Share

Kontrak Palsu Tuan CEO
Kontrak Palsu Tuan CEO
Author: Mamah Khayra

BOS GANTENG TAPI GALAK

Suara cangkir yang berdentum keras membuat dua orang yang ada di ruangan itu terkejut, seorang laki-laki yang sedang berbicara melalui ponsel di sudut ruangan segera menghentikan pembicaraannya, lalu  berjalan menuju sumber suara.

Tampak seorang wanita, dengan muka pucat pasi yang sedang memegang gagang pintu langsung berbalik badan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. 

Untuk pertama kalinya Sekar  bertatap muka dengan atasannya, padahal  sudah 1,5 tahun bekerja di perusahaan itu.

“ Siapa yang meletakan gelas itu di meja?” seru laki-laki bertubuh kekar itu dengan tatapan sinis ke arah tumpukan berkas yang terkena tumpahan minuman.

“ Maaf Pak Bima, saya yang meletakkannya di situ, karena tadi bapak yang meminta saya,” jawab Sekar tidak mau sepenuhnya disalahkan.

“ Apa kamu tidak melihat ada meja lain di ruangan ini?” serunya dengan mimik muka kesal.

Melihat ekspresi muka Pak Bima yang begitu menyeramkan membuat Sekar ketakutan, bukan takut dengan ekspresi sangar laki-laki  itu, tapi khawatir jika dirinya akan kehilangan pekerjaan.

“ Ma…af pak, saya tadi….” entah kenapa Sekar tak bisa melanjutkan kata-katanya, hanya bisa menunduk dengan tangan yang masih memegang erat nampan.

“ Sudah jangan banyak alasan! bersihkan meja saya dan pastikan berkas itu tidak rusak! “ ucap Bima lalu berjalan menuju sofa, menunggu Sekar membersihkan meja.

Suara ketukan pintu terdengar, terlihat seorang wanita dengan rambut sebahu bergegas mencari tahu apa yang sedang terjadi di ruangan atasannya, wanita itu adalah Lastri sekretaris Bima 

“ Maaf Pak Bima, tadi saya dengar bapak berteriak, ada apa ya pak? “ tanya Lastri.

“ Lihat saja, “ jawab Bima dengan menunjuk jarinya ke arah Sekar yang sedang membersihkan meja.

Lastri bergegas menuju ke arah meja untuk membantu Sekar, dia tahu betul jika Pak Bima sangat perfeksionis  dalam banyak hal.

“ Sekar..kok bisa begini sih, “ bisik Lastri pada Sekar.

Sekar berkaca-kaca menahan air mata, “ Aku juga ga tau mbak, “ jawabnya dengan nada lemas.

“ Ayo aku bantuin, biar cepet selesai, “ ucap Lastri masih dengan berbisik.

Tidak berselang lama meja tersebut sudah rapi kembali, Lastri memegang berkas yang basah terkena air teh.

“ Permisi pak, mejanya sudah rapi, saya akan print ulang berkasnya, tapi sepertinya meeting hari ini akan ditunda, “ ucap Lastri dengan hati-hati, sedangkan Sekar menunduk di sampingnya.

“ Oke, kita re-schedule meetingnya, pastikan berkas itu sudah selesai sore ini, “ ucap Bima dengan nada tegas, lalu beranjak dari sofa meninggalkan Sekar dan Lastri.

Lastri langsung memberikan isyarat untuk segera keluar dari ruangan itu pada Sekar, gadis muda itu mengikuti langkah Lastri.

“ Mbak Lastri gimana nih?  berkasnya rusak ya?” tanya Sekar dengan cemas.

Lastri meletakan berkas itu di mejanya, “ Yang pasti ga mungkin pakai berkas itu untuk meeting, aku akan cetak lagi, udah gak apa-apa jangan terlalu cemas, kamu tumben sih sembarangan naro cangkir Pak Bima?” tanya Lastri penasaran.

Sekar bingung menjelaskanya dan hanya menghela nafas panjang, “ Kayanya aku kurang minum deh mbak, “ ucap Sekar seraya melihat nampan yang di pegangnya.

“ Enggak cuma kurang minum tapi juga kurang makan, udah sana beli makan dulu, aku bakalan pulang telat nih siapin berkasnya,” ujar Lastri.

“ Maaf ya mbak, aku temenin lembur  deh, gak apa sesekali aku ijin kuliah, kata mbak kan aku nggak usah terlalu rajin hehehe, “ ucap Sekar mencairkan suasana yang  kaku.

“ Hahahaha dasar, emang aja kamu mau bolos kuliah, pake alasan nemenin lembur, ya udah aku titip beli makan yah, nih uangnya, “ Lastri menyerahkan lembar uang 50.000 pada Sekar.

“ Nggak usah mbak, aku traktir deh kali ini sebagai permintaan maaf ku, “ kata Sekar.

“ Heh ga usah sok..sok an traktir mending nabung buat bayar SPP, nih buruan, “ seru Lastri.

“ Hehehe terimakasih mba, aku permisi dulu ya, “ ucap Sekar lalu beranjak dari hadapan Lastri menuju pantry.

Sekar meletakan nampan dan cangkir tersebut di wastafel, dengan langkah perlahan  meraih kursi yang tak jauh darinya, lututnya lemas tak bertenaga.

“ Ya ampun Sekar….ceroboh banget sih kamu!, tadi pagi nginjek buntut kucing sekarang berurusan sama si bos! “ gerutunya dengan suara perlahan.

***

Sekar menyeruput minumannya seraya melihat ke atas awan, dia sedang menunggu Lastri di rooftop garden untuk makan siang yang sangat terlambat karena jam sudah menunjukan pukul empat sore saat semuanya bersiap pulang.

Di tempat ini biasanya Sekar menghabiskan waktunya untuk belajar saat semua pekerjaannya telah selesai dan waktu istirahat baginya digunakan untuk belajar.  Sekar sangat berharap  masalah tadi tidak membuatnya kehilangan pekerjaan.

Kabur dari rumah karena menolak dinikahkan dengan Heru, anak juragan besi  yang terkenal playboy adalah sebuah pilihan yang sulit. Dengan berat hati Sekar meninggalkan rumah yang merupakan kenangannya bersama mendiang kedua orang tuanya yang telah dikuasai oleh ibu tirinya.

Dengan hanya membawa ijazah, surat keluarga dan beberapa baju saja, Sekar berhasil sampai di Ibu kota dengan bantuan Risma temannya yang bekerja di Panti Wreda. Nasib baik berpihak padanya,  setelah bekerja serabutan dan  kemudian mendapatkan pekerjaan di R’L group, perusahaan besar meski hanya sebagai office girl, pekerjaan apapun baginya asalkan halal tidak masalah. Terlebih lagi dia tidak perlu lagi menumpang tinggal di panti Wreda karena merasa sungkan dengan Risma.

Setelah tabungannya mencukupi untuk mendaftar kuliah dan memilih kelas karyawan, Sekar dengan semangat dan yakin meneruskan pendidikannya, dia ingin mendapatkan pekerjaan yang baik sehingga dapat merebut kembali semua yang telah direbut oleh ibu tirinya.

“ Aduh maaf ya Sekar aku kelamaan, “ terdengar suara Lastri dari arah belakangnya.

“ Enggak apa-apa mbak, aku juga baru sampai sini 30 menit yang lalu kok, “ kata Sekar.

“ Loh kamu belum makan?” Lastri terkejut saat melihat dua kotak makan yang ada di meja masih terlihat penuh isinya.

“ Kita makan bareng yuk mbak, nggak enak makan sendiri, “ kata Sekar cengengesan.

“ Alah…alibi…biasanya juga kamu di sini makan sendirian, bilang aja kamu merasa bersalah iya kan…” Lastri meledek.

“ Hahahah tau aja...sekali lagi maaf ya mbak, “ ucap Sekar masih merasa bersalah.

“ Iya gak apa-apa, ayo kita makan, “ ajak Lastri.

Mereka duduk berhadapan untuk menyantap makanan yang tidak lagi hangat, rasa lapar membuat makanan itu tetap nikmat.

“ Sekarang kamu sudah semester dua ya? kuliah kamu lancar?” tanya Lastri.

“ Alhamdulilah lancar mbak, “ jawab Sekar.

" Kamu pasti kaget ya, karena baru pertama kali berurusan dengan Pak Bima, dia memang orangnya tegas, sangat tegas dan perfeksionis banget, kalau sudah urusan pekerjaan ga ada obatnya deh, untung aja ganteng, " kelakar Lastri.

Tiba-tiba Sekar tersedak saat mendengar kata ganteng yang terucap dari mulut Lastri, dia sama sekali gak pernah memperhatikan secara detail bagaimana wajah atasannya.

" Loh hati-hati Sekar makan ga usah buru-buru, " kata Lastri.

" I...iya mba tadi saking laper jadi buru-buru, " jawab Sekar .

" Pak Bima itu masih single loh...masih misteri kenapa sampai umurnya sekarang 39  tahun belum juga mau nikah, " Lastri menambahi.

Sekar hanya mengangguk, dia tak begitu mempedulikan kehidupan pribadi atasannya, tapi ucapan Lastri menambah pengetahuan dia tentang Pak Bima yang terkenal tegas. Sekar Tidak menyangka umur Pak Bima hampir kepala empat, padahal kalau diingat lagi, postur dan wajahnya seperti umur 30 an awal.

Saat mereka sedang asyik menikmati makanannya, tiba-tiba ponsel Lastri berdering. Melihat siapa yang menelepon, dia langsung mengangkatnya.

“ Iya pak baik, saya sudah selesai makan kok pak, “ jawabnya, lalu menyudahi pembicaraan di telepon.

“ Sekar kita udahan dulu ya makannya, “ kata Lastri seraya  merapikan nasi kotaknya.

“ Loh mbak ini nanggung dikit lagi habis, “ protes Sekar, dia tak mau menyia-nyiakan makanan nya.

“ Sekarang kita harus menghadap Pak Bima, ayo cepet, “ ajak Lastri.

“ Kita?” tanya Sekar memastikan.

“ Iya kita, aku dan kamu diminta menghadap sekarang, “ ujarnya.

Wajah Sekar berubah pucat pasi, dia merasa akan ada hal tidak menyenangkan menimpa dirinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status