Share

MALAIKAT PENCURI AYAH
MALAIKAT PENCURI AYAH
Penulis: Ria Abdullah

1. wanita dari mana

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-27 10:16:14

Kusebut dia malaikat karena bagi ayah dia adalah malaikat. Dia memujanya dan sangat mencintainya bahkan mementingkan yang lebih dari Bunda. Wanita cantik yang umurnya berbeda 5 tahun lebih muda dari ibuku itu, terlihat sangat istimewa di mata ayah. Wanita bernama Priska itu profesinya adalah seorang pegawai di instansi yang berdekatan dengan kantor ayah.

Jangan tanya bagaimana perasaanku sebagai anak, tentu sangat hancur, bingung dan dilema. Ingin kuberitahu Bunda yang sebenarnya tapi aku khawatir Bunda akan syok dan menangis lalu terjadi dalam pertengkaran dan akhirnya kedua orang tuaku bercerai. 

Tapi jika tidak ku beritahu maka Bunda akan selamanya dibodohi, adikku yang selama ini sangat mencintai Ayah juga akan sangat kecewa kalau tahu orang yang sangat dicintainya telah mencintai wanita lain dan hidup bahagia.

Awalnya aku tidak menyangka, karena kehidupan kami sehari-hari di rumah sangat bahagia. Ayah tipikal orang yang disiplin dan selalu pulang tepat waktu, tidak pernah ada yang aneh kecuali kalau Ayah melakukan perjalanan ke luar kota atau keluar untuk berolahraga setiap sore, tapi itu pun tidak pernah lama. Malam hari dia habiskan bersama kami begitu pula akhir pekan dan waktu-waktu liburan.  Ayah adalah figure pemimpin keluarga yang sempurna dan penuh kasih sayang, tidak pernah kubayangkan kalau Ayah ternyata punya wanita idaman lain, yang pada akhirnya sangat menghancurkan hatiku.

Sore itu, Aku sedang duduk bersama teman-temanku di sebuah warung angkringan. Kami nikmati ke teh hangat dan gorengan yang renyah sambil tertawa dan bercanda. Tak kusangka, mobil milik Ayah berhenti tidak jauh dari tempatku. Mungkin dia tidak menyadari keberadaanku atau melihat motorku. Dia turun lalu menggandeng seorang wanita cantik berhijab ungu. Siluet tubuhnya sama seperti Bunda langsing dan tinggi, tapi wanita itu berkulit putih dan punya hidung yang mancung. Kupikir tadinya itu adalah teman kerja ayah, tapi melihat gesture mereka yang saling menggenggam tangan dan duduk selalu berdekatan juga bermasra-mesraan membuat aku kemudian paham bahwa itu adalah selingkuhan ayah.

Awalnya aku ingin marah dengan membanting kursi yang ada di angkringan lalu menyambangi ayah dan memarahinya tapi kesadaranku kembali. Aku yakin jika aku melakukan hal demikian maka akan terjadi kehebohan dan tidak lama lagi seluruh keluarga akan tahu.

10 menit kemudian kupilih untuk mengikuti mobil ayah yang meluncur membelah jalanan kota. Entah akan ke mana dia, aku hanya bisa mengikutinya dengan hati berdebar dan terus mengucapkan istighfar agar perasaanku tidak terbakar emosi.

Bagaimanapun kecemburuan seorang anak terhadap cinta pertamanya bukanlah hal yang main-main. Tubuhku gemetar setiap kali aku melihat wanita itu menyandar di bahu ayah, dadaku bergejolak ingin menangis atau berteriak tapi aku tidak sanggup melakukannya, hanya tubuh ini yang terus berguncang sambil memegang gas motor, entah kenapa.

Lalu berbeloklah mobil Ayah ke sebuah komplek perumahan dan berhenti di sebuah rumah berlantai 2 nomor 91. Gerbang rumah itu terbuka otomatis dan mobil ayah masuk ke dalamnya, lalu gerbang pun menutup. Penasaran sekali diri ini ingin melihat apa yang terjadi di dalam, tapi tentu saja aku tidak bisa langsung menyambangi, hanya menunggu di ujung jalan seperti orang gila sembari berharap bahwa tidak akan ada satupun komplek yang menghampiri lalu bertanya tujuanku yang sebenarnya. Sering aku menatap sekitar untuk melihat sekiranya ada kamera CCTV yang mungkin aku akan terlihat mencurigakan karena terus berada di tempat yang sama.

Setengah jam kemudian ayah keluar, tapi kali ini bajunya sudah diganti dan rambut Ayah terlihat basah. Aku memicingkan mata setengah tidak percaya apa saja yang sudah dilakukan Ayah dengan rambut yang kini basah, seseorang akan langsung negatif jika melihat seseorang yang bergandengan tangan dengan perempuan lain lalu keluar dari rumahnya dalam keadaan sudah keramas, apakah mereka berzina? Naudzubillah.

saat ayah akan naik ke atas mobilnya perempuan itu datang, dia bersikap manja lalu bergelayut sambil memeluk leher ayah. Kali ini dia sudah melepaskan hijabnya dan hanya mengenakan daster, sesaat mereka berciuman dan hal itu adalah sesuatu yang tidak bisa kuterima atau kupandang dengan diam-diam saja. Secara refleks, aku yang punya air mineral segera mengambilnya dan langsung berlari ke arah mereka, saking asyiknya mereka tidak menyadari dan ....

Byur!

Aku menyiram kedua insan yang sedang asyik memadu asmara itu. Ayah terkejut tapi wanita itu lebih terkejut saat melihatku.

"Jadi ini kelakuan Ayah selagi kami semua percaya kepada ayah?"

"Alana, Ayah bisa jelaskan," ungkap ayah sambil meraih tanganku, aku menepisnya dengan Jijik. Aku marah, kecewa, terluka dan sejuta perasaan seorang anak yang tidak mau ayahnya direbut orang, berbagi cinta dan teralihkan.

"Siapa perempuan ini....."

"Dek, kami bisa jelaskan," ucap perempuan itu sambil tetap berusaha tenang dan juga ingin meraih tanganku tapi aku memasang wajah paling murka di hadapannya.

"Kamu siapa? Apa hubunganmu dengan ayah?"

"Ini bisa dijelaskan pelan-pelan. Ayo masuk..."

"Tidak mau! Katakan saja, kenapa ayah dan kamu berselingkuh."

"Kami enggak selingkuh dek, kami udah nikah."

"Apa?"

Untuk beberapa saat tubuhku menegang aku terkejut dan syok bukan main. Aku terperangah dan tidak sanggup mengatakan apapun.

Wanita itu mengajakku masuk karena dia ingin menunjukkan surat nikah tapi aku yang sudah tidak sanggup lagi mendengarnya langsung beranjak pergi dan meminta Ayah untuk segera pulang.

"Ayah, ayah harus pulang...."

"Jangan katakan apapun pada Bunda. Ayah butuh waktu untuk menjelaskannya...."

"Mengecewakan sekali perangai Ayah," ucapku sambil menghela napas.

Aku ingin menangis tapi rasanya tidak pantas menangis di depan wanita itu yang memasang wajah polos seolah-olah merasa bahwa perbuatannya yang telah merenggut kekasih orang lain adalah perbuatan yang benar. Aku benar-benar jijik dan kalau aku akan berdiri lebih lama lagi di sana aku khawatir tidak mampu mengendalikan diri untuk mencakarnya.

**

Sore itu Ayah pulang, tapi sejak saat itu aku dan ayah tidak seperti biasa. Sedangkan Bunda, biasa saja. Dia selalu menyambut suaminya dengan hangat dan melayaninya dengan baik. Hatiku teriris menyaksikan pemandangan itu karena aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. Terlalu sakit membayangkan jika bunda harus menerima luka secara tiba-tiba. Wanita berhati mulia dan punya tutur kata lembut itu selalu taat beribadah dan menyayangi keluarganya, selalu menjadikan aku adikku dan ayah sebagai prioritas, ia berbakti pada keluarga, mendedikasikan hidupnya bahkan ia rela tidak tertidur sebelum anggota keluarganya pulang, bagaimana pun larutnya.

Ingin kupilih momen untuk bisa bercerita, tapi tetap saja aku tidak menemukan momen itu, tak tega rasanya melihat air mata meluncur di pipi Bunda.

Kupilih untuk menyimpan rahasia itu sembari sesekali memberi isyarat kepada ayah bahwa ia harus mengatakan yang sebenarnya.

**

Sore itu aku dan Bunda berbelanja. Kami mengendarai motor menikmati udara sore yang sejuk setelah seharian hujan. Setelah itu, mampir ke sebuah warung bakso kesukaan kami. Sambil makan dan menikmati hidangan kami, tanpa sengaja Ayah kembali lewat berboncengan dengan kekasihnya sambil berpelukan. Aku paling luar biasa khawatir bunda akan menyaksikan itu, tapi sekuat apapun mencegah, Bunda tetap saja sudah melihatnya. Sesaat wanita tercintaku itu tertegun dan mangkuk yang dia pegang hampir saja jatuh dari tangan.

"Bundaa...."

Bunda tidak menjawab karena sibuk melihat ayah yang asik dengan kekasihnya.

Sampai akhirnya Ayah menoleh, dan terjadilah aksi saling pandang dan gugup di antara kami berempat. Ayah yang tidak tahu harus berbuat apa langsung tancap gas membawa pergi kekasihnya yang bernama Priska Yunita itu.

Si yunita keparat itu entah kenapa masih saja memandang ke arah kami seolah-olah mengejek kami, bahwa ia telah berhasil memenangkan ayah dan membuktikan kalau Ayah lebih memilih dia daripada kami.

Aku yang kehilangan kata-kata tidak bisa mengatakan apapun di depan Bunda, tapi entah kenapa sikap elegan dan anggun Bunda tiba-tiba muncul. Dia tersenyum dan berkata kepadaku, "Tidak apa-apa itu hanya teman ayah."

"Tapi mereka. ...." Tentu saja aku ingin protes karena jelas-jelas saja Ayah dan wanita itu bermesraan.

"Ah sudahlah, ayo pulang jangan dipikirkan lagi."

"Apa bunda sudah tahu selama ini ....."

Bunda meletakkan mangkuknya sambil tertawa rendah, meski ada kaca-kaca di bola matanya yang ingin dia simpan dari hadapanku. Jujur saja itu membuatku sangat terluka. Justru akulah yang paling ingin menangis menyaksikan ketegaran ibuku sementara dia terus menyunggingkan senyum dan mengangguk ke arahku.

"Iya Bunda sudah tahu. Bukannya berpura-pura bodoh, tapi kebahagiaan anak-anak adalah yang utama...." Di momen itu aku langsung menangis sejadi jadinya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si anak udah tau tapi memilih berbohong dan berpura2. sementara bundanya wanita dungu yg hanya sanggup jadi istri merangkap babu. mampus ajalah kalian
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
awal cerita yg sedih, ketegaran hati seorang istri... demi melihat anak2 bahagia... ............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   2. Priska

    Priska yunita namanya, malaikat maut yang sudah mencuri hati Ayah. ** Aku menangis sedih di hadapan ibuku, air mataku meluncur, nyaris jatuh ke mangkuk bakso yang kugenggam di tangan, entah kenapa selera makan dan rasa antusias tadi langsung menguap, terlebih mengingat ekspresi ayah yang seolah tak berdosa Memandangku tenggelam dalam kesedihan, Bunda hanya menghela napas, dia mendekat lalu mengusap air mataku dengan senyum tulus sambil menggeleng pelan dan memberi isyarat bahwa aku tak perlu membuang buang air mata. “Jangan nangis ya, Bunda aja tenang kok, semuanya akan baik baik saja di antara kita, tenanglah…” "Bagaimana Bunda bisa setenang ini ?" "Bunda harus bagaimana selain bersabar?" "Bunda bisa kok marah atau memberi ayah hukuman." "Dia adalah imam, dia juga berhak memutuskan jalan hidup dan pasangan yang dia inginkan." Aku terperangah mendengar jawaban Bunda, aku tak habis pikir, akalku tak sampai ke level di mana bunda berprinsip bahwa ayah berhak melakukan apa sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   3. setengah jam

    Aku merasa lapar sehingga memutuskan untuk keluar dari kamar setelah sedikit menenangkan diri dan mengganti baju. Kubuka pintu untuk pergi ke dapur, entah kenapa... sial sekali aku harus berpapasan dengan Ayah. Kami bertemu di ambang pintu dan saling canggung, saling menghalangi jalan lalu pada akhirnya Ayah yang minggir dari hadapanku. Biasanya kami akan saling tertawa dan saling memberikan sentuhan kasih sayang sebagai anak dan ayah, tapi kali ini aku benar-benar tidak sudi menatap atau menyentuhnya. Astaghfirullah, aku minta ampun kepada Allah tapi untuk saat ini aku belum bisa menerima kenyataan yang ada. Melihat tatapan mataku yang sudah berbeda, ayahku lalu menggumam, "Bersikaplah dengan wajar, seperti biasa," bisiknya. Aku mengernyit dan memicingkan mata. Ingin kujawab omongannya dengan kata-kata pedas tapi puncak dari semua kebencianku adalah tak sudi lagi mengatakan apa apa. Aku tetap diam saja sampai ayah menarik kembali tanganku. "Bersikaplah biasa," ujarnya dengan pen

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   4. aku yakin

    Aku yakin ayah sudah gila begitu mengucapkan kata bahwa ia ingin mengadakan resepsi untuk acara pernikahan yang sudah ia rahasiakan. Oh ya, bilang apa ayah tadi, sudah menikah selama bertahun-tahun? sejak kapan itu, kenapa kami baru menyadarinya? kenapa Tuhan baru memperlihatkan pada kami kejadian yang sebenarnya ya? kenapa bisa begitu? “Apa?” tanyaku dengan mata terbelalak. “Ya, ibumu tidak keberatan juga kok. Dia selama ini diam karena menunggu momen yang tepat, kalian akan sadar dengan sendirinya,” jawabnya. Sungguhkah, jadi ibuku sekonyol itu. Aku tak percaya ibu bisa mengalah tanpa bicara apapun. Bisa jadi, ibu memang bertahan karena aku dan Indira atau bisa jadi juga karena ayah mengancamnya. “Benarkah?” tanyaku dengan suara yang nyaris tidak terdengar. Aku hampir mati mendengar pengakuan frontal yang diucapkan ayah dengan santai. Sebelum aku sempat mengatakan apa apa lagi, adikku sudah datang dari kamarnya membawa laptop yang aku minta. Kuberi isyarat pada ayah agar ia me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   5. beraninya

    "Beraninya anak kecil ingin menasehati orang tua. Tidak bisakah diam saja dan fokus belajar sembari menikmati uang belanja yang kami usahakan, kalian anak kecil hanya tahunya makan dan jajan!" ujar ayah sambil menendang kursi dan pergi begitu saja. Melihat ayah bersikap sekasar itu tentu saja bunda terkejut. Ia hampir saja terlonjak kaget saat Ayah menendang kursi. Adikku Indira juga kebingungan dengan apa yang terjadi. Tapi karena dia adalah putri kesayangan ayah, maka ayah langsung mengajak dia pergi ke meja makan, adikku pun menurut seperti apa yang ayah katakan.Kuperhatikan wajah bunda yang pucat karena takut, secara diam-diam ia meneteskan air mata dan segera menghapusnya. Melihat ibuku kembali menangis, perasaan ini makin berkejolak tidak karuan rasanya. Ingin kucari priska Yunita dan menemui dia di tempat kerjanya lalu melabraknya dan mempermalukan wanita itu. Tapi tentu saja jika anak SMA yang melakukannya maka aku akan ditegur dan dikembalikan ke sekolah. Aku bukan saja ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   6. Sifat Sebenarnya

    "Aku tidak akan keberatan mengantarmu, tapi aku hanya heran mengapa tiba tiba?" "Entahlah, jalan saja, lampunya sudah hijau," jawabku sambil tersenyum tipis. Terpaksa wanita itu mengajakku, memboncengku dengan diam saja. Aku tahu arah kantornya berlawanan, kulihat ia pegawai dinas pendidikan, arah kantornya jauh dari sekolahku. Lima kilo meter berikutnya setelah meluncur, motor melaju pelan. "Aku turunkan kamu di halte ya, kamu lanjut naik ojek aja karena aku harus buru buru rapat." "Ayah pasti sedih mengetahui bahwa Ibu tiriku memperlakukanku seperti ini," ujarku santai. "Maaf, tapi saya harus rapat," jawabnya lirih. Wanita itu menghentikan motornya, memaksaku turun sambil menatapku dengan wajah penuh permohonan. "Saya tahu kamu sangat kecewa dan benci saya, kamu ingin marah dan memukuli saya, tapi tolong beri waktu agar kita bisa saling bicara dan saling menerima," ujarnya "Hah, saling menerima?" Aku langsung tertawa. "Semua akar dari masalah ini adalah ayahmu, dialah yang h

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   7. jangan tanya

    Jangan tanya betapa merah padamnya wajah wanita itu menahan malu di hadapan para guru yang dia beri arahan, rasanya semua wejangan dan saran yang dia ucapkan terdengar tidak ada artinya setelah aku mengatakan kebenaran. “Pergilah dari sini,” ucap lekaki yang juga mengenakan baju dengan warna yang sama dengan istri ayahku, dia terlihat membela Priska dengan begitu kerasnya, tatapan matanya padaku nampak marah karena sudah mengusik hidup sahabatnya. “Saya memang mau pergi, saya tidak ada keperluan lagi untuk lama lama di tempat ini, lagipula saya tak tahan menatap wajah pelakor yang sudah merebut ayah dari hidup kami.” “Jaga ucapanmu, jangan sampai kamu masuk kantor polisi karena fitnah!” “Justru wanita itu yang akan dikenai sanksi karena diam-diam sudah menikahi suami orang lain. Meski menikah tidak dilarang, tapi mereka sudah menyembunyikan hubungan selama bertahun tahun dan itu berzina namanya.” Sahabatku yang mengantar diri ini mulai merasa takut dan tak nyaman. Dia mengajakku

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   8. sakit hatiku

    Jangan tanya betapa merah padamnya wajah wanita itu menahan malu di hadapan para guru yang dia beri arahan, rasanya semua wejangan dan saran yang dia ucapkan terdengar tidak ada artinya setelah aku mengatakan kebenaran. “Pergilah dari sini,” ucap lekaki yang juga mengenakan baju dengan warna yang sama dengan istri ayahku, dia terlihat membela priska dengan begitu kerasnya, tatapan matanya padaku nampak marah karena sudah mengusik hidup sahabatnya.“Saya memang mau pergi, saya tidak ada keperluan lagi untuk lama lama di tempat ini, lagipula saya tak tahan menatap wajah pelakor yang sudah merebut ayah dari hidup kami.”“Jaga ucapan, jangan sampai kamu masuk kantor polisi karena fitnah!”“Justru wanita itu yang akan dikenai sanksi karena diam diam sudah menikahi suami orang lain. meski menikah tidak dilarang, tapi mereka sudah menyembunyikan hubungan selama bertahun tahun dan itu berzina namanya.” Sahabatku yang mengantar diri ini mulai merasa takut dan tak nyaman. dia mengajakku pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • MALAIKAT PENCURI AYAH   9.

    Mendengar jawaban Ayah yang sudah tidak masuk akal, aku hanya bisa mengurut dada sambil mengucapkan istighfar lalu membalikan badan dan melangkah pergi. Dengan tangis yang tergugu aku memesan taksi lalu tak lama kemudian taksi datang, kunaiki kendaraan itu, meski ayah memanggilku dan memintaku untuk kembali ke rumah sakit bersamanya. Sungguh tak sudi, tak sudi aku semobil dengannya, apalagi tahu kalau ayah akan mengajak wanita itu ke rumah sakit."Ah, ya Tuhan, emangnya tidak ada waktu lain untuk mempertemukan Tante Riska dengan Bunda? Kenapa harus malam ini juga di saat adikku sedang sakit dan lemah. Kenapa tidak pilih waktu lain, apakah wanita itu sudah tidak sabar untuk segera diakui? Allahu Akbar. Kini, apapun yang terjadi aku harus segera memberi tahu Bunda, Bunda harus segera menyiapkan diri dan tegas dengan semua yang terjadi, kalau bisa bunda harus mengusir dua sejoli itu bahkan harus sekali memisahkan mereka demi keutuhan keluarga kami.*Kususuri lorong rumah sakit dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05

Bab terbaru

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   100

    Pada akhirnya setelah diskusi panjang lebar dan keluargaku membujukku, maka aku pun setuju untuk pulang ke rumah keluarga dan ahli warisku. Sebetulnya aku tidak terlalu ingin bersama mereka tapi bagi mereka tidak aman diriku untuk tinggal sendiri di tengah teror dan ancaman keluarga Tante Priska.Meski nantinya keluarga Priska tidak akan lagi menemuiku, tapi tetap saja keluargaku khawatir tentang diri ini yang sendirian karena aku adalah anak perempuan. Belum lagi usaha kedai yang mungkin tak akan bisa kukelola dengan maksimal. Kedai itu terancam gulung tikar sebentar lagi.*Aku pindah ke rumah nenekku, tinggal di sebuah kamar di lantai dua bersebelahan dengan kamar oma. Sikap Oma berubah drastis, dia yang tadinya biasa saja, jadi sangat perhatian dan sayang. Mungkin karena besarnya rasa bersalah padaku dan Bunda. Nenek jadi sangat lembut, penuh kasih sayang dan berusaha memenuhi kebutuhanku.Om dan tanteku juga sama, mereka mendukung dan menyayangiku, mereka mencarikan kampus yang

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   99

    Hari itu kutemani ayah pergi ke rumah sakit jiwa di mana Bunda dirawat sekaligus ditahan. Saat pertama kali mendaftar di lorong rumah sakit dan bilang kalau kami ingin bertemu Bunda naifa, aroma khas rumah sakit serta sedikit aroma busuk mulai menguar di penciumanku.Aku juga mendengar teriakan dan suara tawa melengking yang berasal dari para pasien yang mungkin sedang berhalusinasi atau teringat dengan peristiwa traumatis mereka. Aku bisa merasakan betul tekanan dan prihatin dengan nasib pasien yang ada di situ. Aku yakin bukan keinginan mereka untuk ada di sana tapi keadaan dan mental mereka yang membuat mereka tertahan.Kami diantarkan oleh dua orang perawat ke sebuah kamar yang berada di lantai 2 dan jauh di ujung lorong sayap timur. Saat melewati koridor, aku bisa melihat di sebelah kanan dan kiri, ruang pasien yang dilapisi kaca dan jaring jeruji, berisi mereka dengan aneka tingkah laku dan keluhan. Ada yang hanya duduk di ranjang sambil menerawang menatap jendela, ada yang b

