Ketua Geng itu Suamiku

Ketua Geng itu Suamiku

last updateLast Updated : 2025-03-13
By:  Vya KimUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
59Chapters
144views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ayu, siswi berprestasi dan penerima beasiswa di SMA Garuda, terpaksa menikah muda dengan Arbinata, di panggil Bin, ketua geng motor Garuda Steel yang terkenal nakal dan sering bikin onar. Ketika Ayu tanpa sengaja menyaksikan Bin terlibat dalam konfrontasi berbahaya dengan geng lain, ia terjebak dalam situasi yang tidak terduga. Terpaksa berlayar di antara ketidakpastian dan ketegangan, Ayu harus beradaptasi dengan kehidupan barunya sambil berjuang untuk meraih impian dan kelulusannya. Namun, saat Iky, teman baik sekaligus teman satu geng Bin, mulai menunjukkan perhatian lebih, Ayu terjebak dalam dilema cinta segitiga yang rumit. Di tengah konflik, mereka berjuang melawan musuh bersama dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Bisakah mereka menemukan kebahagiaan di antara kekacauan?

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1. Terlambat Pulang

“Eh, Yu! Elo gantiin gue piket, ya! Gue lagi banyak urusan!” ujar Jeni ke gue yang tak sempat menolak. Jeni segera memakai tas-nya terburu-buru entah memang ada urusan atau memang ingin menghindari tugas piketnya hari ini. Terpaksa gue pun melempar tas yang sempat gue kenakan dengan kesal ke bangku gue lagi, dan mulai menjalankan piket kelas.Waktu berlalu, gue menghela napas panjang, lelah setelah piket yang seakan nggak ada habisnya. Sapu di tangan kanan gue, gue genggam erat, sementara mata gue ngelirik jam dinding yang tergantung di kelas.Sudah lewat pukul lima sore, dan sekolah mulai sepi. Hampir semua murid sudah pulang, kecuali beberapa teman gue yang masih sibuk membereskan ruang kelas."Kenapa juga sih gue harus nurutin si Jeni cewek manja kayak dia? Seenaknya aja nyuruh-nyuruh gue!" gumam gue sambil menyapu sisa-sisa sobekan kertas yang berserakan di lantai, sambil mendengus kesal.“Nih, kerjaan bocah laki-laki lempar-lempar kertas! Perang kertas apaan coba. Nyusahin yang ...

