Setelah agak menjauh dari hotel, Ethan merasa sedikit lebih lega dan mengendarai mobilnya dengan perlahan. "Rumahmu, dimana? Akan aku antarkan pulang," tawar Ethan dengan pandangan mata tetap fokus ke depan.
"Martin, mengapa kamu ngebut! Perutku mual!" tangan Karin menarik lengan Ethan, membuat Ethan kaget. Akhirnya melaju perlahan, tapi tiba-tiba saja Karin muntah di paha Ethan. "Oh … My God … Mobilku!" pekik Ethan kesal karena muntahan Karin. "Hoex!" Sekali lagi Karin muntah di jok mobil mewah milik Ethan. Dengan rasa jijik, Ethan melihat di depannya ada hotel melati, lalu membawa mobilnya menuju ke hotel itu. "Maafkan aku, sudah mengotori mobilmu," ucap Karin. Ethan melihat tidak hanya baju dia yang kotor, tapi baju Karin juga kotor. "Keluarlah!" "Keluar? Apa kamu tega menyuruhku keluar, Martin?" "Dengar! Aku bukan Martin! Aku menolongmu dari si tua Elmer, tapi malah aku yang kena sialnya. Cepat keluar!" usir Ethan. "Maafkan aku." Dibuka pintu mobil Ethan, udara dingin menusuk kulit Karin ditambah dengan bajunya yang terkena muntahan, basah dan kotor membuat Karin tidak nyaman. Ethan membuka semua pintu mobilnya. Dia masuk ke dalam hotel dan meminta bantuan resepsionis untuk membersihkan mobilnya. "Aku booking kamar dan ini tips untuk kalian. Kekasihku mabuk perjalanan, dan dia mengotori mobilku dengan muntahannya," ucap Ethan. Melihat uang seratus ribuan dalam beberapa lembar, para bellboy pun bersedia membersihkan mobil milik Ethan. "Tuan, kami juga menyediakan baju ganti," tawar resepsionis yang di pojok ruang tamu itu berjejer hanger baju pantai dan daster untuk perempuan. Ethan memilih baju untuk dirinya dan juga Karin. "Mana gadis itu?" Ethan kembali keluar dan melihat Karin yang tampak bingung berdiri disamping mobilnya. Ethan menarik tangan Karin dan membawa baju ganti menuju kamar yang sudah dipesannya. "Ini baju ganti. Kamu boleh mandi dulu. Disini baju kotornya bisa di laundry, tapi tunggu satu jam. Dan tolong, mandinya jangan terlalu lama, karena aku pun kotor kena muntahanmu." "Baik," ucap Karin yang masuk ke dalam kamar mandi. Sepuluh menit waktu berlalu, Karin belum juga keluar dari dalam kamar mandi, membuat Ethan tampak bertanya-tanya. "Astaga! Nih orang ngapain dikamar mandi?" Tidak terdengar suara air ataupun suara orang sedang mandi membuat Ethan ingin mengintipnya. Diketuk pintu kamar mandi, tapi tidak ada yang menjawab. "Nona? Apakah kamu baik-baik saja di dalam?" tanya Ethan. Namun tidak ada jawaban. Diketuknya sekali lagi dengan lebih keras, tapi tidak juga ada jawaban. "Nona, maafkan aku. Aku akan masuk!" ucapnya memberi peringatan. Pintu kamar mandi tidak terkunci, Ethan dengan mudah membuka pintu kamar mandi tapi dia shock melihat Karin yang duduk dilantai sedang tertidur. "Astaga! Aku benar-benar sial bertemu dengan gadis ini." Ditepuk-tepuknya pipi Karin agar segera bangun. Karin kaget seseorang membangunkannya, dan menatap Ethan. "Maaf, sepertinya aku harus menyuruh orang memandikanmu!" Mendengar perintah Ethan, Karin mencoba bangun, dan meraih dinding agar bisa berdiri, tapi tangan Karin meraih kran shower hingga air tumpah membasahi mereka. "Dingin!" teriak Karin kaget. "Sial!" Ethan membantu Karin menggeser kran air agar mendapatkan air yang hangat. "Kalau sudah basah begini, aku pun harus melepaskan baju agar tidak sakit," gumam Ethan yang melihat Karin ikut basah. "Apa aku harus membantunya juga?" Ethan merasa tidak enak jika harus mandi berdua. Berbeda dengan Karin, yang melihat sosok pria tampan di depannya, jauh lebih tampan daripada Martin. Hasrat yang tadi sempat bergejolak, sekarang timbul kembali. Dilihatnya Ethan yang merasa tidak enak untuk membuka bajunya. Karin tersenyum, lalu memeluk leher Ethan. "Cium aku," pinta Karin. "Maaf, Nona. Aku tidak mau mengambil kesempatan dalam kesem–." Tanpa mendengarkan kata-kata Ethan, Karin mencium bibir Ethan, melumatnya dengan lembut. Ethan terhenyak, apa yang harus dia lakukan? Ada Safira di rumah, tapi sekarang, dia berada di pelukan seorang gadis yang tidak dia kenal. Ciuman Karin sempat membuat Ethan terbius, apalagi ketika Karin menanggalkan bajunya yang basah, membuat Ethan kewalahan melihat tubuh Karin. "Aku ingin bercinta," ucap Karin. "Tidak, Nona. Ini tidak benar! Aku sudah—." "Brengs*k! Aku hanya ingin bercinta saja! Si Martin itu selalu mengatakan jika aku mencintainya, maka aku harus bercinta dengannya! Sekarang, aku sudah tidak mencintainya lagi, karena dia sudah direbut. Jadi, aku akan bercinta dengan siapapun yang aku sukai, dan aku menyukaimu, tuan Tampan!" "Aku? Apakah kamu yakin? Aku tidak membawa alat pengaman!" tolak Ethan. Karin tertawa, "Kenapa? Takut aku hamil? Tenang saja, tuan Tampan. Aku tidak akan menuntutmu untuk bertanggung jawab apapun padaku. Karena aku yang menginginkannya. Ethan ragu menatap tawaran Karin. Namun Karin tampak agresif. Dibawah pengaruh obat yang diberikan Elmer, dia membuka baju Ethan, melumat bibir Ethan hingga Ethan pun larut dalam permainan Karin. Digendongnya Karin ke atas ranjang dan semalaman mereka bermain dengan penuh gairah. Karin tampak cantik tanpa hiasan yang berlebih. "Maafkan aku, Safira," ucap Ethan ketika sudah mencapai klimaksnya. Karin tertidur dengan pulasnya setelah semalaman bercinta dengan Ethan. Ethan bangun di waktu pagi hari, mandi dan memandang wajah polos Karin yang masih terlelap tidur. Dibuka selimutnya, dan terdapat bercak darah di atas sprei. "Oh my God! Aku sudah merusak seorang gadis perawan!" Ethan bingung apa yang harus dia lakukan. "Bagaimana jika dia hamil? Atau meminta pertanggungjawabanku?" Dicarinya secarik kertas dan pensil untuk menulis nama dan nomor ponselnya jika Karin membutuhkannya. "Aku harap, ini adalah pertemuan pertama dan terakhir kita. Seperti apa yang kamu ucapkan semalam, kamu bertanggung jawab sendiri jika terjadi sesuatu padamu, aku tidak akan dituntut." Ethan mengeluarkan hampir semua uang cash yang ada di dompetnya dan menaruhnya pada meja kecil samping ranjang agar mudah dilihat Karin. "Aku harus pergi, aku tidak bisa menemanimu, karena aku harus kerja. Lagian, aku tidak mau Safira mengetahui hal seperti ini. Ini hanya kita berdua saja yang tahu, okey?" ucapnya dengan cemas. Ethan berpikir sejenak, hal terburuk jika Safira mengetahuinya, perceraian sudah pasti di depan mata. "Oh God!" Baju yang Ethan pakai semalaman, dia buang. Dia tidak suka bajunya kotor karena muntahan orang. Jadi dia pakai baju pantai dan nanti perjalanan menuju ke kantor, dia akan mampir membeli pakaian kerja. Ditinggalkannya Karin sendirian di dalam kamar. Sedangkan Ethan kembali ke kantor untuk bertemu dengan Elmer. Ethan berencana untuk membatalkan rencana kerjasama dengan tuan Elmer. Ethan memakai mobilnya yang semalam sudah dibersihkan, membeli pakaian setelan jas untuk kerja, lalu menuju kantor . Baru saja, mobilnya di parkir di halaman depan gedung kantor miliknya, Erick datang menghampiri dirinya. "Tuan, Tuan Elmer sudah tiba di kantor tuan, dan tampaknya dia sangat marah dan mulai mencari-carimu."Ethan merapikan jasnya, menghela napas panjang untuk bersiap menghadapi Elmer. Ethan masuk ke kantornya langsung menuju ruangan meeting dimana tuan Elmer menunggu."Halo, tuan Elmer! Bagaimana harimu?" sapa Ethan dengan senyum menyapa Elmer dan hendak memeluknya."Stop! Kamu sudah menipuku tuan Ethan! Kamu mengambil wanitaku dan menukarnya dengan wanita murahan!" hardik tuan Elmer sambil menunjuk-nunjuk jarinya pada Ethan.Ethan tersenyum, melihat tingkah laku tuan Elmer yang seperti anak kecil dihadapannya itu. "Tuan, aku tidak menipumu, aku memberikanmu dua orang wanita untuk anda nikmati. Apakah anda tidak menyukainya?" tanya Ethan dengan muka yang dibuat keheranan."Kamu memang memberikan aku dua wanita, tapi gadis itu kamu ambil, tuan Ethan!""Gadis? Gadis yang jalan saja tidak sanggup? Bagaimana tuan bisa tertantang dengan gadis yang menurut tuan Elmer liar, tapi tertidur di lantai? Aku harus mencari gantinya agar tuan bisa tetap menikmati malam ini, bukan?" ujar Ethan meyakinka
"Sialan! Memangnya aku percaya dengan pesan seperti ini? Jangan karena Martin orang yang supel bisa kamu ajak seperti itu!" geram Karin melihat pesan Brenda, adik tirinya.Walau Brenda kadang bermulut besar, tapi sepertinya pesan yang dikirimkan Brenda mengusik hatinya. Dibacanya sekali lagi pesan itu, "Hari ini aku akan bercinta dengan kekasihmu!"Pesan itu singkat, tapi menohok hatinya. "Kali ini, akan aku buktikan, kalau kamu pembual ulung, Brenda!" Digenggamnya erat gawai miliknya karena kesal, dilihat jam dinding sudah hampir waktu jam pulang kerja. Karin pun segera membereskan meja kerjanya.Jam lima sore tepat, Karin sudah bergegas keluar kantor. Taksi yang melintas di jalan raya, segera dipanggilnya. "Apartemen Cempaka Putih!" ujar Karin yang masuk duduk dibelakang supir."Baik, Nona." Supir taksi melajukan kendaraannya menuju tempat yang dituju Karin, Apartemen Cempaka Putih, tempat Martin tinggal. Dilihatnya jam tangan dan jalanan yang macet, membuat Karin tidak sabar. Dia s
"Siapa orang itu?" bisik Karin pada satpam yang masih berdiri disampingnya."Bos besar, Tuan Elmer, pengusaha tambang dari pulau seberang!" "Oh," Karin hanya manggut-manggut, walau dia sendiri tidak mengenalnya. Bos besar yang dipanggil tuan Elmer itu berjalan diantara para bodyguard dan melihat Karin yang berdiri agak di belakang barisan bodyguard, tiba-tiba, Elmer memandang Karin dan menyeringai kepada Karin. Karin sendiri kaget, diberi senyuman seperti itu. "Bukankah dia sudah kakek tua tambun yang sudah bau tanah?" bisik Karin pada satpam."Hati-hati dengan ucapanmu, Nona. Dia bisa membeli dirimu dengan harga yang dia inginkan. Bahkan istri tidak sahnya ada beberapa orang," ucap satpam memberi peringatan.Karin menggidik mendengar ancaman satpam. Dia langsung menutup mulutnya. Setelah Elmer masuk, mobil yang ditumpanginya pun pergi dari area depan pub dan digantikan dengan mobil kedua yang sama mewahnya, tapi kali ini yang dilihat Karin lebih baik dari si Elmer tambun itu.Peraw
Ethan melihat Karin yang akan menemani Elmer merasa kasihan. Tampang Karin bukan seperti wanita penghibur. Pakaiannya pun hanya pakaian kantor dengan make up yang sudah luntur, berbeda dengan wanita penghibur yang bersolek dan berpakaian mini hanya untuk memuaskan hasrat lelaki hidung belang seperti Elmer."Tuan Ethan, saya sudah memilih wanita untuk saya sendiri. Kamu jangan sungkan untuk memilih wanita-wanita yang ada di pub ini. Tenang saja, semua sudah saya bayar." Tuan Elmer tertawa, dan menyuruh Karin untuk duduk dekatnya.Karin yang awalnya menolak, mau tidak mau duduk disamping tuan Elmer apalagi mata Elmer menatap Karin seperti ingin menelanjanginya. Ethan yang merasa jengah melihat pemandangan seperti itu, rasanya ingin membatalkan kontrak kerjasama dan menonjok muka bulat si tuan Elmer. Namun tidak semudah itu, Elmer memiliki banyak bodyguard. Dia harus memakai cara yang lain."Tuan Elmer, Anda berasal dari luar pulau bukan? Apakah Tuan tahu jika pub ini menyatu dengan hote
Ethan merapikan jasnya, menghela napas panjang untuk bersiap menghadapi Elmer. Ethan masuk ke kantornya langsung menuju ruangan meeting dimana tuan Elmer menunggu."Halo, tuan Elmer! Bagaimana harimu?" sapa Ethan dengan senyum menyapa Elmer dan hendak memeluknya."Stop! Kamu sudah menipuku tuan Ethan! Kamu mengambil wanitaku dan menukarnya dengan wanita murahan!" hardik tuan Elmer sambil menunjuk-nunjuk jarinya pada Ethan.Ethan tersenyum, melihat tingkah laku tuan Elmer yang seperti anak kecil dihadapannya itu. "Tuan, aku tidak menipumu, aku memberikanmu dua orang wanita untuk anda nikmati. Apakah anda tidak menyukainya?" tanya Ethan dengan muka yang dibuat keheranan."Kamu memang memberikan aku dua wanita, tapi gadis itu kamu ambil, tuan Ethan!""Gadis? Gadis yang jalan saja tidak sanggup? Bagaimana tuan bisa tertantang dengan gadis yang menurut tuan Elmer liar, tapi tertidur di lantai? Aku harus mencari gantinya agar tuan bisa tetap menikmati malam ini, bukan?" ujar Ethan meyakinka
Setelah agak menjauh dari hotel, Ethan merasa sedikit lebih lega dan mengendarai mobilnya dengan perlahan. "Rumahmu, dimana? Akan aku antarkan pulang," tawar Ethan dengan pandangan mata tetap fokus ke depan. "Martin, mengapa kamu ngebut! Perutku mual!" tangan Karin menarik lengan Ethan, membuat Ethan kaget. Akhirnya melaju perlahan, tapi tiba-tiba saja Karin muntah di paha Ethan. "Oh … My God … Mobilku!" pekik Ethan kesal karena muntahan Karin. "Hoex!" Sekali lagi Karin muntah di jok mobil mewah milik Ethan. Dengan rasa jijik, Ethan melihat di depannya ada hotel melati, lalu membawa mobilnya menuju ke hotel itu. "Maafkan aku, sudah mengotori mobilmu," ucap Karin. Ethan melihat tidak hanya baju dia yang kotor, tapi baju Karin juga kotor. "Keluarlah!" "Keluar? Apa kamu tega menyuruhku keluar, Martin?" "Dengar! Aku bukan Martin! Aku menolongmu dari si tua Elmer, tapi malah aku yang kena sialnya. Cepat keluar!" usir Ethan. "Maafkan aku." Dibuka pintu mobil Ethan, udara di
Ethan melihat Karin yang akan menemani Elmer merasa kasihan. Tampang Karin bukan seperti wanita penghibur. Pakaiannya pun hanya pakaian kantor dengan make up yang sudah luntur, berbeda dengan wanita penghibur yang bersolek dan berpakaian mini hanya untuk memuaskan hasrat lelaki hidung belang seperti Elmer."Tuan Ethan, saya sudah memilih wanita untuk saya sendiri. Kamu jangan sungkan untuk memilih wanita-wanita yang ada di pub ini. Tenang saja, semua sudah saya bayar." Tuan Elmer tertawa, dan menyuruh Karin untuk duduk dekatnya.Karin yang awalnya menolak, mau tidak mau duduk disamping tuan Elmer apalagi mata Elmer menatap Karin seperti ingin menelanjanginya. Ethan yang merasa jengah melihat pemandangan seperti itu, rasanya ingin membatalkan kontrak kerjasama dan menonjok muka bulat si tuan Elmer. Namun tidak semudah itu, Elmer memiliki banyak bodyguard. Dia harus memakai cara yang lain."Tuan Elmer, Anda berasal dari luar pulau bukan? Apakah Tuan tahu jika pub ini menyatu dengan hote
"Siapa orang itu?" bisik Karin pada satpam yang masih berdiri disampingnya."Bos besar, Tuan Elmer, pengusaha tambang dari pulau seberang!" "Oh," Karin hanya manggut-manggut, walau dia sendiri tidak mengenalnya. Bos besar yang dipanggil tuan Elmer itu berjalan diantara para bodyguard dan melihat Karin yang berdiri agak di belakang barisan bodyguard, tiba-tiba, Elmer memandang Karin dan menyeringai kepada Karin. Karin sendiri kaget, diberi senyuman seperti itu. "Bukankah dia sudah kakek tua tambun yang sudah bau tanah?" bisik Karin pada satpam."Hati-hati dengan ucapanmu, Nona. Dia bisa membeli dirimu dengan harga yang dia inginkan. Bahkan istri tidak sahnya ada beberapa orang," ucap satpam memberi peringatan.Karin menggidik mendengar ancaman satpam. Dia langsung menutup mulutnya. Setelah Elmer masuk, mobil yang ditumpanginya pun pergi dari area depan pub dan digantikan dengan mobil kedua yang sama mewahnya, tapi kali ini yang dilihat Karin lebih baik dari si Elmer tambun itu.Peraw
"Sialan! Memangnya aku percaya dengan pesan seperti ini? Jangan karena Martin orang yang supel bisa kamu ajak seperti itu!" geram Karin melihat pesan Brenda, adik tirinya.Walau Brenda kadang bermulut besar, tapi sepertinya pesan yang dikirimkan Brenda mengusik hatinya. Dibacanya sekali lagi pesan itu, "Hari ini aku akan bercinta dengan kekasihmu!"Pesan itu singkat, tapi menohok hatinya. "Kali ini, akan aku buktikan, kalau kamu pembual ulung, Brenda!" Digenggamnya erat gawai miliknya karena kesal, dilihat jam dinding sudah hampir waktu jam pulang kerja. Karin pun segera membereskan meja kerjanya.Jam lima sore tepat, Karin sudah bergegas keluar kantor. Taksi yang melintas di jalan raya, segera dipanggilnya. "Apartemen Cempaka Putih!" ujar Karin yang masuk duduk dibelakang supir."Baik, Nona." Supir taksi melajukan kendaraannya menuju tempat yang dituju Karin, Apartemen Cempaka Putih, tempat Martin tinggal. Dilihatnya jam tangan dan jalanan yang macet, membuat Karin tidak sabar. Dia s