MALAM PANAS DENGAN SUAMI ORANG

MALAM PANAS DENGAN SUAMI ORANG

last updateLast Updated : 2025-02-14
By:Ā  JielmomOngoing
Language:Ā Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
18Chapters
370views
Read
Add to library

Share:Ā Ā 

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Karin, mempunyai kekasih yang sempurna, namun tidak dengan adik tirinya yang selalu iri dengan apa yang Karin miliki. Brenda, adik tiri Karin berusaha merebut kekasih Karin, Martin, bahkan menghalalkan segala cara agar Karin selalu dalam kesusahan, hingga akhirnya, Karin terjebak dengan cinta semalam suami orang. Yuk ikuti kisah Karin.. jangan lupa Like, Subscribe, beri rating dan komennya.. 🄰

View More

Chapter 1

Bab 1. Pesan Singkat Adik Ipar

"Sialan! Memangnya aku percaya dengan pesan seperti ini? Jangan karena Martin orang yang supel bisa kamu ajak seperti itu!" geram Karin melihat pesan Brenda, adik tirinya.

Walau Brenda kadang bermulut besar, tapi sepertinya pesan yang dikirimkan Brenda mengusik hatinya. Dibacanya sekali lagi pesan itu, "Hari ini aku akan bercinta dengan kekasihmu!"

Pesan itu singkat, tapi menohok hatinya. "Kali ini, akan aku buktikan, kalau kamu pembual ulung, Brenda!" Digenggamnya erat gawai miliknya karena kesal, dilihat jam dinding sudah hampir waktu jam pulang kerja. Karin pun segera membereskan meja kerjanya.

Jam lima sore tepat, Karin sudah bergegas keluar kantor. Taksi yang melintas di jalan raya, segera dipanggilnya. "Apartemen Cempaka Putih!" ujar Karin yang masuk duduk dibelakang supir.

"Baik, Nona." Supir taksi melajukan kendaraannya menuju tempat yang dituju Karin, Apartemen Cempaka Putih, tempat Martin tinggal. Dilihatnya jam tangan dan jalanan yang macet, membuat Karin tidak sabar. Dia sudah mencoba menghubungi Martin, tetapi tidak ada jawaban. Pikirannya langsung mengarah pada pesan yang dikirimkan Brenda kepadanya.

"Kucing, jika diberi ikan, siapa sih yang tidak tergoda?" Pertanyaan itu sering Karin dengar untuk korban-korban pelakor diluaran sana. Dia hanya berdoa, semoga Martin bukan salah satu pria yang tergoda dengan perempuan gatal seperti Brenda.

Karin ingat betul ketika dirinya menerima Martin sebagai kekasihnya, dan menanyakan masalah Brenda dan mencoba membandingkan dengan dirinya. Martin dengan percaya diri menjawab, bahwa dirinya tidak menyukai Brenda, tetapi menyukai dirinya. Itulah yang menyebabkan Brenda bermulut besar berkata kalau bisa merebut Martin darinya.

Jika Martin dapat dihubungi dan bisa menjawab sedang berada di kantor, mungkin Karin tidak akan sepanik sekarang ini. Semenjak pesan dari Brenda dibaca, Karin mencoba menghubungi Martin dan ternyata panggilannya tidak dijawab. "Kamu ada dimana, Sayang?" pikir Karin dengan cemas.

"Nona, sudah sampai," ucap supir taksi.

Karin yang melamun, tersadar kalau dirinya sudah tiba di depan gedung apartemen, "Terima kasih," jawab Karin sambil mengeluarkan dompet dan membayar ongkos taksinya.

"Terima kasih, Nona," pamit sang supir.

Karin masuk ke dalam lobby dan memencet tombol lift yang berada di samping meja resepsionis. Lift itu menuju lantai tujuh, dimana tempat tinggal Martin berada.

Dengan hati bergetar hebat, Karin melangkahkan kakinya menuju apartemen Martin. Dipencet password kunci pintunya dan terbuka. Karin masuk dengan perlahan-lahan. Dilihat apartemen bagian dalam, ruang keluarga, sepi. Bahkan tidak ada Martin maupun Brenda. Hatinya sedikit lega.

Namun ketika melihat dua gelas dan sebotol wine di minibar milik Martin, segera Karin berjalan ke kamar Martin. Di depan pintu kamar Martin, ada sepatu berwarna merah tergeletak, maka hatinya kembali bergejolak. Didekatinya pintu kamar itu, dan Karin mendengar desahan seorang perempuan sedang melakukan aktivitas suami istri.

