Helix adalah seorang pria dengan pendirian yang kuat dan setia. Ia jatuh cinta pada pandangan pertamanya pada seorang wanita. Sekian lama dia mencari wanita itu sampai akhirnya di suatu hari Helix menemukan sang wanita. Namun, Helix harus merasakan luka hati ketika mengetahui kenyataan wanita itu telah menjadi istri orang lain. Helix tidak mengurungkan niatnya untuk berhenti mencintai wanita itu. Dia malah menjadi pelindung sang wanita dimanapun dan kapanpun itu. Apakah ini salah dan mengakibatkan kehancuran yang semakin dalam lagi?
더 보기Senja yang indah, dihiasi dengan suara burung yang saling bersahutan. Weni dan Lixy terlihat sibuk sedari tadi setelah mereka sampai di rumah. Wailea yang sudah mendapatkan penanganan dari rumah sakit pun kini sedang beristirahat di dalam kamar Weni.Hari mulai gelap, Wailea pun terbangun dan beranjak dari kasur menuju ruang tamu. Terlihat Weni dan Lixy yang sedang asik menata makanan diatas meja. Wailea berjalan perlahan dan menggapai Weni. Dia memeluknya begitu erat dari belakang. Weni tersenyum dan menghentikan aktifitasnya itu.Setelah puas, Wailea pun melepaskan pelukannya dan Weni berbalik menghadap Wailea. "Apakah tidurmu nyenyak, nak?" tanya Weni sembari mengusap lembut pipi Wailea. Lixy hanya tersenyum melihat keromantisan antara ibu dan anak di depannya itu sambil terus menata piring pada posisi meja masing-masing."Lea pikir Lea hanya bermimpi sedang berada di rumah mama" sahut Wailea melow."Kamu tidak bermimpi nak. Sekarang kamu duduk dan kita makan ya. Kamu tunggu disini
Pertemuan Weni dan Lixy bermula dari ketidaksengajaan. Setelah bertahun-tahun tahun lamanya mereka tidak saling tahu kabar masing-masing, akhirnya takdir mempertemukan mereka berdua.Kira-kira satu bulan yang lalu, ketika itu Weni sedang berbelanja kebutuhan rumah tangga di salah satu toko grosir terbesar di daerah rumahnya itu. Dari kejauhan Weni merasa tidak asing saat melihat wanita yang jaraknya sekitar lima meter di depannya itu, yang tengah memegang botol minuman soda sambil terlihat mencari-cari harga pada rak di depannya. Dengan segera Weni mendorong kereta belanjanya mendekati wanita yang dia curigai adalah Lixy. Saat dia sampai tepat di samping wanita itu, suara gemetar terdengar saat dia memanggil nama sang wanita "Lixyyy!!" Disaat itu juga Lixy terkejut bak mendapat undian kemenangan. Tangisan yang tidak bisa terbendung lagi disaat mereka memeluk satu sama lain. Suasana dipenuhi keharuan dan tangisan bahagia. Pertemanan yang sudah cukup lama dan akrab ini sudah tercipta da
Suasana mencekam terjadi di kantor polisi. Satu demi satu pertanyaan berikan oleh pihak kepolisian dengan tujuan agar setidaknya mendapat titik terang dalam kasus ini. Helix menjelaskan dengan sangat lugas kejadian yang dia tahu berdasarkan info yang dia dapatkan dari Luna. Ditengah ketegangan, ponsel Helix terus bergetar tanpa henti. Dua puluh dua kali panggilan tak terjawab dari sang ibunda yang membuatnya tak nyaman sedari tadi.Setelah akhirnya menyelesaikan proses bersama dengan pihak kepolisian, Ruben dan Helix kembali ke parkiran. Saat memasuki mobil, Helix sambil membuka notif ponselnya dan melihat puluhan panggilan tak terjawab itu lalu disambung dengan membuka pesan suara dari sang ibu."Heelllllllll, kenapa sih gak angkat-angkat, mama mau cerita looh" teriak sang ibu kesal. Dengan tenang Helix langsung menghubungi sang ibu. "Halo ma, ada apa?""Mama sudah kirimkan alamat mama saat ini, kamu harus datang segera ya" kata sang ibu bersemangat."Mama sakit? Mama kenapa?" tany
Setelah dua jam menunggu dan berbincang-bincang dengan Luna, Helix semakin gelisah karena Wailea tidak juga kembali. Helix pun bertanya pada Luna "apa Wailea ada cerita tentang rencananya?""Mbak Wailea bilang jika dirinya ingin pergi ke rumah ibunya" jawab Luna. Helix segera mengambil ponsel di saku celana dan kemudian membuka aplikasi tiket pesawat. Dilihatnya memang ada jadwal penerbangan satu jam lalu menuju Sumatra. Jika benar demikian, berarti Wailea sudah berada di dalam pesawat saat ini. Satu sisi Helix merasa lega karena Wailea mengambil keputusan yang tepat, tetapi disisi lain kekhawatiran hatinya masih tetap menyelimuti, karena Wailea harus berpergian seorang diri dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.Karena yakin jika Wailea memang sudah di dalam pesawat, Helix pun bergegas pergi dari rumah Luna menuju kantor. Dia ingin bertemu dengan Robin sembari menunggu kabar dari Wailea. Dia berharap Wailea akan menghubunginya ketika sampai di Sumatra.Ketika sampai di kantor, He
"Saya rasa istri bapak takut saat mendengar suara anda, makanya dia pergi dari sini tanpa membawa barang" ujar Luna saat Helix hendak menduduki kursi plastik merah di teras rumah Luna. Helix terheran, mengapa bisa wanita di hadapannya itu berfikir jika dia adalah suami dari Wailea. Helix pun bertanya-tanya siapakah wanita ini, karena baru pertama kalinya dia melihat Luna. "Saya ini resepsionis hotel di Bali yang berhasil anda buat kehilangan pekerjaan. Pantas saja anda tega kepada orang lain, kepada istri anda sendiri saja anda teganya bukan main" sahut Luna kesal. Helix semakin bingung dibuatnya. "Dari tadi saya perhatikan ucapan anda melantur tidak ada arahnya. Kenapa anda pikir saya ini suami Wailea?" tanya Helix penasaran. "Kalau anda bukan suaminya, lalu kenapa foto anda ada di dompetnya?" tegas Luna. Helix terdiam dan berfikir. "Saya tidak sengaja melihat foto anda di dompet mbak Wailea. Foto 3x4 sih, tapi sangat jelas kalau itu foto anda" lanjut Luna. Ingin rasanya Helix
Setelah selesai diobati, Wailea berjalan menuju toko disebelah klinik. Dia membeli sebuah topi dan masker. Tujuannya agar perban dikepala tidak terlihat dan wajahnya pun tidak terlihat karena ditutupi masker. Setelah itu kembali Wailea mencari taksi dan melanjutkan perjalanannya menuju bandara. Seolah sudah di lancarkan jalannya, disaat Wailea sampai dia pun langsung mendapatkan penerbangan tepat pada waktunya. Dia segera mengurus tiket dan lain sebagainya. Beberapa jam kemudian Wailea telah tiba di Sumatra. Tak sabar rasa hati ingin bertemu sang ibu dan memeluknya erat. Dia sudah membayangkan untuk menceritakan semua yang telah dialaminya selama ini. Setelah menggunakan kendaraan umum, Wailea pun sampai di halaman rumah sang ibu. Tangisan tak mampu lagi ditahan olehnya, dia segera berlari menuju pintu utama. Tooookkk... Tokk... Tokkk.. Suara ketukan pintu yang sangat lembut. Seseorang dari dalam rumah membukakan pintu. Wailea terkejut saat melihat seseorang yang tidak dia kenal be
Cuaca pagi yang mulai terasa hangat oleh mentari. Wailea terbangun dan tersadar jika dirinya tidak di rumah itu lagi. Wailea mengambil ponselnya dan kemudian menyambungkan pada kabel pengisian daya. Pasti sudah banyak pesan dari orang-orang yang mencariku, katanya dalam hati. "Selamat pagi mbak. Ayo sarapan dulu" ajak Luna. Luna kembali dikejutkan dengan darah yang mulai memenuhi perban dan juga bahkan meninggalkan noda pada sarung bantalnya. "Maaf Luna, saya jadi mengotori barang kamu" kata Wailea sungkan. "Itu bukan masalah mbak, bisa dicuci dan kembali bersih. Yang jadi masalah sekarang adalah, perban dan obat saya kebetulan habis. Jadi saya harus beli dulu ke apotek" kata Luna. Wailea mengambil dompetnya dan memberikan sejumlah uang. "Terima uang ini ya. Kamu sudah memberiku tempat dan makanan bahkan obat. Aku tidak tenang jika kamu tidak menerimanya". "Mbak Wailea sama sekali tidak merepotkan saya. Saya malah senang bisa membantu. Tapi apa tidak lebih baik mbak Lea ke ruma
Wailea terus mengendarai motornya ke arah yang dia sendiri pun tak tahu. Untuk sementara darahnya sudah terhenti karena perban dan obat yang dia pakai sebelum pergi. Mengapa Wailea memilih pergi? Mengapa dia tidak tetap tinggal disana dan meminta pertolongan? Karena merasa Ruben sangat marah padanya dan juga Rezo, dia pun memilih untuk bertahan sendiri. Dia juga tahu jika Helix masih dalam keadaan kesal padanya, jadi lebih baik dia tidak menghubungi siapapun. Dengan sebuah ransel kecil, Wailea membawa sedikit pakaiannya. Dia yakin untuk kembali ke rumah Weni. Hatinya kini terasa sangat lelah dengan semuanya. Karena kepalanya yang terasa masih sangat berat, Wailea pun tak imbang kemudian hampir menabrak seorang wanita. Dia membanting stang motornya dan kemudian terjatuh. "Mbak baik-baik saja?" tanya seorang wanita yang terlihat panik. "Maafkan saya, saya tidak hati-hati" kata Wailea sembari melepaskan helm di kepalanya. "Mbak Wailea" kata wanita itu. Wailea mencoba mengingat siapa
Ttookkk... Tookkk... Ttoookkkk. Suara ketukan itu terdengar sangat kasar. Helix segera keluar dari kamarnya menuju pintu utama dan membukakan pintu. Bbbuuukkkkk... Sebulan pukulan yang sangat kuat mendarat di pelipis Helix. "Apa-apaan ini?" tanya Helix sembari menyentuh pelipisnya yang langsung membiru dan bengkak. "Apa anda puas sekarang menghancurkan rumah tangga anak dan juga menantu saya?" tanya Ruben dengan sangat geram. "Maksud bapak apa?" tanya Helix kebingungan. "Saya tahu jika anda memiliki hubungan dengan menantu saya" jawab Ruben dengan penuh emosi. "Saya memang punya hubungan dengan menantu anda, tetapi hanya sebatas hubungan rekan kerja dan juga teman dekat. Apanya yang salah?" tanya Helix lagi. "Terlalu banyak kebohongan yang kalian semua ciptakan" ujar Ruben. "Saya memang punya perasaan dengan Wailea, tetapi dia tidak pernah menyambut perasaan saya ini sekalipun. Mungkin saya akan sangat bahagia jika anda memukul saya karena tuduhan anda benar. Asal anda tahu,
Hari ini adalah hari terkstream bagi Helix. Berulang kali ia mencoba mengatur nafas demi mencapai ketenangan. Jantungnya tak berhenti berdegup dengan kencangnya. Sesekali ia mengusap telapak tangannya yang basah di celana. Sembari berjalan menuju sang wanita impiannya itu, sesekali ia mengelus dadanya yang bidang sambil terus mencoba berlaku santai walau sesungguhnya itu sulit. “Lea, aku mencintaimu” akhirnya perasaan itu tersampaikan juga. Perasaan yang selama ini ia pendam begitu lama. Helix telah jatuh cinta. Cinta yang bermula dari pandangan pertama dengan seorang wanita yang dilihatnya di depan sebuah minimarket 2 tahun lalu. Saat itu rambut indah sang wanita tertiup angin sehingga menutupi raut wajahnya yang kala itu sedang melamun sambil meminum segelas kopi racikan. Terlihatlah kecantikkan sang wanita dengan leganya oleh Helix kala dia menyapu rambut dengan jemarinya yang lentik. Saat itu Helix masih dalam tahap mengagumi saja. Namun, kekaguma...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
댓글