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Vya Kim
guys jangan lupa tinggalin jejak ya
2025-02-21 22:50:02
0
59 Chapters
Bab 1. Terlambat Pulang
“Eh, Yu! Elo gantiin gue piket, ya! Gue lagi banyak urusan!” ujar Jeni ke gue yang tak sempat menolak. Jeni segera memakai tas-nya terburu-buru entah memang ada urusan atau memang ingin menghindari tugas piketnya hari ini. Terpaksa gue pun melempar tas yang sempat gue kenakan dengan kesal ke bangku gue lagi, dan mulai menjalankan piket kelas.Waktu berlalu, gue menghela napas panjang, lelah setelah piket yang seakan nggak ada habisnya. Sapu di tangan kanan gue, gue genggam erat, sementara mata gue ngelirik jam dinding yang tergantung di kelas.Sudah lewat pukul lima sore, dan sekolah mulai sepi. Hampir semua murid sudah pulang, kecuali beberapa teman gue yang masih sibuk membereskan ruang kelas."Kenapa juga sih gue harus nurutin si Jeni cewek manja kayak dia? Seenaknya aja nyuruh-nyuruh gue!" gumam gue sambil menyapu sisa-sisa sobekan kertas yang berserakan di lantai, sambil mendengus kesal.“Nih, kerjaan bocah laki-laki lempar-lempar kertas! Perang kertas apaan coba. Nyusahin yang
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more
Bab 2. Skandal yang Kacau
Gue masih shock banget. Sebelum sempet gue buka mulut buat jelasin apa yang sebenernya terjadi, gue dan Bin udah digiring ke ruang kepala sekolah. Security nggak ngasih kita kesempatan buat ngomong, dan gue yakin ini semua udah berantakan banget.Di sepanjang jalan menuju ruang kepala sekolah, gue cuma bisa nunduk. Muka gue panas, nggak tahu karena malu atau karena marah. Di sebelah gue, Bin masih diem, nggak ngasih reaksi apa-apa. Gue nggak ngerti gimana dia bisa setenang itu, padahal jelas-jelas kita dalam masalah besar.Begitu masuk ke ruang kepala sekolah, gue langsung duduk di kursi yang ada di depan meja besar itu. Kepala sekolah, Pak Hadi, udah duduk di kursinya dengan ekspresi serius. Dia ngelihatin gue dan Bin bergantian, matanya penuh kecurigaan."Jelaskan," suaranya terdengar tegas, tapi gue keburu panik. Gue nggak tahu harus mulai dari mana, dan sebelum gue sempet buka mulut, Pak Hadi udah nerusin, "Tadi security sekolah memergoki kalian berdua di gudang dengan keadaan yan
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more
Bab 3. Awal Pernikahan
Gue masih ngerasa kayak lagi di mimpi buruk ketika akhirnya gue duduk di depan penghulu. Nggak ada pesta pernikahan. Nggak ada resepsi. Cuma akad sederhana di ruang tamu rumah gue, disaksikan sama keluarga gue dan keluarga Bin. Semua ini terjadi begitu cepat, dan gue sama sekali nggak siap.“Dengan mas kawin tersebut, apakah kamu, Ayu Renjana, bersedia menikah dengan Arbinata Moon ...?”Nama panjangnya terdengar asing di telinga gue. Arbinata Moon? Itu nama asli Bin? Gue baru tahu hari ini, setelah bertahun-tahun cuma manggil dia “Bin,” yang gue kira nama panggilan berandalan sekolah biasa.Ternyata dia punya nama seaneh itu. Dan gue sama sekali nggak nyangka kalau Bin ternyata beda kelas, baik secara akademis maupun latar belakang keluarga.Gue sempat ngelirik ke arah Bin yang duduk di samping gue. Wajahnya datar, nggak ada ekspresi apa-apa. Kayak dia nggak peduli sama apa yang terjadi di sekitarnya. Gue nggak tau apa yang ada di pikirannya, tapi gue tahu satu hal, gue nggak mau ada
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more
Bab 4. Rumor
Setelah beberapa minggu tinggal bareng Bin, gue mulai merasakan beban yang lebih dari sekadar ngurus rumah atau nyiapin mie instan buat dia. Ternyata pernikahan ini mulai nyebar di sekolah. Awalnya cuma bisik-bisik kecil di lorong, tapi lama-lama rumor itu jadi gede banget. Setiap gue lewat, orang-orang mulai ngelihatin gue aneh.Gue kira, masalah rumah udah cukup berat, tapi sekarang gue harus hadapin drama sekolah juga. Salah satunya datang dari Jeni dan gengnya, yang emang udah nggak suka sama gue sejak lama.Dulu mereka nyebelin, tapi sekarang mereka tambah parah. Mungkin karena mereka nggak suka ngelihat gue yang dikenal berprestasi malah terlibat sama anak berandalan kayak Bin.Hari itu, pas gue baru aja turun dari mobil angkot depan sekolah, gue ngelihat Jeni dan gengnya nongkrong di gerbang. Gue berusaha buat nggak ngeladenin, langsung jalan ngelewatin mereka. Tapi ternyata mereka nggak bisa ditinggal gitu aja."Eh, gue denger lo udah jadi istri si Bin? Wah, nggak nyangka cewe
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more
Bab 5. Kenyataan Baru
Pagi itu gue berusaha buat cepet siap-siap berangkat sekolah. Si Bin semalaman gak pulang entah tidur di mana, dateng-dateng cuma bawa baju kotor itu. Gue juga nggak nanya-nanya soal kaos berdarah yang gue temuin. Terus terang, gue masih takut buat buka mulut. Gue lihat jam di dinding, udah hampir telat. Gue buru-buru keluar rumah, sementara suara motor Bin udah nggak kedengeran lagi. Dia pasti udah cabut duluan ke sekolah. Setelah nunggu sebentar di pinggir jalan, akhirnya gue dapet angkot. Tapi, sialnya, baru jalan setengah perjalanan, angkotnya mogok. Gue sama penumpang lain nunggu di pinggir jalan, sementara si supir sibuk ngoprek mesin di kap depan. "Astaga, bisa telat gue kalo kayak gini," gue ngomel sambil ngelirik jam tangan. Angkot pengganti nggak kunjung muncul. Udah hampir jam masuk sekolah, dan gue nggak tau harus nunggu berapa lama lagi. Tiba-tiba, suara motor gede berhenti di depan gue. Gue ngangkat kepala, dan siapa lagi kalo bukan Bin dengan motor kesayangannya. "
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more
Bab 6. Geng Garuda Steel
Baru juga gue selesai ngobrol sama Arum, tiba-tiba suasana kantin berubah. Semua orang yang tadinya asyik makan, ngobrol, atau ketawa-ketiwi, mendadak diem. Gue yang awalnya nggak ngeh, cuma ngelihat orang-orang pada geser, bikin jalan di tengah kantin. Arum langsung nyenggol lengan gue. "Yu, tuh lihat deh ... Geng Garuda Steel nongol." Gue otomatis ngikutin arah pandangan Arum. Di depan pintu kantin, ada enam orang cowok masuk, jalan santai kayak nggak ada yang berani ngehadepin mereka. Salah satu dari mereka, jelas banget, gue kenal. Itu Bin. Gue nggak bisa berhenti natap mereka. Mereka duduk di meja tengah, yang emang udah kosong kayak disiapin buat mereka. Semua orang di sekitar mereka langsung minggir, nggak mau deket-deket. Padahal tadinya tempat itu rame. "Gila ... mereka emang kayak raja di sini," gumam gue pelan. Arum cuma angguk pelan, matanya masih nempel ke arah geng itu. "Itu mereka berenam. Pali
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more
Bab 7. Nggak Tahu Lagi
"Kaki gue emang gak punya mata, Rum. Ya, udah jangan ngambek-ngambek lagi! Lagian mereka juga gak ngapa-ngapain kita," kata gue sambil nyengir, berusaha ngehibur Arum yang mukanya udah kayak mau meledak karena malu campur kesal. Arum cuma mendesah, jelas-jelas masih kesel. "Iya, iya, tapi tetep aja, gue gak yakin kita bisa lepas dari sorot mata orang-orang karena kejadian tadi di kantin." Tanpa basa-basi lagi, dia langsung menarik tangan gue, buru-buru nuntun gue menuju kelas. Gue cuma bisa ngikut sambil ngelirik sekilas ke belakang, ngeliat Bang Jinu, Hasan, dan anggota GGS lainnya masih pada duduk di meja mereka sambil ngobrol. Gue ngerasa sedikit keki sama Bin, tapi di sisi lain, gue juga masih kebayang-bayang senyum ramahnya Bang Jinu waktu bantuin gue tadi. "Ayo, Yu, fokus!" Arum ngomel lagi, sadar gue malah melamun. "Jangan kebanyakan mikirin yang aneh-aneh, ntar lo tambah kepeleset lagi di depan mereka." Gue cuma nye
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more
Bab 8. Basecamp
Bin ngebawa gue ke tempat yang ... gila, elit banget. Pas gue sadar lokasinya, ini udah kayak di daerah Dago atas Bandung. Suasana di sini beda banget, udaranya dingin sampai kerasa nyentuh kulit, anginnya pelan tapi menusuk, dan aroma pepohonan lembap khas daerah tinggi makin kuat. Rasanya kayak bukan lagi di kota, lebih kayak di pedesaan mewah yang sunyi dan tenang. Depan gue, berdiri kost-an elit berlantai tiga dengan bangunan yang bersih, putih, dan modern. Jendela-jendela kaca gede berderet di setiap kamar, dan balkonnya berjejer rapi, kayak siap jadi tempat santai tiap sore. Gue ngebayangin betapa mahalnya sewa kost-an kayak gini. Nggak salah lagi ini tempat yang cuma anak-anak tajir atau anak pejabat yang bisa nyampe sini. Gue ngikutin Bin masuk, sambil jalan di koridor yang cukup luas. Kanan kiri ada taman kecil buatan, mungkin biar makin kelihatan "mewah". Ada meja lese
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more
Bab 9. Sandera
"Ayu, duduk sini, jangan berdiri terus," kata Bang Jinu sambil nepuk-nepuk sofa kosong di sebelahnya. Mukanya ramah banget, senyumnya lembut, beda jauh sama vibes anak-anak geng motor yang biasa gue bayangin. "I-Iya, makasih." Gue pun duduk pelan-pelan di sofa, hati masih ketar-ketir tapi lumayan lega bisa narik napas sebentar. Sambil duduk, pikiran gue muter lagi, bertanya-tanya. Sebenernya ini geng macam apa sih? Gue tahu sih dari cerita Arum, katanya Garuda Steel itu geng yang brutal, katanya mereka nggak segan-segan nyari masalah sama siapa aja yang berani macem-macem Kejadian-kejadian sebelumnya muter di kepala gue, terutama waktu gue lihat kaos cucian kotor Bin di rumah. Ada bercak darah di sana. Gue inget jelas karena rasanya agak horor buat gue. Mau nanya juga ... gak mungkin, gue mana berani nanya-nanya soal itu ke Bin. Lagian gue juga masih nggak yakin, ini geng kayak gimana sih sebenernya? Jinu duduk di samping g
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more
Bab 10. Akhirnya Pulang
Daripada diem tegang dengerin mereka rapat, gue iseng aja jalan-jalan ke area dekat pintu. Ada rak tinggi penuh pajangan foto-foto mereka, kayak dokumentasi geng Garuda Steel.Mereka keliatan bangga banget sama semua itu, foto-foto mereka lagi nongkrong, sambil naik motor gede yang, gue yakin, motor-motor mahal.Gak semua orang bisa beli beginian. Mereka emang tinggi-tinggi dan berotot, tipe yang emang pantes bawa motor kayak gini. Gue menelan ludah, sadar kalau geng ini beda dari yang selama ini gue bayangin.Di antara deretan foto dan pajangan, ada satu pigura yang beda sendiri, lebih resmi, semacam plakat atau sertifikat yang dipajang. Gue mendekat penasaran, baca tulisan di dalamnya."Visi dan Misi Garuda Steel: Menjunjung tinggi keadilan, berantas kejahatan."Buset. Ini bercanda, 'kan? Visi misinya sih bagus banget, mulia bahkan. Tapi, kenyataannya apa? Kok gue malah lihat hal-hal yang kayaknya nggak nyambung sama pernyataan ini? Gen
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status