianya masih muda, tak heran orang-orang sering memanggilnya, 'tuan muda dari keluarga Sadlers'. Karena ketampanan dan kesuksesannya banyak wanita berparas cantik yang berasal dari keluarga terpandang menginginkan dirinya, tapi Nico terpaksa harus menerima perjodohan yang berdalih perjanjian masa lalu. Di dalam darahnya mengalir darah Sadlers yang selalu memegang teguh setiap janji nya, maka Nico tidak bisa menolak perjodohan itu. Tak disangka gadis yang akan dijodohkan denganya adalah gadis yang culun, memakai kacamata tebal dan udik. Tapi kenapa saat pertemuan pertama, Nico langsung ingin menikahinya? Sementara Mawar dia bersyukur karena tanpa melakukan usaha apapun pria itu sudi menikahi gadis kampung dan miskin seperti dirinya.

view more

Kabanata 1

Nico yang kejam

"Pak Tejo, kenapa gerbangnya di kunci?" 

"Maaf nyonya. Tuan Nico yang memerintahkan."

Kening Mawar mengernyit heran. "Tolong buka, pak."

Tejo merapatkan kedua tangannya, meminta maaf, lalu kembali ke pos dengan perasaan tidak tega.

Mawar menghembuskan nafas pelan, memilih duduk lesehan di atas paving block. Entah sampai kapan harus menunggu. 

Mawar menengadahkan wajahnya ke atas memandangi langit yang sudah lama berubah warna. Matanya berkaca-kaca, dia mengigit bibirnya lalu tangannya bergerak mengusap perutnya, merasakan lapar yang tak kunjung hilang sejak tadi.

Dengan badan lemah, Mawar perlahan bangkit dari posisi duduknya, berjalan menyusuri hutan dengan di temani sinar bulan sebagai penerang setiap langkahnya.

Dulu saat kabur dari amukan Nico, Mawar pernah melihat pohon jambu di dekat danau, dia menengok ke segala arah lalu merasa kecewa, karena pohon jambu itu tidak berbuah, jangankan pohon jambu, buah beracun pun tidak ada di sini.

Sudah lelah mencari sesuatu untuk di makan tapi tidak dapat menemukannya akhirnya Mawar memutuskan untuk beristirahat di tepi danau atau mungkin bermalam di sini lebih baik pikirnya. Hutan di dekat mansion memang tidak berbahaya, Nico membangun pagar tinggi sepanjang puluhan hektar sebagai pembatas dengan hutan berbahaya di kedalaman yang ditinggali oleh banyak binatang buas.

Mawar duduk di atas rumput, menekuk kedua lututnya dan satu tangannya menopang dagu menatap lurus ke arah mansion mewah yang terlihat jelas dari tempatnya sekarang, dia sengaja mengambil tempat terjauh dari danau karena tidak ingin terlalu dekat dengan tempat menakutkan itu.

Mansion itu berjarak sangat jauh dari penglihatannya, tapi kilaunya sangat mengagumkan, seperti istana yang sering Mawar lihat di buku dongengnya waktu kecil. Dia termasuk orang yang beruntung karena bisa tinggal di dalamnya. Ya! Sangat beruntung. Raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi sendu.

Tangan Mawar bergerak, melepas kacamata tebalnya agar bisa menghapus air matanya yang entah sejak kapan membasahi pipinya, lalu dia merebahkan dirinya di atas rumput.

Senyumnya perlahan mengembang saat matanya dapat melihat bintang dan bulan yang terlihat indah di langit. Lalu matanya mulai tertutup, mencoba tertidur walaupun kulitnya sedikit menggigil merasakan dingin karena saat ini dia hanya di temani oleh hembusan angin saja.

Angin bertiup kencang, menabrak rimbunnya daun di pepohonan. Tapi tidak membangunkan seorang gadis yang tengah terlelap dalam tidurnya dengan keadaan meringkuk tampak seperti anak kecil.

Tidak berselang lama, hujan pun turun membasahi semua benda yang di laluinya dan membangunkan seorang gadis yang tengah tertidur di atas dinginnya rumput hijau yang menjadi alas satu-satunya.

