Hubungan antara boss dan sekretaris seketika berubah ketika Lydia terpaksa menemani Wisnu untuk membeli cincin indah untuk istrinya—Sella. Tanpa mereka sadari, keduanya ternyata telah terikat dalam mantra cinta yang sengaja dikirim oleh seorang penyihir lewat sepasang cincin. Meski pernikahan Wisnu dan Sella hanya sekadar pernikahan bisnis, tapi siapa yang rela diduakan? Berbagai upaya dilakukan berbagai pihak untuk memisahkan dua orang ini. Apakah Wisnu akan kembali pada Sella atau … berakhir dengan Lydia, sang sekretaris? Belum lagi ... ada satu masalah! Hanya takdir kematian yang dapat menghentikan mantra cinta tersebut.
View MoreFrans mengambil kamera kecil tersembunyi lalu mengarahkan pada meja Shella.Mila datang dengan secangkir kopi dan cemilan kesukaan Frans, Apple strudel."Thanks sayang," Mata Mila menangkap kamera kecil milik Frans, "Frans?" Ia meminta dari penjelasan Frans."Sorry, didepan sana ada target penyelidikan. Kau lihat pasangan di dekat jendela sana? Itu Shella menantu tuan besar Dhanuaji." "No, kau bercanda kan? Mana mungkin, bukankah Shella itu sudah bersuami? Wisnu kan, terus siapa laki-laki bule disana?" Mila menajamkan mata untuk melihat dengan jelas pria di samping Shella."Eehm, tunggu! Aku kayaknya kenal deh sama dia?" Mila mengubah posisi duduknya."Ohya, dimana?"Mila berusaha mengingat, "Kalo nggak salah dia itu …," Mila tercekat matanya membulat sempurna tak percaya membuat Frans gemas. "Apa? Siapa dia?"Mila hanya terkekeh, ia merasa geli sendiri. "Kau tidak akan percaya kalau aku bilang siapa dia,"Frans bingung, "Coba aja, siap
Tidak ada kasus yang tidak bisa dipecahkan Frans. Tingkat ketelitian tinggi dan totalitas tanpa batas dalam setiap pengerjaan kasus membuat Frans berada di jajaran penyelidik swasta level atas. Frans selalu menjaga privasi para kliennya dan ia belum pernah gagal dalam menjalankan misinya. Tapi kali ini memang sedikit berbeda, kasus yang diberikan tuan besar Dhanuaji menyangkut dunia ghaib. Dunia yang tidak dia paham. Frans merasa perlu bantuan dari penyelidik lain, Adi. Tak lama menunggu, seorang lelaki muda dengan dandanan metropolis menyapa Frans. Senyum manisnya terkembang dari wajah tampan hasil blasteran Inggris Indonesia."Hhhm, ini sedikit aneh!" Kening Adi berkerut saat selesai membaca informasi dalam map coklat."Kau tahu sesuatu?" Frans bertanya, ia penasaran dengan tanggapan Adi.Adi menatap Frans sejenak, secangkir coffe latte disajikan pelayan Mila dengan sepiring crouffle keju yang menggoda selera. "Silakan mas," ujar pelayan itu dengan senyu
"Frans sudah datang tuan!" Manda, sekretaris tuan besar Dhanuaji memberitahukan kedatangan lelaki tegap berjaket kulit hitam yang menunggu tenang di luar ruangan."Hhm, suruh dia masuk!" Tuan besar Dhanuaji menjawab dengan mata yang tak lepas dari map coklat diatas meja.Frans masuk keruangan dan memberi salam kepada tuan besar Dhanuaji. Ia duduk dan menyerahkan sebuah minidisc padanya."Apa ini?""Ini hasil pengintaian kami selama satu minggu terakhir tuan!"Tuan besar Dhanuaji mengetuk ngetuk jarinya ke meja ia gamang antara ingin melihat isinya atau tidak. "Apa sudah bisa dipastikan?"Frans menjawab dengan mantap, "Ya tuan! Kecurigaan tuan sudah bisa dipastikan kebenarannya!"Tuan besar Dhanuaji menghela nafas dengan berat. Kebimbangan di hatinya terasa semakin menekan dada. "Hmm, baiklah,"Tuan besar Dhanuaji memberikan kode pada Manda. Tak berapa lama sebuah video berdurasi satu jam lebih diputar. Tuan besar Dhanuaji menatap nanar setiap tay