Tangan Karin mengepal, matanya menyipit dengan kemarahan. Dibukanya pintu kamar Martin yang tidak terkunci itu. Karin melihat bagaimana Brenda sedang berada dibawah kungkungan Martin tanpa busana sambil mengerang menikmati gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Martin.

"Apa yang kalian lakukan!" teriak Karin dan tanpa terasa meneteskan air matanya.

"Karin? Sedang apa disini?" tanya Martin terkejut.

"Sedang apa katamu? Aku sedang memergoki kalian berselingkuh dibelakangku!" kembali Karin berteriak.

Martin melepaskan diri dari Brenda dan mengenakan kembali pakaiannya, sedangkan Brenda menarik selimut dan menutupi tubuhnya.

"Dasar brengs*ek!" tunjuk Karin pada Martin.

Martin yang dikatakan brengs*ek, tidak terima, mencoba mendatangi Karin untuk memberi penjelasan, "Sayang! Ini salah paham, Sayang! Aku khilaf, aku diberi minuman oleh adikmu! Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa mengeceknya!" bela Martin.

Mata Karin langsung menatap tajam pada Brenda yang berdiri dibelakang Martin sambil tersenyum.

"Dasar jal*ng!" teriak Karin. Karin hendak menampar pipi Brenda, tapi dicegah oleh Martin.

"Hei! Hati-hati berbicara kakak tiri! Bukankah sudah aku bilang, kalau Martin mencintaiku?" ucap Brenda dengan tersenyum. Dia memilin rambutnya dan mendekati Martin.

"Apa kamu bilang? Aku mencintaimu? Aku mencintai Karin! Kamu menjebakku, Brenda!" hardik Martin kepada Brenda dengan marah.

"Tidak, kamu memang mencintaiku, Martin! Bahkan eranganmu itu menyebut namaku dan bukan menyebut Karin!"

Karin melihat pertengkaran dua orang di hadapannya merasa jengah.

"Pintar kalian bersandiwara yah? Martin, mulai sekarang kita putus!" ucap Karin membalikkan badannya untuk segera pergi dari apartemen Martin, tapi dengan cekatan, Martin menarik tangan Karin dan memeluknya.

"Karin, maafkan aku yah? Aku khilaf. Aku terpengaruh minuman dan obat yang diberikan Brenda padaku. Kamu harus percaya, bahwa cintaku hanya milikmu seorang," rayu Martin.

"Khilaf? Sebelum kamu meminumnya, seharusnya kamu sudah bisa menolak Brenda masuk ke dalam apartemenmu!" bentak Karin. Dia merasa jijik dipeluk Martin dan berusaha untuk melepaskannya.

"Maafkan aku, Sayang!" mohon Martin.

"Khilaf? Kamu menikmatinya, Sayang, tidak ada kata khilaf. Kita sama-sama saling mencintai," protes Brenda pada Martin.

Melihat Brenda yang senang dengan keadaan ini, Karin segera melepaskan diri dari Martin. "Kita putus, Martin!" pekik Karin yang mendorong Martin dan menampar pipi Brenda. "Puas? Ambil sampah ini untukmu!" gertak Karin kepada Brenda dengan mata melotot, lalu keluar dari kamar Martin dan berlari keluar apartemen sambil menangis.

Di tepi jalan raya, Karin memanggil taksi dan masuk ke dalam jok penumpang sambil menangis. Sang supir menunggu beberapa saat sampai Karin menarik napas lega. "Maaf, Nona, Anda mau diantar kemana?" tanya sang supir yang tidak enak menyela karena Karin masih saja menangis.

"Jalan saja dulu, Pak." Sang supir pun mengangguk, mungkin untuk menenangkan hati penumpangnya, sang supir melaju kendaraannya dengan perlahan.

Hingga akhirnya Karin sudah merasa tenang, dia melihat sebuah pub dengan neon box besar bertuliskan The Glaze. "Pak, berhenti disini saja," perintah Karin.

Supir menepikan kendaraannya dan membukakan pintu untuk Karin. "Baik, Nona, hati-hati," pamitnya. Karin tersenyum berterima kasih.

Dilihatnya kembali gedung bertingkat itu, terdapat sebuah pub terkenal yang menyatu dengan hotel bintang lima.

"Aku ingin bersenang-senang! Akan aku lupakan si Martin brengs*k itu!" teriak Karin di depan pub The Glaze.

"Maaf, Nona, bisa menyingkir sebentar?" tanya seorang satpam menarik Karin agak ke pinggir.

"Ada apa yah, Pak?" tanya Karin kaget dirinya disuruh minggir.

"Kami mau sterilkan jalan buat bos kami," ucap satpam acuh.

Beberapa bodyguard berpakaian serba hitam membentuk barisan sebelah kiri dan kanan. Ditengah-tengahnya, dibuat kosong. Karin hanya bisa memperhatikan apa yang dilakukan para bodyguard itu.

Dua buah mobil datang dan menepi di depan pub The Glaze. Pada mobil pertama, salah satu bodyguard membuka pintu penumpang, dan seorang berbadan tambun keluar dengan pakaian jas lengkap. Tangan kanannya memegang cerutu yang baru dinyalakan oleh bodyguard, dan tangan kirinya memegang tongkat. Kumisnya tebal berkalungkan emas mencolok dengan cincin-cincin batu di jari-jari yang gemuk.

"Siapa orang itu, sampai harus dibuat barisan bodyguard?" pikir Karin.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
18 Chapters
Bab 1. Pesan Singkat Adik Ipar
"Sialan! Memangnya aku percaya dengan pesan seperti ini? Jangan karena Martin orang yang supel bisa kamu ajak seperti itu!" geram Karin melihat pesan Brenda, adik tirinya.Walau Brenda kadang bermulut besar, tapi sepertinya pesan yang dikirimkan Brenda mengusik hatinya. Dibacanya sekali lagi pesan itu, "Hari ini aku akan bercinta dengan kekasihmu!"Pesan itu singkat, tapi menohok hatinya. "Kali ini, akan aku buktikan, kalau kamu pembual ulung, Brenda!" Digenggamnya erat gawai miliknya karena kesal, dilihat jam dinding sudah hampir waktu jam pulang kerja. Karin pun segera membereskan meja kerjanya.Jam lima sore tepat, Karin sudah bergegas keluar kantor. Taksi yang melintas di jalan raya, segera dipanggilnya. "Apartemen Cempaka Putih!" ujar Karin yang masuk duduk dibelakang supir."Baik, Nona." Supir taksi melajukan kendaraannya menuju tempat yang dituju Karin, Apartemen Cempaka Putih, tempat Martin tinggal. Dilihatnya jam tangan dan jalanan yang macet, membuat Karin tidak sabar. Dia s
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
Bab 2. Nyanyian Fals Karin
"Siapa orang itu?" bisik Karin pada satpam yang masih berdiri disampingnya."Bos besar, Tuan Elmer, pengusaha tambang dari pulau seberang!" "Oh," Karin hanya manggut-manggut, walau dia sendiri tidak mengenalnya. Bos besar yang dipanggil tuan Elmer itu berjalan diantara para bodyguard dan melihat Karin yang berdiri agak di belakang barisan bodyguard, tiba-tiba, Elmer memandang Karin dan menyeringai kepada Karin. Karin sendiri kaget, diberi senyuman seperti itu. "Bukankah dia sudah kakek tua tambun yang sudah bau tanah?" bisik Karin pada satpam."Hati-hati dengan ucapanmu, Nona. Dia bisa membeli dirimu dengan harga yang dia inginkan. Bahkan istri tidak sahnya ada beberapa orang," ucap satpam memberi peringatan.Karin menggidik mendengar ancaman satpam. Dia langsung menutup mulutnya. Setelah Elmer masuk, mobil yang ditumpanginya pun pergi dari area depan pub dan digantikan dengan mobil kedua yang sama mewahnya, tapi kali ini yang dilihat Karin lebih baik dari si Elmer tambun itu.Peraw
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
Bab 3 Jebakan untuk Tuan Elmer
Ethan melihat Karin yang akan menemani Elmer merasa kasihan. Tampang Karin bukan seperti wanita penghibur. Pakaiannya pun hanya pakaian kantor dengan make up yang sudah luntur, berbeda dengan wanita penghibur yang bersolek dan berpakaian mini hanya untuk memuaskan hasrat lelaki hidung belang seperti Elmer."Tuan Ethan, saya sudah memilih wanita untuk saya sendiri. Kamu jangan sungkan untuk memilih wanita-wanita yang ada di pub ini. Tenang saja, semua sudah saya bayar." Tuan Elmer tertawa, dan menyuruh Karin untuk duduk dekatnya.Karin yang awalnya menolak, mau tidak mau duduk disamping tuan Elmer apalagi mata Elmer menatap Karin seperti ingin menelanjanginya. Ethan yang merasa jengah melihat pemandangan seperti itu, rasanya ingin membatalkan kontrak kerjasama dan menonjok muka bulat si tuan Elmer. Namun tidak semudah itu, Elmer memiliki banyak bodyguard. Dia harus memakai cara yang lain."Tuan Elmer, Anda berasal dari luar pulau bukan? Apakah Tuan tahu jika pub ini menyatu dengan hote
