“ Kamu tidak pernah minum?” tanya Bima.Sekar menggelengkan kepalanya, “ Nggak pernah pak, “ jawabnya.Bima membuka botol wine yang ada di tangannya, “ Kalau begitu cukup temani saya saja, “ kata Bima.Bima membawa gelasnya keluar, dia duduk di kursi yang ada di teras dan Sekar juga mengikuti. Sesekali dia menatap dalam ke arah Bima yang terlihat tatapannya kosong.“ Kenapa kamu melihat saya seperti itu?” tanya Bima dengan tatapan lurus tanpa menoleh ke arah Sekar.“ Aku bingung, karena tumben bapak baik eh maksudnya sikap pak Bima malam ini aneh, “ jawab Sekar.“ Apa kamu pernah mencintai seseorang? dan sangat ingin bersamanya?” Bima bertanya lagi.Sekar menggelengkan kepalanya, “ Belum pernah pak, sepertinya hidupku bahkan tidak sempat memikirkan hal seperti itu, aku tidak punya waktu untuk hal-hal seperti itu, “ jawabnya.“ Kalau begitu kamu tidak akan pernah tau rasanya ingin bersama dan memiliki seseorang, “ ujar Bima.Sekar jadi tersadar jika hidupnya sangat flat dan membosankan
Setelah beberapa saat menikmati sentuhan bibir Bima, Sekar segera sadar dan membuka matanya. Dia melepaskan diri dari cengkraman Bima, tanpa berkata apa-apa karena rasa malu, Sekar segera berlari keluar menuju kamarnya.Sekar meraih tisu dan mengelap bibirnya, jantungnya masih berdetak kencang, pikirannya kacau karena masih tidak percaya jika dirinya telah berciuman dengan Bima, laki-laki yang sama sekali tidak pernah diharapkan ada dalam kehidupannya apalagi hatinya.“ Sekar!! kamu ceroboh, kamu bodoh, ahhh sial!!” Sekar memaki dirinya sendiri.Meskipun sudah membasuh mukanya beberapa kali, Sekar tidak bisa melupakan pengalaman pertama itu. Yang lebih tidak masuk akal adalah kenapa dia sempat menikmati permainan bibir Bima, laki-laki yang selama ini memperlakukan dia dengan kasar.****Sekar terbangun pukul 05.00 subuh, walaupun baru saja memejamkan matanya selama tiga jam, Sekar tidak ingin terlambat menyiapkan sarapan pagi. Karena semalam Bima mabuk, Sekar berinisiatif membuat sup
Suara cangkir yang berdentum keras membuat dua orang yang ada di ruangan itu terkejut, seorang laki-laki yang sedang berbicara melalui ponsel di sudut ruangan segera menghentikan pembicaraannya, lalu berjalan menuju sumber suara.Tampak seorang wanita, dengan muka pucat pasi yang sedang memegang gagang pintu langsung berbalik badan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Untuk pertama kalinya Sekar bertatap muka dengan atasannya, padahal sudah 1,5 tahun bekerja di perusahaan itu.“ Siapa yang meletakan gelas itu di meja?” seru laki-laki bertubuh kekar itu dengan tatapan sinis ke arah tumpukan berkas yang terkena tumpahan minuman.“ Maaf Pak Bima, saya yang meletakkannya di situ, karena tadi bapak yang meminta saya,” jawab Sekar tidak mau sepenuhnya disalahkan.“ Apa kamu tidak melihat ada meja lain di ruangan ini?” serunya dengan mimik muka kesal.Melihat ekspresi muka Pak Bima yang begitu menyeramkan membuat Sekar ketakutan, bukan takut dengan ekspresi sangar laki-laki itu, ta
“ Mbak Lastri…serius ga salah denger? untuk apa Pak Bima mau ketemu aku? kayanya mbak salah denger deh, “ ucap Sekar, dia masih berharap Lastri salah mendengar namanya.“ Jelas-jelas itu kamu ah…ga mungkin salah dengar, yang numpahin berkas kan cuma kamu, “ jawab Lastri.“ Ih…mbak kok gitu…itu kan unsur ketidaksengajaan, “ protes Sekar.“ Tetep aja kamu yang dianggap salah, “ Lastri menimpali dengan lirikan meledek.“ Apa aku mau dipecat ya mbak?” tatapan muka Sekar menunjukan rasa sedih dan putus asa.“ Aku juga nggak tau nih, yuk cepet jalannya, “ Lastri menarik lengan Sekar.Lastri mengetuk pintu beberapa kali, setelah mendengar suara Bima yang mempersilahkan mereka masuk, mereka berdua membuka pintu dan berjalan ke arah Bima yang sedang duduk di meja melihat layar laptop.“ Permisi pak, Saya sudah membawa Sekar, “ ujar Lastri.Sekar hanya menunduk diam tak bersuara, dia sudah ketakutan akan kehilangan pekerjaannya.“ Karena kamu sudah membuat kekacauan hari ini, kamu harus bekerj
“ Apa kamu punya pacar?!” tanya Bima geram dengan sikap Sekar.Sekar terkejut, “ Pa…pacar….ti..tidak Pak, “ jawabnya terbatas-bata. Bagaimana mungkin hidupnya yang rumit harus ditambah rumit dengan kehadiran seorang laki-laki dalam hidupnya. Jangankan mempunya pacar, dekat dengan seorang laki-laki saja tidak terpikirkan olehnya.“ Jangan sampai pacar kamu menginjakan kakinya di apartemen ini, “ tegas Bima.“ Pak saya ijin keluar malam pak karena saya….” Sekar berharap Bima sudah mengetahuinya.“ Lastri sudah mengatakannya pada ku, kamu tetap boleh berangkat kuliah, dan pastikan pekerjaan kamu selesai, “ Bima mengingatkan.Mata Sekar langsung berbinar saat Bima mengizinkannya keluar malam untuk kuliah, selama ini dia bekerja keras semata-mata untuk bisa membiayai kuliahnya.“ Siap, pasti akan saya ingat pak!” ujar Sekar dengan senyum sumringah.“ Kamar kamu ada di sana, “ Bima menunjuk sebuah ruangan yang tak jauh dari dapur dan tempat menjemur pakaian.“ Oh baik Pak, “ jawabnya.“ Oke
“ Pasangan pak? maksudnya bagaimana ya pak? bisa lebih jelas lagi?” suara Sekar meninggi, dadanya berdetak kencang, dia berharap salah mendengar atau sedang berhalusinasi.“ Iya pasangan, pacar saya, tapi tentu saja pacar kontrak, bukan yang sesungguhnya, INGAT HANYA KONTRAK! HANYA PURA-PURA!,“ ujar Bima menegaskan.“ Saya masih tidak paham pak, kenapa bapak menawari ku sebagai pacar, maaf maksudnya pacar kontrak, tunggu pak apa saya tidak salah dengar?” Sekar memastikan.“ Kamu tidak salah dengar, saya menawari kamu sebuah kontrak untuk pura-pura menjadi pasangan saya, cukup enam bulan berpura-pura menjadi pasangan saya, “ jawab Bima dengan santai.Sekar bingung dan tidak mengerti dengan ucapan Bima, sebuah tawaran yang tidak masuk akal. Bukan hanya menjadi pacar kontrak tapi juga statusnya sebagai pegawai rendahan, bagaimana mungkin Bima seorang penerus perusahaan besar R’L grup meminta dirinya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya.“ Sepertinya Pak Bima jetlag, mau saya bawakan oba
“ Sekar, apa kamu masih menjaga apartemen?” tanya Sakti, saat sedang merapihkan laptop setelah mengajar. Hanya tinggal beberapa mahasiswi saja yang ada di ruangan itu.“ Masih pak, tapi malam ini aku pulang telat karena mau ke Panti, Eyang Yanti buat syukuran, kayanya nanti mata kuliah Pak Danu aku ijin, “ ujar Sekar.“ Apa aku boleh ikut, sepertinya menyenangkan, “ Sakti tersenyum ke arah Sekar.“ Serius Pak Sakti mau ikut? nggak ada gadis muda loh, “ Sekar meledek.Sakti tertawa mendengar ucapan Sekar, “ Setiap hari aku melihat gadis muda,” ucapnya.“ Oke ayo pak, oma dan opa di panti pasti rindu sama idolanya, “ Sekar bersemangat, dia teringat jika Sakti merupakan relawan favorit oma dan opa panti.Mereka berjalan menuju parkiran, Sekar melihat sebuah mobill yang terlihat asing.“ Pak Sakti ganti mobil?” tanya Sekar seraya masuk ke dalam mobil.“ Oh enggak, mobil ku yang biasa dipakai sedang diservice, “ jawabnya.“ Apa gaji dosen itu besar ya pak soalnya Pak Sakti sampai punya mo
Karena panik dengan kehadiran Sakti, Sekar mengurungkan niatnya untuk menyambut dosennya itu, dia sangat terkejut dan entah harus bersikap bagaimana. Saat melihat pintu yang mengarah ke sebuah kolam ikan, dia langsung berlari kecil dengan hati-hati, berharap Sakti tidak melihatnya.“ Kok ada Pak Sakti sih di sini?, “ucapnya berbisik seraya sesekali melihat ke arah dalam rumah. Sekar Berdiri didekat pintu untuk melihat situasi, dia melihat orang tua Bima saling berpelukan dengan Sakti dan seorang gadis yang usianya mungkin sama dengan dirinya, hanya saja gadis itu tampil modis. “ Kak Bima sudah datang mih?” tanya Sakti.“ Sudah baru saja,dia lagi ke kamar mungkin ganti baju, “ jawab Mamih Anita.Sekar seperti tersambar petir saat mendengar Sakti menyebut Bima dengan panggilan kakak, dia takut jika sandiwaranya dengan Bima akan terbongkar, sudah pasti dia akan kehilangan pekerjaannya.“ Apa? kakak?! tidak mungkin Pak Sakti sang dosen idola adiknya Pak Bima, enggak mungkin! mereka sep