Hampir satu jam Sekar menatap langit-langit, seharusnya dia dapat tidur dengan nyenyak. Kapan lagi dia bisa menempati kamar yang luas serta kasur ukuran besar, dia masih merasa kesal dengan ucapan Bima yang mengatakan akan segera menikah.
Sekar berusaha menutup matanya, lagi-lagi dia tidak bisa memejamkan mata, “ Isssh…Pak Bima kenapa sembarangan jawab sih, nikah? kalau nggak ada stok laki-laki di dunia ini mungkin aku baru mau nikah sama dia, nikaaaah? “ucapnya kesal.
Tiba-tiba dia teringat dengan Doni, laki-laki yang hampir merenggut mahkota kegadisannya sehari sebelum menikah siri, pengalaman pahit yang tidak ingin dia ingat lagi. Sekar tidak ingin berurusan dengan cinta apalagi pernikahan, dia hanya ingin merebut kembali rumah yang sangat berarti.
****
Alarm dari ponsel Sekar berbunyi pukul 04.30, dia segera bangun untuk mandi dan sholat subuh. Keluar dari kamar suasana masih sunyi, belum ada tanda-tanda mereka sudah bangun, tapi aroma harum masakan yang berasal dari dapur membuat Sekar penasaran.
Saat berjalan ke arah dapur, Sekar berpapasan dengan Sakti yang hanya menggunakan kaos singlet dengan yang dipenuhi dengan keringat.
“ Pagi Sekar, “ sapa Sakti.
“ Eh…iya pagi Pak Sakti, aku kira bapak belum bangun, “ jawab Sekar.
Sakti tersenyum, “ Jangan sampai kalah sama ayam, “ ucapnya.
“ Ohya aku dengar ada suara ayam dan samar-samar sapi, Villa ini dekat kebun binatang ya pak?” tanya Sekar.
“ Oh…diujung sana ada mini kebun binatang, kebetulan papih suka suasana kebun binatang, kalau ujung sana ada taman bunga milik mamih, “ jawab Sakti seraya menunjuk-nunjuk..
“ Oh…” mulut Sekar menganga.
“ Orang kaya sih bebas, uangnya enggak berseri kalau senang langsung ada, sedangkan dia mau ke kebun binatang kota aja nggak pernah ada waktu.
“ Sayang kamu udah bangun?” terdengar suara Bima yang sedang berjalan ke arah mereka, dengan, ternyata Bima dan Sakti baru saja selesai joging.
Sekar tidak hanya terkejut tapi juga merasa merinding saat Bima memanggilnya sayang, mau tidak mau dia harus mengikuti peraturan yang ada di dalam kontrak.
“ Aku permisi dulu, “ ucap Sakti lalu berjalan menuju kamarnya.
“ Pak bisa nggak sih kalau muncul jangan dadakan kaya jelangkung, “ ucap Sekar berbisik.
“ Apa?! jelangkung? kamu pikir saya setan, “ protes Bima.
“ Terserah bapak deh, aku mau ke dapur dulu, “ ucap Sekar, meninggalkan Bima. Sebenarnya Sekar masih merasa takut dengan Bima, tapi dia juga masih kesal dengan Bima kejadian semalam.
Bima yang juga merasa kesal karena Sekar sudah berani melawan, langsung menuju kamarnya.
***
Mami Anita mengajak Sekar untuk melihat taman Bunga yang merupakan spot favoritnya. Sekar tidak henti-hentinya merasa heran dan terkagum dengan semua hal yang dilihatnya, seperti di dalam dongeng.
Berbagai macam bunga yang indah dan menyejukan mata, dia tidak sepenuhnya menyesali datang ke rumah ini.
“ Apa yang kamu sukai dari Bima?” tanya Mami Anita saat Sekar sedang mencium bunga mawar putih, tentu saja membuat Sekar harus berpikir keras.
“ Hm…walaupun Mas Bima itu tegas, galak dan egois tapi hatinya lembut, “ jawab Sekar.
Mami anita tertawa kecil, membuat jantung Sekar berdetak kencang. Dia takut kalau jawabannya salah atau tidak memuaskan Mami Anita.
“ Mami bersyukur kamu bisa merasakan kelembutan itu dari Bima, “ ujar mami Anita seraya membelai rambut panjang Sekar.
Mendengar ucapan Mami Anita membuat Sekar merasa lega, padahal dia mendapatkan kata-kata itu dari kutipan dialog drama korea yang pernah dilihatnya, tidak disangka ternyata berhasil.
“ Yess berhasil, “ ucapnya dalam hati, tidak sia-sia dia melihat drama korea yang episodenya panjang.
