Suara cangkir yang berdentum keras membuat dua orang yang ada di ruangan itu terkejut, seorang laki-laki yang sedang berbicara melalui ponsel di sudut ruangan segera menghentikan pembicaraannya, lalu berjalan menuju sumber suara.
Tampak seorang wanita, dengan muka pucat pasi yang sedang memegang gagang pintu langsung berbalik badan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
Untuk pertama kalinya Sekar bertatap muka dengan atasannya, padahal sudah 1,5 tahun bekerja di perusahaan itu.
“ Siapa yang meletakan gelas itu di meja?” seru laki-laki bertubuh kekar itu dengan tatapan sinis ke arah tumpukan berkas yang terkena tumpahan minuman.
“ Maaf Pak Bima, saya yang meletakkannya di situ, karena tadi bapak yang meminta saya,” jawab Sekar tidak mau sepenuhnya disalahkan.
“ Apa kamu tidak melihat ada meja lain di ruangan ini?” serunya dengan mimik muka kesal.
Melihat ekspresi muka Pak Bima yang begitu menyeramkan membuat Sekar ketakutan, bukan takut dengan ekspresi sangar laki-laki itu, tapi khawatir jika dirinya akan kehilangan pekerjaan.
“ Ma…af pak, saya tadi….” entah kenapa Sekar tak bisa melanjutkan kata-katanya, hanya bisa menunduk dengan tangan yang masih memegang erat nampan.
“ Sudah jangan banyak alasan! bersihkan meja saya dan pastikan berkas itu tidak rusak! “ ucap Bima lalu berjalan menuju sofa, menunggu Sekar membersihkan meja.
Suara ketukan pintu terdengar, terlihat seorang wanita dengan rambut sebahu bergegas mencari tahu apa yang sedang terjadi di ruangan atasannya, wanita itu adalah Lastri sekretaris Bima
“ Maaf Pak Bima, tadi saya dengar bapak berteriak, ada apa ya pak? “ tanya Lastri.
“ Lihat saja, “ jawab Bima dengan menunjuk jarinya ke arah Sekar yang sedang membersihkan meja.
Lastri bergegas menuju ke arah meja untuk membantu Sekar, dia tahu betul jika Pak Bima sangat perfeksionis dalam banyak hal.
“ Sekar..kok bisa begini sih, “ bisik Lastri pada Sekar.
Sekar berkaca-kaca menahan air mata, “ Aku juga ga tau mbak, “ jawabnya dengan nada lemas.
“ Ayo aku bantuin, biar cepet selesai, “ ucap Lastri masih dengan berbisik.
Tidak berselang lama meja tersebut sudah rapi kembali, Lastri memegang berkas yang basah terkena air teh.
“ Permisi pak, mejanya sudah rapi, saya akan print ulang berkasnya, tapi sepertinya meeting hari ini akan ditunda, “ ucap Lastri dengan hati-hati, sedangkan Sekar menunduk di sampingnya.
“ Oke, kita re-schedule meetingnya, pastikan berkas itu sudah selesai sore ini, “ ucap Bima dengan nada tegas, lalu beranjak dari sofa meninggalkan Sekar dan Lastri.
Lastri langsung memberikan isyarat untuk segera keluar dari ruangan itu pada Sekar, gadis muda itu mengikuti langkah Lastri.
“ Mbak Lastri gimana nih? berkasnya rusak ya?” tanya Sekar dengan cemas.
Lastri meletakan berkas itu di mejanya, “ Yang pasti ga mungkin pakai berkas itu untuk meeting, aku akan cetak lagi, udah gak apa-apa jangan terlalu cemas, kamu tumben sih sembarangan naro cangkir Pak Bima?” tanya Lastri penasaran.
Sekar bingung menjelaskanya dan hanya menghela nafas panjang, “ Kayanya aku kurang minum deh mbak, “ ucap Sekar seraya melihat nampan yang di pegangnya.
“ Enggak cuma kurang minum tapi juga kurang makan, udah sana beli makan dulu, aku bakalan pulang telat nih siapin berkasnya,” ujar Lastri.
“ Maaf ya mbak, aku temenin lembur deh, gak apa sesekali aku ijin kuliah, kata mbak kan aku nggak usah terlalu rajin hehehe, “ ucap Sekar mencairkan suasana yang kaku.
“ Hahahaha dasar, emang aja kamu mau bolos kuliah, pake alasan nemenin lembur, ya udah aku titip beli makan yah, nih uangnya, “ Lastri menyerahkan lembar uang 50.000 pada Sekar.
“ Nggak usah mbak, aku traktir deh kali ini sebagai permintaan maaf ku, “ kata Sekar.
“ Heh ga usah sok..sok an traktir mending nabung buat bayar SPP, nih buruan, “ seru Lastri.
“ Hehehe terimakasih mba, aku permisi dulu ya, “ ucap Sekar lalu beranjak dari hadapan Lastri menuju pantry.
Sekar meletakan nampan dan cangkir tersebut di wastafel, dengan langkah perlahan meraih kursi yang tak jauh darinya, lututnya lemas tak bertenaga.
“ Ya ampun Sekar….ceroboh banget sih kamu!, tadi pagi nginjek buntut kucing sekarang berurusan sama si bos! “ gerutunya dengan suara perlahan.
***
Sekar menyeruput minumannya seraya melihat ke atas awan, dia sedang menunggu Lastri di rooftop garden untuk makan siang yang sangat terlambat karena jam sudah menunjukan pukul empat sore saat semuanya bersiap pulang.
Di tempat ini biasanya Sekar menghabiskan waktunya untuk belajar saat semua pekerjaannya telah selesai dan waktu istirahat baginya digunakan untuk belajar. Sekar sangat berharap masalah tadi tidak membuatnya kehilangan pekerjaan.
Kabur dari rumah karena menolak dinikahkan dengan Heru, anak juragan besi yang terkenal playboy adalah sebuah pilihan yang sulit. Dengan berat hati Sekar meninggalkan rumah yang merupakan kenangannya bersama mendiang kedua orang tuanya yang telah dikuasai oleh ibu tirinya.
Dengan hanya membawa ijazah, surat keluarga dan beberapa baju saja, Sekar berhasil sampai di Ibu kota dengan bantuan Risma temannya yang bekerja di Panti Wreda. Nasib baik berpihak padanya, setelah bekerja serabutan dan kemudian mendapatkan pekerjaan di R’L group, perusahaan besar meski hanya sebagai office girl, pekerjaan apapun baginya asalkan halal tidak masalah. Terlebih lagi dia tidak perlu lagi menumpang tinggal di panti Wreda karena merasa sungkan dengan Risma.
Setelah tabungannya mencukupi untuk mendaftar kuliah dan memilih kelas karyawan, Sekar dengan semangat dan yakin meneruskan pendidikannya, dia ingin mendapatkan pekerjaan yang baik sehingga dapat merebut kembali semua yang telah direbut oleh ibu tirinya.
“ Aduh maaf ya Sekar aku kelamaan, “ terdengar suara Lastri dari arah belakangnya.
“ Enggak apa-apa mbak, aku juga baru sampai sini 30 menit yang lalu kok, “ kata Sekar.
“ Loh kamu belum makan?” Lastri terkejut saat melihat dua kotak makan yang ada di meja masih terlihat penuh isinya.
“ Kita makan bareng yuk mbak, nggak enak makan sendiri, “ kata Sekar cengengesan.
“ Alah…alibi…biasanya juga kamu di sini makan sendirian, bilang aja kamu merasa bersalah iya kan…” Lastri meledek.
“ Hahahah tau aja...sekali lagi maaf ya mbak, “ ucap Sekar masih merasa bersalah.
“ Iya gak apa-apa, ayo kita makan, “ ajak Lastri.
Mereka duduk berhadapan untuk menyantap makanan yang tidak lagi hangat, rasa lapar membuat makanan itu tetap nikmat.
“ Sekarang kamu sudah semester dua ya? kuliah kamu lancar?” tanya Lastri.
“ Alhamdulilah lancar mbak, “ jawab Sekar.
" Kamu pasti kaget ya, karena baru pertama kali berurusan dengan Pak Bima, dia memang orangnya tegas, sangat tegas dan perfeksionis banget, kalau sudah urusan pekerjaan ga ada obatnya deh, untung aja ganteng, " kelakar Lastri.
Tiba-tiba Sekar tersedak saat mendengar kata ganteng yang terucap dari mulut Lastri, dia sama sekali gak pernah memperhatikan secara detail bagaimana wajah atasannya.
" Loh hati-hati Sekar makan ga usah buru-buru, " kata Lastri.
" I...iya mba tadi saking laper jadi buru-buru, " jawab Sekar .
" Pak Bima itu masih single loh...masih misteri kenapa sampai umurnya sekarang 39 tahun belum juga mau nikah, " Lastri menambahi.
Sekar hanya mengangguk, dia tak begitu mempedulikan kehidupan pribadi atasannya, tapi ucapan Lastri menambah pengetahuan dia tentang Pak Bima yang terkenal tegas. Sekar Tidak menyangka umur Pak Bima hampir kepala empat, padahal kalau diingat lagi, postur dan wajahnya seperti umur 30 an awal.
Saat mereka sedang asyik menikmati makanannya, tiba-tiba ponsel Lastri berdering. Melihat siapa yang menelepon, dia langsung mengangkatnya.
“ Iya pak baik, saya sudah selesai makan kok pak, “ jawabnya, lalu menyudahi pembicaraan di telepon.
“ Sekar kita udahan dulu ya makannya, “ kata Lastri seraya merapikan nasi kotaknya.
“ Loh mbak ini nanggung dikit lagi habis, “ protes Sekar, dia tak mau menyia-nyiakan makanan nya.
“ Sekarang kita harus menghadap Pak Bima, ayo cepet, “ ajak Lastri.
“ Kita?” tanya Sekar memastikan.
“ Iya kita, aku dan kamu diminta menghadap sekarang, “ ujarnya.
Wajah Sekar berubah pucat pasi, dia merasa akan ada hal tidak menyenangkan menimpa dirinya.
“ Mbak Lastri…serius ga salah denger? untuk apa Pak Bima mau ketemu aku? kayanya mbak salah denger deh, “ ucap Sekar, dia masih berharap Lastri salah mendengar namanya.“ Jelas-jelas itu kamu ah…ga mungkin salah dengar, yang numpahin berkas kan cuma kamu, “ jawab Lastri.“ Ih…mbak kok gitu…itu kan unsur ketidaksengajaan, “ protes Sekar.“ Tetep aja kamu yang dianggap salah, “ Lastri menimpali dengan lirikan meledek.“ Apa aku mau dipecat ya mbak?” tatapan muka Sekar menunjukan rasa sedih dan putus asa.“ Aku juga nggak tau nih, yuk cepet jalannya, “ Lastri menarik lengan Sekar.Lastri mengetuk pintu beberapa kali, setelah mendengar suara Bima yang mempersilahkan mereka masuk, mereka berdua membuka pintu dan berjalan ke arah Bima yang sedang duduk di meja melihat layar laptop.“ Permisi pak, Saya sudah membawa Sekar, “ ujar Lastri.Sekar hanya menunduk diam tak bersuara, dia sudah ketakutan akan kehilangan pekerjaannya.“ Karena kamu sudah membuat kekacauan hari ini, kamu harus bekerj
“ Apa kamu punya pacar?!” tanya Bima geram dengan sikap Sekar.Sekar terkejut, “ Pa…pacar….ti..tidak Pak, “ jawabnya terbatas-bata. Bagaimana mungkin hidupnya yang rumit harus ditambah rumit dengan kehadiran seorang laki-laki dalam hidupnya. Jangankan mempunya pacar, dekat dengan seorang laki-laki saja tidak terpikirkan olehnya.“ Jangan sampai pacar kamu menginjakan kakinya di apartemen ini, “ tegas Bima.“ Pak saya ijin keluar malam pak karena saya….” Sekar berharap Bima sudah mengetahuinya.“ Lastri sudah mengatakannya pada ku, kamu tetap boleh berangkat kuliah, dan pastikan pekerjaan kamu selesai, “ Bima mengingatkan.Mata Sekar langsung berbinar saat Bima mengizinkannya keluar malam untuk kuliah, selama ini dia bekerja keras semata-mata untuk bisa membiayai kuliahnya.“ Siap, pasti akan saya ingat pak!” ujar Sekar dengan senyum sumringah.“ Kamar kamu ada di sana, “ Bima menunjuk sebuah ruangan yang tak jauh dari dapur dan tempat menjemur pakaian.“ Oh baik Pak, “ jawabnya.“ Oke
“ Pasangan pak? maksudnya bagaimana ya pak? bisa lebih jelas lagi?” suara Sekar meninggi, dadanya berdetak kencang, dia berharap salah mendengar atau sedang berhalusinasi.“ Iya pasangan, pacar saya, tapi tentu saja pacar kontrak, bukan yang sesungguhnya, INGAT HANYA KONTRAK! HANYA PURA-PURA!,“ ujar Bima menegaskan.“ Saya masih tidak paham pak, kenapa bapak menawari ku sebagai pacar, maaf maksudnya pacar kontrak, tunggu pak apa saya tidak salah dengar?” Sekar memastikan.“ Kamu tidak salah dengar, saya menawari kamu sebuah kontrak untuk pura-pura menjadi pasangan saya, cukup enam bulan berpura-pura menjadi pasangan saya, “ jawab Bima dengan santai.Sekar bingung dan tidak mengerti dengan ucapan Bima, sebuah tawaran yang tidak masuk akal. Bukan hanya menjadi pacar kontrak tapi juga statusnya sebagai pegawai rendahan, bagaimana mungkin Bima seorang penerus perusahaan besar R’L grup meminta dirinya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya.“ Sepertinya Pak Bima jetlag, mau saya bawakan oba
“ Sekar, apa kamu masih menjaga apartemen?” tanya Sakti, saat sedang merapihkan laptop setelah mengajar. Hanya tinggal beberapa mahasiswi saja yang ada di ruangan itu.“ Masih pak, tapi malam ini aku pulang telat karena mau ke Panti, Eyang Yanti buat syukuran, kayanya nanti mata kuliah Pak Danu aku ijin, “ ujar Sekar.“ Apa aku boleh ikut, sepertinya menyenangkan, “ Sakti tersenyum ke arah Sekar.“ Serius Pak Sakti mau ikut? nggak ada gadis muda loh, “ Sekar meledek.Sakti tertawa mendengar ucapan Sekar, “ Setiap hari aku melihat gadis muda,” ucapnya.“ Oke ayo pak, oma dan opa di panti pasti rindu sama idolanya, “ Sekar bersemangat, dia teringat jika Sakti merupakan relawan favorit oma dan opa panti.Mereka berjalan menuju parkiran, Sekar melihat sebuah mobill yang terlihat asing.“ Pak Sakti ganti mobil?” tanya Sekar seraya masuk ke dalam mobil.“ Oh enggak, mobil ku yang biasa dipakai sedang diservice, “ jawabnya.“ Apa gaji dosen itu besar ya pak soalnya Pak Sakti sampai punya mo
Karena panik dengan kehadiran Sakti, Sekar mengurungkan niatnya untuk menyambut dosennya itu, dia sangat terkejut dan entah harus bersikap bagaimana. Saat melihat pintu yang mengarah ke sebuah kolam ikan, dia langsung berlari kecil dengan hati-hati, berharap Sakti tidak melihatnya.“ Kok ada Pak Sakti sih di sini?, “ucapnya berbisik seraya sesekali melihat ke arah dalam rumah. Sekar Berdiri didekat pintu untuk melihat situasi, dia melihat orang tua Bima saling berpelukan dengan Sakti dan seorang gadis yang usianya mungkin sama dengan dirinya, hanya saja gadis itu tampil modis. “ Kak Bima sudah datang mih?” tanya Sakti.“ Sudah baru saja,dia lagi ke kamar mungkin ganti baju, “ jawab Mamih Anita.Sekar seperti tersambar petir saat mendengar Sakti menyebut Bima dengan panggilan kakak, dia takut jika sandiwaranya dengan Bima akan terbongkar, sudah pasti dia akan kehilangan pekerjaannya.“ Apa? kakak?! tidak mungkin Pak Sakti sang dosen idola adiknya Pak Bima, enggak mungkin! mereka sep
Hampir satu jam Sekar menatap langit-langit, seharusnya dia dapat tidur dengan nyenyak. Kapan lagi dia bisa menempati kamar yang luas serta kasur ukuran besar, dia masih merasa kesal dengan ucapan Bima yang mengatakan akan segera menikah.Sekar berusaha menutup matanya, lagi-lagi dia tidak bisa memejamkan mata, “ Isssh…Pak Bima kenapa sembarangan jawab sih, nikah? kalau nggak ada stok laki-laki di dunia ini mungkin aku baru mau nikah sama dia, nikaaaah? “ucapnya kesal.Tiba-tiba dia teringat dengan Doni, laki-laki yang hampir merenggut mahkota kegadisannya sehari sebelum menikah siri, pengalaman pahit yang tidak ingin dia ingat lagi. Sekar tidak ingin berurusan dengan cinta apalagi pernikahan, dia hanya ingin merebut kembali rumah yang sangat berarti.****Alarm dari ponsel Sekar berbunyi pukul 04.30, dia segera bangun untuk mandi dan sholat subuh. Keluar dari kamar suasana masih sunyi, belum ada tanda-tanda mereka sudah bangun, tapi aroma harum masakan yang berasal dari dapur membuat
Sekar menyadari jika dia tidak tahu apa-apa mengenai Bima, dia hanya tau umur dan apartemennya saja, selebihnya Sekar tidak tahu apapun.“ Tapi Kami sudah main dengan Kak Claudia itu sejak kecil, jadi Kak Sekar nggak perlu khawatir ya, “ ujar Cheryl.“ Eh iya, enggak apa-apa kok, “ jawab Sekar, dia sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran Claudia, dia hanya terkejut.Bima keluar dengan menggunakan pakaian khusus, kuda miliknya dan Cheryl telah siap ditunggangi, “ Kamu yakin nggak mau ikut latihan sayang?” tanya Bima, dia tidak mau Cheryl yang ada disampingnya curiga.“ Iya enggak usah, naik delman saja aku mabuk apalagi langsung naik kudanya, nanti malah kudanya ikut mabok, “ Sekar beralasan.“ Hahahahah selera Kak Bima kali ini unik, “ bisik Cheryl pada Bima seraya berjalan meninggalkan Sekar.“ Bunga yang di telinga kamu buang, terlihat aneh dan kampungan, “ ucap Bima lalu berjalan menyusul Cheryl.Sekar menggenggam telapak tangannya, ingin sekali dia mendaratkan sebuah pukulan
“ Sebaiknya Kak Sekar langsung ke Villa saja kak, nanti aku telepon Bi Ema untuk memanggil tukang urut langganan mami, “ ucap Cherl pada Sakti, lalu menyusul Bima dan Claudia yang masuk ke dalam rumah kecil yang disediakan untuk beristirahat.“ Apa kamu bisa berdiri?” tanya Sakti.“ Bisa kok, tapi aku enggak apa-apa, shhh…” ucap Sekar menahan rasa sakit.“ Aku khawatir dengan Kak Claudia, “ ujar Sekar yang ingin mengetahui bagaimana kondisi Claudia.“ Sudah ada Kak Bima dan Cheryl, lebih baik kita pulang ke Villa, ayo aku antar,” Sakti menawarkan diri. Sekar mengangguk, dia tidak masalah jika diantar oleh Sakti.Mereka menaiki kendaraan khusus menuju villa utama, Sekar menahan rasa sakit di kakinya dan berusaha tidak merintih karena tidak ingin terkesan manja di hadapan Sakti. Seorang petugas bersiaga untuk mengantarkan mereka, Sekar memegang lengan Sakti agar bisa berjalan.“ Pak, emangnya Kak Claudia itu suka pingsan?” tanya Sekar penasaran.“ Hmm…kayaknya nggak, mungkin tadi Claudia