Home / Romansa / LOVE FOR CEO / Bab 3. Mak Comblang

Share

Bab 3. Mak Comblang

Author: Menook Bunda Nadhiffa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Flashback sehari sebelum pertemuan Andien dengan Inez.

Mentari hampir terbenam, tak meninggalkan sinarnya beranjak pergi menuju peraduan.

Terlihat di rumah mewah berlantai dua kediaman Agam, Andien berlari masuk ke dalam rumah, melewati pintu utama mencari keberadaan mamanya.

"Mama mana Bi?" tanya Andien, kepada Bi Rina wanita paruh baya asisten rumah tangga di rumahnya.

"Di kamar Mbak," jawab Bi Rina.

"Terimakasih Bi...," ucap Andien, kembali Mengayunkan langkahnya cepat, setengah berlari menuju salah satu kamar yang ada di lantai satu.

"Ma...Mama..." Teriak Andien, menggedor pintu kamar mamanya yang tertutup, mengejutkan hati Mama Ratih.

Baru keluar dari dalam kamar mandi  yang ada di dalam kamarnya, masih memakai jubah handuk putih yang membungkus badannya yang masih terlihat langsing di usianya yang tak lagi muda.

"Mama....Ma....," teriak Andien lagi, merasa tak sabar ingin bertemu Mamanya.

"Aduh Gusti...anak ini ya...perempuan kok nggak ada kalem-kalemnya!" gerutu Mama Ratih, mengayunkan langkahnya cepat menuju pintu kamarnya.

"Ma...," teriak Andien lagi, masih mengetuk pintu berulang kali, sebelum berteriak, menghentikan ketukannya karena serangan Mama Ratih yang tiba-tiba menjewer salah satu telinganya, sesaat setelah pintu kamar yang di ketuknya terbuka.

"Ya Allah Ya Gusti..." sungut Mama Ratih, berbarengan dengan rintihan keras Andien yang berusaha melindungi telinganya.

"Ampun Ma...ampun..." ucap Andien, menahan tawanya mengayunkan langkahnya masuk ke dalam kamar, mengikuti langkah Mama ratih yang masih menjewer telinganya.

"A... a...sakit Mah...lepasin dong...aku punya informasi penting ini buat Mama! kandidat untuk calon mantu Mama..." ucap Andien, membulatkan mata Mama Ratih segera melepaskan jewerannya.

"Oh ya? cantik nggak? cantikan mana sama Mama?" tanya Mama Ratih antusias, beradu pandang dengan anak perempuannya.

Mencebikkan bibir Andien yang menggosok pelan telinganya.

"Cantikan Bi Rani!" jawab Andien asal, sebelum tertawa, menghindari serangan mamanya yang hendak memukul lengannya.

Segera menjatuhkan tubuhnya, duduk bersila di atas ranjang kamar tidur mamanya.

"Mama nggak ingin ganti baju dulu?" tanya Andien.

Menyadarkan mama Ratih yang masih berdiri di tempatnya, segera mengalihkan pandangannya, menatap tubuhnya sendiri yang masih terbalut jubah handuk.

"Ah... iya..." gumam Mama Ratih, sebelum mengayunkan langkahnya, hendak duduk di samping anak bungsunya.

"Kelamaan kalau ganti baju dulu! mana calon mantu Mama?" tanya Mama Ratih tak sabar.

"Sebentar," jawab Andien segera merogoh tas kuliahnya, ingin mengambil ponsel yang ada didalamnya.

Sebelum menggeser layar ponselnya, untuk mencari foto temannya Inez segera menyerahkannya kepala Mamanya.

"Gimana? cantikkan Ma? blasteran Jerman!"

"Kalau ini sih cantik banget Ndien... Mama lewat kemana-mana ini..." jawab Mama Ratih, mengulaskan senyum harapannya menatap lekat foto Inez yang ada di dalam ponsel Andien.

Menciptakan tawa kikuk di bibir Andien, menggaruk tengkuknya karena kalimat mamanya.

"Dia juga tomboy Ma, sama seperti calon istri Kakak dulu," ucap Andien, mengalihkan pandangan Mama Ratih menatapnya.

"Garis wajahnya pun hampir sama...," jawab Mama Ratih, menghilangkan senyum di bibirnya, kembali mengingat almarhumah calon menantunya.

Menciptakan rasa bersalah di hati Andien, segera memeluk tubuh mamanya yang masih terbalut jubah handuk, meletakkan salah satu pipinya di bahu mamanya ikut melihat foto temannya.

"Apa Mama nggak merasa iri? secara kan cantikan Inez kemana-mana kan dibanding Mama?" ucap Andien lirih, masih dengan pandanganya, sebelum menahan tawanya karena kalimat mamanya.

"Iri sekali Ndin! tapi gimana? Mama nggak ada keturunan blasteran" jawab Mama Ratih, membelai pipi anak perempuannya tak membuang pandangannya.

"Lha Mama kan juga punya wajah blasteran?"

"Iya Blasteran Cibinong," jawab Mama Ratih terkekeh, kembali mencubit gemas hidung Andien yang masih bersandar di bahunya.

Menciptakan tawa di bibir Andien, sebelum menegakkan kepalanya, beradu pandang dengan Mama Ratih yang kembali semringah, menanyakan cara agar anak laki-lakinya bisa bertemu dengan calon menantu harapannya.

"Tadi Inez minta tolong sama aku Ma, dia ingin melakukan penelitian untuk skripsinya di perusahaan Kak Agam!" ucap Andien, menaik turunkan kedua alisnya, yang di sambut dengan senyum seringai Mama Ratih yang mengerti maksud dari anak gadisnya

"Oookeh...serahkan semuanya sama Mama!" jawab Mama Ratih, tersenyum senang mencubit kembali hidung anak perempuannya.

Flasback Selesai

******

"Selamat Siang Mbak," Sapa Andien, kepada Resepsionis di perusahaan Kakaknya.

"Selamat siang Mbak," jawab gadis cantik berjilbab hijau muda, mengulaskan senyumnya menatap Andien.

"Aku ke atas ya?" tambah Andien, yang di jawab dengan anggukan pelan kepala Resepsionis.

"Silahkan Mbak,"

"Terimakasih," jawab Andien, di ikuti dengan senyum di bibir Inez yang menganggukan kepala pelan sebagai bentuk sapaannya, segera mengayunkan langkah bersama masuk ke dalam lift, menuju ruangan kerja Agam yang ada di lantai dua.

"Halo Kak, Kak Agamnya dimana? ada di ruangannya kan?" tanya Andien, setelah menggeser layar ponselnya menghubungi Fahmi.

"Masih meeting, ini hampir selesai, tunggu aja di ruangan ya?" jawab Fahmi, setengah berbisik dari dalam ponsel Andien.

"Okeh...," jawab Andien, balas berbisik masih mengayunkan langkahnya.

"Kak Agam masih meeting Nez, kita tunggu di ruangannya aja ya?" ucap Andien setelah mematikan panggilan teleponnya menatap Inez.

"Nggak papa?"

"Ya nggak papa lah...!" jawab Andien santai, mengapit lengan Inez masih mengayunkan langkahnya.

****

"Ayo diminum dulu Nez," ucap Andien, memberikan satu kaleng soda yang baru di ambilnya dari dalam kulkas mini yang ada di ruangan Agam.

"Terimakasih," jawab Inez, sudah duduk di atas sofa yang ada di ruangan Agam, menerima soda pemberian Andien.

"Kakak kamu juga suka soda merk ini ya Ndin?" tanya Inez, membuka kaleng soda beradu pandang dengan Andien yang mengangguk pelan, hendak duduk di atas sofa kosong yang ada di seberangnya.

Hanya mengulaskan senyum di bibir ranumnya, segera menenggak soda yang baru di bukanya, berbarengan dengan pandangannya yang mengalih ke arah pintu ruangan yang terbuka sebelum....

"Uhuk uhuk...," batuk Inez, tersedak soda yang di minumnya, hingga menyemburkan semua soda yang ada di dalam mulutnya ke arah Andien.

Karena dirinya yang terkejut, beradu pandang dengan Agam yang hendak masuk ke dalam ruangan.

"Kenapa sih Nez? kadaluarsa ya sodanya?" protes Andien, berdiri dari duduknya, mengibaskan kasar kedua tangannya ke atas bajunya yang sedikit basah.

"Maaf! maaf Ndin!" jawab Inez, merasa tak enak hati segera berdiri dari duduknya mendekati Andien.

"Ngapain kamu kesini?" sewot Agam, dengan muka datarnya, merasa tak suka dengan kehadiran Inez.

Menegakkan kepala Andien, menyadari kaedatangan kakaknya segera mengalihkan pandangannya.

"Kok gitu? nggak boleh ya aku kesini?" protes Andien salah paham.

"Bukan kamu! tapi dia! wanita gila yang ada di samping kamu itu ngapain dia kesini?" jawab Agam, dengan wajah tak sukanya mengejutkan Andien.

"Kakak kenal Inez?" tanya Andien bingung, mengalihkan pandangannya ke arah Inez, sebelum mengalihkan kembali pandangannya menatap Agam.

Tak membuat Agam bersuara, hanya mencebikkan bibirnya, tak merasa kenal dan tak ingin mengenal wanita gila yang ada di depannya.

"Aku nggak ada level kenal wanita gila seperti dia!" jawab Agam, menyilangkan kedua tangannya di atas dada, dengan tampang menyepelekannya memancing rasa kesal di hati Inez.

"Wah...," ucap Inez membuang pandangannya, menyunggingkan senyum setengah di bibir ranumnya sebelum mengalihkan pandangannya menatap Andien.

"Jadi laki-laki arogan ini kakak kamu Ndin?" tanya Inez, semakin membuat bingung Andien yang mengalihkan pandangan menatapnya.

"Siapa yang kamu sebut laki-laki arogan?" sewot Agam tak terima.

"Kamu! kenapa? tak terima?" jawab Inez tak kalah sengitnya.

Semakin memperburuk mood Agam yang sudah buruk, membuang pandanganya ke sembarang arah sebelum menurunkan tangannya yang bersendekap.

"Keluar!" usir Agam, dengan sorot mata tajamnya menatap Inez.

"Oke!" jawab Inez, segera meraih tas ranselnya yang ada di atas sofa hendak mengayunkan langkahnya.

Sebelum tertahan oleh suara Fahmi yang sedari tadi berdiri di dekat pintu menghentikan langkahnya.

"Mama kamu ingin bicara Gam," ucap Fahmi, memberikan ponselnya kepada Agam, sesaat setelah mengayunkan langkahnya mendekati Agam.

"Halo Ma?" ucap Agam, menempelkan ponsel Fahmi ke telinganya.

"Itu video call Gam!" jawab Fahmi.

"Ha?" ucap Agam, menurunkan ponselnya spontan menyadari kesalahannya.

Sebelum terdiam, bersitatap dengan Inez yang menggelengkan kepala pelan dengan senyum mengejeknya.

"Halo Ma?" jawab Agam, mencoba bersikap senormal mungkin, menutupi mood buruknya di depan Mamanya.

"Tolong bantu temannya Andien ya Gam?" ucap Mama Ratih, mengerutkan kening Agam, kembali menatap Inez yang terdiam tak menatapnya.

"Tolong apa Ma? aku bukan polisi yang tugasnya menolong orang," jawab Agam.

"Kamu kan anak Sholehnya Mama? anak Sholeh itu harus mau membantu sesama..." jawab Mama Ratih.

Menundukkan kepala Andien dan Fahmi kompak menahan tawa.

Menciptakan helaan nafas di bibir Agam, kembali mengalihkan pandangannya, dengan sorot mata tajammya menatap Inez yang kini balik menatapnya.

"Jaga mata kamu Gam! jangan sakiti hati anak perempuan Mama!" ucap Mama Ratih, menyadari tatapan tak bersahabat di mata anaknya.

"Aku nggak menyakiti Andien Ma."

"Bukan Andien, tapi Inez!" ucap Mama Ratih, menyentakkan hati Inez yang mendengarnya.

"Mama kenal dia?"

"Ya nggak sih.. tapi dia kan teman Andien, otomatis dia juga anak perempuan Mama!" jawab asal Mama Ratih.

"Nggak ada ilmu yang seperti itu Ma..." protes Agam.

"Ini buktinya ada!" jawab Mama Ratih, sebelum memutus panggilan teleponnya, sesaat setelah menitipkan Inez, gadis yang belum di kenalnya kepada anaknya.

Segera mengembalikan ponsel milik Fahmi, sebelum mengalihkan pandangannya menatap Inez.

"Kamu butuh bantuan apa?" tanya Agam kepada Inez, karena dirinya yang tak lagi punya pilihan, ingin segera mengusir wanita cantik yang ada di depannya setelah memberikan bantuannya.

"Penelitian untuk skripsi!" jawab Inez, menurunkan egonya demi skripsi yang harus dibuatnya.

"Bantu dia Fa!" ucap Agam kepada Fahmi.

"Aku nggak bisa, tadi kan aku sudah izin  sama kamu? setelah meeting aku harus pulang," jawab Fahmi mengecewakan hati Agam.

"Ya sudah antar saja dia ke bagian yang bisa membantu dia!" tambah Agam, segera mengayunkan langkahnya hendak duduk di kursi kebesarannya.

Memancing rasa kesal di hati Inez, karena hatinya yang merasa di sepelekan.

"Ya jangan gitu dong Kak... Mama kan sudah menitipkannya kepada kamu..," ucap Andien merayu.

"Nggak usah Ndin, nggak papa, aku bisa cari perusahaan lain! nggak harus di sini juga kok!" ucap Inez, mengulaskan senyum tipisnya menatap Andien.

"Tapi kan Nes...,"

"Terimakasih, ayo pulang..." tambah Inez, karena rasa kesal di hatinya, merasa tersinggung dengan perlakuan Agam yang tak menghargainya.

Segera mengayunkan langkahnya, berbarengan dengan Andien yang mengalihkan pandangan menatap Agam.

"Mama...," ancam Andien tak bersuara, menunjukkan ponsel di tangannya kepada kakaknya.

"Tunggu!" ucap Agam akhirnya, menghentikan langkah Inez, setelah menghela nafasnya panjang karena ancaman adiknya.

"Aku akan membantumu!" lanjut Agam malas, beradu pandang dengan Inez yang membalikkan badan menatapnya.

Menciptakan senyum di bibir Andien, sebelum menaik turunkan alisnya, beradu pandang dengan Fahmi yang mengedipkan salah satu mata menatapnya.

Bersambung.

Related chapters

  • LOVE FOR CEO   Bab 4. Tendangan Inez

    "Aku balik dulu ya Nes?" ucap Andien, segera berdiri dari duduknya di seberang Inez, mengalihkan pandangan temannya yang sedang sibuk dengan berbagai macam outner file dari perusahaan Kakaknya menatapnya."Ada kelas ya?" tanya Inez tak menutup outner yang dibawanya."Iya, kelasnya dosen Killer!" jawab Andien menciptakan senyum tipis di bibir Inez."Ya sudah hati-hati, siapin mental kamu ya?" goda Inez yang di jawab dengan kekehan kecil Andien.Segera meraih tasnya yang ada di atas sofa, sebelum mengayunkan langkahnya menghampiri kakaknya yang terlihat sibuk duduk di kursi keberasaran tak menatapnya."Aku balik dulu ya Kak?""Kemana kamu? temanmu nggak kamu ajak balik?" jawab Agam, menegakkan kepala Inez menatapnya."Sabar Nez sabar... demi skripsi mu..." Batin Inez, menggelengkan kepala pelan, dengan tarikan nafasnya yang sangat panjang, berusaha keras untuk menurunkan ego di hatinya segera membuang pandangannya."Aku ada kelas

    Last Updated : 2024-10-29
  • LOVE FOR CEO   Bab 5. Bodyguard

    Jam makan siang hampir saja selesai, kantin yang seharusnya ramai dengan para pegawai nampak sepi dengan beberapa pegawai yang masih tersisa.Terlihat Agam, duduk tenang menikmati suap demi suap nasi beserta lauk yang telah di pesannya.Duduk berhadapan dengan Inez yang terlihat lahap menghabiskan cepat nasi dan lauk yang ada di piring mengacuhkannya."Sudah berapa hari kamu nggak makan?" sindir Agam, setelah menelan makanan yang ada di mulutnya, menegakkan kepala Inez menatapnya."Empat hari," jawab Inez Asal, kembali memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.Tak ada gengsi, tak ada rasa jaim meskipun makan bersama dengan laki-laki tampan yang baru di kenalnya, jauh berbeda dengan kebanyakan gadis lain di luar sana.Yang akan makan dengan perlahan, sesuap demi sesuap, hanya untuk menjaga Imagenya sebagai seorang perempuan yang anggun dan cantik.Hingga

    Last Updated : 2024-10-29
  • LOVE FOR CEO   Bab 6. Menahan Emosi

    Senja mulai beranjak, karena waktu siang yang telah berganti, menjadi sore hari dengan suasana mendung yang masih bergelayut.Terlihat Agam dan Inez, duduk berdekatan di sebuah kafe yang tak begitu ramai, bersama dua laki-laki paruh baya yang duduk di seberangnya, belum juga menyelesaikan meeting setelah hampir satu jam lamanya."Terimakasih Pak, saya tunggu kabar baiknya," ucap Agam, berdiri dari duduknya, menjabat tangan kliennya bergantian, di ikuti dengan senyum ramah Inez, yang menganggukkan kepala pelan, sebagai bentuk sopan santunnya sebagai Sekretaris sementara Agam."Minuman kamu habis, mau pesan lagi?" tanya Inez, dengan sikapnya yang di buat sebaik mungkin, mengalihkan pandangan Agam menatapnya."Nggak perlu!" jawab Agam, masih berdiri di tempatnya, mengancingkan kembali jas kerjanya yang terbuka."Masukkan semua berkasnya, kita pulang sekarang!" lanjut Agam, segera mengayunkan

    Last Updated : 2024-10-29
  • LOVE FOR CEO   Bab 7. Pacar?

    Langit hampir menggelap, Adzan maghrib pun telah lama terdengar.Terlihat mobil Agam yang di kendarai Inez melesat dengan kecepatan sedang menembus jalanan kota yang terlihat lenggang.Menuju rumah Agam, karena undangan makan malam dari Mama Ratih yang memaksanya untuk datang.Sebelum mengalihkan pandangannya, ke arah ponselnya yang berdering di dalam tas punggungnya yang bertengger tenang di kursi penumpang di sebelahnya.Berusaha membuka resleting tasnya, sesaat setelah meraih tas punggung hitamnya, masih dengan pandangannya yang lurus kedepan, terlihat kerepotan."Kalau nyetir itu fokus!" ucap Agam, mengalihkan pandangan Inez ke arah spion yang ada di depannya."Kamu nggak dengar ponselku berbunyi?" jawab Inez, sebelum tersentak dengan gerakan tangan Agam yang meraih tas punggungnya kasar, hendak membantunya membuka resleting tas untuk mengambil ponsel di dalamnya."Tolong sekalian headseatnya ya?" tambah Inez, membuat

    Last Updated : 2024-10-29
  • LOVE FOR CEO   Bab 8. Kemarahan Papa Raimon

    "Ayo di makan Nez, di nikmati makanannya," ucap Mama Ratih, duduk di meja makan di seberang Inez bersebelahan dengan putrinya Andien.Tanpa Agam, karena Agam yang belum juga keluar dari kamarnya untuk ikut bergabung di meja makan."Iya Tante terimakasih," jawab Inez, dengan senyum termanisnya segera menyendok nasi dan lauk yang ada di depannya, di ikuti dengan Andien setelahnya."Tante nggak makan?" tanya Inez, karena Mama Ratih yang terdiam, hanya menatapnya dalam tak menyentuh makanan yang di sajikan."Nanti Tante nunggu Agam,""Saya makan dulu nggak papa ya Tante? perut saya sudah meronta ingin minta makan," ucap Inez terkekeh yang di ikuti dengan senyum Andien dan Mama Ratih."Ayo silahkan jangan sungkan-sungkan, habisin semuanya juga nggak papa Nez," jawab Mama Ratih mempersilahkan."Ngomong-ngomong tadi kamu nggak di kasih makan ya sama Agam? kok sam

    Last Updated : 2024-10-29
  • LOVE FOR CEO   Bab 9. Tamparan Papa

    "Inez!!!" pekik Papa Raimon Akhirnya, menyentakkan hati Inez, segera mengangkat kepalanya cepat beradu pandang.Dengan matanya yang memerah, menahan tangis yang tak ingin di keluarkannya, berusaha membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Papanya.Sebuah jawaban yang dia sendiri pun tak mengetahuinya, karena kebohongan yang di buatnya, hanya untuk harapannya agar bisa membatalkan rencana pertunangannya dengan Andre laki-laki yang tak pernah ada di hatinya."Buka mulut kamu! jawab pertanyaan Papa!" lanjut Papa Raimon dengan sorot mata tajamnya mengintimidasi putri bungsunya."Aku nggak mau bertunangan dengan Andre Pa," jawab Inez akhirnya.Menciptakan senyum getir di bibir Papa Raimon membuang pandangannya ke sembarang arah."Kenapa? karena kamu nggak mencintainya?" tanya Papa Raimon dengan detak jantungnya yang berpacu sangat cepat kembali mengalihkan pandangannya menatap

    Last Updated : 2024-10-29
  • LOVE FOR CEO   Bab 10. Sakit Apa?

    Waktu telah beranjak siang, di saat jam tangan yang di kenakan Inez telah menunjuk ke pukul sembilan lebih lima belas menit.Terlihat Inez, baru turun dari motor sport hitamnya, sudah memarkirkan motornya dengan baik segera mengayunkan langkahnya cepat, setengah berlari masuk ke dalam loby Dirgantara property.Ingin memulai tugas sementaranya sebagai Sekretaris Agam, laki-laki dingin yang emosional.Hanya untuk memanfaatkan otak pemilik perusahaan property itu sebagai bala bantuan skripsi yang harus di kerjakannya.Masih setengah berlari, dengan pandangannya lurus ke depan menuju pintu lift yang di peruntukkan untuk semua pegawai.Dengan sikapnya yang terlihat tak sabar, menunggu dengan gelisah tepat di depan pintu lift yang masih menutup tak kunjung terbuka."Besok datang jam delapan! jangan sampai telat!" Kalimat Agam yang terngiang di kepalany

    Last Updated : 2024-10-29
  • LOVE FOR CEO   Bab 11. Bertemu Andre

    Satu jam sudah waktu yang Inez habiskan, hanya duduk diam di atas sofa tanpa melakukan apa-apa di ruangan Agam.Menunggu bos sementaranya yang masih tidur, tampak tenang dengan wajah yang tak lagi pucat."Sampai kapan dia akan tidur?" gumam Inez, menghela nafasnya panjang menatap Agam.Sebelum mengerutkan keningnya, karena tidur Agam yang tak nyenyak, menggerakkan kepalanya cepat ke kanan dan ke kiri terlihat tertekan."Jangan Cin! jangan kesana! jangan pergi Cintia! jangan pergi..!" gumam Agam, masih memejamkan matanya, menggerakkan kepalanya cepat.Karena mimpi buruknya, sebuah kilas balik mengenai kisah cintanya yang terpisah, akibat kecelakaan maut yang merenggut wanita nya di depan matanya sendiri.Menciptakan banyaknya peluh yang keluar, membasahi dahinya, masih dengan gerakan kepalanya terlihat semakin tertekan."Pak... Pak Agam!" panggil Inez, sesa

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • LOVE FOR CEO   Bab 86. Kesempurnaan Cinta

    Gerimis mulai menyapa, tepat di saat selesainya acara makan malam untuk merayakan hari jadi pernikahan Inez dan juga Agam yang kedua. Kini sepasang suami istri yang sedang berbahagia telah berada di dalam mobil yang di kendarai oleh Agam.Saling melempar senyuman, tak lagi bisa menyembunyikan binar kebahagiaan yang terlihat begitu jelas kentara dari binar di sorot mata keduanya, saling bergenggaman tangan, dan berkali kali, hampir tak berhenti Agam mencium punggung tangan Inez melampiaskan rasa beryukurnya."Terimakasih Yang, Ya Allah... apa kamu nggak tahu gimana bahagianya aku sekarang?" ucap Agam, kembali mencium punggung tangan istrinya yang telah merona tersenyum senang.Membagi fokusnya antara jalanan dan juga istrinya, akibat berita bahagia yang baru di sampaikan Inez kepadanya beberapa jam yang lalu, sewaktu masih menikmati makan malam sungguh berhasil membuncahkan rasa haru dan juga bahagia di dada Agam, bersora

  • LOVE FOR CEO   Bab 85. Anniversary? Berhasil!

    "Halo Yang," suara Agam, sesaat setelah menggeser layar ponsenya. Merasa begitu bersalah, "Gagal lagi gagal lagi! gagal terus!" batin Agam berteriak, merasa kesal dengan kejutannya yang selalu saja gagal tak pernah bisa berhasil.Dan terdiam, mendengar suara isakan tangis istrinya yang terdengar khawatir menanyakan keadannya. "Kamu nggak papa kan Yang? masak ada orang kesini ngaku karyawan kamu dan bilang kamu pingsan Yang,"Entah kenapa, terdengar begitu melow, semakin mengembangkan rasa bersalah di hati Agam, meraup wajah tampannya frustasi."Aku...,""Kamu dimana? kamu baik baik saja kan Yang?"Semakin membuat Agam dilema, harus meneruskan sandiwaranya atau mengh

  • LOVE FOR CEO   Bab 84. Anniversary? Gagal!

    Minggu telah bergulir, bertemu dengan Minggu Minggu setelahnya menambahkan jumlah bulan yang telah di lewati oleh Agam dan juga Inez.Yang kini telah meneguk manisnya kesembuhan total, tanpa rasa sakit ataupun ketakutan yang menguasai sebelum melakukan hubungan intim.Sudah berganti menjadi gairah yang membahagiakan, yang harus segera di tuntaskan hampir setiap harinya dengan perasaan yang begitu bahagia sebelum di terbangkan ke awan oleh permainan Agam yang selalu saja luar biasa.Tepat di usia pernikahan keduanya yang sudah menginjak usia dua tahun, tepatnya sehari sebelum merayakan aniversary pernikahan yang ke dua, terlihat Inez, sedang mengayunkan langkahnya keluar dari kamar mandi.Terus saja memasang senyum di bi

  • LOVE FOR CEO   Bab 83. Aga... Oh... Aga... 2

    Pagi mulai menyapa, di tandai dengan hangatya sinar mentari yang kembali bersinar, baru datang dari peraduan tepat di pukul tujuh pagi.Terlihat Agam, sedang tidur berbaring di atas ranjangnya, memeluk sayang istrinya yang masih memejamkan mata di dalam pelukan. Akhirnya bisa meneguk manisnya rasa klimaks yang sempat tertunda akibat gangguan dari Aga.Melakukan pertempuran yang begitu luar biasa nikmatnya, selepas shubuh setelah sempat ketiduran di kamar tamu bersama dengan Aga, berhasil membuat istrinya itu kelelahan."Selamat pagi Yang," goda Agam, memainkan bulu mata lentik Inez, mengecup dahi istrinya yang menggeliat merasa terganggu dengan sentuhannya."Apa sih Yang, aku capek," lirih Inez, masih memejamkan matanya

  • LOVE FOR CEO   Bab 82. Aga... Oh... Aga...

    Hasrat yang menguasai, seolah tak mampu lagi di bendung oleh Agam yang kini sedang mempermainkan buah dada istrinya yang begitu kenyal dan menantang.Tak lagi menggunakan jemari tangannya yang sekarang sudah bergerilya menelusup dan membelai punggung putih Inez yang masih tertutup baju, namun sudah menggunakan bibir tebalnya untuk menghisap dan menggigit ujung buah dada yang kian menegang.Hampir berhasil memporak porandakan konsentrasi Inez yang masih melakukan panggilan telepon, berusaha keras untuk tetap sadar tak mengeluarkan desahan, mendorong kepala suaminya pelan. "Yang!" lirih Inez, dengan deru nafasnya yang hampir memburu menekankan. Harus bisa mengatasi gairah yang kini telah bersemayam, menjauhkan kembali ponselnya dari telinga.Namun Sayang, Agam yang tak lagi terkontrol, sama sekali tak menggubrisnya, mengacuhkan dirinya yang masih melakukan panggilan telepon tetap melakukan aktifitas yang membuatnya kian melayang."Ha

  • LOVE FOR CEO   Bab 81. Ketidaksabaran Aga

    Suasana hening yang menyelimuti ruang tamu di unit apartemen Agam dan juga Inez, akibat rasa bingung yang melanda hati melihat gurat sendu di wajah tampan Aga. Membuat keduanya saling diam, hanya memperhatikan Aga yang terdiam masih menundukkan kepala."Jadi boleh nggak Kak?" tanya Aga, setelah beberapa menit membisu, kembali memandang Inez yang tersenyum mengangguk palan."Yang!" lirih Agam.Mengalihkan pandangan Aga, "Nggak boleh ya Om?""Bukannya begitu, tapi kami nggak mau di sangka menyembunyikan anak orang karena kamu yang nggak izin sama Papa kamu," sahut Agam.Menganggukkan kepala Inez membenarkan. "Benar kata Om Agam, Pak Dafa pasti khawatir,"Papa nggak mungkin khawatir Kak, harus berapa kali aku bilang, kalau Papa nggak mungkin khawatir," sahut Aga emosional, menampakkan kesenduhan di netra matanya yang berkaca kaca."Aga sudah makan malam?" tanya Inez, lebih memilih untuk mengalihk

  • LOVE FOR CEO   Bab 80. Melembutnya Hati Papa Raimon

    Suasana yang sunyi, menyelimuti kamar presidential suite tempat Papa Raimon menginap, terlihat si empunya, sedang duduk di atas sofa menikmati secangkir kopi menunggu kedatangan menantunya, Agam."Duduk," dingin Papa Raimon, mengarahkan pandangannya ke aras sofa kosong di dekatnya, mempersilahkan Agam yang baru masuk ke dalam kamarnya memenuhi perintahnya. "Kopi buat kamu, minum kopi kan?"Baru pertama kalinya duduk dan ngobrol berdua dengan menantunya, setelah pernikahan Agam dan juga Inez. Selain karena dirinya yang lebih senang menyendiri, juga karena kepindahan Agam dan juga Inez ke Apartemen, semakin memperlebar jarak di antara keduanya."Terimakasih Pa," jawab Agam, menganggukkan kepalanya pelan, segera meraih kopi untuk di seruputnya perlahan, "kopi hitam kesukaan saya,"Dan tak membuat Papa Raimon bersuara, hanya membuang pandangan, kembali menikmati kopi di tangan."Terimakasih," suara Papa Raimon, setelah mem

  • LOVE FOR CEO   Bab 79. Malam Pertama Yang Sesungguhnya

    Sang Surya kembali menyapa, membawa hangat sinarnya yang masih bersahabat, tak menyengat kulit.Tepat di pukul sembilan pagi, mobil Agam melaju dengan kecepatan sedang, menembus jalanan kota yang terlihat lenggang.Membawa Istrinya yang terlihat tegang, bersama dengan Mama dan juga Mama Mertuanya yang sedang duduk di kursi belakang.Di ikuti oleh mobil Abian yang melaju di belakangnya, ingin menemani Inez menjalani pengobatan."Meeting hari ini di pimpin sama Pak Raimon, kamu siapkan semua berkas dan materinya ya, berikan ke Pak Raimon sebelum jam setengah sepuluh," suara Abian, yang sedang melakukan panggilan telepon bersama dengan Sekretarisnya.Sesaat sebelum mematikan sambungan teleponnya, mendengar jawaban iya dari Sekretarisnya.Merasa begitu berdebar, di sela hatinya yang terus saja berdoa, meminta kelancaran di setiap proses pengobatan Adik kesayangannya.Pukul Sebelas siang, Inez suda

  • LOVE FOR CEO   Bab 78. Akhirnya, Setelah Sekian Lama

    Sang Surya kembali menyapa, membawa hangat sinarnya yang masih bersahabat, tak menyengat kulit.Tepat di pukul sembilan pagi, mobil Agam melaju dengan kecepatan sedang, menembus jalanan kota yang terlihat lenggang.Membawa Istrinya yang terlihat tegang, bersama dengan Mama dan juga Mama Mertuanya yang sedang duduk di kursi belakang.Di ikuti oleh mobil Abian yang melaju di belakangnya, ingin menemani Inez menjalani pengobatan."Meeting hari ini di pimpin sama Pak Raimon, kamu siapkan semua berkas dan materinya ya, berikan ke Pak Raimon sebelum jam setengah sepuluh," suara Abian, yang sedang melakukan panggilan telepon bersama dengan Sekretarisnya.Sesaat sebelum mematikan sambungan teleponnya, mendengar jawaban iya dari Sekretarisnya.Merasa begitu berdebar, di sela hatinya yang terus saja berdoa, meminta kelancaran di setiap proses pengobatan Adik kesayangannya.Pukul Sebelas siang, Inez suda

DMCA.com Protection Status