Walaupun perhatian Sekar sempat teralihkan karena foto-foto itu, dia langsung sadar harus menolong Bima yang sedang terjatuh di lantai.“ Pak, ayo berdiri, aku bantu, “ ucap Sekar lalu meraih tangan Bima.Mereka berjalan perlahan menuju tepian tempat tidur, Sekar merasakan panas saat memegang lengan Bima. Setelah melihat raut muka laki-laki itu Sekar terkejut karena Bima lebih pucat dari waktu sarapan tadi.“ Pak, apa lebih baik kita panggil dokter saja? atau kita panggil Kak Sakti? soalnya bapak demam, “ ujar Sekar lalu tubuhnya beranjak dari tempat tidur.Bima dengan cepat meraih lengan Sekar dan menggenggamnya dengan erat.“ Tidak perlu, jangan panggil siapapun ke sini, ambilkan saja obat yang ada di kotak, “ ucap Bima. Tidak seperti biasanya, kali ini dia berkata dengan nada yang lemah.Tentu saja Sekar merasa bingung kenapa Bima tidak mengizinkan dia untuk mengubungi dokter bahkan adiknya sendiri, tapi Sekar tidak punya pilihan selain mengikuti kemauan Bima. Lagipula Sekar yakin
Sekar hanya diam seraya menutup bibirnya, entah dia harus percaya atau tidak dengan ucapan Bima. Walaupun Sekar tahu pasti jika dirinya tidak perlu merasa ragu karena Bima bisa berteman dengan siapa saja.Bima sering mengunjungi acara yang diadakan oleh selebriti ibu kota dan para pejabat, Sekar sering mendengar itu dari teman-temannya saat bergosip.“ Terserah kamu percaya atau tidak, yang jelas jangan sampai keluarga saya tahu, terlebih lagi orang lain, “ ujar Bima.“ Jadi untuk apa kita harus berpura-pura seperti ini pak? bukankah lebih baik kalau Pak Bima langsung memperkenalkan Amara pada orang tua bapak?” Sekar masih tidak paham.“ Belum waktunya saya mengenalkan dia pada keluarga ku, hubungan kami sudah lama tapi tidak pernah kami publikasikan karena dia ingin mengejar karir, sebagai orang yang mencintainya saya harus mendukung, itu sebabnya sandiwara kita harus terus berlanjut karena papi dan mami memaksa saya untuk menikah, “ ungkap Bima.Untuk pertama kalinya Sekar mendengar
Sekar terbangun saat mendengar suara ketukan pintu, sudah pasti yang mengetuk Bima, hanya saja Sekar merasa heran karena selama ini Bima tidak pernah membangunkannya. Sekar melihat jam di dinding, ternyata jam 05.00 pagi.Seraya menguap dan mengikat rambutnya, Sekar segera beranjak dari tempat tidur dan dengan langkah terburu-buru membuka pintu.“ Maaf pak, aku terlambat bangun, “ ucap Sekar.“ Hari ini kamu tidak perlu memasak, karena hari ini kita akan ke rumah, “ ucap Bima.“ Rumah siapa pak?” tanya Sekar bingung.“ Tentu saja rumah saya, rumah siapa lagi?” jawab Bima sinis.Sekar kesal pagi ini dibuka dengan sikap Bima yang tidak enak, “ Baik pak, jam berapa kita akan ke sana?” tanyanya.“ 30 menit lagi kita berangkat, mereka ingin sarapan pagi bersama, ohya pakai baju pemberian mami ya, “ ucap Bima.Sekar membelakan matanya, “ Pak Bima kenapa sih dadakan begini, kenapa nggak dari semalam bilang kalau kita akan pergi, “ ujar Sekar kesal.“ Siapa suruh kamu tidur duluan, tanpa pami
Sakti tertegun di depan pintu yang tidak sepenuhnya tertutup saat mendengar ucapan orang tuanya dia tidak sengaja mendengar saat ingin menghampiri mereka di ruang kerja Tuan Rafael.Tanda tanya besar perihal sikap orang tuanya yang sangat ramah dan menerima Sekar dengan cepat akhirnya terjawab. Mengetahui dirinya yang ternyata dijodohkan dengan Sekar membuat hatinya terusik kembali.Sakti mengurungkan niatnya bertemu dengan orang tuanya dan memilih kembali ke kamar, dia ingin menata hatinya. Setelah mengetahui kebenarannya, tidak mungkin dia bisa bersikap seperti biasanya.****“ Terima Kasih pak, sudah lama aku tidak pernah merasakan diperhatikan, “ ucap Sekar dengan haru.“ Saya melakukannya bukan karena perhatian, tapi sudah menjadi tanggung jawab saya memenuhi janji yang telah kita sepakati, “ jawab Bima.“ Apapun alasannya, aku sangat berterima kasih, berkat sandiwara ini juga aku bisa merasakan memiliki keluarga meski untuk sesaat, “ kata Sekar.Bima hanya diam, entah dia harus
Sakti merasa tidak enak dan canggung setelah Bima menjawab pertanyaannya, begitu juga dengan Sekar. “ Eh kak, silahkan duduk, “ Sakti menarik kursi dan mempersilahkan kakaknya untuk duduk.“ Kamu jadi ke panti sayang?” tanya Bima basa-basi.“ Iya aku nanti dianter sama Kak Sakti, enggak apa-apa kan?” Sekar meminta ijin.“ Tentu saja, itu lebih baik daripada sendirian, lagipula kalian saling mengenal di panti itu, “ kata Bima.Sekar cukup terkejut saat Bima mengetahui bagaimana dirinya mengenal Sakti, dia tidak pernah bercerita pada Bima. Sekar mengira jika Sakti sudah menceritakan hal tersebut pada kakaknya, bukan hal yang aneh tentunya.Sakti yang tidak begitu dekat dengan Bima mengira jika Sekar memberitahu bagaimana mereka bertemu untuk pertama kalinya, terlebih lagi menjadi karyawan R’L Group tidaklah mudah meski hanya sebagai Cleaning service karena Bima memiliki standar yang tinggi.“ Jam berapa kita akan pergi kak?” tanya Sekar.“ Karena kamu ingin belanja sebelum ke panti, le
“ Apa! kamu serius? sebentar..sebentar ini bukan mimpi kan? ini kamu lagi nggak bercanda kan?” tanya Jihan, ekspresinya berubah menjadi tegang.Sekar menjatuhkan tubuhnya ke kasur, “ Jangankan kamu, aku sendiri saja masih tidak percaya kenapa aku begitu berani menerima tawaran dari Pak Bima, tapi aku juga nggak berani menolak, kamu tau kan kalau aku sangat butuh pekerjaan ini, “ ungkap Sekar.“ Sumpah ini hal gila, lebih gila dari kamu kabur dari rumah, apa kamu sudah siap dengan konsekuensinya? saat ini mungkin kamu berada di atas awan, tapi setelah kalian putus, kamu bisa jadi bahan cibiran Sekar, “ Jihan memperingatkan, dia khawatir sebagai sahabat.“ Aku tahu, tapi yang penting sekarang ini aku bisa tetap melanjutkan kuliah, aku juga tidak perlu merasa khawatir tidak bisa membayar uang kuliah, saat ini itu sudah cukup, aku yakin bisa menanggung semuanya, sekarang aja banyak yang bilang aku pakai pelet atau susuk, ah biarin aja, “ Sekar mencoba menenangkan Jihan.Jihan merebahkan t
Di dalam mobil suasana begitu canggung, Bima duduk bersebelahan dengan Sakti yang mengemudikan mobil. Sejak melanjutkan SMA di luar negeri, mereka tidak lagi punya waktu waktu bersama, Mereka memang tidak memiliki masalah tapi juga tidak terlalu dekat.Bima bisa merasakan merasakan jika Sekar dan Sakti merasa tidak canggung dengan keberadaanya.“ Apa kalian sering datang ke tempat itu?” tanya Bima.“ Tidak!” Mereka menjawab secara bersamaan.“ Kami bertemu di tempat itu hanya dua kali itu juga tidak disengaja, “ Sakti menjelaskan.“ Kalau aku ditraktir teman yang ulang tahun hehehe, “ Sekar menambahi.Setelah dua jam menyusuri jalanan yang macet karena jam pulang kerja, akhirnya mereka sampai di sebuah cafe yang letaknya seberang kampus Sekar.Suasana cafe tampak ramai oleh mahasiswa meskipun hari ini akhir pekan.“ Aku sudah reservasi meja di rooftop,” kata Sakti lalu menutup pintu mobil.Sebagian besar pengunjung cafe adalah mahasiswa Sakti, mereka menatap Sakti, Bima dan Sekar yang
“ Kamu tidak bisa berbohong di depan ku, terlebih lagi dia bisa bekerja R’L group dengan bantuan mu, “ ungkap Kevin.Sakti merasa tertangkap basah oleh Kevin, ada sedikit kekhawatiran yang muncul karena Kevin adalah orang kepercayaan kakaknya.“ Aku tau batasan nya, tidak akan terjadi apa-apa, “ jawab Sakti, dia tidak mengiyakan tapi juga tidak mengelak.“ Seperti kata pepatah, selalu ada kesempatan selagi janur kuning belum terpasang, “ Kevin meledek.Sakti hanya menanggapinya dengan senyuman, berpura-pura tidak mengetahui mengenai hubungan kontrak yang dilakukan kakaknya dengan Sekar. Dia merasa senang dengan ucapan Kevin jika dirinya memiliki kesempatan, entah kenapa dia menginginkan kesempatan itu.“ Apa kamu takut aku akan mengacaukan hubungan mereka?” tanya Sakti.Kevin tersenyum, “ Tidak, aku sangat mempercayaimu, kedua putra Tuan Rafael tidak akan berebut seorang wanita, “ kata Kevin.****Minggu ini Sekar menjalani ujian semester, dia bekerja keras untuk mendapatkan nilai yan