“ Pasangan pak? maksudnya bagaimana ya pak? bisa lebih jelas lagi?” suara Sekar meninggi, dadanya berdetak kencang, dia berharap salah mendengar atau sedang berhalusinasi.
“ Iya pasangan, pacar saya, tapi tentu saja pacar kontrak, bukan yang sesungguhnya, INGAT HANYA KONTRAK! HANYA PURA-PURA!,“ ujar Bima menegaskan.
“ Saya masih tidak paham pak, kenapa bapak menawari ku sebagai pacar, maaf maksudnya pacar kontrak, tunggu pak apa saya tidak salah dengar?” Sekar memastikan.
“ Kamu tidak salah dengar, saya menawari kamu sebuah kontrak untuk pura-pura menjadi pasangan saya, cukup enam bulan berpura-pura menjadi pasangan saya, “ jawab Bima dengan santai.
Sekar bingung dan tidak mengerti dengan ucapan Bima, sebuah tawaran yang tidak masuk akal. Bukan hanya menjadi pacar kontrak tapi juga statusnya sebagai pegawai rendahan, bagaimana mungkin Bima seorang penerus perusahaan besar R’L grup meminta dirinya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya.
“ Sepertinya Pak Bima jetlag, mau saya bawakan obat pak?” kata Sekar.
“ Saya dengan kesadaran penuh mengatakannya, saya juga bisa membiayai kuliah kamu, memberikan tempat tinggal, kamu berhenti bekerja atau lanjut tidak masalah, “ jawab Bima dengan sangat santai.
“ Ini hal gila yang dengar dari Pak Bima, jawabannya tentu saja tidak, saya masih muda dan kuat untuk bekerja, ini hidup saya yang sangat berharga meskipun menurut bapak hidup saya tidak terlalu berharga bagi bapak, “ seru Sekar lalu beranjak dari kursinya.
“ Saya akan membiayai penuh kebutuhan kuliah kamu hingga tamat, dan mengembalikan semua milik orang tuamu, “ kata Bima.
Langkah Sekar tiba-tiba tertahan, dia berhenti saat bima membahas orang tuanya. Sekar sangat gugup, dia takut dan yakin jika Bima mengetahui rahasia yang selama ini dia simpan. Kabur dari sebuah pernikahan bukanlah hal yang lumrah untuk diceritakan.
“ A…apa maksud Pak Bima?” Sekar berpura-pura tidak paham.
“ Aku bisa jadi jalan pintas kamu untuk merebut kembali semuanya, bukan kah tawaran ku menarik?” ujar Bima, dia yakin jika Sekar tidak akan menolak keinginannya.
“ Aku minta waktu untuk memikirkannya pak, “ jawab Sekar, dia tak ingin gegabah memberikan jawaban.
“ Aku ingin jawaban sekarang, “ Bima memaksa.
“ Tapi pak, saya perlu berfikir baik dan buruknya menerima tawaran dari Pak Bima, “ protes Sekar.
“ Tidak ada keburukan dari tawaran ini, kamu hanya perlu bersandiwara di depan semua orang, that’s enough!” ujar Bima dengan penuh keyakinan, dia tau caranya mendesak Sekar.
Bukan hal yang sulit bagi Bima untuk melakukan kesepakatan, dia terkenal dengan dengan keahliannya melakukan penawaran.
“ Apa bapak yakin akan melakukan semua yang diucapkan tadi? dan hanya sebatas hubungan pacaran kontrak, tidak lebih,” Sekar memastikan, meskipun tau betul jika Bima sangat mampu menjalankan kewajibannya.
Bima menatap tajam Sekar yang berada persis di hadapannya, dia sangat kesal karena Sekar meragukan dirinya, “ Akan ada kontrak hitam diatas putih yang akan mengikat perjanjian kita, pengacara ku akan mengatur semuanya dan hanya saya, kamu, Lastri, Yoga asisten pribadi dan pengacara saya saja yang mengetahui perjanjian ini, “ jawab Bima.
Sekar tidak bisa menunjukan raut muka gusar dan bingung, dia harus memberikan jawaban secepatnya, “ Oke aku setuju, dengan syarat Pak Bima harus merinci apa saja kewajiban dan hak saya, karena saya tidak akan melakukan diluar yang tertulis dalam perjanjian, “ tegas Sekar, dia memberanikan diri mengatakan hal itu karena takut nantinya akan ada tindakan lebih.
“ Oke, Lastri akan memberikan draft perjanjian kita, ingat kita hanya sandiwara, jangan mengaharapkan sesuatu yang lebih, kalau sampai ini tersebar, kamu akan tanggung akibatnya“ Bima menggertak.
“ Kok Pak Bima mengancam saya!” seru Sekar, meskipun ada suaranya meninggi tapi bibirnya gemetar karena sudah berani membentak atasannya.
“ Ini bukan ancaman tapi peringatan, “ kata Bima lalu melanjutkan sarapan paginya dengan begitu santai.
Merasa kesal dengan sikap Bima, Sekar berdiri dan berniat meninggalkannya makan sendiri.
“ Mau kemana kamu?” tanya Bima ketus.
“ Pak apa boleh saya menjernihkan pikiran?“ jawab Sekar dengan ketus.
“ Tidak boleh, duduk kembali, kita akan membahasnya sekarang, “ kata Bima.
“ Loh Pak, bukannya aku sudah setuju dengan penawaran itu? apalagi yang harus dibahas?” tanya Sekar.
Bima meletakan gelasnya dan mengelap mulutnya dengan serbet,
“ Pertama, kamu harus tetap di sini sesuai dengan perjanjian kita, untuk meyakinkan orang-orang bahwa kita saling jatuh cinta selama kamu berada di sini, “ ujar Bima.
“ Duh pak, apa nggak ada wanita lain selain aku? kenapa sepertinya sudah rumit padahal belum menjalaninya, “ Sekar terlihat tidak bersemangat, dia memang tidak berminat menjalin hubungan dengan siapapun.
“ Hei, kamu sangat diuntungkan dengan perjanjian ini, ingat kamu bersandiwara tidak secara sukarela, “ ucap Bima dengan angkuh.
“ Iya…iya pak, ngerti…bapak nggak ada manis-manisnya sih kalo ngomong, “ gerutu Sekar.
“ Sekarang kamu menghina saya?” protes Bima.
“ Ini bukan menghina pak, lagi mengkritik dan itu boleh-boleh saja dong, “ jawab Sekar kesal.
“ Terserah! ngat aku yang paling berkuasa dalam perjanjian ini, “ Bima menegaskan.
Sekar hanya diam tak memberikan respon apapun, dia hanya menatap meja dengan tatapan kosong.
“ Kenapa kamu diam?” tanya Bima.
“ Aku bisa apa sih pak selain nurut perkataan bapak, yang terpenting janji Pak Bima terpenuhi dan tidak ada kontak sentuhan, “ jawab Sekar.
Bima tersenyum sinis, “ Tenang saja, saya sama sekali tidak tertarik dengan bocah ingusan seperti kamu, bukan kriteria saya, “ ungkap Bima.
“ Ih Pak Bima juga bukan kriteria saya, tenang saja,” Sekar membalas ucapan Bima.
Bima membulatkan matanya mendengar uca[an Sekar, harga dirinya terusik.
“ Eh maaf aku lancang...tapi Pak Bima nggak masalah kalau tersebar rumor menjalin hubungan dengan karyawan rendahan seperti aku?” Sekar sangat penasaran dengan jawaban Bima.
“ Sama sekali tidak, “ jawab Bima, meskipun akan muncul rumor tentang dirinya dengan Sekar, dia yakin tidak ada yang berani bergosip terlalu lama jika masih ingin bekerja.
“ Sebenarnya apa sih tujuan Pak Bima melakukan hal ini? sebagai seseorang yang berperan dalam sandiwara ini, boleh dong kalau aku tahu alasannya, jadi aku bisa menjiwai sandiwara ini, “ Sekar beralasan.
Bima sudah menduga jika Sekar wanita yang cukup pintar, dia paham jika Sekar sangat ingin mengetahui motifnya menjalin hubungan kontrak.
“ Sama seperti kamu yang tidak berminat menjalin hubungan, saya juga tidak ingin dijodohkan, karena saya tidak tertarik menikah, “ ungkap Bima.
“ Maaf Pak, sepertinya aku perlu meralat sesuatu hal, aku bukannya tidak tertarik menjalin hubungan, tapi untuk saat ini aku tidak tertarik menjalin hubungan, oke…untuk saat ini, “ ujar Sekar
“ Kamu sekarang menunjukan sifat asli, tukang protes!” ujar Bima kesal.
“ Karena Pak Bima semakin seenaknya sih sama aku, sekarang kita dalam posisi saling menguntungkan, “ kata Sekar berapi-api.
“ Ingat ya, saya yang lebih berkuasa di sini, “ Bima menegaskan.
“ Iya deh terserah Pak Bima aja, “ Sekar membalasnya dengan acuh.
“ Oke mulai sekarang kamu harus mempelajari tentang saya, semua yang aku suka dan tidak suka, “ Bima senang rasanya mengatur Sekar.
“ Oke tidak masalah, “ jawab Sekar.
***
Keesokan harinya sekar bertemu dengan Lastri di apartmen untuk emberikan draft perjanjian yang telah dibuat.
" Sebenarnya Mba Lastri itu tau kan niat dari Pak Bima, " ucap Sekar menggerutu.
" Maaf yah Sekar, aku enggak bermaksud bohong, awalnya aku juga kaget, tapi setelah dipikir lagi ini kesempatan buat kamu, selain enggak perlu mikir biaya kuliah, kamu juga bisa fokus kuliah, " ucapnya menjelaskan.
" Tapi aku takut mbak..." Sekar tidak melanjutkan perkataannya.
" Takut kenapa? takut diomongin? begitu hubungan kalian tersebar, kamu bisa resign dari kantor, enggak perlu takut sama omongan orang, " kata Lastri.
Sekar mengangguk, bukan hal itu yang dia khawatirkan, masalalu yang ingin dia lupakan yang ditakutkan oleh Sekar.
“ Sekar, apa kamu masih menjaga apartemen?” tanya Sakti, saat sedang merapihkan laptop setelah mengajar. Hanya tinggal beberapa mahasiswi saja yang ada di ruangan itu.“ Masih pak, tapi malam ini aku pulang telat karena mau ke Panti, Eyang Yanti buat syukuran, kayanya nanti mata kuliah Pak Danu aku ijin, “ ujar Sekar.“ Apa aku boleh ikut, sepertinya menyenangkan, “ Sakti tersenyum ke arah Sekar.“ Serius Pak Sakti mau ikut? nggak ada gadis muda loh, “ Sekar meledek.Sakti tertawa mendengar ucapan Sekar, “ Setiap hari aku melihat gadis muda,” ucapnya.“ Oke ayo pak, oma dan opa di panti pasti rindu sama idolanya, “ Sekar bersemangat, dia teringat jika Sakti merupakan relawan favorit oma dan opa panti.Mereka berjalan menuju parkiran, Sekar melihat sebuah mobill yang terlihat asing.“ Pak Sakti ganti mobil?” tanya Sekar seraya masuk ke dalam mobil.“ Oh enggak, mobil ku yang biasa dipakai sedang diservice, “ jawabnya.“ Apa gaji dosen itu besar ya pak soalnya Pak Sakti sampai punya mo
Karena panik dengan kehadiran Sakti, Sekar mengurungkan niatnya untuk menyambut dosennya itu, dia sangat terkejut dan entah harus bersikap bagaimana. Saat melihat pintu yang mengarah ke sebuah kolam ikan, dia langsung berlari kecil dengan hati-hati, berharap Sakti tidak melihatnya.“ Kok ada Pak Sakti sih di sini?, “ucapnya berbisik seraya sesekali melihat ke arah dalam rumah. Sekar Berdiri didekat pintu untuk melihat situasi, dia melihat orang tua Bima saling berpelukan dengan Sakti dan seorang gadis yang usianya mungkin sama dengan dirinya, hanya saja gadis itu tampil modis. “ Kak Bima sudah datang mih?” tanya Sakti.“ Sudah baru saja,dia lagi ke kamar mungkin ganti baju, “ jawab Mamih Anita.Sekar seperti tersambar petir saat mendengar Sakti menyebut Bima dengan panggilan kakak, dia takut jika sandiwaranya dengan Bima akan terbongkar, sudah pasti dia akan kehilangan pekerjaannya.“ Apa? kakak?! tidak mungkin Pak Sakti sang dosen idola adiknya Pak Bima, enggak mungkin! mereka sep
Hampir satu jam Sekar menatap langit-langit, seharusnya dia dapat tidur dengan nyenyak. Kapan lagi dia bisa menempati kamar yang luas serta kasur ukuran besar, dia masih merasa kesal dengan ucapan Bima yang mengatakan akan segera menikah.Sekar berusaha menutup matanya, lagi-lagi dia tidak bisa memejamkan mata, “ Isssh…Pak Bima kenapa sembarangan jawab sih, nikah? kalau nggak ada stok laki-laki di dunia ini mungkin aku baru mau nikah sama dia, nikaaaah? “ucapnya kesal.Tiba-tiba dia teringat dengan Doni, laki-laki yang hampir merenggut mahkota kegadisannya sehari sebelum menikah siri, pengalaman pahit yang tidak ingin dia ingat lagi. Sekar tidak ingin berurusan dengan cinta apalagi pernikahan, dia hanya ingin merebut kembali rumah yang sangat berarti.****Alarm dari ponsel Sekar berbunyi pukul 04.30, dia segera bangun untuk mandi dan sholat subuh. Keluar dari kamar suasana masih sunyi, belum ada tanda-tanda mereka sudah bangun, tapi aroma harum masakan yang berasal dari dapur membuat
Sekar menyadari jika dia tidak tahu apa-apa mengenai Bima, dia hanya tau umur dan apartemennya saja, selebihnya Sekar tidak tahu apapun.“ Tapi Kami sudah main dengan Kak Claudia itu sejak kecil, jadi Kak Sekar nggak perlu khawatir ya, “ ujar Cheryl.“ Eh iya, enggak apa-apa kok, “ jawab Sekar, dia sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran Claudia, dia hanya terkejut.Bima keluar dengan menggunakan pakaian khusus, kuda miliknya dan Cheryl telah siap ditunggangi, “ Kamu yakin nggak mau ikut latihan sayang?” tanya Bima, dia tidak mau Cheryl yang ada disampingnya curiga.“ Iya enggak usah, naik delman saja aku mabuk apalagi langsung naik kudanya, nanti malah kudanya ikut mabok, “ Sekar beralasan.“ Hahahahah selera Kak Bima kali ini unik, “ bisik Cheryl pada Bima seraya berjalan meninggalkan Sekar.“ Bunga yang di telinga kamu buang, terlihat aneh dan kampungan, “ ucap Bima lalu berjalan menyusul Cheryl.Sekar menggenggam telapak tangannya, ingin sekali dia mendaratkan sebuah pukulan
“ Sebaiknya Kak Sekar langsung ke Villa saja kak, nanti aku telepon Bi Ema untuk memanggil tukang urut langganan mami, “ ucap Cherl pada Sakti, lalu menyusul Bima dan Claudia yang masuk ke dalam rumah kecil yang disediakan untuk beristirahat.“ Apa kamu bisa berdiri?” tanya Sakti.“ Bisa kok, tapi aku enggak apa-apa, shhh…” ucap Sekar menahan rasa sakit.“ Aku khawatir dengan Kak Claudia, “ ujar Sekar yang ingin mengetahui bagaimana kondisi Claudia.“ Sudah ada Kak Bima dan Cheryl, lebih baik kita pulang ke Villa, ayo aku antar,” Sakti menawarkan diri. Sekar mengangguk, dia tidak masalah jika diantar oleh Sakti.Mereka menaiki kendaraan khusus menuju villa utama, Sekar menahan rasa sakit di kakinya dan berusaha tidak merintih karena tidak ingin terkesan manja di hadapan Sakti. Seorang petugas bersiaga untuk mengantarkan mereka, Sekar memegang lengan Sakti agar bisa berjalan.“ Pak, emangnya Kak Claudia itu suka pingsan?” tanya Sekar penasaran.“ Hmm…kayaknya nggak, mungkin tadi Claudia
Mendengar Claudia menyebut nama Doni membuat raut muka Sekar mendadak menjadi pucat, bagaimana Claudia mengetahui tentang Doni yang merupakan bagian dari masalalunya.“ Maksud Kak Claudia?” tanya Sekar, dia tidak ingin terlihat gugup.“ Ah enggak apa-apa aku salah ucap tadi, maaf ya, kamu istirahat saja, “ jawab Claudia meninggalkan Sekar.Claudia dengan percaya diri memberi peringatan kepada Sekar, dia tau jika gadis itu sangat polos dan tidak akan berani melaporkan dirinya pada Bima ataupun Sakti. Terlebih lagi setelah Claudia menunjukan jika Bima lebih memilih membantunya saat di arena balap kuda tadi.Sekar dengan sangat yakin jika Claudia menyebut nama Doni, tidak mungkin kebetulan. Tapi setelah dipikir lagi untuk apa Claudia mengetahui tentang masa lalu dirinya, Sekar yakin jika wanita itu masih menyimpan perasaan pada Bima.“ Tenang aja, Pak Bima itu bukan pria idaman ku, dikasih gratis juga nggak mau!” ucap Sekar dengan berbisik saat Claudia sudah keluar dari kamarnya.****M
“ Bima belum menyiapkan apapun mi, “ ucap Bima berusaha menghentikan niat orang tuanya.Mamih Anita tersenyum, “ Kamu tenang saja sayang, mami sudah menyiapkan ini, “ ucapnya.Mami Anita berjalan mendekati Bima dan memberikan sebuah kotak perhiasan yang ukurannya lumayan besar. Bima membuka kotak perhiasan itu, yang ternyata berisi satu set perhiasan. Sekar melirik kalung itu dan penasaran untuk apa Mami Anita memberikan satu set perhiasan pada Bima.“ Bima, ayo jangan diem aja, pakein kalung sama cincin dan kalung itu, “ kata Mami Anita.“ Sabar dong mamih, Kak Bima kan pasti gugup, “ Cheryl tersenyum menggoda Bima.Sekar semakin tegang mendengar hal itu, dia berusaha tidak terikat dengan keluarga Rafael. Tapi sekarang dia harus menerima tanda pertunangan berupa perhiasan yang dia yakin harganya sangat mahal.Bima tidak tau lagi cara menolak pertunangan ini, dia sangat mengenal sifat papi dan mamih. Usahanya meyakinkan mereka tentang hubungan palsunya dengan Sekar telah berhasil,
“ Apa?! tinggal bersama?nggak bisa begitu dong pak! “ protes Sekar.“ Bisa saja, kalau kata saya bisa, “ ucap Bima bersikeras.“ Kita kan enggak menikah, baru bertunangan, masa kita tinggal seatap, “ Sekar mempertahankan argumennya.“ Apa bedanya yang dengan kemarin-kemarin?” Bima menatap Sekar dengan tajam.Tiba-tiba Sekar tidak bisa berkata-kata lagi, seolah semua protesnya terbantahkan oleh Bima. Tapi Sekar masih berusaha meyakinkan Bima untuk mengubah pendiriannya, lebih baik tinggal di kos nya yang kecil bahkan lebih luas kamar mandi waktu di Villa.Perdebatan sengit mereka sampai melupakan Sekar yang ingin turun terlebih dahulu sebelum masuk gedung kantor R’L group. Mereka sudah berada di depan loby kantor dan seorang petugas keamanan berjalan menuju mobil untuk membukakan pintu.Betapa kagetnya petugas keamanan tersebut saat membuka pintu dan melihat seorang wanita yang menutup mukanya dengan telapak tangan. “ Oh maaf, “ ucapnya saat melihat Bima berada di kursi sebelahnya, lal