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
Bab 4. Aku Ingin Bercinta
Setelah agak menjauh dari hotel, Ethan merasa sedikit lebih lega dan mengendarai mobilnya dengan perlahan. "Rumahmu, dimana? Akan aku antarkan pulang," tawar Ethan dengan pandangan mata tetap fokus ke depan. "Martin, mengapa kamu ngebut! Perutku mual!" tangan Karin menarik lengan Ethan, membuat Ethan kaget. Akhirnya melaju perlahan, tapi tiba-tiba saja Karin muntah di paha Ethan. "Oh … My God … Mobilku!" pekik Ethan kesal karena muntahan Karin. "Hoex!" Sekali lagi Karin muntah di jok mobil mewah milik Ethan. Dengan rasa jijik, Ethan melihat di depannya ada hotel melati, lalu membawa mobilnya menuju ke hotel itu. "Maafkan aku, sudah mengotori mobilmu," ucap Karin. Ethan melihat tidak hanya baju dia yang kotor, tapi baju Karin juga kotor. "Keluarlah!" "Keluar? Apa kamu tega menyuruhku keluar, Martin?" "Dengar! Aku bukan Martin! Aku menolongmu dari si tua Elmer, tapi malah aku yang kena sialnya. Cepat keluar!" usir Ethan. "Maafkan aku." Dibuka pintu mobil Ethan, udara di
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
Bab 5. Gagal Kerjasama
Ethan merapikan jasnya, menghela napas panjang untuk bersiap menghadapi Elmer. Ethan masuk ke kantornya langsung menuju ruangan meeting dimana tuan Elmer menunggu."Halo, tuan Elmer! Bagaimana harimu?" sapa Ethan dengan senyum menyapa Elmer dan hendak memeluknya."Stop! Kamu sudah menipuku tuan Ethan! Kamu mengambil wanitaku dan menukarnya dengan wanita murahan!" hardik tuan Elmer sambil menunjuk-nunjuk jarinya pada Ethan.Ethan tersenyum, melihat tingkah laku tuan Elmer yang seperti anak kecil dihadapannya itu. "Tuan, aku tidak menipumu, aku memberikanmu dua orang wanita untuk anda nikmati. Apakah anda tidak menyukainya?" tanya Ethan dengan muka yang dibuat keheranan."Kamu memang memberikan aku dua wanita, tapi gadis itu kamu ambil, tuan Ethan!""Gadis? Gadis yang jalan saja tidak sanggup? Bagaimana tuan bisa tertantang dengan gadis yang menurut tuan Elmer liar, tapi tertidur di lantai? Aku harus mencari gantinya agar tuan bisa tetap menikmati malam ini, bukan?" ujar Ethan meyakinka
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
Bab 6. Kedatangan Martin
Seminggu kemudian."Sayang, kamu akan pergi ke Bali?" tanya Safira melihat Ethan sedang merapikan pakaiannya ke dalam koper."Iya, Marco mendapatkan klien dan memintaku untuk menggarap sebuah villa. Tim aku sudah merancangkan semuanya, aku hanya datang untuk memeriksanya saja.""Berapa lama kamu di Bali?""Mungkin tiga hari sampai seminggu.""Hm, tiga hari sampai seminggu ya?" Safira melihat gawai miliknya dan melihat beberapa biro perjalanan."Kamu gak kesepian kan, kalau aku tinggal?" tanya Ethan yang khawatir meninggalkan istrinya sendirian. Ethan berhenti menata bajunya dan menghampiri istrinya lalu memeluknya. "Apakah kamu mau ikut saja, sekalian kita berbulan madu?" rayu Ethan mengecup pipi Safira."Sayang, kamu tahu sendiri bukan, kalau kita baru satu tahun menikah? Aku masih ingin bersenang-senang seperti masih pacaran, tapi kalau bulan madu dan pulang-pulang aku hamil, aku rasa sebaiknya aku disini saj
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more
Bab 7. Hamil