“ Mami apa aku boleh tanya?” Sekar memberanikan diri bertanya, sebenarnya dia hanya ingin melakukan percakapan hangat, tidak sungguh-sungguh ingin mengetahuinya.
“ Iya sayang kamu mau tanya apa?” kata Mami Anita.
“ Mami enggak keberatan kalo orang seperti aku ini pacaran dengan anak Mami?” tanya Sekar.
Mami Anita tersenyum, dia sudah mengira jika pertanyaan ini akan diajukan padanya,
“ Kamu terlalu sering liat novel atau film drama ya? sayang…kalau anak mami bahagia tentu mami juga bahagia, apalagi Bima itu orangnya sangat hati-hati dan selektif, mami yakin dia memilih kamu tentunya karena berbagai pertimbangan, “ ujar Mami Anita.
Sebenernya Sekar merasa tersentuh dengan kata-kata Mami Anita, dia merasa bersalah telah membohongi orang tua Bima, tapi sandiwara harus terus dilakukan, walaupun sebenarnya Sekar mulai bertanya-tanya kenapa Bima sampai harus melakukan hal ini.
Sekar meraih bunga mawar yang ada telah dipetik oleh Mami Anita dan menyematkannya di telinga, menambah kesan anggun dan cantik karena sekarang dia memakai dress pemberian Mami Anita.
“ Tuh kan jadi makin cantik, “ ucap Mami Anita membuat pipi Sekar merona.
“ Terimakasih mami untuk dressnya, “ ucap Sekar.
“ Iya sayang sama-sama, jangan sungkan ya, kalau kamu ada masalah dengan Bima, cerita yah ke Mami, “ kata Mami Anita.
Bima yang datang menyusul tampak terkejut dengan penampilan Sekar, biasanya dia melihat gadis itu menggunakan pakaian casual ala mahasiswa, kini berpenampilan anggun.
“ Kamu mau mencoba naik kuda?” tanya Bima pada Sekar,dia tidak ingin Sekar berlama-lama dengan Mami Anita.
Sekar sebenarnya tidak ingin meninggalkan taman Bunga tapi lebih baik dia mengiyakan ajakan Bima
“ Ohya sayang aku lupa kalau kamu janji mengajari aku menunggangi kuda, “ jawab Sekar.
“ Ya sudah sana, cuacannya bagus untuk berlatih`, “ kata Mami Anita.
Mereka menggunakan mobil khusus menuju tempat latihan berkuda, tentu saja tempat itu masih berada di dalam Villa Keluarga Rafael.
“ Pak aku pakai baju seperti ini emang boleh latihan berkuda?” tanya Sekar.
“ Kamu bisa melihat-lihat saja kalau malas, aku mencoba menyelamatkan mu dari situasi yang tidak terduga, “ jawab.
Sekar langsung membuang muka, “ Menyelamatkan dan masuk ke dalam kandang singa sama aja bohong, “ ucapnya dalam hati.
Sampai di arena latihan kuda ternyata ada Sakti dan seorang wanita yang sudah duluan datang dan sedang asyik menunggangi kuda.
“ Kamu bisa duduk di sini, aku ganti baju dulu, “ kata Bima, dijawab Sekar dengan anggukan.
“ Kak Sekar kamu enggak ikut latihan, ” tanya Cheryl yang datang dengan menggunakan baju lengkap untuk latihan.
“ Enggak ah, aku di sini aja liat-liat, “ jawabnya.
“ Oh ya udah aku temenin sebentar deh di sini, lagian kuda punya ku belum datang, “ ucap Cheryl.
“ Wanita itu pelatihnya ya?” tanya Sekar sok tau dengan menunjuk seorang wanita yang sedang menunggang kuda.
“ Oh itu Kak Claudia, dia memang jago berkuda dibandingkan aku atau Kak Sakti, tapi dia bukan pelatih kok, hmmm dia itu mantan tunangan Kak Bima, “ ungkap Cheryl dengan berbisik.
Seketika Sekar membulatkan matanya, dia tidak menyangka bima pernah bertunangan dan sekarang di tempat ini Sekar bertemu dengan mantan tunangan Bima.
Sekar menyadari jika dia tidak tahu apa-apa mengenai Bima, dia hanya tau umur dan apartemennya saja, selebihnya Sekar tidak tahu apapun.“ Tapi Kami sudah main dengan Kak Claudia itu sejak kecil, jadi Kak Sekar nggak perlu khawatir ya, “ ujar Cheryl.“ Eh iya, enggak apa-apa kok, “ jawab Sekar, dia sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran Claudia, dia hanya terkejut.Bima keluar dengan menggunakan pakaian khusus, kuda miliknya dan Cheryl telah siap ditunggangi, “ Kamu yakin nggak mau ikut latihan sayang?” tanya Bima, dia tidak mau Cheryl yang ada disampingnya curiga.“ Iya enggak usah, naik delman saja aku mabuk apalagi langsung naik kudanya, nanti malah kudanya ikut mabok, “ Sekar beralasan.“ Hahahahah selera Kak Bima kali ini unik, “ bisik Cheryl pada Bima seraya berjalan meninggalkan Sekar.“ Bunga yang di telinga kamu buang, terlihat aneh dan kampungan, “ ucap Bima lalu berjalan menyusul Cheryl.Sekar menggenggam telapak tangannya, ingin sekali dia mendaratkan sebuah pukulan
“ Sebaiknya Kak Sekar langsung ke Villa saja kak, nanti aku telepon Bi Ema untuk memanggil tukang urut langganan mami, “ ucap Cherl pada Sakti, lalu menyusul Bima dan Claudia yang masuk ke dalam rumah kecil yang disediakan untuk beristirahat.“ Apa kamu bisa berdiri?” tanya Sakti.“ Bisa kok, tapi aku enggak apa-apa, shhh…” ucap Sekar menahan rasa sakit.“ Aku khawatir dengan Kak Claudia, “ ujar Sekar yang ingin mengetahui bagaimana kondisi Claudia.“ Sudah ada Kak Bima dan Cheryl, lebih baik kita pulang ke Villa, ayo aku antar,” Sakti menawarkan diri. Sekar mengangguk, dia tidak masalah jika diantar oleh Sakti.Mereka menaiki kendaraan khusus menuju villa utama, Sekar menahan rasa sakit di kakinya dan berusaha tidak merintih karena tidak ingin terkesan manja di hadapan Sakti. Seorang petugas bersiaga untuk mengantarkan mereka, Sekar memegang lengan Sakti agar bisa berjalan.“ Pak, emangnya Kak Claudia itu suka pingsan?” tanya Sekar penasaran.“ Hmm…kayaknya nggak, mungkin tadi Claudia
Mendengar Claudia menyebut nama Doni membuat raut muka Sekar mendadak menjadi pucat, bagaimana Claudia mengetahui tentang Doni yang merupakan bagian dari masalalunya.“ Maksud Kak Claudia?” tanya Sekar, dia tidak ingin terlihat gugup.“ Ah enggak apa-apa aku salah ucap tadi, maaf ya, kamu istirahat saja, “ jawab Claudia meninggalkan Sekar.Claudia dengan percaya diri memberi peringatan kepada Sekar, dia tau jika gadis itu sangat polos dan tidak akan berani melaporkan dirinya pada Bima ataupun Sakti. Terlebih lagi setelah Claudia menunjukan jika Bima lebih memilih membantunya saat di arena balap kuda tadi.Sekar dengan sangat yakin jika Claudia menyebut nama Doni, tidak mungkin kebetulan. Tapi setelah dipikir lagi untuk apa Claudia mengetahui tentang masa lalu dirinya, Sekar yakin jika wanita itu masih menyimpan perasaan pada Bima.“ Tenang aja, Pak Bima itu bukan pria idaman ku, dikasih gratis juga nggak mau!” ucap Sekar dengan berbisik saat Claudia sudah keluar dari kamarnya.****M
“ Bima belum menyiapkan apapun mi, “ ucap Bima berusaha menghentikan niat orang tuanya.Mamih Anita tersenyum, “ Kamu tenang saja sayang, mami sudah menyiapkan ini, “ ucapnya.Mami Anita berjalan mendekati Bima dan memberikan sebuah kotak perhiasan yang ukurannya lumayan besar. Bima membuka kotak perhiasan itu, yang ternyata berisi satu set perhiasan. Sekar melirik kalung itu dan penasaran untuk apa Mami Anita memberikan satu set perhiasan pada Bima.“ Bima, ayo jangan diem aja, pakein kalung sama cincin dan kalung itu, “ kata Mami Anita.“ Sabar dong mamih, Kak Bima kan pasti gugup, “ Cheryl tersenyum menggoda Bima.Sekar semakin tegang mendengar hal itu, dia berusaha tidak terikat dengan keluarga Rafael. Tapi sekarang dia harus menerima tanda pertunangan berupa perhiasan yang dia yakin harganya sangat mahal.Bima tidak tau lagi cara menolak pertunangan ini, dia sangat mengenal sifat papi dan mamih. Usahanya meyakinkan mereka tentang hubungan palsunya dengan Sekar telah berhasil,
“ Apa?! tinggal bersama?nggak bisa begitu dong pak! “ protes Sekar.“ Bisa saja, kalau kata saya bisa, “ ucap Bima bersikeras.“ Kita kan enggak menikah, baru bertunangan, masa kita tinggal seatap, “ Sekar mempertahankan argumennya.“ Apa bedanya yang dengan kemarin-kemarin?” Bima menatap Sekar dengan tajam.Tiba-tiba Sekar tidak bisa berkata-kata lagi, seolah semua protesnya terbantahkan oleh Bima. Tapi Sekar masih berusaha meyakinkan Bima untuk mengubah pendiriannya, lebih baik tinggal di kos nya yang kecil bahkan lebih luas kamar mandi waktu di Villa.Perdebatan sengit mereka sampai melupakan Sekar yang ingin turun terlebih dahulu sebelum masuk gedung kantor R’L group. Mereka sudah berada di depan loby kantor dan seorang petugas keamanan berjalan menuju mobil untuk membukakan pintu.Betapa kagetnya petugas keamanan tersebut saat membuka pintu dan melihat seorang wanita yang menutup mukanya dengan telapak tangan. “ Oh maaf, “ ucapnya saat melihat Bima berada di kursi sebelahnya, lal
Sekar menunggu seseorang di butik milik Mamih Anita, sudah dua botol air mineral dingin diminumnya, entah karena gugup atau haus seakan-akan dahaga terus menyelimuti tenggorokannya.Terlihat seseorang yang ditunggunya sudah datang, senyum sumringah menghiasi wajah Sekar, beberapa persen cemasnya telah sirna.“ Maaf lama yah nunggunya?” tanya Sakti menyapa Sekar.“ Enggak kok, aku aja yang terlalu cepat sampai sini karena naik motor kak, “ jawab Sekar.“ Kenapa enggak aku jemput saja di kantor, kan sejalan dari kampus, “ kata Sakti.“ Aduh, seisi kantor aku yakin sedang membicarakan kami, sampai aku nggak punya muka lagi bertemu dengan teman-teman kerja, “ ujar sekar, raut mukanya nampak sedih tidak bisa dikondisikan lagi.“ Kita tidak bisa mengatur perasaan orang lain, kalau memang kamu dan Kak Bima saling mencintai, aku pikir status sosial bukan jadi masalah, apalagi papi dan mami menyukaimu, “ Sakti memberikan semangat.Sekar menghela napas, andai saja dia bisa berkata jujur pada S
Claudia tampak tersenyum ke arah Sekar, dia merasa menang dan lebih unggul karena ikut dalam jamuan makan malam dan tiba lebih dulu. Sekar sendiri sebenarnya tidak terlalu memperdulikan kehadiran Claudia, namun dia bertanya-tanya sedang apa wanita itu ada di sini.Bima berdiri dan menyambut Sekar dengan senyuman, dia menggenggam tangan Sekar lalu mengenalkannya pada tamu investor. Dia juga mengenalkan Sakti, karena selama ini Sakti tidak pernah terlibat dalam urusan perusahaan, jarang ada yang mengetahui anak kedua dari Tuan Rafael.“ Tunangan anda sangat manis, dia masih sangat muda, “ ucap tuan Lee dengan menggunakan bahasa Inggris.“ Terimakasih anda terlalu memuji, “ jawab Bima.Bima juga tidak menyangka jika penampilan Sekar dapat berubah seperti itu, keputusannya mengirim gadis itu ke butik Mami Anita sudah tepat, dia bangga dengan instingnya yang tidak pernah meleset.Mendengar Tuan Lee berbicara dengan bahasa mandarin dengan ajudannya, Sekar mengetahui jika investor itu dari t
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Sekar menghempaskan tubuhnya ke kasur. Seluruh tubuhnya sudah tidak bertenaga, hari ini dia seperti cinderella yang berubah tepat tengah malamSekar meraih ponsel yang sejak sampai hotel belum dia lihat karena sibuk mempersiapkan diri. Percakapn grup teman sejawatnya yang berisi 300 chat belum dilihat olehnya, saat membuka grup tersebut banyak dari mereka yang memberikan selamat.Ada beberapa teman mengirim chat personal yang bertanya sejak kapan dirinya dekat dengan Bima, pakai dukun apa, bahkan ada yang tanya menggunakan susuk dari mana, membuat Sekar geram. Meskipun merasa risih, Sekar berusaha tidak peduli dengan komentar orang lain, dia hanya fokus dengan benefit yang akan diperolehnya saat kontrak bersama Bima selesai. Dia akan terbebas dari masalah keuangan untuk biaya kuliah dan tidak perlu lagi bekerja di R’L group.Sekar langsung meletakkan ponsel dan memejamkan matanya, besok dia harus kembali ke dunia nyata menjadi seorang