Ayu, siswi berprestasi dan penerima beasiswa di SMA Garuda, terpaksa menikah muda dengan Arbinata, di panggil Bin, ketua geng motor Garuda Steel yang terkenal nakal dan sering bikin onar. Ketika Ayu tanpa sengaja menyaksikan Bin terlibat dalam konfrontasi berbahaya dengan geng lain, ia terjebak dalam situasi yang tidak terduga. Terpaksa berlayar di antara ketidakpastian dan ketegangan, Ayu harus beradaptasi dengan kehidupan barunya sambil berjuang untuk meraih impian dan kelulusannya. Namun, saat Iky, teman baik sekaligus teman satu geng Bin, mulai menunjukkan perhatian lebih, Ayu terjebak dalam dilema cinta segitiga yang rumit. Di tengah konflik, mereka berjuang melawan musuh bersama dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Bisakah mereka menemukan kebahagiaan di antara kekacauan?
Lihat lebih banyakPagi itu gue berusaha buat cepet siap-siap berangkat sekolah. Si Bin semalaman gak pulang entah tidur di mana, dateng-dateng cuma bawa baju kotor itu. Gue juga nggak nanya-nanya soal kaos berdarah yang gue temuin. Terus terang, gue masih takut buat buka mulut. Gue lihat jam di dinding, udah hampir telat. Gue buru-buru keluar rumah, sementara suara motor Bin udah nggak kedengeran lagi. Dia pasti udah cabut duluan ke sekolah. Setelah nunggu sebentar di pinggir jalan, akhirnya gue dapet angkot. Tapi, sialnya, baru jalan setengah perjalanan, angkotnya mogok. Gue sama penumpang lain nunggu di pinggir jalan, sementara si supir sibuk ngoprek mesin di kap depan. "Astaga, bisa telat gue kalo kayak gini," gue ngomel sambil ngelirik jam tangan. Angkot pengganti nggak kunjung muncul. Udah hampir jam masuk sekolah, dan gue nggak tau harus nunggu berapa lama lagi. Tiba-tiba, suara motor gede berhenti di depan gue. Gue ngangkat kepala, dan siapa lagi kalo bukan Bin dengan motor kesayangannya. "
Setelah beberapa minggu tinggal bareng Bin, gue mulai merasakan beban yang lebih dari sekadar ngurus rumah atau nyiapin mie instan buat dia. Ternyata pernikahan ini mulai nyebar di sekolah. Awalnya cuma bisik-bisik kecil di lorong, tapi lama-lama rumor itu jadi gede banget. Setiap gue lewat, orang-orang mulai ngelihatin gue aneh.Gue kira, masalah rumah udah cukup berat, tapi sekarang gue harus hadapin drama sekolah juga. Salah satunya datang dari Jeni dan gengnya, yang emang udah nggak suka sama gue sejak lama.Dulu mereka nyebelin, tapi sekarang mereka tambah parah. Mungkin karena mereka nggak suka ngelihat gue yang dikenal berprestasi malah terlibat sama anak berandalan kayak Bin.Hari itu, pas gue baru aja turun dari mobil angkot depan sekolah, gue ngelihat Jeni dan gengnya nongkrong di gerbang. Gue berusaha buat nggak ngeladenin, langsung jalan ngelewatin mereka. Tapi ternyata mereka nggak bisa ditinggal gitu aja."Eh, gue denger lo udah jadi istri si Bin? Wah, nggak nyangka cewe
Gue masih ngerasa kayak lagi di mimpi buruk ketika akhirnya gue duduk di depan penghulu. Nggak ada pesta pernikahan. Nggak ada resepsi. Cuma akad sederhana di ruang tamu rumah gue, disaksikan sama keluarga gue dan keluarga Bin. Semua ini terjadi begitu cepat, dan gue sama sekali nggak siap.“Dengan mas kawin tersebut, apakah kamu, Ayu Renjana, bersedia menikah dengan Arbinata Moon ...?”Nama panjangnya terdengar asing di telinga gue. Arbinata Moon? Itu nama asli Bin? Gue baru tahu hari ini, setelah bertahun-tahun cuma manggil dia “Bin,” yang gue kira nama panggilan berandalan sekolah biasa.Ternyata dia punya nama seaneh itu. Dan gue sama sekali nggak nyangka kalau Bin ternyata beda kelas, baik secara akademis maupun latar belakang keluarga.Gue sempat ngelirik ke arah Bin yang duduk di samping gue. Wajahnya datar, nggak ada ekspresi apa-apa. Kayak dia nggak peduli sama apa yang terjadi di sekitarnya. Gue nggak tau apa yang ada di pikirannya, tapi gue tahu satu hal, gue nggak mau ada