"Sudah putus, Dad, karena ada pelakor diantara kita. Daripada capek-capek ngurusin pelakor, lebih baik aku kasih saja. Pria sempurna menurut Brenda gak cuma dia seorang kok," jawab Karin. Sontak Brenda tertawa mengejek."Hahaha, pria sempurna memang gak hanya seorang, tapi kalo gak cepat-cepat diambil, bakal direbut orang. Apalagi, tampan, kaya, pintar. Pokoknya jangan sampai lepas deh!" sindir Brenda. Samantha ikut tertawa, begitu pula dengan Ricardo yang membenarkan perkataan Brenda. Dia teringat bagaimana Samantha dulu begitu menarik perhatiannya ketika istrinya baru saja hamil. Gairah Samantha tidak terlupakan. Apalagi hampir sembilan bulan istrinya harus bedrest karena kehamilannya yang sulit. Hingga akhirnya istrinya melahirkan Karin dan meninggal, otomatis Samantha naik menjadi nyonya, walau dia berasal dari pelayan."Sudah, sudah … sebaiknya kita makan malam saja, okey?" tawar Ricardo.Tuan Ricardo duduk paling ujung, sebelah kiri istrinya dan Kari
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more
bab 8. Sebuah Rencana
Samantha dan Brenda membelalakkan matanya. Terutama Samantha, apalagi jika mengingat kekayaan suaminya, itu berarti Karin tidak akan mendapatkan warisan. Bibirnya tersenyum simpul.ā€œAku pikir, kakakku ini seorang yang sangat alim, tidak mau melakukan hubungan diluar pernikahan tapi nyatanya kebobolan. Enak yah kak? Sampai lupa apa itu nama pengaman,ā€ sindir Brenda tertawa melihat Karin yang duduk dilantai seperti seorang anjing yang tersiram air.ā€œAtau jangan-jangan … kali ini saja yang ketahuan? Padahal sebelumnya kakak sudah ahli? Bahkan Martin pun belum sempat mencoba bagaimana tubuhmu karena sudah hamil?ā€ sindir Brenda lagi.Martin yang namanya disebutkan Brenda, mukanya merah padam. Ada rasa kecewa di dalam dirinya.ā€œYang pasti, aku bersyukur kalau kita sudah putus, Karin! Dengan ini aku memantapkan hati untuk menikahi Brenda! Menyesal aku memohon-mohon untuk memintamu kembali kepadaku. Sekarang jelas sudah,
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more
Bab 9. Klinik Dokter Herman
Samantha dan Brenda membelalakkan matanya. Terutama Samantha, apalagi jika mengingat kekayaan suaminya, itu berarti Karin tidak akan mendapatkan warisan. Bibirnya tersenyum simpul.ā€œAku pikir, kakakku ini seorang yang sangat alim, tidak mau melakukan hubungan diluar pernikahan tapi nyatanya kebobolan. Enak yah kak? Sampai lupa apa itu nama pengaman,ā€ sindir Brenda tertawa melihat Karin yang duduk dilantai seperti seorang anjing yang tersiram air.ā€œAtau jangan-jangan … kali ini saja yang ketahuan? Padahal sebelumnya kakak sudah ahli? Bahkan Martin pun belum sempat mencoba bagaimana tubuhmu karena sudah hamil?ā€ sindir Brenda lagi.Martin yang namanya disebutkan Brenda, mukanya merah padam. Ada rasa kecewa di dalam dirinya.ā€œYang pasti, aku bersyukur kalau kita sudah putus, Karin! Dengan ini aku memantapkan hati untuk menikahi Brenda! Menyesal aku memohon-mohon untuk memintamu kembali kepadaku. Sekarang jelas sudah, siapa yang ber
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more
Bab 10. Sebuah Iklan
Brenda mengerti akan hal ini. Dia berdiri, membuka bajunya yang sesak agar dua bukit itu bisa bernafas dengan lega. Kemudian berjalan mendekati dokter Herman dan membungkuk sedikit dihadapannya. ā€œDokter, anda kalah cepat. Aku baru saja bertunangan dengan seorang pria. Jadi dokter hanya bisa bermain-main dengan kedua milikku ini, bukan yang lain,ā€ rayu Brenda memainkan dua bukit miliknya. ā€œSayang sekali, aku sudah lama tidak bermain-main, Brenda,ā€ sesal dokter Herman. ā€œDokter terlalu sibuk sih, apalagi setiap hari melihat wanita hamil melulu,ā€ keluh Brenda. Dokter Herman tertawa terbahak-bahak. ā€œKemarilah. Duduklah disini, aku ingin memeriksa dua bukit milikmu itu, apakah sudah berisi atau belum,ā€ goda dokter Herman. Dengan tersenyum, Brenda menghampiri dokter Herman dan melakukan apa yang diperintahkannya. *** "Butuh Uang. Dijual, janin kembar berusia 9 Minggu. Ibu dalam keadaan sehat. Minat se
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status