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   98

    "Aku tidak akan ikut campur kalau Tante ingin berpisah atau tetap bersama ayah, tapi ada sedikit yang mengganjal hatiku karena tiba-tiba tante ingin mendapat permintaan maaf dari ibuku. Kalian berdua sama-sama salah dan sama-sama kena getahnya, kenapa tidak saling merangkul dan saling memaafkan satu sama lain saja, tanpa harus menuntut satu harus bersujud kepada yang lain?""Maaf, ibumu telah membunuh anakku.""Kehadiranmu juga telah membunuh adikku.""Ia membuatku mendapatkan kesialan bertubi-tubi.""Karena kehadiranmu kami kehilangan ayah dan rumah, keluarga kami hancur hubungan kami dengan nenek kami juga hancur, apa Tante ingin kita mengadu nasib?""Baiklah kau menang!"wanita itu akhirnya menyerah dan hanya mendengkuskan nafas sambil terlihat kesal padaku. Dia dalam keadaan sakit dan sedih sementara dia kesal dan tidak mau menatap wajahku. Dia benahi selimutnya sendiri karena hawa AC yang mulai dingin.Kuhampiri wanita itu, lalu kubantu dia untuk memperbaiki selimut, ku tawarkan j

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   97

    "Dengar anak suamiku! Aku sedang sakit, bersedih dan ditimpa kesulitan bertubi-tubi. Aku tidak mau kehadiranmu mengeruhkan suasana dan membuat diriku makin depresi. jadi dengan penuh hormat, aku memintamu untuk meninggalkanku sendiri saja,"ucapnya sambil mengarahkan tangan ke pintu yang pertama bahwa dia mau tidak mau terpaksa mengusirku."Aduh Tante, kalau aku tidak menjaga lantas siapa yang akan membantumu pergi ke kamar mandi dan mengawasimu, kau bisa pingsan dan saluran infus itu bisa terlepas dari tanganmu dan berdarah. Harus menjagamu Demi rasa baktiku kepada ayahku. Aku tidak akan tahan terus bicara dan menatap wajahmu jadi aku akan mengawasimu dari luar, kataka. Saja kalau kamu butuh sesuatu," ucapku ketika hendak membalikkan badan dan pergi."Kau tidak perlu susah payah, urus saja ibumu yang pembunuh itu," jawabnya dengan sombong, aku tersentak saat wanita itu menyebut ibuku dengan sebutan pembunuh. Emosiku tiba-tiba ingin naik kepala Andai saja aku tidak berusaha mengendali

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   96

    Aku menelpon ayah dalam perjalanan pulang dari persidangan Bunda. Aku ingin tahu Ayah sedang apa. Apakah dia sudah sampai di rumah atau belum. Kalau belum Aku ingin sekalian pergi menjemputnya karena Ayah tidak membawa motor melainkan dia menggunakan ojek online."Halo assalamualaikum ayah...""Ya, walaikum salam."Suasana di sekitar Ayah terdengar sangat ramai dan lalu lalang orang serta keriuhan yang sulit kujelaskan, aku tidak bisa berasumsi kalau dia sedang di kantor karena tidak mungkin suasana di kantor sampai seperti pasar. Ada suara jeritan orang yang menangis dan beberapa yang lain terdengar bicara dan sulit dimengerti Apa yang sedang mereka katakan."Ayah di mana sekarang, apa yang sedang Ayah lakukan?""Ayah sedang di rumah sakit, Tante Priska menelpon ayah dan meminta ayah datang ke sini," jawabnya dengan suara pelan.Tadinya aku ingin menceritakan tentang keadaan Bunda dan putusan apa yang bunda dapatkan tapi mendengar nama tante Priska disebutkan aku jadi kesal dan mengu

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   95

    "Lalu apa pilihan Ayah, apa Ayah akan pulang dengan kami atau kembali ke Tante Priska?"Pertanyaanku itu cukup membuat ayah terhenyak dan diam saja. Dia menggeleng lalu mendesah pelan."Tidak keduanya." Ayah mendesah dan memilih beranjak dari tempat duduknya, ia trtatih pelan dengan tongkatnya menuju ke kamar.Dari belakang siluet tubuh ayah terlihat kurus, sedikit bungkuk, hilang semua wibawa dan ketegapan dirinya sejak musibah yang menimpa. Pun Tante Priska yang kini babak belur dihujam masalah demi masalah. Kasihan, tapi harus bagaimana lagi.Kini, yang harus kufokuskan adalah tentang ibuku yang menjalani hukumannya, entah berapa tahun dia di penjara aku tak tahu. Semoga hakim mempertimbangkan ketidak stabilan mentalnya agar ibuku bisa diampuni dan diberi keringanan. Meski menurut orang lain egois bahwa aku berharap ibuku yang seorang pembunuh berencana tidak dihukum berat karena gangguan jiwa, tapi aku tetap berharap itu terjadi. Semoga ada keajaiban.*Seminggu kemudian.Pagi se

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   94

    Sepanjang malam Ayah Hanya duduk di depan rumah sambil membiarkan tubuhnya ditiupkan angin malam yang datang dari lautan, libur ombak yang membentur pantai seakan seperti perasaan ayah yang saat ini merasa sangat sedih dan bersalah.Dari jendela kamar aku melihat tatapan Ayah yang menerawang, sesekali ia mengusap air matanya, sekali ia menangis sampai bahunya terguncang dan akhirnya ia kembali terdiam dalam lamunan panjang.Apa yang beliau katakan memang benar, kalau ada orang yang paling pantas menanggung kesalahan maka dialah orangnya, dialah penyebab semua masalah dan petaka yang terjadi. Kedua istrinya harus mengalami gangguan kejiwaan dan mental karena terlalu depresi memikirkan kehidupan mereka yang hancur karena ayah. Satu dikecewakan karena cintanya dan satu kecewa karena kehilangan anaknya. Puncak dari semua itu ayahlah penyebab utamanya. Anak tante Priska tidak akan mati kalau bukan disebabkan oleh ibuku yang mengalami gangguan kejiwaan dan tega berbuat hal yang nekat. Tapi

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   93

    Hal yang paling mengejutkan dan tidak pernah kuduga adalah ternyata Ibu tiriku ada di antara mereka, kupikir dia tidak ikut tapi saat ku dengar dia lama-lamat menangis dan terus merintis saat diangkat oleh orang-orang maka pahamlah aku kalau dia sudah ikut.Kulihat wajahnya yang pucat karena syok serta tangannya yang berdarah karena pecahan kaca, aku jadi merasa miris sekaligus kasihan tapi lebih banyak puasnya. Aku ingin tertawa karena pelakor itu selalu mendapatkan kesialan dan kemalangan setiap kali berkendara di jalan raya. Baru saja ia sembuh dari cedera tulang yang berkepanjangan. Kini ia harus tabrakan dan malah lebih mengenaskan lagi."Siapa yang meninggal Pak, keponakanku?" tanyanya lemas, saat ia ditandu oleh empat orang, wanita itu sempat berpapasan denganku. Ia membulatkan mata tepat saat tatapan bola mata kami saling bertautan. Aku yang masih mengenakan helm dan tidak sadar kalau tidak pakai masker segera menghindar dari wanita itu, karena aku tidak mau hal itu menimbulka

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   92

    Hari demi hari kulalui dengan penuh perjuangan yang cukup berat. Sisa uang yang ditinggalkan oleh Bunda mati-matianku kuperjuangkan untuk tetap cukup membeli bahan baku dan mengelola kedai. Aku berusaha hidup hemat dan prihatin tidak membeli kecuali sesuatu yang sangat kuperlukan. Pagi aku pergi mengambil kursus komputer dan coding, sementara sore hari aku akan sibuk di kedai untuk melayani para tamu.Sekarang Ayah tinggal bersamaku tapi aku tidak mau terlalu akrab dengannya, dia kerap menyapa dan mengajakku bercanda tapi aku menanggapinya dengan ekspresi datar dan memilih untuk menyibukkan diri dan kembali ke pekerjaanku. Jika sudah begitu, maka ayah akan dia, kemudian pergi mengerjakan apa saja yang rasa mampu ia kerjakan.Aku tetap memasak dan menyediakan makanan untuk ayah, aku tetap mencuci pakaian dan membersihkan kamarnya, tapi aku tidak banyak mengatakan apa-apa. Sesekali aku menjenguk Bunda, Tapi itu tidak terlalu sering karena bunda sendiri melarangku untuk selalu datang. B

DMCA.com Protection Status