Gue masih shock banget. Sebelum sempet gue buka mulut buat jelasin apa yang sebenernya terjadi, gue dan Bin udah digiring ke ruang kepala sekolah. Security nggak ngasih kita kesempatan buat ngomong, dan gue yakin ini semua udah berantakan banget.Di sepanjang jalan menuju ruang kepala sekolah, gue cuma bisa nunduk. Muka gue panas, nggak tahu karena malu atau karena marah. Di sebelah gue, Bin masih diem, nggak ngasih reaksi apa-apa. Gue nggak ngerti gimana dia bisa setenang itu, padahal jelas-jelas kita dalam masalah besar.Begitu masuk ke ruang kepala sekolah, gue langsung duduk di kursi yang ada di depan meja besar itu. Kepala sekolah, Pak Hadi, udah duduk di kursinya dengan ekspresi serius. Dia ngelihatin gue dan Bin bergantian, matanya penuh kecurigaan."Jelaskan," suaranya terdengar tegas, tapi gue keburu panik. Gue nggak tahu harus mulai dari mana, dan sebelum gue sempet buka mulut, Pak Hadi udah nerusin, "Tadi security sekolah memergoki kalian berdua di gudang dengan keadaan yan
“Eh, Yu! Elo gantiin gue piket, ya! Gue lagi banyak urusan!” ujar Jeni ke gue yang tak sempat menolak. Jeni segera memakai tas-nya terburu-buru entah memang ada urusan atau memang ingin menghindari tugas piketnya hari ini. Terpaksa gue pun melempar tas yang sempat gue kenakan dengan kesal ke bangku gue lagi, dan mulai menjalankan piket kelas.Waktu berlalu, gue menghela napas panjang, lelah setelah piket yang seakan nggak ada habisnya. Sapu di tangan kanan gue, gue genggam erat, sementara mata gue ngelirik jam dinding yang tergantung di kelas.Sudah lewat pukul lima sore, dan sekolah mulai sepi. Hampir semua murid sudah pulang, kecuali beberapa teman gue yang masih sibuk membereskan ruang kelas."Kenapa juga sih gue harus nurutin si Jeni cewek manja kayak dia? Seenaknya aja nyuruh-nyuruh gue!" gumam gue sambil menyapu sisa-sisa sobekan kertas yang berserakan di lantai, sambil mendengus kesal.“Nih, kerjaan bocah laki-laki lempar-lempar kertas! Perang kertas apaan coba. Nyusahin yang
“Eh, Yu! Elo gantiin gue piket, ya! Gue lagi banyak urusan!” ujar Jeni ke gue yang tak sempat menolak. Jeni segera memakai tas-nya terburu-buru entah memang ada urusan atau memang ingin menghindari tugas piketnya hari ini. Terpaksa gue pun melempar tas yang sempat gue kenakan dengan kesal ke bangku gue lagi, dan mulai menjalankan piket kelas.Waktu berlalu, gue menghela napas panjang, lelah setelah piket yang seakan nggak ada habisnya. Sapu di tangan kanan gue, gue genggam erat, sementara mata gue ngelirik jam dinding yang tergantung di kelas.Sudah lewat pukul lima sore, dan sekolah mulai sepi. Hampir semua murid sudah pulang, kecuali beberapa teman gue yang masih sibuk membereskan ruang kelas."Kenapa juga sih gue harus nurutin si Jeni cewek manja kayak dia? Seenaknya aja nyuruh-nyuruh gue!" gumam gue sambil menyapu sisa-sisa sobekan kertas yang berserakan di lantai, sambil mendengus kesal.“Nih, kerjaan bocah laki-laki lempar-lempar kertas! Perang kertas apaan coba. Nyusahin yang ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen