Ini adalah kisah cinta segitiga. Antara aku, kakakku dan seorang dokter gila.Di mana aku hanya akan menjadi jembatan penghubung, di antara mereka.Sendirian dengan seonggok penyesalan, hingga waktuku habis.Apa aku salah jika mencintai pria yang sama dengan kakakku?
View MoreDear Diary“Patah sebelum mengetahui faktanya, mana yang lebih sakit dari itu?”***Saat aku membuka mata, hanya ada bunda yang masih terlelap di sofa tunggu. Aku pikir akan ada Pak Ardi di sini, tetapi ternyata tidak.Eh, kenapa jadi mikirin dokter gila itu, sih?“Bunda ….” Aku merasa perutku tidak nyaman dan menyebalkannya sangat sulit untuk bangun.Terlihat bunda mulai menggeliat mendengar panggilanku.“Kenapa, Sayang?” tanya Bunda sambil mendekat.“Anjani pengin ke kamar mandi, Bunda.”Bunda mengangguk dan mulai membantuku untuk turun dari tempat tidur.Tepat saat Bunda sedang mengurus tiang infus, seseorang mengetuk pintu kamar ini.Seorang pria berjas dokter memasuki ruangan ini. Aroma parfum khas Pak Ardi langsung menusuk indera penciumanku. Aroma kopi dengan sedikit manis cukup membuatku nyaman.Aku melirik ke arahnya sekilas. Ngapain dokter gila itu ke sini?“Assalammu’alaikum, Bunda, Anjani ….” Aku hanya melirik malas pada pria yang tengah menyalami bunda.“Sok deket banget,
Dear Diary“Kedua kalinya kamu datang, dan berhasil membawa pergi hati ini.”***Dua hari berada di tempat yang tidak aku sukai, itu sama rasanya seperti berbulan-bulan. Beruntung kini aku boleh keluar kamar, meski hanya boleh di taman rumah sakit. Setidaknya aku bisa menghirup udara kebebasan.Oh tidak, aku belum bebas. Dokter gila ini terus saja berada di dekatku. Tidak tahukan jika keberadaannya membuatku sangat tidak nyaman.Aku merasa sangat aneh dengan sikap bunda akhir-akhir ini. Wanita paruh baya itu sangat sering meninggalkanku berdua dengan dokter gila ini.Kenapa aku menyebut Pak Ardi dokter gila? Entahlah rasanya panggilan itu cocok dengan sikapnya yang menyebalkan.Dia itu seperti tidak punya pekerjaan lain. Sampai-sampai terus mengekoriku dengan dalih ini adalah
Dear Diary“Aku benci rumah sakit, tetapi kenapa takdir seolah membawaku bersinggungan dengan tempat tersebut?”***Kaki ini melangkah menyusuri lorong-lorong di antara rak yang menjulang tinggi. Aku berada di tempat buku-buku yang tebalnya melebihi empat ratus halaman.Tidak ada orang lain selain diriku. Tentu saja semua orang sangat malas melihat buku setebal ini. Namun, hal tersebut tidak berlaku untukku.Sejak kecil, aku memang sudah sangat tertarik dengan misteri-misteri yang disimpan rapat oleh alam. Jadi, buku sejarah alam memang kesukaanku. Selain itu, kisah-kisah dunia fantasi juga memiliki tempat khusus di hatiku.Baru sebentar berkeliling, aku sudah tenggelam dalam bacaan sebuah buku tua bersampul cokelat. Bagian tepi buku ini sudah agak rusak, mungkin karena tidak terawatt mengingat rak sejarah sangat jarang dikunjungi.Lembar demi lembar buku sudah aku baca, suasana sunyi membuatku mera
Dear diary."Dia adalah orang asing yang hadir menjadi jarak di antara aku dan dirimu."***Malam telah berlalu terganti pagi nan sejuk. Aku masih bergelung di bawah selimut, meski sinar baskara telah menerobos ventilasi.Rasa dingin membuatku enggan beranjak. Malas merajai tubuhku. Beruntung masih ada waktu satu jam sebelum kuliah.Ingin rasanya kupejamkan mata kembali, jika saja suara syahdu bunda tak mengusikku."Anjani! Bangun ... kamu ini anak gadis, tapi bangunnya kok siang banget, sih!" Bunda berteriak sambil menggedor pintu kamarku.Aku hanya diam saja dan menaikkan selimut sampai menutup kepala."Anjani! Keluarlah, Bunda mau minta tolong.""Iya, Bunda! Sebentar!"Dengan ogah-ogahan kupaksa tubuh untuk bangkit. Langkah kakiku mengarah ke pintu."Ada apa sih, Bunda?" tanyaku saat pintu telah terbuka."Ini, ponsel kakakmu ketinggalan di meja makan. Bunda mau minta
