Home / Romansa / LOVE FOR CEO / Bab 4. Tendangan Inez

Share

Bab 4. Tendangan Inez

last update Last Updated: 2021-09-06 14:04:07

"Aku balik dulu ya Nes?" ucap Andien, segera berdiri dari duduknya di seberang Inez, mengalihkan pandangan temannya yang sedang sibuk dengan berbagai macam outner file dari perusahaan Kakaknya menatapnya.

"Ada kelas ya?" tanya Inez tak menutup outner yang dibawanya.

"Iya, kelasnya dosen Killer!" jawab Andien menciptakan senyum tipis di bibir Inez.

"Ya sudah hati-hati, siapin mental kamu ya?" goda Inez yang di jawab dengan kekehan kecil Andien.

Segera meraih tasnya yang ada di atas sofa, sebelum mengayunkan langkahnya menghampiri kakaknya yang terlihat sibuk duduk di kursi keberasaran tak menatapnya.

"Aku balik dulu ya Kak?"

"Kemana kamu? temanmu nggak kamu ajak balik?" jawab Agam, menegakkan kepala Inez menatapnya.

"Sabar Nez sabar... demi skripsi mu..." Batin Inez, menggelengkan kepala pelan, dengan tarikan nafasnya yang sangat panjang, berusaha keras untuk menurunkan ego di hatinya segera membuang pandangannya.

"Aku ada kelas Kak, tadi pagi kan aku bilang kuliah siang," jawab Andien, mengalihkan pandangan Agam ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.

"Waktunya makan siang juga, kamu nggak makan dulu?" tanya Agam yang dijawab dengan gelengan pelan kepala Andien.

"Makan di kampus aja, nggak keburu," jawab Andien, sebelum mencondongkan kepalanya kedepan, mendekatkan wajah cantiknya ke depan Agam.

"Ngapain kamu dekat-dekat? nggak ada uang jajan!" protes Agam, menjauhkan wajah tampannya dari Andien.

"Dih! bukan uang jajan Kak...sini aku bisikin! deketin telinganya dulu...," bisik Andien, mengerutkan kening Agam menatapnya.

Sebelum menggerakkan kepalanya perlahan, mendekatkan telinganya ke bibir adiknya.

"Dapat pesan dari Mama..., jangan lupa ajak Inez makan siang," bisik Andien.

"Ogah!" jawab Agam cepat, menegakkan kembali kepalanya di ikuti dengan cebikan bibirnya yang tak setuju.

"Aku hanya bantuin penelitiannya ya? dan makan siang nggak termasuk di dalamnya!" jawab Agam, membulatkan matanya menatap adiknya.

"Dih! jangan keras-keras!" Dengus Andien, ikut menegakkan kepalanya, sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Inez yang terdiam tak menatapnya.

"Ya sudah kalau nggak mau, aku cuma sampein pesan Mama!" lirih Andien, mengalihkan kembali pandangannya menatap Agam.

 Sebelum mengayunkan langkahnya, ingin berdiri di samping kakaknya.

 "Aku hanya tinggal WA Mama kan? aku akan bilang kalau anak sholehnya ini sudah berubah jadi anak durhaka! biar di kutuk jadi CEO kodok sama Mama!" bisik Andien di telinga Kakaknya, membulatkan mata Agam menatapnya.

"Hati-hati ya...," lanjut Andien, seraya merogoh tas kuliah yang di pakainya.

"Ngapain kamu?" tanya Agam.

"Cari ponsel lah," jawab Andien, dengan ulasan senyum di bibirnya, sebelum menunjukkan ponsel di tangan kepada Kakaknya.

"Aku WA ni ya?" tambah Andien, menggeser layar ponselnya menunjukkannya kepada Agam.

"Tutup tutup...!' Ucap Agam akhirnya, menghentikan jemari lentik adiknya, sebelum beradu pandang dengan Andien yang tersenyum tipis menggodanya.

"Pergi sana!" sewot Agam.

"Inez gimana?"

"Lihat nanti! sudah sana pergi!" ucap Agam, mengibaskan tangan kanannya ke depan adiknya, sebelum menerima uluran tangan Andien yang hendak mencium tangannya.

"Assalamualaikum...jangan lupa ya Kak! daripada jadi kodok...," ucap Andien terkekeh, segera mengayunkan langkahnya keluar dari ruangan kakaknya, setelah melambaikan tangannya kepada Inez.

Dua puluh menit berlalu, Inez masih terlihat sibuk dengan berbagai data yang ada di depannya, tak ingin bertanya apapun kepada Agam meskipun ada beberapa hal  yang tidak dia mengerti.

Berusaha mencari tahu sendiri lewat aplikasi g****e, jika masih tak mengerti juga, Inez hanya mencatatnya untuk di tanyakannya nanti kepada Fahmi Sekretaris Agam.

Begitupun dengan Agam, yang terlihat sibuk dengan layar laptopnya yang menyala, sebelum mengalihkan pandangannya ke arah jam tangannya yang melingkar.

"Sudah jam setengah satu," gumamnya pelan, segera mengalihkan pandangannya malas, ke arah  Inez yang terlihat sibuk tak melihatnya.

"Aku mau makan," ucap Agam, tak mengalihkan pandangan Inez menatapnya.

"Hoi!" panggil Agam.

"Apa kamu budek?" lanjutnya sewot, sebelum beradu pandang dengan Inez yang terlihat malas, menegakkan kepala menatapnya.

"Aku punya nama," jawab Inez.

"Aku lapar!"

"Trus? kenapa kalau kamu lapar? mau aku suapin?" jawab Inez, memancing  kembali rasa kesal di diri Agam.

"Br*ngsek! gadis ini benar-benar ya....Ahhh!!!" Batin Agam, mengepalkan tangannya, menahan rasa geram di hatinya.

Sebelum melonggarkan kepalan tangannya karena bunyi krucuk yang terdengar sedikit nyaring dari perut Inez.

"Ahhh... kenapa kamu bunyi sih...," batin Inez, menundukkan kepalanya, di ikuti dengan matanya yang memejam.

Mencebikkan bibir Agam, membuang pandangan tak lagi menatapnya.

"Aku mau makan! kalau kamu ikut silahkan kalau kamu nggak ikut Alhamdulillah...," ucap Agam, menutup berkas yang ada di atas mejanya, sebelum melemparnya pelan, ke atas tumpukan berkas yang lainnya.

Tak membuat Inez bersuara, hanya membuka matanya, sebelum menegakkan kepala menatap Agam.

"Ikut nggak?" tanya Agam lagi beradu pandang.

Menciptakan helaan nafas di bibir Inez, segera menutup outner yang sedang di bacanya.

Membuat Agam terdiam, menatapnya dalam, karena helaan nafas Inez yang mengingatkannya, akan helaan nafas Cintia, calon istri terbaiknya yang telah lama meninggalkannya.

Sebelum mengalihkan pandanganya, mengamati penampilan Inez dari ujung kaki hingga ujung kepala, semakin mengingatkannya dengan penampilan Cintia, wanita tomboy yang dicintainya. 

Dengan memakai Turtleneck wanita berwarna hitam, yang dipadukan dengan jeans navy, dan di perlengkap lagi dengan sneakers hitam yang tampak maskulin untuk penampilan seorang wanita.

"Kenapa lihat-lihat?" tanya Inez, sudah berdiri dari duduknya mengejutkan Agam.

"Siapa yang lihat?" jawab Agam, segera membuang pandanganya, sebelum mengalihkannya kembali menatap Inez.

"Apa kamu mau melayat? kenapa pakaian kamu serba hitam begitu?" ucap Agam, dengan sorot mata dinginnya, menatap Inez yang menunduk melihat penampilannya sendiri.

"Kamu buta warna? ini Navy bukan hitam!" jawab Inez, menunjuk celana yang di pakainya, kembali beradu pandang.

"Sama aja kan? gelap!" jawab Agam, segera berdiri dari duduknya,  mengancingkan kembali jas kerjanya yang terbuka sebelum mengayunkan langkahnya keluar dari ruangan.

Tak menunggu Inez yang masih berdiri menatapnya.

"Dasar laki-laki arogan!" gumam Inez, sebelum mengayunkan langkahnya, setengah berlari mengikuti Agam yang telah melangkah sedikit jauh di depannya.

"Kita makan dimana?" tanya Inez, setelah masuk ke dalam lift berdiri di samping Agam.

Tak membuat Agam bersuara, hanya terdiam dengan pandangan lurus kedepan, menunggu pintu lift yang di naikinya terbuka.

"Aku yang traktir, anggap sebagai bentuk terimakasihku karena sudah mau membantuku," tambah Inez, berusaha bersikap tenang, dengan hatinya yang merasa kesal.

"Pakai uang apa kamu mentraktirku? pakai uang jajan dari orang tuamu?" jawab Agam, dengan intonasi meremehkan,tak mengalihkan pandangannya.

"Gadis bau kencur sok sok an mau traktir!" gumamnya lagi, masih terdengar di telinga Inez.

Semakin membuat Inez geram, mengeratkan deretan giginya menahan rasa kesalnya.

"Tuhan... jika boleh... aku ingin sekali menendang laki-laki arogan ini keluar dari lift!" batinnya, mengepalkan kedua tangannya, menatap Agam yang melangkahkan kaki, keluar dari pintu lift meninggalkannya.

"Ada masalah ya kalau aku traktir kamu pakai uang jajanku Kak?" tanya Inez, mengayunkan langkahnya cepat, berusaha mengimbangi langkah lebar Agam yang berjalan di depannya.

"Aku bukan Kakakmu!" jawab Agam tak menghentikan langkahnya.

"Terus aku harus panggil kamu apa? Bang?" 

"Kamu kira aku jualan somay yang bisa kamu panggil Bang?" jawab Agam, masih dengan langkah lebarnya, mengacuhkan Inez yang berjalan cepat di belakangnya.

"Hoiiiii!" teriak Inez akhirnya, berhasil menghentikan langkah Agam, segera membalikkan badan menatapnya.

"Kamu nggak tahu sopan santun ya? berani sekali kamu memanggilku Hoi?" protes Agam, dengan wajah dinginnya, beradu pandang dengan Inez yang mencebikkan bibir, membuang pandangan tak menatapnya.

"Aku harus panggil apa? Kakak salah, Bang juga salah! ahh... atau aku panggil Sayang aja ya? atau Cinta? Baby? Honey?" ejek Inez beradu pandang.

Menciptakan senyum miring di bibir Agam, "Kamu menyukaiku?" tanya Agam, mendekatkan wajahnya mendekati Inez, berbarengan dengan mundurnya kepala Inez menghindarinya.

"Sorry kamu bukan seleraku...," lirih Agam, sebelum mengerutkan keningnya, menjauhkan wajahnya dari wajah Inez yang berbalik mendekatinya.

"Kamu pikir kamu siapa? kamu juga jauh dari seleraku!" jawab Inez, dengan senyum setengahnya.

Sebelum melangkahkan kakinya mundur, menjauhi Agam yang terlihat semakin kesal menatapnya.

"Aku bisa makan sendiri, terima kasih!" jawab Inez, segera mengayunkan langkahnya, meninggalkan Agam yang terdiam, mengeratkan tautan gigi menatapnya.

"Dasar wanita gila!" gumam Agam tak mengalihkan pandangannya.

*****

Di luar pintu utama, Inez hanya berdiri, memperhatikan derasnya hujan yang membasahi halaman gedung Dirgantara Property.

Mengedarkan pandangannya, ingin mencari keberadaan kafe ataupun restoran yang ada di dekat gedung perusahaan.

Sebelum mengulaskan senyumnya, menjatuhkan pandangannya kepada sebuah kafe yang berada tepat di depan pintu gerbang perusahaan Agam.

"Lari aja kali ya?" gumamnya pelan, karena perutnya yang terasa lapar, membuatnya nekat, ingin menembus derasnya hujan.

 Sebelum tersentak dengan tarikan seseorang yang tiba- tiba saja menarik tangannya yang hendak melangkah.

Membuatnya spotan, melakukan gerak refleknya sebagai seorang atlit, menangkis cepat tangan yang berani menariknya sebelum melakukan tendangan tornado, sesaat setelah memutar tubuhnya dengan cepat.

"Apa kamu gila???" teriak Agam, dengan nafasnya yang memburu, karena dirinya yang terkejut dengan tendangan Inez yang berhasil di hindarinya.

Tak terkecuali Security yang berjaga, segera berlari mendekati Agam, hendak membantu pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

"Pergi," ucap Agam, mengibaskan tangan kanannya pelan, kepada Security yang mendekatinya.

Masih beradu pandang dengan Inez yang terdiam, sudah berdiri tegak menatapnya.

"Maaf, aku nggak sengaja," ucap Inez.

"Salah sendiri main tarik aja!" lanjut Inez, semakin memperbesar rasa kesal diri Agam yang masih berdiri menatapnya tajam.

"Kamu baru saja minta maaf, dan sekarang menyalahkanku?" ucap Agam, masih dengan sorot mata tajamnya menatap Inez.

Tak membuat Inez gentar, hanya mengulaskan senyum simpulnya untuk menyambut kemarahan Agam.

"Aku hanya melindungi diri," jawabnya singkat beradu pandang.

Menciptakan helaan nafas di bibir Agam, sebelum membuang pandangannya ke sembarang arah, berusaha menahan emosinya yang semakin membumbung tinggi.

"Cuaca lagi hujan, dan aku menarikmu karena ingin mengajakmu makan di kantin perusahaan, oke? dan sekarang terserah kamu ya? mau ikut aku atau enggak!" lirih Agam penuh penekanan, bersitatap dengan Inez yang terdiam menatapnya.

"Jadi kodok jadi kodok deh! aku nggak peduli!" batin Agam, karena hatinya yang merasa kesal, segera Mengayunkan langkahnya kembali masuk ke dalam loby, meninggalkan Inez yang masih terdiam di tempat menatap kepergiannya.

 Bersambung.

Related chapters

  • LOVE FOR CEO   Bab 5. Bodyguard

    Jam makan siang hampir saja selesai, kantin yang seharusnya ramai dengan para pegawai nampak sepi dengan beberapa pegawai yang masih tersisa.Terlihat Agam, duduk tenang menikmati suap demi suap nasi beserta lauk yang telah di pesannya.Duduk berhadapan dengan Inez yang terlihat lahap menghabiskan cepat nasi dan lauk yang ada di piring mengacuhkannya."Sudah berapa hari kamu nggak makan?" sindir Agam, setelah menelan makanan yang ada di mulutnya, menegakkan kepala Inez menatapnya."Empat hari," jawab Inez Asal, kembali memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.Tak ada gengsi, tak ada rasa jaim meskipun makan bersama dengan laki-laki tampan yang baru di kenalnya, jauh berbeda dengan kebanyakan gadis lain di luar sana.Yang akan makan dengan perlahan, sesuap demi sesuap, hanya untuk menjaga Imagenya sebagai seorang perempuan yang anggun dan cantik.Hingga

    Last Updated : 2021-09-09
  • LOVE FOR CEO   Bab 6. Menahan Emosi

    Senja mulai beranjak, karena waktu siang yang telah berganti, menjadi sore hari dengan suasana mendung yang masih bergelayut.Terlihat Agam dan Inez, duduk berdekatan di sebuah kafe yang tak begitu ramai, bersama dua laki-laki paruh baya yang duduk di seberangnya, belum juga menyelesaikan meeting setelah hampir satu jam lamanya."Terimakasih Pak, saya tunggu kabar baiknya," ucap Agam, berdiri dari duduknya, menjabat tangan kliennya bergantian, di ikuti dengan senyum ramah Inez, yang menganggukkan kepala pelan, sebagai bentuk sopan santunnya sebagai Sekretaris sementara Agam."Minuman kamu habis, mau pesan lagi?" tanya Inez, dengan sikapnya yang di buat sebaik mungkin, mengalihkan pandangan Agam menatapnya."Nggak perlu!" jawab Agam, masih berdiri di tempatnya, mengancingkan kembali jas kerjanya yang terbuka."Masukkan semua berkasnya, kita pulang sekarang!" lanjut Agam, segera mengayunkan

    Last Updated : 2021-09-09
  • LOVE FOR CEO   Bab 7. Pacar?

    Langit hampir menggelap, Adzan maghrib pun telah lama terdengar.Terlihat mobil Agam yang di kendarai Inez melesat dengan kecepatan sedang menembus jalanan kota yang terlihat lenggang.Menuju rumah Agam, karena undangan makan malam dari Mama Ratih yang memaksanya untuk datang.Sebelum mengalihkan pandangannya, ke arah ponselnya yang berdering di dalam tas punggungnya yang bertengger tenang di kursi penumpang di sebelahnya.Berusaha membuka resleting tasnya, sesaat setelah meraih tas punggung hitamnya, masih dengan pandangannya yang lurus kedepan, terlihat kerepotan."Kalau nyetir itu fokus!" ucap Agam, mengalihkan pandangan Inez ke arah spion yang ada di depannya."Kamu nggak dengar ponselku berbunyi?" jawab Inez, sebelum tersentak dengan gerakan tangan Agam yang meraih tas punggungnya kasar, hendak membantunya membuka resleting tas untuk mengambil ponsel di dalamnya."Tolong sekalian headseatnya ya?" tambah Inez, membuat

    Last Updated : 2021-09-09
  • LOVE FOR CEO   Bab 8. Kemarahan Papa Raimon

    "Ayo di makan Nez, di nikmati makanannya," ucap Mama Ratih, duduk di meja makan di seberang Inez bersebelahan dengan putrinya Andien.Tanpa Agam, karena Agam yang belum juga keluar dari kamarnya untuk ikut bergabung di meja makan."Iya Tante terimakasih," jawab Inez, dengan senyum termanisnya segera menyendok nasi dan lauk yang ada di depannya, di ikuti dengan Andien setelahnya."Tante nggak makan?" tanya Inez, karena Mama Ratih yang terdiam, hanya menatapnya dalam tak menyentuh makanan yang di sajikan."Nanti Tante nunggu Agam,""Saya makan dulu nggak papa ya Tante? perut saya sudah meronta ingin minta makan," ucap Inez terkekeh yang di ikuti dengan senyum Andien dan Mama Ratih."Ayo silahkan jangan sungkan-sungkan, habisin semuanya juga nggak papa Nez," jawab Mama Ratih mempersilahkan."Ngomong-ngomong tadi kamu nggak di kasih makan ya sama Agam? kok sam

    Last Updated : 2021-09-09
  • LOVE FOR CEO   Bab 9. Tamparan Papa

    "Inez!!!" pekik Papa Raimon Akhirnya, menyentakkan hati Inez, segera mengangkat kepalanya cepat beradu pandang.Dengan matanya yang memerah, menahan tangis yang tak ingin di keluarkannya, berusaha membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Papanya.Sebuah jawaban yang dia sendiri pun tak mengetahuinya, karena kebohongan yang di buatnya, hanya untuk harapannya agar bisa membatalkan rencana pertunangannya dengan Andre laki-laki yang tak pernah ada di hatinya."Buka mulut kamu! jawab pertanyaan Papa!" lanjut Papa Raimon dengan sorot mata tajamnya mengintimidasi putri bungsunya."Aku nggak mau bertunangan dengan Andre Pa," jawab Inez akhirnya.Menciptakan senyum getir di bibir Papa Raimon membuang pandangannya ke sembarang arah."Kenapa? karena kamu nggak mencintainya?" tanya Papa Raimon dengan detak jantungnya yang berpacu sangat cepat kembali mengalihkan pandangannya menatap

    Last Updated : 2021-09-09
  • LOVE FOR CEO   Bab 10. Sakit Apa?

    Waktu telah beranjak siang, di saat jam tangan yang di kenakan Inez telah menunjuk ke pukul sembilan lebih lima belas menit.Terlihat Inez, baru turun dari motor sport hitamnya, sudah memarkirkan motornya dengan baik segera mengayunkan langkahnya cepat, setengah berlari masuk ke dalam loby Dirgantara property.Ingin memulai tugas sementaranya sebagai Sekretaris Agam, laki-laki dingin yang emosional.Hanya untuk memanfaatkan otak pemilik perusahaan property itu sebagai bala bantuan skripsi yang harus di kerjakannya.Masih setengah berlari, dengan pandangannya lurus ke depan menuju pintu lift yang di peruntukkan untuk semua pegawai.Dengan sikapnya yang terlihat tak sabar, menunggu dengan gelisah tepat di depan pintu lift yang masih menutup tak kunjung terbuka."Besok datang jam delapan! jangan sampai telat!" Kalimat Agam yang terngiang di kepalany

    Last Updated : 2021-09-09
  • LOVE FOR CEO   Bab 11. Bertemu Andre

    Satu jam sudah waktu yang Inez habiskan, hanya duduk diam di atas sofa tanpa melakukan apa-apa di ruangan Agam.Menunggu bos sementaranya yang masih tidur, tampak tenang dengan wajah yang tak lagi pucat."Sampai kapan dia akan tidur?" gumam Inez, menghela nafasnya panjang menatap Agam.Sebelum mengerutkan keningnya, karena tidur Agam yang tak nyenyak, menggerakkan kepalanya cepat ke kanan dan ke kiri terlihat tertekan."Jangan Cin! jangan kesana! jangan pergi Cintia! jangan pergi..!" gumam Agam, masih memejamkan matanya, menggerakkan kepalanya cepat.Karena mimpi buruknya, sebuah kilas balik mengenai kisah cintanya yang terpisah, akibat kecelakaan maut yang merenggut wanita nya di depan matanya sendiri.Menciptakan banyaknya peluh yang keluar, membasahi dahinya, masih dengan gerakan kepalanya terlihat semakin tertekan."Pak... Pak Agam!" panggil Inez, sesa

    Last Updated : 2021-09-09
  • LOVE FOR CEO   Bab 12. Kecelakaan

    "Nez?" panggil Andre, mengalihkan pandangan Agam menatapnya.Berusaha bersikap tenang, Inez hanya mengulaskan senyum tipisnya segera menenggak air yang ada di dekatnya.Kembali beradu pandang dengan Andre, calon suami pilihan orang tuanya, masih berdiri di dekatnya, menatapnya penuh tanya."Ada apa?" tanya Inez, dengan wajah tak berdosanya beradu pandang."Ngapain kamu disini?" tanya Andre, sebelum mengalihkan pandangannya menatap Agam."Dia siapa?" lanjut Andre, melirik Agam yang terdiam, tak mengerti dengan suasana yang ada di depannya."Siapapun dia nggak ada hubungannya sama kamu," jawab Inez, menyakiti hati Andre yang tersenyum getir menatapnya cemburu."Aku ingin bicara sama kamu! kamu harus menjelaskan semuanya Nez!" ucap Andre, mencoba untuk bersabar, dengan tatapan tajamnya, merasa tak suka dengan kebersamaan Inez bersama dengan lelaki lain yang t

    Last Updated : 2021-09-09

Latest chapter

  • LOVE FOR CEO   Bab 86. Kesempurnaan Cinta

    Gerimis mulai menyapa, tepat di saat selesainya acara makan malam untuk merayakan hari jadi pernikahan Inez dan juga Agam yang kedua. Kini sepasang suami istri yang sedang berbahagia telah berada di dalam mobil yang di kendarai oleh Agam.Saling melempar senyuman, tak lagi bisa menyembunyikan binar kebahagiaan yang terlihat begitu jelas kentara dari binar di sorot mata keduanya, saling bergenggaman tangan, dan berkali kali, hampir tak berhenti Agam mencium punggung tangan Inez melampiaskan rasa beryukurnya."Terimakasih Yang, Ya Allah... apa kamu nggak tahu gimana bahagianya aku sekarang?" ucap Agam, kembali mencium punggung tangan istrinya yang telah merona tersenyum senang.Membagi fokusnya antara jalanan dan juga istrinya, akibat berita bahagia yang baru di sampaikan Inez kepadanya beberapa jam yang lalu, sewaktu masih menikmati makan malam sungguh berhasil membuncahkan rasa haru dan juga bahagia di dada Agam, bersora

  • LOVE FOR CEO   Bab 85. Anniversary? Berhasil!

    "Halo Yang," suara Agam, sesaat setelah menggeser layar ponsenya. Merasa begitu bersalah, "Gagal lagi gagal lagi! gagal terus!" batin Agam berteriak, merasa kesal dengan kejutannya yang selalu saja gagal tak pernah bisa berhasil.Dan terdiam, mendengar suara isakan tangis istrinya yang terdengar khawatir menanyakan keadannya. "Kamu nggak papa kan Yang? masak ada orang kesini ngaku karyawan kamu dan bilang kamu pingsan Yang,"Entah kenapa, terdengar begitu melow, semakin mengembangkan rasa bersalah di hati Agam, meraup wajah tampannya frustasi."Aku...,""Kamu dimana? kamu baik baik saja kan Yang?"Semakin membuat Agam dilema, harus meneruskan sandiwaranya atau mengh

  • LOVE FOR CEO   Bab 84. Anniversary? Gagal!

    Minggu telah bergulir, bertemu dengan Minggu Minggu setelahnya menambahkan jumlah bulan yang telah di lewati oleh Agam dan juga Inez.Yang kini telah meneguk manisnya kesembuhan total, tanpa rasa sakit ataupun ketakutan yang menguasai sebelum melakukan hubungan intim.Sudah berganti menjadi gairah yang membahagiakan, yang harus segera di tuntaskan hampir setiap harinya dengan perasaan yang begitu bahagia sebelum di terbangkan ke awan oleh permainan Agam yang selalu saja luar biasa.Tepat di usia pernikahan keduanya yang sudah menginjak usia dua tahun, tepatnya sehari sebelum merayakan aniversary pernikahan yang ke dua, terlihat Inez, sedang mengayunkan langkahnya keluar dari kamar mandi.Terus saja memasang senyum di bi

  • LOVE FOR CEO   Bab 83. Aga... Oh... Aga... 2

    Pagi mulai menyapa, di tandai dengan hangatya sinar mentari yang kembali bersinar, baru datang dari peraduan tepat di pukul tujuh pagi.Terlihat Agam, sedang tidur berbaring di atas ranjangnya, memeluk sayang istrinya yang masih memejamkan mata di dalam pelukan. Akhirnya bisa meneguk manisnya rasa klimaks yang sempat tertunda akibat gangguan dari Aga.Melakukan pertempuran yang begitu luar biasa nikmatnya, selepas shubuh setelah sempat ketiduran di kamar tamu bersama dengan Aga, berhasil membuat istrinya itu kelelahan."Selamat pagi Yang," goda Agam, memainkan bulu mata lentik Inez, mengecup dahi istrinya yang menggeliat merasa terganggu dengan sentuhannya."Apa sih Yang, aku capek," lirih Inez, masih memejamkan matanya

  • LOVE FOR CEO   Bab 82. Aga... Oh... Aga...

    Hasrat yang menguasai, seolah tak mampu lagi di bendung oleh Agam yang kini sedang mempermainkan buah dada istrinya yang begitu kenyal dan menantang.Tak lagi menggunakan jemari tangannya yang sekarang sudah bergerilya menelusup dan membelai punggung putih Inez yang masih tertutup baju, namun sudah menggunakan bibir tebalnya untuk menghisap dan menggigit ujung buah dada yang kian menegang.Hampir berhasil memporak porandakan konsentrasi Inez yang masih melakukan panggilan telepon, berusaha keras untuk tetap sadar tak mengeluarkan desahan, mendorong kepala suaminya pelan. "Yang!" lirih Inez, dengan deru nafasnya yang hampir memburu menekankan. Harus bisa mengatasi gairah yang kini telah bersemayam, menjauhkan kembali ponselnya dari telinga.Namun Sayang, Agam yang tak lagi terkontrol, sama sekali tak menggubrisnya, mengacuhkan dirinya yang masih melakukan panggilan telepon tetap melakukan aktifitas yang membuatnya kian melayang."Ha

  • LOVE FOR CEO   Bab 81. Ketidaksabaran Aga

    Suasana hening yang menyelimuti ruang tamu di unit apartemen Agam dan juga Inez, akibat rasa bingung yang melanda hati melihat gurat sendu di wajah tampan Aga. Membuat keduanya saling diam, hanya memperhatikan Aga yang terdiam masih menundukkan kepala."Jadi boleh nggak Kak?" tanya Aga, setelah beberapa menit membisu, kembali memandang Inez yang tersenyum mengangguk palan."Yang!" lirih Agam.Mengalihkan pandangan Aga, "Nggak boleh ya Om?""Bukannya begitu, tapi kami nggak mau di sangka menyembunyikan anak orang karena kamu yang nggak izin sama Papa kamu," sahut Agam.Menganggukkan kepala Inez membenarkan. "Benar kata Om Agam, Pak Dafa pasti khawatir,"Papa nggak mungkin khawatir Kak, harus berapa kali aku bilang, kalau Papa nggak mungkin khawatir," sahut Aga emosional, menampakkan kesenduhan di netra matanya yang berkaca kaca."Aga sudah makan malam?" tanya Inez, lebih memilih untuk mengalihk

  • LOVE FOR CEO   Bab 80. Melembutnya Hati Papa Raimon

    Suasana yang sunyi, menyelimuti kamar presidential suite tempat Papa Raimon menginap, terlihat si empunya, sedang duduk di atas sofa menikmati secangkir kopi menunggu kedatangan menantunya, Agam."Duduk," dingin Papa Raimon, mengarahkan pandangannya ke aras sofa kosong di dekatnya, mempersilahkan Agam yang baru masuk ke dalam kamarnya memenuhi perintahnya. "Kopi buat kamu, minum kopi kan?"Baru pertama kalinya duduk dan ngobrol berdua dengan menantunya, setelah pernikahan Agam dan juga Inez. Selain karena dirinya yang lebih senang menyendiri, juga karena kepindahan Agam dan juga Inez ke Apartemen, semakin memperlebar jarak di antara keduanya."Terimakasih Pa," jawab Agam, menganggukkan kepalanya pelan, segera meraih kopi untuk di seruputnya perlahan, "kopi hitam kesukaan saya,"Dan tak membuat Papa Raimon bersuara, hanya membuang pandangan, kembali menikmati kopi di tangan."Terimakasih," suara Papa Raimon, setelah mem

  • LOVE FOR CEO   Bab 79. Malam Pertama Yang Sesungguhnya

    Sang Surya kembali menyapa, membawa hangat sinarnya yang masih bersahabat, tak menyengat kulit.Tepat di pukul sembilan pagi, mobil Agam melaju dengan kecepatan sedang, menembus jalanan kota yang terlihat lenggang.Membawa Istrinya yang terlihat tegang, bersama dengan Mama dan juga Mama Mertuanya yang sedang duduk di kursi belakang.Di ikuti oleh mobil Abian yang melaju di belakangnya, ingin menemani Inez menjalani pengobatan."Meeting hari ini di pimpin sama Pak Raimon, kamu siapkan semua berkas dan materinya ya, berikan ke Pak Raimon sebelum jam setengah sepuluh," suara Abian, yang sedang melakukan panggilan telepon bersama dengan Sekretarisnya.Sesaat sebelum mematikan sambungan teleponnya, mendengar jawaban iya dari Sekretarisnya.Merasa begitu berdebar, di sela hatinya yang terus saja berdoa, meminta kelancaran di setiap proses pengobatan Adik kesayangannya.Pukul Sebelas siang, Inez suda

  • LOVE FOR CEO   Bab 78. Akhirnya, Setelah Sekian Lama

    Sang Surya kembali menyapa, membawa hangat sinarnya yang masih bersahabat, tak menyengat kulit.Tepat di pukul sembilan pagi, mobil Agam melaju dengan kecepatan sedang, menembus jalanan kota yang terlihat lenggang.Membawa Istrinya yang terlihat tegang, bersama dengan Mama dan juga Mama Mertuanya yang sedang duduk di kursi belakang.Di ikuti oleh mobil Abian yang melaju di belakangnya, ingin menemani Inez menjalani pengobatan."Meeting hari ini di pimpin sama Pak Raimon, kamu siapkan semua berkas dan materinya ya, berikan ke Pak Raimon sebelum jam setengah sepuluh," suara Abian, yang sedang melakukan panggilan telepon bersama dengan Sekretarisnya.Sesaat sebelum mematikan sambungan teleponnya, mendengar jawaban iya dari Sekretarisnya.Merasa begitu berdebar, di sela hatinya yang terus saja berdoa, meminta kelancaran di setiap proses pengobatan Adik kesayangannya.Pukul Sebelas siang, Inez suda

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status