“ Mbak Lastri…serius ga salah denger? untuk apa Pak Bima mau ketemu aku? kayanya mbak salah denger deh, “ ucap Sekar, dia masih berharap Lastri salah mendengar namanya.
“ Jelas-jelas itu kamu ah…ga mungkin salah dengar, yang numpahin berkas kan cuma kamu, “ jawab Lastri.
“ Ih…mbak kok gitu…itu kan unsur ketidaksengajaan, “ protes Sekar.
“ Tetep aja kamu yang dianggap salah, “ Lastri menimpali dengan lirikan meledek.
“ Apa aku mau dipecat ya mbak?” tatapan muka Sekar menunjukan rasa sedih dan putus asa.
“ Aku juga nggak tau nih, yuk cepet jalannya, “ Lastri menarik lengan Sekar.
Lastri mengetuk pintu beberapa kali, setelah mendengar suara Bima yang mempersilahkan mereka masuk, mereka berdua membuka pintu dan berjalan ke arah Bima yang sedang duduk di meja melihat layar laptop.
“ Permisi pak, Saya sudah membawa Sekar, “ ujar Lastri.
Sekar hanya menunduk diam tak bersuara, dia sudah ketakutan akan kehilangan pekerjaannya.
“ Karena kamu sudah membuat kekacauan hari ini, kamu harus bekerja membersihkan apartemen saya selama satu bulan, “ ucap Bima dengan tatapan mata yang tajam.
“ Apartemen? jadi aku nggak dipecat Pak?” tanya Sekar, dia merasa bingung harus senang atau sedih, posisinya masih abu-abu.
“ Tergantung bagaimana kinerja kamu membersihkan tempat tinggal saya, itu akan sangat menentukan, atau…. “ Jawab Bima.
“ Saya akan melakukannya pak!, “ Seru Sekar memotong kata-kata atasannya.
Sekar berpikir secepat kilat karena posisinya bukan untuk menawar apalagi menolak, masih bekerja saja sudah sangat beruntung.
“ Oke, Lastri akan memberikan lembar peraturan yang harus kamu patuhi di saat bekerja di apartemen saya, sekarang kalian boleh pergi, “ ucapnya dengan raut muka datar terkesan dingin.
“ Baik pak saya akan mengkondisikan selanjutnya, “ kata Lastri.
Lastri dan Sekar keluar dari ruangan, Bima merasa senang karena rencananya berhasil.
***
“ Ini aturan yang Pak Bima minta saat nanti kamu bekerja di apartemennya, “ ucap Lastri seraya menyerahkan selembar kertas pada Sekar.
Sekar membaca dengan serius setiap kalimat yang tertera di kertas itu, dia tak mau melakukan kesalahan lagi kali ini, tak boleh ada kecerobohan untuk yang kedua kalinya. Sekar merasa seperti sedang menjalankan misi yang penting bagi kehidupannya.
“ Mbak…ini ga salah ketik? serius aku harus masak untuk Pak Bima?” tanya Sekar panik.
“ Iya Sekar, itu bener kok, kebetulan asisten rumah tangga Pak Bima sedang cuti, dan dia itu orangnya pemilih, mungkin karena kamu sudah lumayan lama bekerja di sini makannya Pak Bima mau kamu yang menggantikan, “ jawabnya.
Sekar mengangguk, dia tak masalah dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukannya, tapi cemas dengan kuliahnya, mana mungkin Sekar harus izin kuliah selama satu bulan.
“ Yah mbak, aku nggak bisa kuliah dong, gantiin ART Pak Bima otomatis aku harus standby di apartemen siang dan malam, “ suara Sekar melemah.
“ Kamu masih bisa kuliah kok, Pak Bima tau kalau kamu itu masih kuliah, jadi jam kerja kamu seperti biasa, yah cuma ditambah masak aja, kamu bisa kan masak?” tanya Lastri.
Wajah Sekar kembali sumringah, kuliahnya aman terkendali dan soal masak dia percaya diri bisa melakukannya, “ Siap! soal masak aku bisa diandalkan!, “ serunya dengan percaya diri.
“ Yang sabar yah Sekar…cuma satu bulan aja kok, lagian Pak Bima itu sering keluar kota, anggap aja ini lagi liburan di apartemen mewah pak bos, “ kata Lastri memberikan semangat.
Sekar mengangguk, dia beruntung sekretaris Pak Bima itu memperlakukannya seperti seorang adik, salah satu alasan Sekar betah bekerja di perusahaan itu meskipun posisinya sebagai pesuruh tapi tidak pernah diperlakukan dengan buruk.
“ Mbak, memangnya Pak Bos nggak punya pacar?” tanya Sekar.
“ Kok kamu nanya kaya gitu sih?” Lastri merasa heran.
“ Hehehe penasaran aja” jawab Sekar asal.
“ Jangan terlalu sering penasaran sama bos, nanti kamu suka loh, “ Lastri menggoda.
“ Suka? sama Pak Bima? kayak ga ada cowok lain aja, “ ucap Sekar.
Lastri tertawa mendengar ucapan Sekar, “ Kalian memang cocok, “ ujarnya.
Sekar mengernyitkan dahinya, tidak paham yang dimaksud oleh Lastri, tapi dia tidak mau membahas lebih lanjut.
***
Pukul enam pagi Sekar sudah berada di lobby apartemen Bima, dia membawa tas ransel yang berisi baju dan buku kuliah, tidak banyak yang dibawa karena jarak kosnya dengan apartemen itu hanya dua jam perjalanan saja.
Untuk pertama kalinya Sekar menginjakan kaki di bangunan mewah selain tempat kerjanya. Berbekal kartu akses menuju unit apartemen yang diberikan oleh Lastri dan diberitahu cara masuk ke apartemen mewah itu, tak sulit baginya untuk beradaptasi.
Beberapa petugas keamanan menyapanya dengan sopan, padahal ini adalah kali pertamanya Sekar bertemu dengan mereka. Setelah melapor dan petugas mencocokan identitas yang terdaftar, Sekar dipersilahkan masuk.
Tidak ingin melakukan percakapan dengan para petugas keamanan itu, Sekar membalas dengan senyum dan bergegas menuju lift.
Selama berada di dalam lift Sekar mengatur raut mukanya agar dapat memberikan senyuman terbaiknya hari ini. Entah ini butuh atau tidak, yang pasti Sekar ingin memberikan kesan yang baik.
“ Ayo sekar kamu bisa! jangankan Pak Bima, Nenek Mayang yang terkenal galak dan cerewet di panti kamu bisa taklukan!, “ ucapnya menyemangati diri sendiri.
Saat pintu lift apartemen terbuka, Sekar langsung masuk ke dalam. Ternyata lift tersebut memiliki akses langsung menuju unit apartemen. Pantas saja dia diberikan kartu akses oleh Lastri.
Sekar berjalan pelan mengendap-endap seperti seorang maling yang tak ingin ketahuan, dan mencari sosok Bima sang pemilik apartemen.
“ Apa Pak Bima belum bangun ya?” tanya Sekar dalam hati, seraya melepaskan sepatunya dan memasukkannya ke dalam rak, Sekar melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 06.15 menit.
“ Sedang apa kamu mengendap seperti maling?!” seru Bima dengan tatapan yang sinis.
Sekar terkejut saat tiba-tiba melihat Bima berdiri tak jauh dari hadapannya dengan tetesan peluh di dadanya, Bima hanya menggunakan kaos olahraga yang ketat membentuk tubuhnya.
Tentu saja tubuh atletis Bima terlihat sangat jelas dengan peluh yang membasahi area punggung dan dadanya, kulit putihnya semakin jelas terlihat, ini kali pertamanya Sekar melihat Bima tanpa menggunakan kemeja dan jas.
“ Eh maaf Pak, se…selamat pagi, “ jawab Sekar dengan gugup.
“ Kamu bisa langsung membersihkan semuanya, “ ucap Bima lalu meninggalkan Sekar.
“ Siap pak!, “ seru Sekar dengan semangat.
Bima merasa geli dengan sikap Sekar yang selalu ceria dan seperti tidak takut dengan apapun.
“ Buatkan sarapan untuk saya, “ ucap Bima saat masuk ke dalam kamar.
Sekar menggaruk kepalanya, ini adalah hari pertamanya bekerja di apartemen Bima. Dia bahkan tak tahu menu sarapan pagi apa yang biasa dimakan oleh bos nya itu, Sekar sendiri sering melewatkan sarapan pagi dan hanya minum teh manis hangat untuk mengirit pengeluaran.
“ Baik pak, “ jawabnya, meski tak tahu harus memasak apa.
Saat membuka lemari es berukuran besar yang memiliki empat pintu, Sekar hanya melihat air putih, roti, selai dan telur. Dia berpikir sia-sia saja membeli lemari es berukuran besar tapi kosong. Tidak ada pilihan lain, dia hanya membuat telur mata sapi dan roti panggang.
Sekar melihat dapur bergaya minimalis modern, meskipun begitu peralatan dapur sangat lengkap. Sekar ingat dengan cerita Lastri jika asisten rumah tangga Bima itu sedang cuti.
****
Setelah selesai menyiapkan sarapan pagi, Sekar melanjutkan pekerjaannya membersihkan seluruh apartemen. Dia merasa heran karena apartemen itu sangat bersih dan sepertinya tidak membutuhkan keberadaan dirinya.
“ Hei…ke sini, “ panggil Bima.
Sekar mengernyitkan dahinya, kesal karena Bima memanggil namanya dengan panggilan Hei, Sekar langsung berjalan menghampiri Bima yang sudah duduk di meja makan yang terbuat dari kaca.
“ Nama saya Sekar pak, “ jawabnya dengan sengaja.
Bima tidak peduli dengan ucapan Sekar,“ Duduk, “ ucapnya.
“ Tidak usah pak, saya sudah sarapan tadi di warteg, lebih kenyang, “ jawab Sekar berbohong.
“ Saya hanya meminta kamu duduk, “ kata Bima.
Sekar menelan salivanya karena merasa malu, bodoh sekali dirinya mengira Bima akan mengajaknya makan satu meja, jelas tidak mungkin.
Dengan cepat Sekar meraih kursi dan duduk di depan Bima yang sedang menikmati telur mata sapi buatannya.
Melihat Bima menikmati makanannya Sekar merasa lega bisa membuat sarapan untuk Bima dihari pertamanya bekerja, pengalamannya memasak untuk penghuni panti membuatnya tidak merasa kesulitan.
Bima mengeluarkan sebuah kartu berwarna silver dan meletakkannya di hadapan Sekar, “ Penuhi lemari es dan beli semua kebutuhan untuk apartemen ini, “ ucapnya.
“ Belanja pak?” Sekar masih tidak paham dengan perintah bosnya itu.
“ Iya, apa kurang jelas?” tanya Bima dengan nada suara yang mulai meningkat.
“ Tapi kan aku di sini hanya untuk bersih-bersih saja pak, “ protes Sekar.
Bima memandang Sekar dengan sorotan yang tajam seakan ingin menerkam, nyali Sekar menjadi ciut seperti kerupuk yang terkena air.
“ Kamu menolak perintah?” tanya Bima dengan angkuh.
Sekar bingung harus bagaimana, dia hanya merasa kesal karena tugasnya di apartemen ini tak lebih dari seorang asisten rumah tangga, dia sama sekali tidak merasa keberatan, hanya saja sikap Bima yang kasar membuatnya tak suka berada dekat dengan laki-laki itu.
“ Oke kalau kamu menolak perintah ku….” kata Bima seraya mengambil kartu tersebut.
Mengetahui jika posisinya terancam, dengan cepat Sekar merebut kartu itu, “ Siap laksanakan Pak Bima, “ kata Sekar dengan melebarkan senyumnya, tak ada pilihan lain karena dia tak mau kehilangan pekerjaan.
“ Tapi pak, saya tidak tahu menu apa saja yang disukai Pak Bima, “ ujar Sekar, dia harus berkata jujur karena tak mau ada masalah kedepannya.
“ Masak apapun yang kamu bisa, “ jawabnya singkat.
“ Hm…oke siap pak akan aku ingat!” ujar Sekar dengan tatapan optimis dan percaya diri seperti biasanya.
“ Ada satu ruangan yang tidak boleh kamu masuki, yaitu kamar saya, “ ungkap Bima.
“ Tapi siapa yang akan membersihkan kamar Pak Bima kalau aku nggak boleh masuk?” tanya Sekar dengan polos.
“ Kamu terlalu banyak bertanya anak kecil!, “ seru Bima.
Sekar menggigit bibirnya, sepertinya dia memang bertanya sesuatu yang tidak penting. Dia hanya perlu melakukan perintah atasannya.
“ I..iya maaf pak, mulut saya enggak bisa dikontrol nih, “ ucapnya dengan senyum meringis.
“ Apa kamu punya pacar?!” tanya Bima geram dengan sikap Sekar.Sekar terkejut, “ Pa…pacar….ti..tidak Pak, “ jawabnya terbatas-bata. Bagaimana mungkin hidupnya yang rumit harus ditambah rumit dengan kehadiran seorang laki-laki dalam hidupnya. Jangankan mempunya pacar, dekat dengan seorang laki-laki saja tidak terpikirkan olehnya.“ Jangan sampai pacar kamu menginjakan kakinya di apartemen ini, “ tegas Bima.“ Pak saya ijin keluar malam pak karena saya….” Sekar berharap Bima sudah mengetahuinya.“ Lastri sudah mengatakannya pada ku, kamu tetap boleh berangkat kuliah, dan pastikan pekerjaan kamu selesai, “ Bima mengingatkan.Mata Sekar langsung berbinar saat Bima mengizinkannya keluar malam untuk kuliah, selama ini dia bekerja keras semata-mata untuk bisa membiayai kuliahnya.“ Siap, pasti akan saya ingat pak!” ujar Sekar dengan senyum sumringah.“ Kamar kamu ada di sana, “ Bima menunjuk sebuah ruangan yang tak jauh dari dapur dan tempat menjemur pakaian.“ Oh baik Pak, “ jawabnya.“ Oke
“ Pasangan pak? maksudnya bagaimana ya pak? bisa lebih jelas lagi?” suara Sekar meninggi, dadanya berdetak kencang, dia berharap salah mendengar atau sedang berhalusinasi.“ Iya pasangan, pacar saya, tapi tentu saja pacar kontrak, bukan yang sesungguhnya, INGAT HANYA KONTRAK! HANYA PURA-PURA!,“ ujar Bima menegaskan.“ Saya masih tidak paham pak, kenapa bapak menawari ku sebagai pacar, maaf maksudnya pacar kontrak, tunggu pak apa saya tidak salah dengar?” Sekar memastikan.“ Kamu tidak salah dengar, saya menawari kamu sebuah kontrak untuk pura-pura menjadi pasangan saya, cukup enam bulan berpura-pura menjadi pasangan saya, “ jawab Bima dengan santai.Sekar bingung dan tidak mengerti dengan ucapan Bima, sebuah tawaran yang tidak masuk akal. Bukan hanya menjadi pacar kontrak tapi juga statusnya sebagai pegawai rendahan, bagaimana mungkin Bima seorang penerus perusahaan besar R’L grup meminta dirinya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya.“ Sepertinya Pak Bima jetlag, mau saya bawakan oba
“ Sekar, apa kamu masih menjaga apartemen?” tanya Sakti, saat sedang merapihkan laptop setelah mengajar. Hanya tinggal beberapa mahasiswi saja yang ada di ruangan itu.“ Masih pak, tapi malam ini aku pulang telat karena mau ke Panti, Eyang Yanti buat syukuran, kayanya nanti mata kuliah Pak Danu aku ijin, “ ujar Sekar.“ Apa aku boleh ikut, sepertinya menyenangkan, “ Sakti tersenyum ke arah Sekar.“ Serius Pak Sakti mau ikut? nggak ada gadis muda loh, “ Sekar meledek.Sakti tertawa mendengar ucapan Sekar, “ Setiap hari aku melihat gadis muda,” ucapnya.“ Oke ayo pak, oma dan opa di panti pasti rindu sama idolanya, “ Sekar bersemangat, dia teringat jika Sakti merupakan relawan favorit oma dan opa panti.Mereka berjalan menuju parkiran, Sekar melihat sebuah mobill yang terlihat asing.“ Pak Sakti ganti mobil?” tanya Sekar seraya masuk ke dalam mobil.“ Oh enggak, mobil ku yang biasa dipakai sedang diservice, “ jawabnya.“ Apa gaji dosen itu besar ya pak soalnya Pak Sakti sampai punya mo
Karena panik dengan kehadiran Sakti, Sekar mengurungkan niatnya untuk menyambut dosennya itu, dia sangat terkejut dan entah harus bersikap bagaimana. Saat melihat pintu yang mengarah ke sebuah kolam ikan, dia langsung berlari kecil dengan hati-hati, berharap Sakti tidak melihatnya.“ Kok ada Pak Sakti sih di sini?, “ucapnya berbisik seraya sesekali melihat ke arah dalam rumah. Sekar Berdiri didekat pintu untuk melihat situasi, dia melihat orang tua Bima saling berpelukan dengan Sakti dan seorang gadis yang usianya mungkin sama dengan dirinya, hanya saja gadis itu tampil modis. “ Kak Bima sudah datang mih?” tanya Sakti.“ Sudah baru saja,dia lagi ke kamar mungkin ganti baju, “ jawab Mamih Anita.Sekar seperti tersambar petir saat mendengar Sakti menyebut Bima dengan panggilan kakak, dia takut jika sandiwaranya dengan Bima akan terbongkar, sudah pasti dia akan kehilangan pekerjaannya.“ Apa? kakak?! tidak mungkin Pak Sakti sang dosen idola adiknya Pak Bima, enggak mungkin! mereka sep
Hampir satu jam Sekar menatap langit-langit, seharusnya dia dapat tidur dengan nyenyak. Kapan lagi dia bisa menempati kamar yang luas serta kasur ukuran besar, dia masih merasa kesal dengan ucapan Bima yang mengatakan akan segera menikah.Sekar berusaha menutup matanya, lagi-lagi dia tidak bisa memejamkan mata, “ Isssh…Pak Bima kenapa sembarangan jawab sih, nikah? kalau nggak ada stok laki-laki di dunia ini mungkin aku baru mau nikah sama dia, nikaaaah? “ucapnya kesal.Tiba-tiba dia teringat dengan Doni, laki-laki yang hampir merenggut mahkota kegadisannya sehari sebelum menikah siri, pengalaman pahit yang tidak ingin dia ingat lagi. Sekar tidak ingin berurusan dengan cinta apalagi pernikahan, dia hanya ingin merebut kembali rumah yang sangat berarti.****Alarm dari ponsel Sekar berbunyi pukul 04.30, dia segera bangun untuk mandi dan sholat subuh. Keluar dari kamar suasana masih sunyi, belum ada tanda-tanda mereka sudah bangun, tapi aroma harum masakan yang berasal dari dapur membuat
Sekar menyadari jika dia tidak tahu apa-apa mengenai Bima, dia hanya tau umur dan apartemennya saja, selebihnya Sekar tidak tahu apapun.“ Tapi Kami sudah main dengan Kak Claudia itu sejak kecil, jadi Kak Sekar nggak perlu khawatir ya, “ ujar Cheryl.“ Eh iya, enggak apa-apa kok, “ jawab Sekar, dia sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran Claudia, dia hanya terkejut.Bima keluar dengan menggunakan pakaian khusus, kuda miliknya dan Cheryl telah siap ditunggangi, “ Kamu yakin nggak mau ikut latihan sayang?” tanya Bima, dia tidak mau Cheryl yang ada disampingnya curiga.“ Iya enggak usah, naik delman saja aku mabuk apalagi langsung naik kudanya, nanti malah kudanya ikut mabok, “ Sekar beralasan.“ Hahahahah selera Kak Bima kali ini unik, “ bisik Cheryl pada Bima seraya berjalan meninggalkan Sekar.“ Bunga yang di telinga kamu buang, terlihat aneh dan kampungan, “ ucap Bima lalu berjalan menyusul Cheryl.Sekar menggenggam telapak tangannya, ingin sekali dia mendaratkan sebuah pukulan
“ Sebaiknya Kak Sekar langsung ke Villa saja kak, nanti aku telepon Bi Ema untuk memanggil tukang urut langganan mami, “ ucap Cherl pada Sakti, lalu menyusul Bima dan Claudia yang masuk ke dalam rumah kecil yang disediakan untuk beristirahat.“ Apa kamu bisa berdiri?” tanya Sakti.“ Bisa kok, tapi aku enggak apa-apa, shhh…” ucap Sekar menahan rasa sakit.“ Aku khawatir dengan Kak Claudia, “ ujar Sekar yang ingin mengetahui bagaimana kondisi Claudia.“ Sudah ada Kak Bima dan Cheryl, lebih baik kita pulang ke Villa, ayo aku antar,” Sakti menawarkan diri. Sekar mengangguk, dia tidak masalah jika diantar oleh Sakti.Mereka menaiki kendaraan khusus menuju villa utama, Sekar menahan rasa sakit di kakinya dan berusaha tidak merintih karena tidak ingin terkesan manja di hadapan Sakti. Seorang petugas bersiaga untuk mengantarkan mereka, Sekar memegang lengan Sakti agar bisa berjalan.“ Pak, emangnya Kak Claudia itu suka pingsan?” tanya Sekar penasaran.“ Hmm…kayaknya nggak, mungkin tadi Claudia
Mendengar Claudia menyebut nama Doni membuat raut muka Sekar mendadak menjadi pucat, bagaimana Claudia mengetahui tentang Doni yang merupakan bagian dari masalalunya.“ Maksud Kak Claudia?” tanya Sekar, dia tidak ingin terlihat gugup.“ Ah enggak apa-apa aku salah ucap tadi, maaf ya, kamu istirahat saja, “ jawab Claudia meninggalkan Sekar.Claudia dengan percaya diri memberi peringatan kepada Sekar, dia tau jika gadis itu sangat polos dan tidak akan berani melaporkan dirinya pada Bima ataupun Sakti. Terlebih lagi setelah Claudia menunjukan jika Bima lebih memilih membantunya saat di arena balap kuda tadi.Sekar dengan sangat yakin jika Claudia menyebut nama Doni, tidak mungkin kebetulan. Tapi setelah dipikir lagi untuk apa Claudia mengetahui tentang masa lalu dirinya, Sekar yakin jika wanita itu masih menyimpan perasaan pada Bima.“ Tenang aja, Pak Bima itu bukan pria idaman ku, dikasih gratis juga nggak mau!” ucap Sekar dengan berbisik saat Claudia sudah keluar dari kamarnya.****M
Setelah beberapa saat menikmati sentuhan bibir Bima, Sekar segera sadar dan membuka matanya. Dia melepaskan diri dari cengkraman Bima, tanpa berkata apa-apa karena rasa malu, Sekar segera berlari keluar menuju kamarnya.Sekar meraih tisu dan mengelap bibirnya, jantungnya masih berdetak kencang, pikirannya kacau karena masih tidak percaya jika dirinya telah berciuman dengan Bima, laki-laki yang sama sekali tidak pernah diharapkan ada dalam kehidupannya apalagi hatinya.“ Sekar!! kamu ceroboh, kamu bodoh, ahhh sial!!” Sekar memaki dirinya sendiri.Meskipun sudah membasuh mukanya beberapa kali, Sekar tidak bisa melupakan pengalaman pertama itu. Yang lebih tidak masuk akal adalah kenapa dia sempat menikmati permainan bibir Bima, laki-laki yang selama ini memperlakukan dia dengan kasar.****Sekar terbangun pukul 05.00 subuh, walaupun baru saja memejamkan matanya selama tiga jam, Sekar tidak ingin terlambat menyiapkan sarapan pagi. Karena semalam Bima mabuk, Sekar berinisiatif membuat sup
“ Kamu tidak pernah minum?” tanya Bima.Sekar menggelengkan kepalanya, “ Nggak pernah pak, “ jawabnya.Bima membuka botol wine yang ada di tangannya, “ Kalau begitu cukup temani saya saja, “ kata Bima.Bima membawa gelasnya keluar, dia duduk di kursi yang ada di teras dan Sekar juga mengikuti. Sesekali dia menatap dalam ke arah Bima yang terlihat tatapannya kosong.“ Kenapa kamu melihat saya seperti itu?” tanya Bima dengan tatapan lurus tanpa menoleh ke arah Sekar.“ Aku bingung, karena tumben bapak baik eh maksudnya sikap pak Bima malam ini aneh, “ jawab Sekar.“ Apa kamu pernah mencintai seseorang? dan sangat ingin bersamanya?” Bima bertanya lagi.Sekar menggelengkan kepalanya, “ Belum pernah pak, sepertinya hidupku bahkan tidak sempat memikirkan hal seperti itu, aku tidak punya waktu untuk hal-hal seperti itu, “ jawabnya.“ Kalau begitu kamu tidak akan pernah tau rasanya ingin bersama dan memiliki seseorang, “ ujar Bima.Sekar jadi tersadar jika hidupnya sangat flat dan membosankan
“ Kamu tidak bisa berbohong di depan ku, terlebih lagi dia bisa bekerja R’L group dengan bantuan mu, “ ungkap Kevin.Sakti merasa tertangkap basah oleh Kevin, ada sedikit kekhawatiran yang muncul karena Kevin adalah orang kepercayaan kakaknya.“ Aku tau batasan nya, tidak akan terjadi apa-apa, “ jawab Sakti, dia tidak mengiyakan tapi juga tidak mengelak.“ Seperti kata pepatah, selalu ada kesempatan selagi janur kuning belum terpasang, “ Kevin meledek.Sakti hanya menanggapinya dengan senyuman, berpura-pura tidak mengetahui mengenai hubungan kontrak yang dilakukan kakaknya dengan Sekar. Dia merasa senang dengan ucapan Kevin jika dirinya memiliki kesempatan, entah kenapa dia menginginkan kesempatan itu.“ Apa kamu takut aku akan mengacaukan hubungan mereka?” tanya Sakti.Kevin tersenyum, “ Tidak, aku sangat mempercayaimu, kedua putra Tuan Rafael tidak akan berebut seorang wanita, “ kata Kevin.****Minggu ini Sekar menjalani ujian semester, dia bekerja keras untuk mendapatkan nilai yan
Di dalam mobil suasana begitu canggung, Bima duduk bersebelahan dengan Sakti yang mengemudikan mobil. Sejak melanjutkan SMA di luar negeri, mereka tidak lagi punya waktu waktu bersama, Mereka memang tidak memiliki masalah tapi juga tidak terlalu dekat.Bima bisa merasakan merasakan jika Sekar dan Sakti merasa tidak canggung dengan keberadaanya.“ Apa kalian sering datang ke tempat itu?” tanya Bima.“ Tidak!” Mereka menjawab secara bersamaan.“ Kami bertemu di tempat itu hanya dua kali itu juga tidak disengaja, “ Sakti menjelaskan.“ Kalau aku ditraktir teman yang ulang tahun hehehe, “ Sekar menambahi.Setelah dua jam menyusuri jalanan yang macet karena jam pulang kerja, akhirnya mereka sampai di sebuah cafe yang letaknya seberang kampus Sekar.Suasana cafe tampak ramai oleh mahasiswa meskipun hari ini akhir pekan.“ Aku sudah reservasi meja di rooftop,” kata Sakti lalu menutup pintu mobil.Sebagian besar pengunjung cafe adalah mahasiswa Sakti, mereka menatap Sakti, Bima dan Sekar yang
“ Apa! kamu serius? sebentar..sebentar ini bukan mimpi kan? ini kamu lagi nggak bercanda kan?” tanya Jihan, ekspresinya berubah menjadi tegang.Sekar menjatuhkan tubuhnya ke kasur, “ Jangankan kamu, aku sendiri saja masih tidak percaya kenapa aku begitu berani menerima tawaran dari Pak Bima, tapi aku juga nggak berani menolak, kamu tau kan kalau aku sangat butuh pekerjaan ini, “ ungkap Sekar.“ Sumpah ini hal gila, lebih gila dari kamu kabur dari rumah, apa kamu sudah siap dengan konsekuensinya? saat ini mungkin kamu berada di atas awan, tapi setelah kalian putus, kamu bisa jadi bahan cibiran Sekar, “ Jihan memperingatkan, dia khawatir sebagai sahabat.“ Aku tahu, tapi yang penting sekarang ini aku bisa tetap melanjutkan kuliah, aku juga tidak perlu merasa khawatir tidak bisa membayar uang kuliah, saat ini itu sudah cukup, aku yakin bisa menanggung semuanya, sekarang aja banyak yang bilang aku pakai pelet atau susuk, ah biarin aja, “ Sekar mencoba menenangkan Jihan.Jihan merebahkan t
Sakti merasa tidak enak dan canggung setelah Bima menjawab pertanyaannya, begitu juga dengan Sekar. “ Eh kak, silahkan duduk, “ Sakti menarik kursi dan mempersilahkan kakaknya untuk duduk.“ Kamu jadi ke panti sayang?” tanya Bima basa-basi.“ Iya aku nanti dianter sama Kak Sakti, enggak apa-apa kan?” Sekar meminta ijin.“ Tentu saja, itu lebih baik daripada sendirian, lagipula kalian saling mengenal di panti itu, “ kata Bima.Sekar cukup terkejut saat Bima mengetahui bagaimana dirinya mengenal Sakti, dia tidak pernah bercerita pada Bima. Sekar mengira jika Sakti sudah menceritakan hal tersebut pada kakaknya, bukan hal yang aneh tentunya.Sakti yang tidak begitu dekat dengan Bima mengira jika Sekar memberitahu bagaimana mereka bertemu untuk pertama kalinya, terlebih lagi menjadi karyawan R’L Group tidaklah mudah meski hanya sebagai Cleaning service karena Bima memiliki standar yang tinggi.“ Jam berapa kita akan pergi kak?” tanya Sekar.“ Karena kamu ingin belanja sebelum ke panti, le
Sakti tertegun di depan pintu yang tidak sepenuhnya tertutup saat mendengar ucapan orang tuanya dia tidak sengaja mendengar saat ingin menghampiri mereka di ruang kerja Tuan Rafael.Tanda tanya besar perihal sikap orang tuanya yang sangat ramah dan menerima Sekar dengan cepat akhirnya terjawab. Mengetahui dirinya yang ternyata dijodohkan dengan Sekar membuat hatinya terusik kembali.Sakti mengurungkan niatnya bertemu dengan orang tuanya dan memilih kembali ke kamar, dia ingin menata hatinya. Setelah mengetahui kebenarannya, tidak mungkin dia bisa bersikap seperti biasanya.****“ Terima Kasih pak, sudah lama aku tidak pernah merasakan diperhatikan, “ ucap Sekar dengan haru.“ Saya melakukannya bukan karena perhatian, tapi sudah menjadi tanggung jawab saya memenuhi janji yang telah kita sepakati, “ jawab Bima.“ Apapun alasannya, aku sangat berterima kasih, berkat sandiwara ini juga aku bisa merasakan memiliki keluarga meski untuk sesaat, “ kata Sekar.Bima hanya diam, entah dia harus
Sekar terbangun saat mendengar suara ketukan pintu, sudah pasti yang mengetuk Bima, hanya saja Sekar merasa heran karena selama ini Bima tidak pernah membangunkannya. Sekar melihat jam di dinding, ternyata jam 05.00 pagi.Seraya menguap dan mengikat rambutnya, Sekar segera beranjak dari tempat tidur dan dengan langkah terburu-buru membuka pintu.“ Maaf pak, aku terlambat bangun, “ ucap Sekar.“ Hari ini kamu tidak perlu memasak, karena hari ini kita akan ke rumah, “ ucap Bima.“ Rumah siapa pak?” tanya Sekar bingung.“ Tentu saja rumah saya, rumah siapa lagi?” jawab Bima sinis.Sekar kesal pagi ini dibuka dengan sikap Bima yang tidak enak, “ Baik pak, jam berapa kita akan ke sana?” tanyanya.“ 30 menit lagi kita berangkat, mereka ingin sarapan pagi bersama, ohya pakai baju pemberian mami ya, “ ucap Bima.Sekar membelakan matanya, “ Pak Bima kenapa sih dadakan begini, kenapa nggak dari semalam bilang kalau kita akan pergi, “ ujar Sekar kesal.“ Siapa suruh kamu tidur duluan, tanpa pami
Sekar hanya diam seraya menutup bibirnya, entah dia harus percaya atau tidak dengan ucapan Bima. Walaupun Sekar tahu pasti jika dirinya tidak perlu merasa ragu karena Bima bisa berteman dengan siapa saja.Bima sering mengunjungi acara yang diadakan oleh selebriti ibu kota dan para pejabat, Sekar sering mendengar itu dari teman-temannya saat bergosip.“ Terserah kamu percaya atau tidak, yang jelas jangan sampai keluarga saya tahu, terlebih lagi orang lain, “ ujar Bima.“ Jadi untuk apa kita harus berpura-pura seperti ini pak? bukankah lebih baik kalau Pak Bima langsung memperkenalkan Amara pada orang tua bapak?” Sekar masih tidak paham.“ Belum waktunya saya mengenalkan dia pada keluarga ku, hubungan kami sudah lama tapi tidak pernah kami publikasikan karena dia ingin mengejar karir, sebagai orang yang mencintainya saya harus mendukung, itu sebabnya sandiwara kita harus terus berlanjut karena papi dan mami memaksa saya untuk menikah, “ ungkap Bima.Untuk pertama kalinya Sekar mendengar