“ Sebaiknya Kak Sekar langsung ke Villa saja kak, nanti aku telepon Bi Ema untuk memanggil tukang urut langganan mami, “ ucap Cherl pada Sakti, lalu menyusul Bima dan Claudia yang masuk ke dalam rumah kecil yang disediakan untuk beristirahat.“ Apa kamu bisa berdiri?” tanya Sakti.“ Bisa kok, tapi aku enggak apa-apa, shhh…” ucap Sekar menahan rasa sakit.“ Aku khawatir dengan Kak Claudia, “ ujar Sekar yang ingin mengetahui bagaimana kondisi Claudia.“ Sudah ada Kak Bima dan Cheryl, lebih baik kita pulang ke Villa, ayo aku antar,” Sakti menawarkan diri. Sekar mengangguk, dia tidak masalah jika diantar oleh Sakti.Mereka menaiki kendaraan khusus menuju villa utama, Sekar menahan rasa sakit di kakinya dan berusaha tidak merintih karena tidak ingin terkesan manja di hadapan Sakti. Seorang petugas bersiaga untuk mengantarkan mereka, Sekar memegang lengan Sakti agar bisa berjalan.“ Pak, emangnya Kak Claudia itu suka pingsan?” tanya Sekar penasaran.“ Hmm…kayaknya nggak, mungkin tadi Claudia
Mendengar Claudia menyebut nama Doni membuat raut muka Sekar mendadak menjadi pucat, bagaimana Claudia mengetahui tentang Doni yang merupakan bagian dari masalalunya.“ Maksud Kak Claudia?” tanya Sekar, dia tidak ingin terlihat gugup.“ Ah enggak apa-apa aku salah ucap tadi, maaf ya, kamu istirahat saja, “ jawab Claudia meninggalkan Sekar.Claudia dengan percaya diri memberi peringatan kepada Sekar, dia tau jika gadis itu sangat polos dan tidak akan berani melaporkan dirinya pada Bima ataupun Sakti. Terlebih lagi setelah Claudia menunjukan jika Bima lebih memilih membantunya saat di arena balap kuda tadi.Sekar dengan sangat yakin jika Claudia menyebut nama Doni, tidak mungkin kebetulan. Tapi setelah dipikir lagi untuk apa Claudia mengetahui tentang masa lalu dirinya, Sekar yakin jika wanita itu masih menyimpan perasaan pada Bima.“ Tenang aja, Pak Bima itu bukan pria idaman ku, dikasih gratis juga nggak mau!” ucap Sekar dengan berbisik saat Claudia sudah keluar dari kamarnya.****M
“ Bima belum menyiapkan apapun mi, “ ucap Bima berusaha menghentikan niat orang tuanya.Mamih Anita tersenyum, “ Kamu tenang saja sayang, mami sudah menyiapkan ini, “ ucapnya.Mami Anita berjalan mendekati Bima dan memberikan sebuah kotak perhiasan yang ukurannya lumayan besar. Bima membuka kotak perhiasan itu, yang ternyata berisi satu set perhiasan. Sekar melirik kalung itu dan penasaran untuk apa Mami Anita memberikan satu set perhiasan pada Bima.“ Bima, ayo jangan diem aja, pakein kalung sama cincin dan kalung itu, “ kata Mami Anita.“ Sabar dong mamih, Kak Bima kan pasti gugup, “ Cheryl tersenyum menggoda Bima.Sekar semakin tegang mendengar hal itu, dia berusaha tidak terikat dengan keluarga Rafael. Tapi sekarang dia harus menerima tanda pertunangan berupa perhiasan yang dia yakin harganya sangat mahal.Bima tidak tau lagi cara menolak pertunangan ini, dia sangat mengenal sifat papi dan mamih. Usahanya meyakinkan mereka tentang hubungan palsunya dengan Sekar telah berhasil,
“ Apa?! tinggal bersama?nggak bisa begitu dong pak! “ protes Sekar.“ Bisa saja, kalau kata saya bisa, “ ucap Bima bersikeras.“ Kita kan enggak menikah, baru bertunangan, masa kita tinggal seatap, “ Sekar mempertahankan argumennya.“ Apa bedanya yang dengan kemarin-kemarin?” Bima menatap Sekar dengan tajam.Tiba-tiba Sekar tidak bisa berkata-kata lagi, seolah semua protesnya terbantahkan oleh Bima. Tapi Sekar masih berusaha meyakinkan Bima untuk mengubah pendiriannya, lebih baik tinggal di kos nya yang kecil bahkan lebih luas kamar mandi waktu di Villa.Perdebatan sengit mereka sampai melupakan Sekar yang ingin turun terlebih dahulu sebelum masuk gedung kantor R’L group. Mereka sudah berada di depan loby kantor dan seorang petugas keamanan berjalan menuju mobil untuk membukakan pintu.Betapa kagetnya petugas keamanan tersebut saat membuka pintu dan melihat seorang wanita yang menutup mukanya dengan telapak tangan. “ Oh maaf, “ ucapnya saat melihat Bima berada di kursi sebelahnya, lal
Sekar menunggu seseorang di butik milik Mamih Anita, sudah dua botol air mineral dingin diminumnya, entah karena gugup atau haus seakan-akan dahaga terus menyelimuti tenggorokannya.Terlihat seseorang yang ditunggunya sudah datang, senyum sumringah menghiasi wajah Sekar, beberapa persen cemasnya telah sirna.“ Maaf lama yah nunggunya?” tanya Sakti menyapa Sekar.“ Enggak kok, aku aja yang terlalu cepat sampai sini karena naik motor kak, “ jawab Sekar.“ Kenapa enggak aku jemput saja di kantor, kan sejalan dari kampus, “ kata Sakti.“ Aduh, seisi kantor aku yakin sedang membicarakan kami, sampai aku nggak punya muka lagi bertemu dengan teman-teman kerja, “ ujar sekar, raut mukanya nampak sedih tidak bisa dikondisikan lagi.“ Kita tidak bisa mengatur perasaan orang lain, kalau memang kamu dan Kak Bima saling mencintai, aku pikir status sosial bukan jadi masalah, apalagi papi dan mami menyukaimu, “ Sakti memberikan semangat.Sekar menghela napas, andai saja dia bisa berkata jujur pada S
Claudia tampak tersenyum ke arah Sekar, dia merasa menang dan lebih unggul karena ikut dalam jamuan makan malam dan tiba lebih dulu. Sekar sendiri sebenarnya tidak terlalu memperdulikan kehadiran Claudia, namun dia bertanya-tanya sedang apa wanita itu ada di sini.Bima berdiri dan menyambut Sekar dengan senyuman, dia menggenggam tangan Sekar lalu mengenalkannya pada tamu investor. Dia juga mengenalkan Sakti, karena selama ini Sakti tidak pernah terlibat dalam urusan perusahaan, jarang ada yang mengetahui anak kedua dari Tuan Rafael.“ Tunangan anda sangat manis, dia masih sangat muda, “ ucap tuan Lee dengan menggunakan bahasa Inggris.“ Terimakasih anda terlalu memuji, “ jawab Bima.Bima juga tidak menyangka jika penampilan Sekar dapat berubah seperti itu, keputusannya mengirim gadis itu ke butik Mami Anita sudah tepat, dia bangga dengan instingnya yang tidak pernah meleset.Mendengar Tuan Lee berbicara dengan bahasa mandarin dengan ajudannya, Sekar mengetahui jika investor itu dari t
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Sekar menghempaskan tubuhnya ke kasur. Seluruh tubuhnya sudah tidak bertenaga, hari ini dia seperti cinderella yang berubah tepat tengah malamSekar meraih ponsel yang sejak sampai hotel belum dia lihat karena sibuk mempersiapkan diri. Percakapn grup teman sejawatnya yang berisi 300 chat belum dilihat olehnya, saat membuka grup tersebut banyak dari mereka yang memberikan selamat.Ada beberapa teman mengirim chat personal yang bertanya sejak kapan dirinya dekat dengan Bima, pakai dukun apa, bahkan ada yang tanya menggunakan susuk dari mana, membuat Sekar geram. Meskipun merasa risih, Sekar berusaha tidak peduli dengan komentar orang lain, dia hanya fokus dengan benefit yang akan diperolehnya saat kontrak bersama Bima selesai. Dia akan terbebas dari masalah keuangan untuk biaya kuliah dan tidak perlu lagi bekerja di R’L group.Sekar langsung meletakkan ponsel dan memejamkan matanya, besok dia harus kembali ke dunia nyata menjadi seorang
Walaupun perhatian Sekar sempat teralihkan karena foto-foto itu, dia langsung sadar harus menolong Bima yang sedang terjatuh di lantai.“ Pak, ayo berdiri, aku bantu, “ ucap Sekar lalu meraih tangan Bima.Mereka berjalan perlahan menuju tepian tempat tidur, Sekar merasakan panas saat memegang lengan Bima. Setelah melihat raut muka laki-laki itu Sekar terkejut karena Bima lebih pucat dari waktu sarapan tadi.“ Pak, apa lebih baik kita panggil dokter saja? atau kita panggil Kak Sakti? soalnya bapak demam, “ ujar Sekar lalu tubuhnya beranjak dari tempat tidur.Bima dengan cepat meraih lengan Sekar dan menggenggamnya dengan erat.“ Tidak perlu, jangan panggil siapapun ke sini, ambilkan saja obat yang ada di kotak, “ ucap Bima. Tidak seperti biasanya, kali ini dia berkata dengan nada yang lemah.Tentu saja Sekar merasa bingung kenapa Bima tidak mengizinkan dia untuk mengubungi dokter bahkan adiknya sendiri, tapi Sekar tidak punya pilihan selain mengikuti kemauan Bima. Lagipula Sekar yakin