Wisnu masih asik meneliti laporan yang diserahkan Lydia, tapi ia tidak tuli. Telinganya menangkap jelas suara laknat dari mulut Lydia. Wisnu semakin tidak bisa mengendalikan dirinya. Pikirannya kacau seketika. Ia merindukan sentuhan wanita untuk melepaskan ketegangan yang tanpa permisi datang saat bersentuhan dengan Lydia.Nyeri kepala melanda Wisnu, ia gamang antara ingin menuntaskan hasratnya atau menjaga image sebagai bos di depan Lydia. Pesona sang sekertaris yang kini duduk di sofa itu membiusnya. Wisnu melirik ke arah Lydia yang menggigit bibir bawahnya, terasa sensual di mata Wisnu.Ya Tuhan, kenapa kamu berpose begitu Lydia!Wisnu menahan debaran di dada yang semakin menyesakkan. Sulit baginya untuk berkonsentrasi memeriksa lembaran-lembaran kertas di depannya. Nafasnya terasa berburu dengan waktu, seperti pelari maraton yang hendak memasuki garis finish.Yah, menahan gejolak hasrat yang tanpa permisi datang memang sangat merepotkan. Membuat nyeri kepala
"Ada apa ini rame-rame? Pembagian sembako?" Suara Wisnu terdengar dengan nada sedikit tinggi membuat para staf tak terkecuali Lydia terkejut. "Eh, pak Wisnu! Ini tadi kak Lydia sedikit … ehm, masuk angin!" Budi yang panik mencolek Lusi untuk membantunya. Lusi dengan tergagap segera merespon."Ah, iya pak masuk angin! Kak Lydia agak nggak enak badan! Iya kan kak?" Lusi kembali mengerjapkan matanya memohon pada Lydia untuk membantu mereka.Wisnu selalu bisa tunduk pada kata-kata Lydia, jadi keduanya meminta Lydia ikut menjawab."Ehm, iya pak mereka mau nolongin saya tadi buat … ehm, ngecilin AC!" sambung Lydia sedikit ragu karena memberikan alasan yang agak tidak masuk akal.Wisnu mengernyit dan menatap stafnya bergantian, ia ingin mengeluarkan kalimat panjang dari mulutnya tapi kemudian matanya tertuju pada berkas yang masih berserakan di lantai. Ia berjongkok dan mengambil salah satu kertas terdekat, membacanya sejenak lalu,"Lh
Lutut Lydia lemas, pertanyaan tuan besar bak petir yang menyambarnya. Bayangan pemecatan dengan tidak hormat tiba-tiba saja terbayang di pelupuk mata. Dalam pikirannya pasti tuan besar Dhanuaji sudah berpikir macam-macam tentang dirinya dan Wisnu.Duh Gusti mimpi apa aku semalam!Lydia merutuki nasib sial yang menimpanya kini. Cincin itu benar-benar membawanya dalam situasi rumit yang tak berujung."Aku tidak mungkin salah mengenali cincin ini,""Tuan besar tahu tentang cincin ini?"Tuan besar Dhanuaji tersenyum getir dan menurunkan tangan Lydia. Ia tidak menjawab dan masuk ke dalam lift, meninggalkan Lydia yang bingung dan dipenuhi rasa penasaran. *********Tuan besar Dhanuaji duduk dengan gelisah di seat mobilnya, kelebatan bayangan masa lalu menghantuinya lagi. "Marisa, bukankah urusan kita sudah selesai?" Wajah tuanya nampak muram membayangkan Marisa wanita pemilik toko souvenir."Apa yang harus a
Wisnu menghabiskan cemilan siangnya dengan lahap. Ia tak menyadari tuan besar Dhanuaji yang sedari tadi memperhatikan dirinya."Kamu lapar? Nggak sarapan di rumah?" Tuan besar Dhanuaji bertanya, ia ingin memastikan kebenaran informasi dari orang sewaannya.Wisnu tersedak dan segera meminum kopi yang dipesannya tadi. Setelah sedikit melegakan tenggorokannya dari sumbatan makanan, Wisnu menjawab."Ehm, nggak sempat tadi ada keperluan mendadak.""Kalian nggak pernah sarapan sama-sama?" Tuan besar Dhanuaji masih memperhatikan perubahan ekspresi putra kesayangannya itu. Ia ingin memastikan Wisnu menjawabnya dengan jujur."Ehm, itu … sarapan kok, kita sering sarapan sama-sama. Cuma memang pagi tadi aja kita belum ketemu,"Wisnu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia bingung harus menjawab apa karena memang pada kenyataannya mereka tidak pernah bertegur sapa di pagi hari. Apalagi untuk sarapan bersama. Tuan besar Dhanuaji su
"Jalan pak!" Wisnu memberi perintah pada pak Broto."Siap pak, mau kemana kita?""Balik ke kantor aja,""Yakin pak? Nggak mau cari toko suvenir lagi nih?" tanya pak Broto lagi."Iya, yakin! Udah jangan bawel nyopir aja yang bener!" Wisnu menjawab seraya merapikan jasnya dengan serba salah. Matanya sesekali melirik Lydia yang juga kikuk dan mencuri pandang padanya. Desiran aneh terasa begitu kuat di dada Wisnu. Rasa yang tak bisa ia hindari, rasa yang perlahan tapi pasti membelenggunya dalam ikatan cinta tabu.Mereka tiba di kawasan perkantoran mega bussines milik keluarga Dhanuaji. Satpam dengan sigap membuka pintu mobil menyambut kedatangan sang presdir muda. Lydia menyusul setelah pak Broto membukakan pintu untuknya."Lyd, saya butuh …,""Kopi? Baik pak, saya ke sana dulu sebentar!" Lydia dengan sigap berjalan mendahului Wisnu."Sandwich too?" Lydia kembali bertanya pada Wisnu.Wisnu heran k
"Pak Wisnu sudah berangkat Bu, dari jam lima pagi,""Hah, jam lima? Pagi bener! Kemana dia?!" Shella terkejut dengan jawaban Bi Inah."Tadi sih mau mengurus sesuatu sama mbak Lydia, penting! Jadi buru-buru,""Lydia? Sekretarisnya? Sepagi itu, aneh?!""Saya kurang paham Bu, maaf saya tinggal dulu ke dapur Bu," pamit bi Inah.Shella berpikir dan mengetuk ngetuk jemarinya diatas meja makan. Shella sedikit terganggu dengan tingkah tak biasa Wisnu."Tumben, ada apa Wisnu pergi ke rumah Lydia?"Rasa penasarannya menuntun Shella untuk mencari tahu jadwal Wisnu melalui staff yang lain. "Apa pak Wisnu ada?" tanya Shella saat terdengar suara Budi di seberang sana."Pak Wisnu belum datang ke kantor hari ini Bu," jawab Budi sedikit bingung."Belum datang? Lydia?" tanya Shella mulai curiga."Belum datang juga Bu, tadi mbak Lydia minta kami untuk mengosongkan jadwal pak Wisnu hari ini," jawab Budi lagi."Kamu tahu mereka kemana?" "Maaf Bu
"Lydia! Sudah jam berapa ini, mana sarapan saya!" Suara teriakan menyebalkan menyapa telinga Lydia dari ponsel terbaru keluaran salah satu merk ternama. Hadiah dari bos tampan nan menyebalkan."Eeh, iya pak ini saya sudah antri kok di depan!" sahutnya dengan gugup."Cepetan saya tunggu 20 menit atau …,""Gaji saya dipotong? Iya kan pak?!" tanya Lydia dengan senyum yang dipaksakan.Pria yang ada di seberang sana tergelak, lalu menjawab lagi dengan suara tak kalah kerasnya."Bagus kalau kamu tahu! Saya nggak suka menunggu dan nggak suka karyawan lelet!"Lydia sampai harus menjauhkan telinganya dari ponsel saking kerasnya suara si bos gila yang setiap hari kerjaannya hanya mengomelinya."Siap pak, bentar lagi say …,"Terdengar suara sambungan telepon terputus. Lydia hanya bisa membelalakkan matanya tak percaya. Sumpah serapah pun meluncur tanpa permisi dari mulut mungilnya."Br***sek, bos gila, nggak waras, edan, kurang sak strip! Coba aku nggak butuh duit udah resign dari kemarin!" kat...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments