Share

TERKEJUT

“ Apa kamu punya pacar?!” tanya Bima geram dengan sikap Sekar.

Sekar terkejut, “ Pa…pacar….ti..tidak Pak, “ jawabnya terbatas-bata. Bagaimana mungkin hidupnya yang rumit harus ditambah rumit dengan kehadiran seorang laki-laki dalam hidupnya. Jangankan mempunya pacar, dekat dengan seorang laki-laki saja tidak terpikirkan olehnya.

“ Jangan sampai pacar kamu menginjakan kakinya di apartemen ini, “ tegas Bima.

“ Pak saya ijin keluar malam pak karena saya….” Sekar berharap Bima sudah mengetahuinya.

“ Lastri sudah mengatakannya pada ku, kamu tetap boleh berangkat kuliah, dan pastikan pekerjaan kamu selesai, “ Bima mengingatkan.

Mata Sekar langsung berbinar saat Bima mengizinkannya keluar malam untuk kuliah, selama ini dia bekerja keras semata-mata untuk bisa membiayai kuliahnya.

“ Siap, pasti akan saya ingat pak!” ujar Sekar dengan senyum sumringah.

“ Kamar kamu ada di sana, “ Bima menunjuk sebuah ruangan yang tak jauh dari dapur dan tempat menjemur pakaian.

“ Oh baik Pak, “ jawabnya.

“ Oke saya berangkat, dan jangn coba-coba memasukan pria atau teman ke apartemen ini selama saya tidak ada di sini, ingat ini bukan panti sosial yang bisa menerima siapa saja tanpa seijin saya!“ Bima berbicara dengan muka serius.

“ Baik Pak Bima, aku akan selalu mengingatnya dan tertanam dalam sanubari, “ jawab Sekar. 

Bima meneguk air putih dan susu yang dihidangkan siapkan oleh Sekar, dia merapikan dasi dan memakai jas. Sekar fokus dengan omelet telur yang dihabiskan oleh Bima, sedangkan roti panggang masih utuh tak tersentuh.

Sekar mengikuti Bima dari belakang saat berjalan menuju lift, ada yang ingin dikatakannya tapi takut mendapatkan reaksi yang tidak mengenakan dari Bima.

“ Ada yang ingin kamu sampaikan?”.tanya Bima melihat raut muka Sekar.

“ Hm…pak apa boleh saya makan roti panggang yang di meja?” tanya sekar dengan malu-malu.

Bima merasa aneh dengan pertanyaan Sekar, gadis di depannya memang unik, baginya Sekar hanya bocah ingusan yang polos.

“ Terserah, “ jawabnya lalu masuk saat pintu Lift terbuka.

Saat pintu lift tertutup Sekar menghela nafasnya, “ Dasar laki-laki galak, jutek, aneh, kalau saja dia bukan bos yang kasih gaji, rasanya ga akan mau deket-deket dia, “ ucap Sekar seraya berjalan masuk.

Sekar langsung beranjak menuju kamar yang diberitahu Bima yang akan menjadi kamarnya, dia tahu jika kamar ini khusus asisten rumah tangga karena terlihat sederhana, meskipun begitu kamarnya sangat bersih dan nyaman dengan kasur yang lebar dan empuk, sangat berbeda dengan kos nya yang hanya beralaskan kasur busa tipis pemberian ibu Panti.

Tiba-tiba Sekar teringat roti panggang buatannya yang belum tersentuh oleh Bima, dia  bersemangat menuju meja makan, roti bakar buatannya terasa sangat lezat, jarang dia menikmati sarapan pagi, baginya ini rejeki nomplok.

****

Setelah mata kuliah terlahir selesai, Sekar merapikan bukunya dengan cepat, dia tak ingin terlalu larut sampai di apartemen Bima, waktu menunjukan pukul sembilan malam, berarti dia akan sampai apartemen jam 10 malam. Biasanya sekar hanya perlu berjalan kaki menuju kos nya tapi sekarang dia harus menggunakan angkutan umum karena jarak apartemen Bima yang jauh dan berada di kawasan elit.

“ Tumben kamu buru-buru, biasanya kamu akan tetap di kelas  untuk baca-baca buku, “ tanya seorang laki-laki yang menghampirinya.

“ Eh Pak Sakti, iya nih aku takut kemalaman sampai apartemen, “ jawab Sekar.

“ Jadi sekarang kamu tinggal di apartemen?” tanyanya.

“ Eh nggak, aku  kebetulan diminta jagain apartemen, orangnya lagi ada urusan bisnis di luar negeri selama seminggu jadi aku diminta jagain, “jawabnya seraya merapikan tasnya.

“ Mau aku antar? sudah malam apa masih ada angkutan umum?” Pak Sakti menawarkan bantuan.

“ Eh nggak perlu kok pak, masih ada angkutan umum jam segini, “ jawab Sekar berusaha menolak dengan halus.

“ Hm…oke kalau begitu, jangan lupa kumpulkan tugasnya ya, “ ujar Pak Sakti seraya keluar dari ruangan.

“ Bapak mau langsung pulang?” tanya sekar basa-basi.

“ Iya, kelas saya sudah selesai, ohya bagaimana pekerjaan kamu? apa lancar?”tanyanya.

“ Lancar Pak, saya betah, terima kasih ya pak, atas saran Pak Sakti aku bisa mendapatkan pekerjaan di R’L grup, terbebas dari pekerjaan serabutan, hehehehe” jawab Sekar.

“ Sama-sama, kalau begitu saya duluan, kamu hati-hati di jalan, “ kata Pak Sakti berpamitan.

“ Iya pak silahkan hati-hati di jalan, “ balas Sekar.

Pak Sakti adalah salah satu  dosen yang terkenal sangat ramah pada mahasiswanya, selain itu tampangnya yang menawan membuat banyak disukai oleh para mahasiswi. Sekar mengenal Pak Sakti saat menjadi relawan di Panti Wreda, mereka sering mengobrol. Melalui info dari Sakti akhirnya Sekar bisa nekerja di R'L Group.

****

“ Ini baru satu minggu loh Sekar, jadi kamu harus bersabar ya, masih ada sisa waktu tiga minggu lagi, “ ujar Lastri melalui video call.

“ Satu minggu aja rasanya kaya satu tahun, jenuh banget aku mbak, pengen balik kantor, di sini aku jadi ga bisa dapat tips hehehehe, “ ujar Sekar dengan polos.

“ Oh…jadi gitu, kamu bosan karena nggak dapet tips kalau di apartemen Pak Bima, “ Lastri meledek.

“ Tidak sepenuhnya salah mbak, hehehe aku juga kangen Mbak Lastri kok juga yang lainnya, “ Sekar membela diri.

“ Ah kamu ada aja alasannya, emang Pak Bima enggak bilang pulang kapan?” tanya Lastri.

“ Enggak, dan kami juga enggak bertukar nomor ponsel jadi aku sama sekali nggak tahu dan nggak dikabari  jadwal pulang Pak Bima, “ jawab Sekar.

“ Hm…aku juga kurang tau sih kapan Pak Bima pulang dari perjalanan bisnis, soalnya yang tahu detailnya itu asisten pribadinya, kalau aku taunya besok Pak Bima pulang karena aku yang pesan tiketnya, tapi seringkali beliau ubah jadwal pulang, “ ungkap Lastri.

“ Aku sih berharap Pak Bima lama enggak pulang, atau kalau perlu sampai tugasku di sini berakhir, ogah banget aku sering ketemu Pak Bima, “ Sekar berani berterus terang pada Lastri.

“ Kok kamu dendam kesumat banget sih, “ Lastri penasaran dengan reaksi Sekar.

“ Ya udah mbak, aku mau mandi dulu, semua pekerjaan sudah beres, saatnya mandi dan belajar, “ kata Sekar, dia tak ingin menjelaskan secara detail lagi bagaimana perasaan jengkel dan kesal pada Pada Pak Bima.

“ Nah..ambil positifnya aja, kamu jadi ada waktu belajar kan kalau di sana, oke selamat belajar ya, bye…” Lastri berpamitan dan menutup sambungan video call.

Sudah satu minggu Sekar bekerja di apartemen Bima, setiap harinya adalah waktu yang sangat menjenuhkan bagi Sekar. Dia merasa sangat kesepian karena terbiasa berinteraksi dengan siapapun di kantor, Sekar sangat berharap waktunya di apartemen ini segera selesai.

***

Sekar terbangun dan mendapati dirinya masih memegang buku, ternyata dia membaca buku hingga ketiduran di ruang tengah. Sekar meraih ponsel dan melihat waktu sudah menunjukan pukul lima pagi, saatnya dia membersihkan diri dan bekerja.

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dari Kamar Pak Bima membuat Sekar terjatuh, dia sangat terkejut melihat Pak Bima sudah berjalan menuju kearahnya.

“ Pak…Pak Bima….” sapa Sekar dengan gelagapan karena terkejut.

“ Kenapa kamu terkejut seperti sedang melihat hantu, “ kata Pak Bima.

“ I…iya pak saya terkejut karena tiba-tiba Bapak keluar dari kamar, kenapa bapak tidak memberitahu saya kalau akan pulang?” tanya Sekar.

“ Kenapa saya harus memberitahu kamu?” protesnya lalu berjalan menuju teras untuk berolahraga.

Sekar buru-buru merapikan rambutnya dan setengah berlari menuju kamarnya, dia harus segera menyiapkan sarapan untuk Pak Bima, untung saja dia sudah mengisi kulkas dengan berbagai sayuran dan buah-buahan yang dibeli dari supermarket.

Bima sangat selektif soal mutu dan kebersihan makanan, apalagi dia hanya dibekali sebuah kartu untuk berbelanja, tidak mungkin Sekar ke pasar tradisional.

Pagi ini Sekar memasak telur omlet dan roti panggang, dia sudah siap mendapatkan omelan dari Pak Bima jika hidangannya tidak sesuai dengan selera bos nya itu. Dari pada tidak masak sama sekali, lagipula Bima bilang terserah.

Pukul 06.30 makanan telah tersaji di meja makan, karena tidak berani mengetuk pintu, Sekar hanya menunggu di dapur yang menyatu dengan ruang makan. Sekar menyempatkan untuk membersihkan diri.

Bima keluar dari kamar dengan pakaian rapi bersiap-siap ke kantor, dia berjalan menuju meja makan, Sekar dengan perasaan yang masih saja canggung berdiri menunggu kedatangan Pak Bima.

Bima menarik kursi dan duduk, sedangkan Sekar masih saja berdiri,

“ Duduk, “ kata Bima.

“ Saya pak?” tanya Sekar, dia takut salah dengar.

“ Memangnya yang ada di ruangan ini selain kita siapa lagi?” tanya Pak Bima kesal.

“ Hehehe maaf pak cuma kita berdua saja sih, “ ujar Sekar, dengan perlahan dia menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Bima, dia tak tahu kenapa Pak Bima memintanya duduk, tak mungkin untuk sarapan bersama.

“ Apa kamu punya pacar?” tanya Bima.

Sekar kesal lagi-lagi Bima menanyakan hal itu, pertanyaan yang sifatnya privasi tapi harus dia jawab,

“ Tidak pak, saya tidak punya, “ jawab Sekar dengan yakin.

“ Bagus, kalau punya kamu harus putus dengan dia, karena sekarang kamu punya misi khusus?” dengan santai Pak Bima mengatakannya.

" Misi? maksudnya gimana pak?" tanya Sekar penasaran.

" Misi jadi pasangan saya, "  jawab Bima singkat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status