Karena panik dengan kehadiran Sakti, Sekar mengurungkan niatnya untuk menyambut dosennya itu, dia sangat terkejut dan entah harus bersikap bagaimana. Saat melihat pintu yang mengarah ke sebuah kolam ikan, dia langsung berlari kecil dengan hati-hati, berharap Sakti tidak melihatnya.
“ Kok ada Pak Sakti sih di sini?, “ucapnya berbisik seraya sesekali melihat ke arah dalam rumah.
Sekar Berdiri didekat pintu untuk melihat situasi, dia melihat orang tua Bima saling berpelukan dengan Sakti dan seorang gadis yang usianya mungkin sama dengan dirinya, hanya saja gadis itu tampil modis.
“ Kak Bima sudah datang mih?” tanya Sakti.
“ Sudah baru saja,dia lagi ke kamar mungkin ganti baju, “ jawab Mamih Anita.
Sekar seperti tersambar petir saat mendengar Sakti menyebut Bima dengan panggilan kakak, dia takut jika sandiwaranya dengan Bima akan terbongkar, sudah pasti dia akan kehilangan pekerjaannya.
“ Apa? kakak?! tidak mungkin Pak Sakti sang dosen idola adiknya Pak Bima, enggak mungkin! mereka seperti surga dan neraka!, “ ucap Sekar pada dirinya sendiri.
“ Sedang apa kamu di sini?” tanya Bima dengan pelan tapi membuat Sekar terperanjat.
“ Eh pak gini….” Sekar bingung harus harus berkata apa.
“ Ayo mereka sudah menunggu, “ kata Bima seraya meraih tangan Sekar dengan sedikit kasar.
Sekar langsung menarik kembali Bima, dia harus menjelaskan situasi terkini.
“ Pak..aduh gawat ada Pak Sakti, dia itu dosen ku, gimana dong ini…” Sekar tampak tegang dan ketakutan.
“ Lalu? apa masalahnya?” tanya Bima dengan santai.
“ Jadi Pak Bima tau dong kalo aku itu mahasiswa dari Pak Sakti?” Sekar bertanya balik.
“ Tidak ada yang tidak saya ketahui, bahkan ukuran dalaman kamu saja saya tau, “ ucapnya dengan sombong.
Sekar langsung menutup dadanya dengan tangan, “ Bapak kok tiba-tiba jadi mesum gitu,” protes Sekar.
“ Otak kamu yang mesum!” bantah Bima.
.“ Pak Sakti kan tau aku enggan punya pacar, “ Sekar memberanikan diri untuk berbisik.
Bima menyilangkan tangannya, merasa kesal dengan sikap Sekar yang kenakan-kanakan,
“ Apa dosen harus tau status mahasiswanya?” tanya Bima.
“ Bima, ayo sini adik-adik kamu sudah menunggu, “ Mami Anita memanggil.
“ Iya mi, sebentar, “ jawab Bima.
“ Sakti tidak akan mengetahui rahasia kita, selama kamu bersikap santai dan tidak berlebihan, “ kata Bima.
Sekar hanya mengangguk, dengan ekspresi polos, dia berjalan perlahan mengikuti langkah Bima.
“ Kalo ngomong enak banget kaya jalan tol, “ gerutu Sekar degan berbisik.
“ Saya dengan ucapan kamu ya, jangan lupa saya bos kamu, “ balas Bima.
Sekar langsung terdiam, melihat ke arah Bima, tidak tau nanti harus bersikap bagaimana ketika berhadapan dengan sakti, sepertinya pintu kemana saja punya doraemon sangat dibutuhkan saat ini.
“ Apa kamu selalu terlambat masuk kelas?” tanya Bima seraya memeluk Sakti yang belum menyadari keberadaan Sekar.
“ Hahaha maaf kak, tadi mendadak Cheryl minta diajak ke butik, “ jawab Sakti.
“ Hehehe maaf ya kak, soalnya aku nggak bawa baju banyak, “ Cheryl menimpali, seraya memeluk Bima.
Bima tersenyum hangat memeluk Cheryl, mereka sudah beberapa bulan tidak bertemu karena Chery menetap di luar negeri.
“ Kamu nggak mau kenalin Sekar nih?” Mami Anita meledek.
Mendengar ucapan Mami Anita, Cheryl dan Sakti langsung menoleh ke arah Sekar yang berdiri di belakang Bima.
“ Sekar? Sekar ayu?” sapa Bima terkejut saat melihat Sekar.
“ Eh..iya hallo Pak Sakti, “ jawab Sekar dengan nada canggung, bahkan dia tidak tahu harus menjawab bagaimana, lututnya lemas ingin sekali dia lari dari hadapan dosennya.
“ Jadi kalian saling kenal?” tanya Papi Rafael.
“ Sekar mahasiswi di kampus tempat Sakti mengajar, “ jawab Bima dengan cepat.
“ Kak Bima enggak pernah cerita mengenai Sekar, “ ucap Sakti penasaran dan masih tidak percaya jika pacar dari kakaknya adalah mahasiswinya.
“ Karena aku tidak mau kamu memperlakukan dia berbeda hanya karena pacar ku, “ jawab Bima.
“ Hallo kak Sekar, aku Cheryl, wah kita berarti seumuran nih ya, ih Kak Bima ini sama saja pacaran sama adik sendiri!” celoteh Cheryl.
Sekar menggaruk kepalanya, ternyata Cheryl sifatnya mirip dengan Bima yang suka berbicara ceplas ceplos.
“ Sudah-sudah ayo kita makan, kalian pasti sudah lapar, “ ajak Mami Anita.
Sekar sangat bersemangat mendengar ajakan Mami Anita, sejak dalam perjalanan dia sudah kelaparan, parahnya lagi Bima tidak mau berhenti untuk mampir makan.
Bima menarik tangan Sekar dengan sedikit kasar, tuntutan sandiwara yang membuat dia mengikuti sikap Bima. Sekar terkesima melihat berbagai hidangan di meja makan yang berbentuk oval.
“ Mami enggak tau kamu suka apa, jadi mami sediakan banyak makan dan minuman, semoga kamu suka ya Sekar, “ ujar Mami Anita.
“ Iya tante, aku makan apa saja suka kok, “ kata Sekar.
“ Jangan panggil tante ah, panggil mamih aja, ayo kita makan, “ ajak Mami Anita.
Sekar merasakan kehangatan dari sikap orang tua Bima, walaupun dia tidak mendapatkan sikap yang baik dari Bima. Sesekali Sekar melirik ke arah Bima, sikap antara anak dan orang tua sangat kontras, Sekar curiga jika Bima bukan anak kandung mereka.
“ Makannya ada di depan, “ ucap Bima dengan nada yang pelan.
Mendengar ucapan Bima yang ada di sampingnya, Sekar langsung mengalihkan pandangannya ke arah makanan yang ada di depannya. Sakti yang berada cukup jauh terus memandangi ke arah Bima dan Sekar.
***
Sakti menghampiri Sekar yang sedang duduk di depan aquarium ikan yang berukuran besar dengan terumbu karang yang Sekar yakini asli, sesekali dia melempar makanan ikan, suasana hening ini mengingatkan rumahnya di kampung.
“ Ikannya malu kalo nanti kamu pandangi terus, “ ucap Sakti, lalu duduk di samping Sekar.
“ Eh Pak Sakti, “ Sekar menggeser posisi duduknya.
“ Panggil saja Sakti, atau panggilan yang lebih santai, “ ucapnya.
“ Aduh pak, mana bisa aku santai, sekarang aja masih gugup, ternyata Pak Sakti…” Sekar menggaruk kepalanya, tersadar pantas saja saat wawancara kerja dia langsung diterima, dia yakin karena Sakti merekomendasikan dirinya.
“ Kamu sudah lama berpacaran dengan Kak Bima?” selidik Sakti.
jantung Sekar langsung berdetak kencang, untung saja dia sudah melatih diri dan menyiapkan jawaban jika ada pertanyaan tentang hubungannya dengan Bima.
“ Baru kok Pak, baru dua bulan, “ jawabnya.
Sekar langsung mengalihkan wajahnya ke arah aquarium, “ Pak Bima kemana sih, bukannya ditemenin malah ilang-ilangan, bisa mati muda aku kalo kaya gini caranya, “ Sekar membatin dalam hatinya.
Sakti tertawa melihat wajah Sekar yang tegang, tidak seperti biasanya saat di kelas dia selalu nampak ceria dan semangat, “ Jangan terlalu tegang, nanti ikan-ikan pada mabok loh kalo kebanyakan dikasih makanan, “ ujar Sakti menggoda Sekar.
Sekar langsung membulatkan matanya, dia tahu ikan jenis Louhan ini harganya tidak mungkin setara ikan Lele atau ikan mujair yang ada di pasar, apalagi jumlahnya ada ratusan. Sekar langsung meletakan makanan ikan yang ada di tangannya, melihat kelakuan Sekar membuat Sakti semakin terpingkal-pingkal.
“ Bagaimana tidak tegang, kalau dosennya bertanya-tanya soal kehidupan pribadinya, “ ucap Bima yang membuat Sakti dan Sekar terkejut.
“ Kami kan penasaran kak, jadi kapan kalian akan menikah?” tanya Cheryl yang tiba-tiba datang juga.
“ Secepatnya, “ jawab Bima.
Seketika Sakti, Cheryl dan juga Sekar menunjukan raut muka tidak percaya, terlebih lagi Sekar yang merasa lututnya lemas.
Hampir satu jam Sekar menatap langit-langit, seharusnya dia dapat tidur dengan nyenyak. Kapan lagi dia bisa menempati kamar yang luas serta kasur ukuran besar, dia masih merasa kesal dengan ucapan Bima yang mengatakan akan segera menikah.Sekar berusaha menutup matanya, lagi-lagi dia tidak bisa memejamkan mata, “ Isssh…Pak Bima kenapa sembarangan jawab sih, nikah? kalau nggak ada stok laki-laki di dunia ini mungkin aku baru mau nikah sama dia, nikaaaah? “ucapnya kesal.Tiba-tiba dia teringat dengan Doni, laki-laki yang hampir merenggut mahkota kegadisannya sehari sebelum menikah siri, pengalaman pahit yang tidak ingin dia ingat lagi. Sekar tidak ingin berurusan dengan cinta apalagi pernikahan, dia hanya ingin merebut kembali rumah yang sangat berarti.****Alarm dari ponsel Sekar berbunyi pukul 04.30, dia segera bangun untuk mandi dan sholat subuh. Keluar dari kamar suasana masih sunyi, belum ada tanda-tanda mereka sudah bangun, tapi aroma harum masakan yang berasal dari dapur membuat
Sekar menyadari jika dia tidak tahu apa-apa mengenai Bima, dia hanya tau umur dan apartemennya saja, selebihnya Sekar tidak tahu apapun.“ Tapi Kami sudah main dengan Kak Claudia itu sejak kecil, jadi Kak Sekar nggak perlu khawatir ya, “ ujar Cheryl.“ Eh iya, enggak apa-apa kok, “ jawab Sekar, dia sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran Claudia, dia hanya terkejut.Bima keluar dengan menggunakan pakaian khusus, kuda miliknya dan Cheryl telah siap ditunggangi, “ Kamu yakin nggak mau ikut latihan sayang?” tanya Bima, dia tidak mau Cheryl yang ada disampingnya curiga.“ Iya enggak usah, naik delman saja aku mabuk apalagi langsung naik kudanya, nanti malah kudanya ikut mabok, “ Sekar beralasan.“ Hahahahah selera Kak Bima kali ini unik, “ bisik Cheryl pada Bima seraya berjalan meninggalkan Sekar.“ Bunga yang di telinga kamu buang, terlihat aneh dan kampungan, “ ucap Bima lalu berjalan menyusul Cheryl.Sekar menggenggam telapak tangannya, ingin sekali dia mendaratkan sebuah pukulan
“ Sebaiknya Kak Sekar langsung ke Villa saja kak, nanti aku telepon Bi Ema untuk memanggil tukang urut langganan mami, “ ucap Cherl pada Sakti, lalu menyusul Bima dan Claudia yang masuk ke dalam rumah kecil yang disediakan untuk beristirahat.“ Apa kamu bisa berdiri?” tanya Sakti.“ Bisa kok, tapi aku enggak apa-apa, shhh…” ucap Sekar menahan rasa sakit.“ Aku khawatir dengan Kak Claudia, “ ujar Sekar yang ingin mengetahui bagaimana kondisi Claudia.“ Sudah ada Kak Bima dan Cheryl, lebih baik kita pulang ke Villa, ayo aku antar,” Sakti menawarkan diri. Sekar mengangguk, dia tidak masalah jika diantar oleh Sakti.Mereka menaiki kendaraan khusus menuju villa utama, Sekar menahan rasa sakit di kakinya dan berusaha tidak merintih karena tidak ingin terkesan manja di hadapan Sakti. Seorang petugas bersiaga untuk mengantarkan mereka, Sekar memegang lengan Sakti agar bisa berjalan.“ Pak, emangnya Kak Claudia itu suka pingsan?” tanya Sekar penasaran.“ Hmm…kayaknya nggak, mungkin tadi Claudia
Mendengar Claudia menyebut nama Doni membuat raut muka Sekar mendadak menjadi pucat, bagaimana Claudia mengetahui tentang Doni yang merupakan bagian dari masalalunya.“ Maksud Kak Claudia?” tanya Sekar, dia tidak ingin terlihat gugup.“ Ah enggak apa-apa aku salah ucap tadi, maaf ya, kamu istirahat saja, “ jawab Claudia meninggalkan Sekar.Claudia dengan percaya diri memberi peringatan kepada Sekar, dia tau jika gadis itu sangat polos dan tidak akan berani melaporkan dirinya pada Bima ataupun Sakti. Terlebih lagi setelah Claudia menunjukan jika Bima lebih memilih membantunya saat di arena balap kuda tadi.Sekar dengan sangat yakin jika Claudia menyebut nama Doni, tidak mungkin kebetulan. Tapi setelah dipikir lagi untuk apa Claudia mengetahui tentang masa lalu dirinya, Sekar yakin jika wanita itu masih menyimpan perasaan pada Bima.“ Tenang aja, Pak Bima itu bukan pria idaman ku, dikasih gratis juga nggak mau!” ucap Sekar dengan berbisik saat Claudia sudah keluar dari kamarnya.****M
“ Bima belum menyiapkan apapun mi, “ ucap Bima berusaha menghentikan niat orang tuanya.Mamih Anita tersenyum, “ Kamu tenang saja sayang, mami sudah menyiapkan ini, “ ucapnya.Mami Anita berjalan mendekati Bima dan memberikan sebuah kotak perhiasan yang ukurannya lumayan besar. Bima membuka kotak perhiasan itu, yang ternyata berisi satu set perhiasan. Sekar melirik kalung itu dan penasaran untuk apa Mami Anita memberikan satu set perhiasan pada Bima.“ Bima, ayo jangan diem aja, pakein kalung sama cincin dan kalung itu, “ kata Mami Anita.“ Sabar dong mamih, Kak Bima kan pasti gugup, “ Cheryl tersenyum menggoda Bima.Sekar semakin tegang mendengar hal itu, dia berusaha tidak terikat dengan keluarga Rafael. Tapi sekarang dia harus menerima tanda pertunangan berupa perhiasan yang dia yakin harganya sangat mahal.Bima tidak tau lagi cara menolak pertunangan ini, dia sangat mengenal sifat papi dan mamih. Usahanya meyakinkan mereka tentang hubungan palsunya dengan Sekar telah berhasil,
“ Apa?! tinggal bersama?nggak bisa begitu dong pak! “ protes Sekar.“ Bisa saja, kalau kata saya bisa, “ ucap Bima bersikeras.“ Kita kan enggak menikah, baru bertunangan, masa kita tinggal seatap, “ Sekar mempertahankan argumennya.“ Apa bedanya yang dengan kemarin-kemarin?” Bima menatap Sekar dengan tajam.Tiba-tiba Sekar tidak bisa berkata-kata lagi, seolah semua protesnya terbantahkan oleh Bima. Tapi Sekar masih berusaha meyakinkan Bima untuk mengubah pendiriannya, lebih baik tinggal di kos nya yang kecil bahkan lebih luas kamar mandi waktu di Villa.Perdebatan sengit mereka sampai melupakan Sekar yang ingin turun terlebih dahulu sebelum masuk gedung kantor R’L group. Mereka sudah berada di depan loby kantor dan seorang petugas keamanan berjalan menuju mobil untuk membukakan pintu.Betapa kagetnya petugas keamanan tersebut saat membuka pintu dan melihat seorang wanita yang menutup mukanya dengan telapak tangan. “ Oh maaf, “ ucapnya saat melihat Bima berada di kursi sebelahnya, lal
Sekar menunggu seseorang di butik milik Mamih Anita, sudah dua botol air mineral dingin diminumnya, entah karena gugup atau haus seakan-akan dahaga terus menyelimuti tenggorokannya.Terlihat seseorang yang ditunggunya sudah datang, senyum sumringah menghiasi wajah Sekar, beberapa persen cemasnya telah sirna.“ Maaf lama yah nunggunya?” tanya Sakti menyapa Sekar.“ Enggak kok, aku aja yang terlalu cepat sampai sini karena naik motor kak, “ jawab Sekar.“ Kenapa enggak aku jemput saja di kantor, kan sejalan dari kampus, “ kata Sakti.“ Aduh, seisi kantor aku yakin sedang membicarakan kami, sampai aku nggak punya muka lagi bertemu dengan teman-teman kerja, “ ujar sekar, raut mukanya nampak sedih tidak bisa dikondisikan lagi.“ Kita tidak bisa mengatur perasaan orang lain, kalau memang kamu dan Kak Bima saling mencintai, aku pikir status sosial bukan jadi masalah, apalagi papi dan mami menyukaimu, “ Sakti memberikan semangat.Sekar menghela napas, andai saja dia bisa berkata jujur pada S
Claudia tampak tersenyum ke arah Sekar, dia merasa menang dan lebih unggul karena ikut dalam jamuan makan malam dan tiba lebih dulu. Sekar sendiri sebenarnya tidak terlalu memperdulikan kehadiran Claudia, namun dia bertanya-tanya sedang apa wanita itu ada di sini.Bima berdiri dan menyambut Sekar dengan senyuman, dia menggenggam tangan Sekar lalu mengenalkannya pada tamu investor. Dia juga mengenalkan Sakti, karena selama ini Sakti tidak pernah terlibat dalam urusan perusahaan, jarang ada yang mengetahui anak kedua dari Tuan Rafael.“ Tunangan anda sangat manis, dia masih sangat muda, “ ucap tuan Lee dengan menggunakan bahasa Inggris.“ Terimakasih anda terlalu memuji, “ jawab Bima.Bima juga tidak menyangka jika penampilan Sekar dapat berubah seperti itu, keputusannya mengirim gadis itu ke butik Mami Anita sudah tepat, dia bangga dengan instingnya yang tidak pernah meleset.Mendengar Tuan Lee berbicara dengan bahasa mandarin dengan ajudannya, Sekar mengetahui jika investor itu dari t