Mawar mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, dia langsung terduduk saat merasakan badannya basah kuyup.

"Dingin." ucapnya Parau.

Mawar memeluk tubuhnya yang menggigil, merasa dingin sekaligus ketakutan karena angin bertiup kencang.

Duaaaar!

Mawar terlonjak kaget, dia menjadi panik lantas berdiri dan langsung berlari masuk ke dalam hutan. Menangis dan menangis, hanya itu yang bisa dia lakukan.

Mawar kesusahan melihat karena kacamata nya memburam terkena air hujan, lalu cahaya bulan pun telah hilang di gantikan dengan kilatan guntur yang sesekali muncul. Ternyata semua itu masih belumlah cukup, kini air hujan turun dengan deras dan mulai menyakiti kulitnya, menambah penderitaanya malam ini.

"Pak! Tolong buka gerbangnya!" Teriaknya, kedua tangannya selalu setia  memeluk tubuhnya.

Kepala Mawar bergerak menengok ke atas, matanya melihat ujung pagar yang meruncing seperti anak panah membuatnya merinding ngeri. 

Tidak ada yang bisa di lakukannya selain menunggu dengan duduk di bawah guyuran hujan, tidak ada tempat untuknya kembali selain mansion ini maka dari itu dia harus menunggu sampai ada seseorang yang sudi membukakan pintu gerbang untuknya.

Mawar memilih duduk dengan menekuk kedua lututnya dan wajahnya di tenggelamkan disana. 

Tak lama hujan pun reda, Mawar yang masih terjaga mendengar bunyi gesekan dari pintu gerbang. Ingin melihat, tapi kepalanya serasa di timpa oleh beban yang sangat berat, kepalanya berdenyut nyeri sehingga untuk mendongak pun susah. Tapi dia mencoba sekuat tenaga, memaksakan dirinya agar bisa mengangkat kepalanya dan dia melihat Bik Enah, seorang wanita paruh baya yang berprofesi sebagai kepala pelayan di mansion.

"Ya ampun, nyonya!" Enah terpekik. Lalu dengan sigap Enah membantu Mawar berdiri, dia ingin menangis melihat keadaan majikannya sekarang.

Mawar berjalan tertatih-tatih di bantu oleh Enah, badan nya begitu lemas, kepalanya sangat pening dan badannya menggigil kedinginan.

"Bagaimana, Bibi bisa tahu aku ada di sini?" Mawa terus memaksakan kakinya melangkah.

"Sebenarnya Bibi dan Sarah sedang menunggu nyonya di pos," tunjuknya ke arah pos yang tidak jauh darinya."tapi kami malah ketiduran," lanjutnya, menyesal. Kedua tangannya setia menuntun Mawar sampai duduk di dalam golpcar, lalu menjalankan golpcar tersebut dengan perlahan.

"Sarah dimana sekarang?" Tanya Mawar dengan suara lirih, tak kuasa menahan lemas di tubuhnya.

"Sedang tidur di pos." ucapnya merasa tidak enak.

Mawar hanya mengangguk, dia memejamkan matanya karena sakit di kepalanya semakin menjadi.

"Terimakasih, Bik." 

Enah hanya mengangguk perihatin, tega sekali tuannya membiarkan istrinya sendiri menderita sampai seperti ini. Meskipun begitu, dia tidak bisa melakukan apa-apa, untuk membela pun tidak bisa. 

Enah menutup pintu kamar mandi setelah sebelumnya pamit agar dirinya tidak mengganggu Mawar yang hendak membersihkan diri.

Langit sudah terang, karena matahari sudah menampakkan sinarnya. Seorang gadis belia yang tengah bergelung di dalam selimut tipis mengerjapkan kedua matanya.

"Jam berapa sekarang?" Tanyanya, tapi hanya keheningan yang menjawabnya.

Mawar menyingkapkan selimut tipis yang membungkus tubuhnya, mendudukkan dirinya mencoba meraih penuh kesadarannya. Tiba-tiba kepalanya merasakan pening hingga membuat pandangannya menjadi gelap.

Setelah penglihatannya sudah membaik, dia menurunkan kedua Kakinya perlahan, mengernyit ngilu dikala merasakan dingin pada lantai yang dipijak.

Matanya mengedarkan pandangan kesegala arah, 'gelap' hanya ada dua bilah cahaya yang berasal dari lubang ventilasi udara yang letaknya di atas pintu. 

Mawar melangkahkan kakinya perlahan menuju pintu, memutar handle pintu lalu perlahan pintu itu terbuka, sehingga matanya bisa melihat cahaya yang lebih terang. Kepalanya menoleh ke sebelah kanan ingin melihat cahaya yang menerobos masuk lewat kaca kecil dan satu satunya sumber cahaya yang menerangi terowongan ini.

Tangannya bergerak mengusap tenggorokannya merasakan haus, berjalan dengan sempoyongan menuju dapur khusus pelayan, dia ingin mengambil air minum.

Sementara itu, di ruang utama mansion, para pelayan berbaris dan menunduk di hadapan Nico, tidak ada siapapun yang berani mengangkat kepala mereka.

"SIAPA YANG MEMBERIKAN IZIN KALIAN UNTUK MEMBAWA DIA MASUK KE DALAM MANSION?!" Teriaknya murka, rahangnya mengeras.

Nico melangkah mendekati seorang wanita paruh baya yang terlihat ketakutan, dia bisa melihat dari tubuhnya yang bergetar.

"Tuan!" Sarah berteriak histeris saat Nico mengangkat kerah baju Enah dan melemparkan tubuh renta itu ke lantai tanpa perasaan.

Nico mengencangkan rahangnya, dia kembali murka mendengar seseorang berani berteriak padanya. "Bawa dia keruang bawah tanah!" titahnya pada dua orang pria bersetelan hitam yang merupakan penjaga gerbang kedua mansion.

Mereka mengangguk patuh, lalu membawa Sarah yang berteriak histeris minta di lepaskan.

Mata tajam Nico menyorot mengancam kepada semua pelayannya, dia mendekati Enah kembali, mengangkat kerah baju pelayan itu sehingga membuatnya berdiri."Tahu kesalahanmu?"

Enah mengangguk menahan suara isakannya dengan susah payah, karena dia tahu majikannya ini akan semakin murka jika mendengar suara isakan yang tidak berguna.

"Maafkan saya, tuan." ucapnya memohon, kepalanya masih menunduk takut.

"N-ico?"

Nico mengernyit tidak suka saat mendengar suara yang tidak ingin dia dengar. Tangannya melepaskan cengrkramannya, membuat Enah menarik nafas lega.

Nico memutar tubuhnya, lalu tersenyum sinis melihat Mawar yang berdiri ketakutan di sana.

Meskipun setengah mati ketakutan, Mawar memberanikan diri melangkah mendekati Nico. Kemarahan Nico memang kesalahannya, tidak seharusnya semua pelayan yang menanggung akibat dari kesalahan yang telah dia perbuat.

"Mereka tidak bersalah, jika mereka tidak membiarkan aku masuk, mungkin aku akan mati semalam," Melihat kilatan kebencian di mata Nico, kepalanya kembali menunduk dengan perasaan was-was.

"Sial! Memang aku perduli!" Kedua tangan Nico mengepal sehingga menampilkan urat lengannya dengan sangat mengerikan, membuat Mawar meringis tanpa sadar saat melihat urat yang mengerikan itu.

"Aku tahu kau tidak pernah perduli, siksa aku saja, jangan mereka," Mawar menatap sedih para pelayan yang sedang menunduk ketakutan, dia menghembuskan nafasnya lelah, lalu menoleh kembali pada Nico.

Nico melangkah semakin mendekat, sorot matanya menajam sarat akan kebencian. Kedua tangannya di angkat hingga bertengger di leher Mawar, mencekik wanita itu seperti hendak mematahkan nya.

Mawar terkesiap, dia memegang tangan Nico dan mencoba melepaskan cekikan yang amat menyakitinya itu.

"Lepaskan tangan kotormu dariku, jalang!" titahnya dengan sebuah geraman.

"S-sakit," Ucap Mawar terbata menahan sesak, tapi dia menuruti perintah Nico.

Nico tersenyum miring, perlahan tangannya mengangkat tubuh Mawar dengan menguatkan cekikan di leher jenjang itu, sehingga mengalirkan rasa kepuasan dalam denyut nadinya.

"Ni-co, le-pas." Ucapnya terputus-putus. Matanya terpejam kuat, mencoba menghalau rasa sesak yang mulai dirasakannya.

Brak!

Para pelayan terpekik, menyaksikan Nyonya mereka di banting ke tembok hingga tubuh kurus itu terpental jatuh ke lantai. Tidak ada yang berani menolong karena mereka semua masih menyayangi nyawa dan pekerjaan mereka.

Setelah membanting Mawar, Nico menghampirinya dan tanpa perasaan menarik pergelangan tangannya dengan kasar, memaksanya agar berdiri, tidak menghiraukan Mawar yang masih terbatuk-batuk dan kakinya terseok-seok mengikuti langkah lebarnya. Nico tersenyum sinis melihatnya kesakitan. Tapi kesenangannya masih belum cukup saat melihat tidak ada air mata di sana.

Mawar tak kuasa menyamai langkah Nico, kakinya sungguh lemas dan pergelangan tangannya pun sangat panas dan terasa perih, dia yakin sebentar lagi akan muncul warna biru disana. Tubuhnya ambruk dilantai, matanya menatap lantai dengan tatapan kosong saat Nico akhirnya berhenti menyiksanya.

Tapi itu hanya harapannya saja, karena selanjutnya, pria itu malah menarik lengannya dengan amat kasar sehingga membuatnya berdiri kembali. Memaksa berjalan mengikuti langkah lebar pria itu lalu mendorong tubuh kurusnya ke dalam kolam renang.

Byur!

Tubuh Mawar terlempar begitu saja, rasa sakit di hatinya sangat kentara saat matanya menangkap sosok pria yang menjadi suaminya berbalik meninggalkannya.

Dia pasrah, membiarkan dirinya tenggelam hingga tanpa terasa tubuhnya sudah berada di dasar kolam.

Enah menangis tersedu, dengan tubuh gemetar dia menghampiri Nico yang sedang duduk santai sedang menikmati pemandangan di depannya. "Tuan, tolong nyonya tidak bisa berenang tuan." Enah bersimpuh di hadapan Nico, meminta belas kasih.

"SIAPA YANG KAU PANGGIL NYONYA HUH?!" Nico melotot tajam pada Enah.

Tidak perduli dengan teriakan tuannya yang membuat tubuhnya gemetar, Enah tetap bersimpuh, memohon dengan air mata yang terus mengalir. Dia panik saat menyadari tidak ada lagi gelembung yang menyembul dari dalam kolam.

Mulutnya terus meminta pertolongan pada tuannya agar berbaik hati menolong nyonya yang mungkin sedang sekarat disana.

Akhirnya Nico berdiri, semua pelayan yang melihat tubuh besar yang menjulang tinggi itu menahan nafasnya tanpa mereka sadari. Mereka melangkah mundur, takut salah satu dari mereka menjadi pelampiasan berikutnya.

"Joan!" Teriak Nico, lalu seorang pria bertubuh kekar yang merupakan tangan kanannya menghadap.

"Iya, tuan?"

"Selamatkan dia, aku tidak ingin dia mati terlalu cepat."

Joan berlari ke arah kolam dan langsung menceburkan dirinya, dia berenang secepat yang dia bisa, supaya bisa menyelamatkan wanita malang itu.

Nico menggeram marah melihat Joan memeluk Mawar dengan erat, dia segera berjalan mendekati mereka setelah Joan berhasil membawa Mawar ke pinggir kolam."HEY KAU! ENYAH DARI SANA!!"

Joan yang akan memberikan bantuan dengan cara menekan dada Mawar menghentikan aksinya, dia mengangguk patuh, lalu segera menyingkir.

Kilatan amarah di mata Nico semakin menyeramkan saat matanya malah melihat kaos putih yang di kenakan Mawar ternyata tembus pandang, memperlihatkan bra berwarna pink yang membukus dadanya.

"ARRRGH... APA YANG KALIAN LIHAT HUH?! ENYAH SEMUANYA!!" Geramnya marah.

Para pelayan disana saling menatap satu sama lain dengan tatapan bingung. 

"TUNGGU APA LAGI?!"

Semua orang langsung berlari menyelamatkan hidup mereka, tapi sebelum mereka pergi beberapa dari mereka sempat memberikan tatapan prihatin kepada nyonya-nya dan berdoa di dalam hati semoga nyonya mereka baik-baik saja.

"Cih, menyusahkan saja!" desisnya.

Nico menekan dada Mawar lalu memberikannya nafas buatan, dia tersenyum miring saat Mawar terbatuk mengeluarkan air, lalu tak lama perempuan itu tak sadarkan diri kembali.

Setelah memberikan bantuan dan berhasil, kini kedua tangannya diletakan di belakang kepala dan satunya lagi di belakang lutut Mawar. Menggendongnya ala bridal, lalu membawanya menuju sofa yang tak jauh dari kolam. Dia melihat dari sudut matanya seorang pelayan wanita mendekat sambil membawakan handuk.

"Suruh semua orang keluar dari ruangan ini, jangan ada satupun yang terlihat berkeliaran jika mereka masih ingin hidup!"

Pelayan wanita itu mengangguk patuh dan mengundurkan diri dari hadapan Nico. Lalu tangan Nico bergerak mengambil handuk itu, mengelap wajah Mawar dengan hati-hati.

"Dia memiliki mata yang indah jika tidak memakai kacamata." ucapnya pelan, tangannya bergerak mengusap bibir Mawar yang tampak memucat tapi terlihat menggoda di matanya.

Nico menggelengkan kepalanya, dia berdecih dan melempar handuk itu hingga mengenai wajah Mawar.

"Pelayan!"

Seorang wanita tua berlari tergopoh-gopoh menghampiri Nico.

"Keringkan dia dan ganti bajunya!"

Enah menatap Nico dengan binar tidak menyangka, kemudian tersentak saat melihat tatapan tajam dari Nico, dia segera berlari ke arah gudang, dimana kamar Mawar berada untuk mengambil baju ganti.

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

10
100%(37)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
37 Mga Ratings · 37 Rebyu
Sulatin ang Repaso
user avatar
ing ling
suka pemuda yang tidak terduga
2022-03-04 23:22:36
0
user avatar
Tanty Longa
Suka sama karakternya mawar..
2021-11-09 12:22:54
0
user avatar
Wuri Masruroh
bagus thor ceritanya, semangat terus buat updatenya
2021-11-05 07:59:00
0
user avatar
Sung Rae Ri
Penasaran ih, jangan lama-lama ya Kak ngelanjutnya hehe
2021-11-04 16:58:16
0
user avatar
Anna klinski
semangat up yaa
2021-11-04 16:54:35
0
user avatar
Audreana Ivy
next up kak^^
2021-11-04 14:59:42
0
user avatar
Buenda Vania
bab awal yang menarik, up yang banyak kak
2021-11-04 13:12:28
0
user avatar
Lisuni98
kereen banget, semangat
2021-11-04 13:10:16
0
user avatar
Nina Milanova
Nico jangan jahat2, donk! :'(
2021-11-04 12:54:32
0
user avatar
Indah. S
ceritanya menarik
2021-11-04 12:24:58
0
default avatar
elymeta105
kalimatnya bagus, bacanya menghayati banget
2021-11-04 09:33:44
0
user avatar
Anna an
kak, jangan kelamaan updatenya. aku pembaca setia kka =_=
2021-11-04 09:18:27
1
user avatar
Mama Lana
Bintang lima kak,semangat.........
2021-11-03 22:41:55
0
user avatar
Tiarachubbyy
Keren bangeeet kak ......️...
2021-11-03 22:13:51
0
user avatar
VicaChu31
Semangat selalu kak terus berkarya ...
2021-11-03 18:02:09
0
  • 1
  • 2
  • 3
44 Kabanata
Nico yang kejam
"Pak Tejo, kenapa gerbangnya di kunci?"  "Maaf nyonya. Tuan Nico yang memerintahkan." Kening Mawar mengernyit heran. "Tolong buka, pak." Tejo merapatkan kedua tangannya, meminta maaf, lalu kembali ke pos dengan perasaan tidak tega. Mawar menghembuskan nafas pelan, memilih duduk lesehan di atas paving block. Entah sampai kapan harus menunggu.  Mawar menengadahkan wajahnya ke atas memandangi langit yang sudah lama berubah warna. Matanya berkaca-kaca, dia mengigit bibirnya lalu tangannya bergerak mengusap perutnya, merasakan lapar yang tak kunjung hilang sejak tadi. Dengan badan lemah, Mawar perlahan bangkit dari posisi duduknya, berjalan menyusuri hutan dengan di temani sinar bulan sebagai penerang setiap langkahnya. Dulu saat kabur dari amukan Nico, Mawar pernah melihat pohon jambu di dekat danau, dia menengok ke segala arah lalu merasa kecewa, karena pohon jambu itu tidak berbuah, jangankan pohon jambu, buah beracun p
last updateHuling Na-update : 2021-08-21
Magbasa pa
Memiliki hati batu
"Tuan, apakah anda masih akan duduk di sana?" Enah bernafas lega saat mulutnya mengeluarkan suara, tapi setelahnya merasa takut saat Nico menoleh ke arahnya padahal Nico hanya menatapnya dengan tatapan biasa, mata tajamnya memang terlihat menakutkan. "Tentu saja, memangnya kenapa? Ini rumahku!" Ucap Nico sedikit meninggikan suaranya, lalu fokus kembali kepada majalahnya, tidak menghiraukan bajunya yang basah atau pelayan yang mencoba mengusirnya. Cih! Ini mansionnya, terserah dirinya ingin berada dimana saja. "Saya akan mengganti baju nyonya, tuan." Nico berdecak, tampak kesal."Lalu apa masalahnya?" Enah menelan ludahnya, apa yang harus dia katakan agar Nico tidak marah. Sebenarnya dia hanya ingin meminta tolong untuk memindahkan Mawar ke dalam. Dia agak beban jika harus menelanjangi Mawar di ruangan terbuka seperti ini. "Lakukan saja, DI DEPAN KU!" Ucap
last updateHuling Na-update : 2021-08-21
Magbasa pa
Pobia danau
  Dito berjalan gontai menuju mobil mewahnya yang diparkir di basmant, tepat saat keluar dari basmant dia melihat seorang perempuan yang memakai kacamata tebal tengah berjalan gontai. Dito menghentikan laju mobilnya, dari balik kaca mobil matanya memperhatikan perempuan itu dengan lekat. Mawar sungguh cantik meskipun mata indahnya dihalangi oleh kacamata tebal. Setelah Mawar sudah agak jauh barulah Dito keluar dari mobil, mengikutinya secara diam-diam. "Halo, kalian!" Sapa Mawar dengan ceria, bibirnya tersungging lebar. "Ohh Tidaaaak! Kenapa kau mati?"  Sementara di kejauhan tampak seorang lelaki bersembunyi di balik tembok sedang memperhatikan Mawar yang sedang berada di taman penuh dengan bunga Mawar.  Dito menyunggingkan senyumnya, meskipun suara Mawar tidak terlalu terdengar olehnya, dia cukup terhibur dengan eskpresi keceriaan perempuan itu. Tapi hanya sementara karena setelahnya, dia melihat raut sedih dari
last updateHuling Na-update : 2021-08-22
Magbasa pa
Penyesalan Nico?
"Nic!" Dion memanggil Nico ingin memberitahukan bahwa Dito sudah dilarikan kerumah sakit. Nico tidak sengaja melemparkan kucing kepada Dito, membuat Dito pingsan di tempat. Dion meringis melihat wajah Nico yang berang saat melihat dirinya, lalu berjengkit kaget ketika melihat Mawar tak sadarkan diri dalam gendongan Nico.  "KAU GILA, BRENGSEK!!" Nico meraung  frustrasi. Nico segera meletakan Mawar di tepi danau, lalu menekan dadanya, memberinya pertolongan pertama. "Brengsek!" Makinya marah Karena tidak ada pergerakan apapun pada gadis itu, Nico mendekatkan mulutnya, tanpa ragu dia memberikan nafas buatan. "SHIT!" Tidak berhasil! Nico menangkap tubuh kurus itu ke dalam pelukannya, wajahnya terlihat sangat panik. "PANGGIL DOKTER BODOH!!" Teriaknya penuh dengan amarah. Dengan panik Dion langsung mengambil ponselnya yang berada di saku celananya, dia mengumpat karena ponselnya sempat terjatuh. Dion panik karena Nico seperti orang
last updateHuling Na-update : 2021-08-22
Magbasa pa
Flashback: Penolakan
Dua bulan kemudian.... Aku tengah berada di bandara, selama dua bulan ini aku terpaksa harus ke Norwegia demi mengurus perusahaanku yang sedang mengalami permasalahan, merasa sedikit bersalah karena meninggalkan istriku tanpa kabar selama dua bulan setelah hari pernikahan kami. Aku memasuki mobil perusahaan yang sengaja di panggil untuk menjemputku, karena mobilku sendiri berada di apartemenku yang cukup jauh dari bandara. Setelah pesta pernikahan kami berakhir waktu lalu, aku langsung memboyong Mawar tinggal di Apartmentku untuk sementara waktu. Hal Pertama yang aku lihat setelah memasuki Apartment adalah ruang tamu sekaligus tempat bersantai untuk menonton televisi. Aku mengedarkan pandanganku kesegala arah tapi tidak dapat menemukan dimana keberadaan istriku. Langkahku terhenti saat melihat istriku tengah berada di ruang makan bersama seorang lelaki, aku mengerutkan kening nampak tidak asing dengan lelaki tersebut. Mawar terkejut saat matan
last updateHuling Na-update : 2021-08-22
Magbasa pa
Flashback: Si pria bodoh dan Si pria geger otak
"Aku mau izin keluar, ingin berbelanja ke supermaket," ucap Mawar setelah kami sudah selesai sarapan pagi. Aku melap mulutku menggunakan tisu yang selalu tersedia dimeja makan. Setelah itu mengeluarkan dompet di balik jasku lalu mengambil Black card dari sekian banyak kartu yang berada disana, memberikannya kepada Mawar. Selama ini memang aku menyuruh sekretarisku yang memenuhi kebutuhan Mawar, selama aku berada di Norwegia. Lalu aku tenggelam dengan banyaknya pekerjaan disana, Sampai lupa menanyakan kabar istriku sendiri. "Ini, gunakanlah untuk berbelanja kebutuhan mu juga," Mawar menerimanya dengan senyum semringah, tapi seketika keningnya mengkerut lalu dia menggeleng. " Maaf, tapi aku tidak bisa menggunakannya," ucapnya dengan suara pelan. "Kenapa? bukankah kau bilang ingin berbelanja tadi," tanyaku. "Maksudku, aku tidak bisa menggunakan kartu ini. Aku hanya tahu kartu ATM karena ibuku hanya memiliki kartu itu." ucapnya mas
last updateHuling Na-update : 2021-08-22
Magbasa pa
Flashback : Laura
"Selamat datang Nic, terimakasih sudah menghadiri acara ini. Bagaimana kabar mu?" Sambutnya, kami memang memiliki hubungan yang baik mengingat putrinya adalah mantan kekasihku jadi saat memanggilku dia tidak memakai nama belakang keluargaku, aku tidak mempermasalahkannya. Aku menerima uluran tangan itu. "Baik, tentu saja," Sementara tanganku yang satunya meraih pinggang Mawar semakin mendekat, karena sejak tadi pria di samping Alex -pria paruh baya yang menyapaku sekaligus yang mempunyai acara, tidak mengalihkan tatapannya barang sedetikpun dari istriku sehingga membuatku ingin mencolok matanya supaya tidak bisa melihat lagi selamanya. "Ini Fabio, anak saya," ucapnya memperkenalkan pria itu. Aku mengangkat alisku, setahuku Laura tidak mempunyai saudara, dia adalah anak tunggal. Lalu pria yang bernama Fabio itu, menjabat tanganku dan tangan istriku, aku membiarkannya untuk dalih kesopanan. "Yang saya tahu, anda hanya mempunyai satu anak saja,"
last updateHuling Na-update : 2021-09-21
Magbasa pa
Flashback : Awal dari kebencian
Aku melangkahkan kakiku dengan santai menuju lift. Lalu tiba-tiba ponsel di saku celanku berdering, aku mengambilnya dan melihat nama mertuaku yang tertera disana. Bunyi ting terdengar, pintu lift pun terbuka bertepatan saat sambungan telponku sudah dimatikan di sebrang sana, menampilkan lorong yang hanya berisi satu pintu saja, aku menekan kode apartemenku dan langsung masuk kedalam. Berjalan kearah sofa dan langsung mendudukkan diriku disana, menyandarkan tubuhku yang terasa lelah. Apakah Mawar sudah tidak marah lagi padaku? Mengingat aku tidak pulang semalam dan siang ini baru menginjakan kaki di sini. Pekerjaan hari ini sungguh menguras tenagaku, semalam aku minum terlalu banyak sehingga pada saat pagi hari badanku menjadi lemas dan kepalaku pusing, untungnya aku masih bisa pergi ke kantor dan mengikuti rapat, setelah selesai rapat dengan kolegaku aku bersyukur tidak ada pekerjaan penting yang harus aku tangani siang ini, sehingga aku memilih untu
last updateHuling Na-update : 2021-09-21
Magbasa pa
Membuatnya menderita adalah bentuk kepuasan
Nico tengah termenung duduk bersandar di sofa kamarnya, tatapannya kosong. Sesekali dia tersadar oleh suara petir lalu kembali melamun. Matanya terpejam dalam, keningnya mengkerut merasakan rasa sakit di hatinya. Flashback "Ayo cepat!" Teriaknya kesal, sebab wanita di belakangnya berjalan sangat lamban. Bruk "Aww... Hiks" Nico menghembuskan nafas kasar, dia turun dari golpcar dan menghampiri wanita lemah yang sedang menangis tersedu-sedu. Nico mengangkat satu alisnya ketika wanita itu mendongak, "Ck, jangan manja," ucapnya menatap Mawar dengan pandangan jijik. "Cepat berdiri atau kau ku usir dari sini," suaranya terdengar sinis dan tajam, membuat Mawar semakin mengeraskan isakan nya. "Kau sungguh ingin ku usir dari sini ya?"  Mawar memejamkan mata, dia menggeleng. Kedua tangannya bergerak menghapus air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Keningnya mengkerut, bibirnya dia gigit supaya isak tangis nya
last updateHuling Na-update : 2021-10-01
Magbasa pa
Gadis di kolam renang
Keluar dari lift kedua matanya langsung di manjakan dengan kemegahan mansion. Kedua kakinya berjalan santai lalu berbelok ke kanan menuju ruang makan yang berada di sayap kanan lantai satu. Nico selalu suka pemandangan di ruang makan, apalagi matahari bersinar cerah pagi ini, sinarnya menerobos masuk lewat jendela kaca besar menambah keindahan ruangan. Nico mengambil tempat di kursi yang biasa dia duduki. Dari kursi paling ujung, matanya bisa melihat danau dan banyaknya tanaman bunga Mawar yang memperindah pemandangannya pagi ini. Suara kicauan burung pun terdengar karena setiap pagi semua jendela kaca akan di buka, menambah udara segar yang masuk ke dalam ruang makan. Taman bunga Mawar, taman itu sengaja di buat Nico untuk Mawar, istrinya. Semenjak mengetahui Mawar pobia dengan danau, dia berin
last updateHuling Na-update : 2021-10-02
Magbasa pa
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status