Share

PERTEMUAN KELUARGA

 “ Sekar, apa kamu masih menjaga apartemen?” tanya Sakti, saat sedang merapihkan laptop setelah mengajar. Hanya tinggal beberapa mahasiswi saja yang ada di ruangan itu.

“ Masih pak, tapi malam ini aku pulang telat karena mau ke Panti, Eyang Yanti buat syukuran, kayanya nanti mata kuliah Pak Danu aku ijin, “ ujar Sekar.

“ Apa aku boleh ikut, sepertinya menyenangkan, “ Sakti tersenyum ke arah Sekar.

“ Serius Pak Sakti mau ikut? nggak ada gadis muda loh, “ Sekar meledek.

Sakti tertawa mendengar ucapan Sekar, “ Setiap hari aku melihat gadis muda,” ucapnya.

“ Oke ayo pak, oma dan opa di panti pasti rindu sama idolanya, “ Sekar bersemangat, dia teringat jika Sakti merupakan relawan favorit oma dan opa panti.

Mereka berjalan menuju parkiran, Sekar melihat sebuah mobill yang terlihat asing.

“ Pak Sakti ganti mobil?” tanya Sekar seraya masuk ke dalam mobil.

“ Oh enggak, mobil ku yang biasa dipakai sedang diservice, “ jawabnya.

“ Apa gaji dosen itu besar ya pak soalnya Pak Sakti sampai punya mobil dua, kenapa aku nggak kepikiran jadi dosen aja yah, “ kelakar Sekar membuat Sakti tak bina menahan tertawanya.

“ Aku baru tau kalau kamu ini matre juga, “ ucap Sakti.

“ Aku realistis pak, bukan matre hehehe tapi Pak Sakti enggak risih kalau kita digosipkan?” Sekar khawatir karena ini baru pertama kalinya mereka pulang bersama.

“ Kita tidak bisa mengatur pikiran kita, begitupun mereka tidak bisa mengatur kehidupan kita, “ jawab Sakti dengan bijaksana.

Sekar mengangguk-angguk,” Pak Sakti nggak cuma ganteng dan pintar, tapi bijaksana, “ ucapnya dalam hati.

***

Pukul 23.30 malam Sekar sampai apartment, dia segera menuju kamarnya.

“ Darimana saja kamu pulang jam segini, “ seru Bima dengan tatapan muka yang sangar seperti ingin menerkam Sekar.

“ Aku kan sudah ijin ke Pak Bima kalau malam ini pulang telat karena ada acara di panti, iya maaf pak aku telat 30 menit dari izin yang diberikan, hehehe” ucap sekar dengan muka polos.

“ Mana ponselmu sini, “ kata Bima.

Sekar memberikan ponselnya dan bertanya-tanya apa yang akan dilakukan laki-laki itu, dia melihat Bima menghubungi ponselnya sendiri, mereka memang belum pernah bertukar nomor ponsel meskipun sudah tiga minggu tinggal bersama.

“ Dasar bocah ingusan, cepat tidur, karena besok kita akan menemui orang tua saya, “ ujar Bima lalu kembali ke dalam kamarnya.

Mendengar ucapan Bima membuat Sekar terdiam, dia seketika merinding dan dadanya sesak, “ Dasar laki-laki aneh, seenaknya ngajak mendadak!” gerutu Sekar.

" Eh tunggu bertemu dengan orang tua?," tiba-tiba raut muka Sekar menajdi pucat pasi.

***

Sarapan pagi….

“ Pak, kenapa sih harus dadakan seperti ini?” gerutu Sekar.

“ Kenapa aku harus menjadwalkan dulu dengan kamu?!” protes Bima.

Sekar menghela napas panjang, “ Bukan seperti itu pak, aku kan perlu persiapan bertemu dengan orang tua bapak, apa aku berpenampilan apa adanya?” ujar Sekar.

“ Ya, tidak perlu ada yang berubah dari kamu, itu akan bagus untuk sandiwara kita, mereka juga tau kalau kamu menjadi OB di perusahaan, “ kata Bima.

“ Hah? serius? biasanya di film-film drama atau novel, orang tua kaya menginginkan anaknya berpasangan dengan level dan status yang sama, “ Sekar masih tak percaya dengan perkataan Bima.

“ Kamu hidup di dunia nyata bukan film dan novel, orang tua saya bukan tipe seperti itu, beli baju yang tidak tampak lusuh tapi jangan berlebihan, jangan ada perubahan yang mencolok,“ jawab Bima lalu meneguk susu murni satu gelas penuh.

Sekar tersinggung dengan kata-kata Bima yang menyebut pakaiannya lusuh, “ Saya belum gajian pak, jadi belum bisa beli baju baru, “ Sekar berterus terang.

“ Bukannya saya sudah memberikanmu kartu?kamu bisa membeli 100 baju lebih dengan kartu itu, ” seru Bima kesal karena merasa tersinggung.

“ Ih…Pak Bima pagi-pagi udah ngomel, bilang dong pak, kirain aku harus keluar uang buat beli baju, nih ya pak biasanya kalau di film atau novel cewek miskin dimake over dan dibelikan baju mahal dan bagus,  “ Sekar merasa senang saat melihat raut muka kesal Bima.

“ Kamu hidup di dunia nyata, bangun bocah ingusan!” seru Bima.

Sekar menyeringai, dia tak yakin dengan ucapan Bima. Jika anaknya saja memiliki sifat sombong, angkuh dan keras kepala, orang tuanya tak akan jauh berbeda. 

“ Jadi jam berapa kita akan menemui orang tua Pak Bima?” tanya Sekar, dia harus menyiapkan diri.

“ Sore aku akan menjemputmu, kita akan berakhir pekan bersama keluarga ku di Villa, “ jawab Bima.

“ Hah jadi kita enggak cuma sehari, maksudnya nggak hanya beberapa jam bertemu tapi lebih dari sehari?” Sekar mulai panik.

Bima memberikan jawaban dengan anggukan, dai sama sekali tak peduli dengan wanita di depannya yang panik, Sekar membuka apron dan ingin kembali ke kamarnya, dia butuh berpikir jernih sebelum menghabiskan akhir pekan bersama keluarga Bima.

“ Kamu mau ke mana?” tanya Bima.

“ Kembali ke kamar,” jawab Sekar dengan tatapan yang bingung.

“ Duduklah, kita harus terbiasa duduk satu meja, saya tidak ingin rahasia kita terbongkar, ingat jangan berpikir macam-macam!“ kata Bima.

Sekar yang setuju dengan perkataan Bima langsung menarik kursi dan mereka sarapan bersama, " Siapa yang berpikir macam-macam sih, " gerutu Sekar dalam hatinya.

***

“ Pak Bima nggak ganti baju dulu?” tanya Sekar melihat Bima masih menggunakan setelan baju ke kantor saat Sekar masuk ke dalam mobil.

“ Nanti saja di Villa, ayo  berangkat pak, “ kata Bima pada supir pribadinya.

Selama diperjalanan Bima masih saja sibuk mengecek beberapa file melalui gatget nya, dia sama sekali tidak memberikan komentar apapun tentang penampilan Sekar. Meskipun begitu Sekar tak peduli dengan sikap acuh laki-laki itu, dia mengenakan kemeja berlengan panjang dan celana jeans, sesuai dengan style dirinya.

Sekar sangat menikmati perjalanan apalagi ketika memasuki daerah puncak, sudah lama dia tidak melihat pemandangan asri pepohonan sama seperti kampung halamannya. Ternyata sudah dua tahun dia kabur dari rumah dan berjuang di kota besar.

Terdengar suara perut yang menandakan seseorang kelaparan, Sekar langsung memegang perutnya dan tersenyum malu di hadapan Bima.

“ Maaf pak aku nggak sempat makan siang, bagaimana kalau kita mampir makan dulu pak?aku bayarin deh, “ kata Sekar memohon.

“ Mau traktir apa kamu dengan uang yang mungkin tak lebih dari 500 ribu, “ Bima tertawa mengejek Sekar.

“ Ih…pak 500 ribu itu besar sekali, uang ku malah nggak sampai segitu, tapi kan ada kartu hitam Pak Bima, hehehe” Sekar dengan polosnya membalas perkataan Bima.

“ Dasar bocah ingusan, bertahan saja karena 30 menit lagi kita akan sampai, kamu tidak akan mati kelaparan hanya dengan menunggu 30 menit, “ Bima langsung memalingkan mukanya ke arah jendela.

“ Ish,,,laki-laki pelit, “ Sekar mengucapkannya dengan berbisik dan memalingkan mukanya juga.

Kurang dari 30 menit mereka sampai di sebuah villa mewah daerah puncak, jarak antara pintu gerbang sampai rumah villa sangat luas, Sekar tidak bisa membayangkan berapa orang yang harus mengurusi villa seluas ini.

Sekar merasakan detak jantungnya berdebar kencang, dia tidak seketika merasa menyesal telah menyetujui perjanjian dengan Bima.

“ Pak, bisa nggak kalau aku absen pertemuan dengan keluarga Pak Bima, tiba-tiba aku meriang nih, “ Sekar beralasan.

“ Jangan banyak alasan, tadi kamu sehat-sehat saja kok, “ jawab Bima dengan berbisik.

“ Pak dosen ku killer, kalau sampai aku absen nanti dapat nilai jelek, “ Sekar masih saja mencari alasan.

“ Jangan pikir aku bodoh ya, kalau kamu kembali sekarang, sampai kota dosen kamu sudah di alam mimpi, lagian hari ini kamu tidak ada jadwal kuliah, ayo cepat mereka sudah menunggu!” seru Bima.

Sejenak Sekar diam karena merasa sekujur tubuhnya gemetar,

“ Kamu mau jalan sendiri atau aku seret!” Bima semakin hilang kendali, dia mencoba menahan nada suaranya agar tidak tinggi.

“ Iya pak..iya aku kan bukan maling, kenapa harus diseret sih!” protes Sekar.

“ Hai Papi, Mami, maaf Bima terlambat, “ Bima menyapa kedua orang tuanya yang sedang berbincang melihat kolam ikan.

“ Iya sayang mami ngerti,kamu pasti banyak urusan kantor, “ jawab Mami Anita.

“ Yang lain kemana?” tanya Bima, dia melihat sekeliling tidak menemukan sosok adik-adiknya.

“ Mereka masih di jalan, sebentar lagi juga sampai, kamu nggak mau mengenalkan gadis cantik yang ada di belakang kamu itu sama kami?” tanya Tuan Rafael seraya melirik ke arah Sekar.

“ Ohya Mami, Papi kenalkan Sekar, “ kata Bima.

Sekar dengan sigap menyalami Mami Anita terlebih dahulu, dengan tangan yang gemetar dia menyambut pelukan ibu Anita.

“ Tuan, Nyonya Saya Sekar, “ sapanya.

Mami Anita tertawa mendengar Sekar memanggilnya dengan sapaan Nyonya,” Ya ampun Sekar panggil mami ajah jangan nyonya ah karena kamu wanita spesial untuk Bima tentu spesial bagi kami juga, ya ga pih?” Mamih Anita merangkul suaminya.

“ Iya betul mi, “ jawab papi Rafael.

“ Tapi…saya sungkan karena…” Sekar tak mampu melanjutkan ucapannya.

“ Karena kamu pramusaji di kantor Bima?”Mami Anita langsung menyela, sekar hanya mengangguk.

“ Its oke honey, kami yakin kamu punya value di mata Bima, sehingga pilihannya jatuh pada kamu, ayo sini duduk kalian pasti capek, mami sudah minta Bibi buatkan madu jahe, “ ujar Mami Anita.

Sekar menelan salivanya saat Mami Aita bilang kalau dirinya memiliki value, dia sendiri tidak tahu kenapa Bima memilihnya menjadi pasangan kontrak. Setidaknya Sekar merasa lebih lega karena sambutan orang tua Bima diluar dugaannya.

“ Aku mau mandi dulu, “ kata Bima, dia melihat ayahnya sedang sibuk menerima telepon.

“ Iya jangan kuatir Sekar aman bersama mami, “ jawabnya.

Terdengar suara mobil yang berhenti dari arah pintu depan, “ Itu pasti mereka datang, “ kata Mami Anita.

“ Mereka siapa ?” tanya Sekar penasaran.

“ Adik-adiknya Bima, ayo kita sambut mereka, mami yakin mereka juga ingin bertemu dengan kamu, “ kata Mami Anita seraya menarik lengan Sekar.

“ Akhirnya kalian datang juga…” sapa Mami Anita langsung memeluk seorang gadis yang berjalan ke arahnya.

Sekar seketika menghentingkan langkahnya saat seorang pria yang dikenalnya dipeluk oleh Mami Anita.

“ Pak Sakti?” ucap Sekar tidak percaya dengan sosok yang ada di depannya.

                 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status