Dear diary."Kita dekat namun aku tak tahu isi hatimu. Aku berharap kita selamanya, namun nyatanya doaku tak terjawab."***Sesuai kepesakatan tadi pagi, aku dan Kak Rania akan pergi berburu novel, lalu setelah itu kami akan menghabiskan waktu di kedai es krim. Itu memang hobi kami dan bagian dari rutinitas setiap bulan.Kak Rania biasa memanfaatkan libur kerjanya untuk menghabiskan waktu bersamaku. Sedari kecil, aku memang lebih dekat dengan kakak dibandingkan dengan bunda apalagi ayah.Setiap aku terkena masalah atau melakukan kesalahan, Kak Rania akan berdiri di depanku untuk membela dan melindungiku dari amarah ayah.Aku memang sangat manja terhadap Kak Rania. Dulu dia juga yang paling bersedih saat tahu aku sakit.Kalian tau betapa aku sangat menyayangi Kak Rania? Bagiku dia adalah matahariku. Dia yang selalu memberi kehangatan yang jarang kudapat dari ayah. Karena memang aku tidak terlalu dekat dengan ay
Dear diary."Selalu menurut belum tentu bahagia. Aku tahu ada luka di balik senyummu."***Jam menunjukkan pukul sepuluh malam saat aku tengah menonton serial kesukaanku. Sebuah kisah fantasi manusia serigala yang sudah ribuan kali diputar.Suara pintu dibuka mengalihkan atensiku dari layar televisi. Terlihat Kak Rania memasuki rumah sambil memijat tengkuknya, dan sesekali menggerakkan kepala ke kanan dan kiri. Dia terlihat sangat kelelahan."Tumben sampai larut, Kak?" tanyaku saat Kak Rania sudah berada dekat denganku."Ada korban kecelakaan tadi. Jadi, mau tidak mau Kakak harus menanganinya. Padahal tadi sudah bersiap untuk pulang," jelasnya sambil berlalu ke dapur.Aku kembali melanjutkan acara nontonku, hingga suara Kak Rania kembali terdengar."Anjani, sudah malam, tidur sana!""Iya, Kak, sebentar lagi," sahutku tanpa mengalihkan atensiku dari layar televisi, karena sedang menayangkan adegan
Dear diary."Aku tak pernah suka dibandingkan. Jadi jangan pernah lakukan itu."***"Aku tidak mau, Ayah …. Bunda, tolong jelaskan pada Ayah jika aku tidak ingin menjadi dokter," ucapku seraya bergelayut manja pada bunda.Bunda Fatma adalah wanita kuat kelahiran Bandung. Bunda adalah panutanku yang selalu menguatkan diriku saat rapuh. Tempatku bersandar dan pulang kala masalah menghampiri."Ayah, tidak boleh begitu, biarkan Anjani mengambil fakultas yang dia mau," bujuk bunda yang membuatku tersenyum dalam pelukannya."Lihat, kelakuan Anjani. Itu karena Bunda selalu saja memanjakannya, dia jadi membangkang," cerca ayah. "Keluarga kita itu memang terlahir menjadi dokter. Kamu contoh Rania. Sekarang kakakmu itu sudah sukses menjadi dokter muda," papar ayah yang sedikit menggores hatiku.Aku tidak pernah suka dibandingkan. Ayah tahu itu tetapi tetap melakukannya. Bagiku, setiap manusia memiliki keunikan masing-masi
Dear diary."Aku tak pernah suka dibandingkan. Jadi jangan pernah lakukan itu."***"Aku tidak mau, Ayah …. Bunda, tolong jelaskan pada Ayah jika aku tidak ingin menjadi dokter," ucapku seraya bergelayut manja pada bunda.Bunda Fatma adalah wanita kuat kelahiran Bandung. Bunda adalah panutanku yang selalu menguatkan diriku saat rapuh. Tempatku bersandar dan pulang kala masalah menghampiri."Ayah, tidak boleh begitu, biarkan Anjani mengambil fakultas yang dia mau," bujuk bunda yang membuatku tersenyum dalam pelukannya."Lihat, kelakuan Anjani. Itu karena Bunda selalu saja memanjakannya, dia jadi membangkang," cerca ayah. "Keluarga kita itu memang terlahir menjadi dokter. Kamu contoh Rania. Sekarang kakakmu itu sudah sukses menjadi dokter muda," papar ayah yang sedikit menggores hatiku.Aku tidak pernah suka dibandingkan. Ayah tahu itu tetapi tetap melakukannya. Bagiku, setiap manusia memiliki keunikan masing-masi...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments