Beranda / Rumah Tangga / Ketika Suamiku Jatuh Cinta / Bab 4 Bantuan Orang Dalam

Share

Bab 4 Bantuan Orang Dalam

Penulis: Navy City
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-02 19:45:10

Cahaya matahari menyorot tajam hingga menembus jendela kamar, Naura terisak di tepi ranjang sambil memegangi selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos.

Terusik dengan tangisan seorang wanita, Ariz menggeliat dan membuka matanya. Otaknya masih belum bisa merespons apa yang dia lihat saat ini.

Ariz terus menggosok matanya, berharap ini hanya bagian dari mimpi. Namun, suara tangisan Naura semakin nyata menusuk telinganya.

Dia bangun dengan perasaan takut, "Na... Naura? Kamu?"

Ariz melihat dirinya yang tidak mengenakan apapun, begitu juga dengan Naura.

Udara pagi bahkan tidak membuatnya kedinginan, sebaliknya butiran keringat keluar dari dahinya beriringan dengan dada yang terasa ingin meledak.

"Ini semua karena Pak Ariz yang memaksa! Aku sudah bilang aku tidak mau melakukan hal ini, tapi Pak Ariz terus memaksaku!" Naura sangat marah dan melemparkan bantal ke wajah Ariz.

Pria itu terdiam sejenak, lalu kemudian menyangkal, "Tidak mungkin, Naura! Saya tidak mabuk dan mana mungkin saya melakukan hal seperti itu pada kamu?!" Ariz berdiri dan memunguti pakaiannya, dia segera masuk ke kamar mandi.

Ariz menyalakan shower, mengguyur seluruh tubuhnya untuk segera sadar sepenuhnya dan mengingat semua yang terjadi semalam.

Dia yakin seratus persen, dia tidak mabuk. Tidak ada alkohol yang masuk ke tubuhnya dan tidak mungkin juga jika dia melakukan itu pada Naura hanya karena dibutakan nafsu.

Seingatnya, semalam dia berada di ruang kerja untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan, satu-satunya yang dia minum hanya kopi buatan Naura.

Selesai mandi, Ariz berpakaian di dalam kamar mandi, dia tidak mau Naura melihat tubuhnya. Ternyata wanita itu masih menangis di tepi ranjang, terlihat sangat kacau dengan rambutnya yang kusut.

"Berhenti menangis dan cepat pakai bajumu!" Titah Ariz, suara yang dingin membuat Naura berhenti menangis seketika.

Ariz membalikkan badan, dia tidak ingin melihat tubuh Naura, tidak ada minat sedikitpun dalam dirinya terhadap wanita itu.

Sikap baiknya kemarin, tidak lebih hanya sebagai bentuk menghargai usaha dan perhatian Naura kepada anak-anaknya.

Tapi, kenapa mereka bisa berakhir satu ranjang seperti ini? Ariz tidak habis pikir.

"Katakan padaku, apa yang kamu masukkan ke dalam kopi itu?" Tanya Ariz setelah Naura selesai berpakaian, mereka berhadapan, namun mata Ariz hanya melihat ke tembok.

Naura terkejut, mulutnya terbuka tapi tidak kunjung bersuara, dia gelapan tidak tahu harus menjawab apa, tidak menyangka Ariz akan dengan mudah menebak kejadian ini.

"Jawab!" Bentak Ariz, sangat kencang.

Naura tersentak hingga kedua bahunya terangkat, "kenapa Pak Ariz bertanya seperti itu? Saya hanya membuatkan kopi biasa." Air menggenang di pelupuk mata Naura, dia sangat takut dan kalut secara bersamaan.

"Saya sudah bilang saya tidak mabuk, bahkan saya tidak ingat apa-apa, saya tidak melakukan apapun kepada kamu, semalam saya hanya minum kopi dari kamu dan pasti ada campurannya!"

"Saya tidak mencampurkan sesuatu di kopi Bapak, hanya serbuk kopi dan dua sendok gula. Setelah Bapak memaksa saya berbuat seperti semalam, sekarang Bapak menuduh saya sengaja menjebak?" Tampik Naura, cairan bening kembali meleleh dari matanya.

"Kalau iya? Kamu punya bukti kalau semalam saya melecehkan kamu?" Ariz sama sekali tidak kasihan melihat air mata Naura.

"Saya tidak punya bukti, karena semalam saya takut dan terpaksa melayani Bapak, saya tidak mungkin mengkhianati Bu Salma dengan sengaja menjebak Bapak!" Kali ini Naura berani meninggikan suaranya.

"Begitu juga dengan saya, tidak mungkin saya mengkhianati istri saya!" Balas Ariz dengan suara yang tak kalah tinggi, urat-urat di lehernya menonjol dan rahangnya menggertak.

"Tapi nyatanya Bapak sudah melakukan itu, Bapak sudah mengkhianati Bu Salma!" Suara pelan Naura sangat menusuk.

"Saya keluar dari rumah ini dan berhenti dari pekerjaan!" Wanita itu berjingkat pergi dari kamar Ariz.

*****

Liana terperangah melihat Naura keluar dari rumah dengan berurai air mata, wanita itu berjalan seperti tidak ada siapapun di rumah, dia juga tidak menemui Kenan dan Kenzo terlebih dahulu.

Wajahnya yang terlihat kesal dan jejak tangis di kedua matanya yang sembab, membuat Liana menyimpulkan kalau Naura baru saja dipecat oleh Ariz.

Tidak lama kemudian, Ariz turun dengan wajah penuh amarah, dia menatap kepergian Naura dan menghela napasnya.

Dia tetap bersikukuh, dia tidak melakukan apapun pada wanita itu, jika memang semalam mereka melakukannya, Ariz hanya menganggap itu sebuah kesalahan yang tidak berarti baginya, dia memegang teguh kesetiannya untuk Salma.

"Ariz, kenapa Naura pergi? Kamu memecat dia?" Liana terlihat tidak senang, dia langsung protes.

"Biarkan saja, Bu!" Jawab Ariz tidak peduli.

Sebelum Ariz pergi, dia berjalan lebih dulu dan menghadang Ariz, tepat di depannya.

"Tapi kenapa? Siapa yang akan mengurus si kembar kalau bukan Naura? Ingat istri kamu itu sedang simulasi jadi mayat, kamu juga harus berlatih menjadi duda dari sekarang!"

"Kamu harus terbiasa tanpa istri kamu, sebelum dia benar-benar meninggal! Kenan dan Kenzo juga sama, mereka harus terbiasa tanpa Salma, jangan terlalu egois, Ariz!"

Celotehan Liana membuat emosi Ariz semakin membara, siap meledak tidak lama lagi. Kata-kata Liana lebih terdengar seperti menyumpahi Salma agar cepat meninggal.

"Istri kamu sudah tidak berguna, sekarang kita butuh Naura, tapi kamu malah pecat dia!" Liana masih terus mengomel, dia tidak menyadari Ariz sudah mengepalkan tangannya sangat kuat.

"Kenan dan Kenzo sangat dekat dengan Naura, dia sudah seperti Ibu kedua untuk si kembar, mereka pasti sangat sedih kalau Naura tidak ada di sini. Daripada kamu pecat Naura, lebih baik pecat saja Salma!"

Tangan Ariz meraih guci kaca di atas nakas dan melemparnya ke lantai hingga pecah berkeping-keping. "Diam!" Kedua mata Ariz menyorot lebar.

"Ibu jangan ikut campur, wanita itu sudah menjebakku agar tidur dengannya, di tempat tidurku dengan Salma! Aku tidak peduli siapa dia, masih banyak orang yang bisa menjadi babysitter anak-anakku!" Pungkas Ariz sambil mengembuskan napas panas penuh emosi.

"Tapi, Ariz--"

Liana terdiam saat Aris mengangkat telapak tangannya, menandakan dia tidak ingin mendengar apapun lagi.

"Daripada Ibu terus memperkeruh keadaan dan memojokkan Salma, lebih baik Ibu tinggal dengan Ammar, mungkin sesekali Ibu bisa mengomentari istrinya agar tidak bosan!"

"Jadi, kamu mengusir Ibu? Begitu?" Tantang Liana, tidak menyangka anaknya akan berani bicara seperti itu.

"Iya." Jawab Ariz singkat.

"Baiklah, Ibu akan pindah ke rumah Ammar!" Tegas Liana, dia melotot dan tampak sangat marah berharap putranya itu langsung meminta maaf karena telah menyinggungnya.

Namun, Ariz tidak peduli, dia berjalan meninggalkan Liana dan masuk ke kamar anak-anaknya.

******

Hari itu juga, Liana keluar dari rumah Ariz, dia tidak akan ikut anak dan cucunya pindah ke Mansion.

Terpaksa dia harus tinggal dengan putra keduanya, Ammar, yang tidak terlalu kaya dan rumahnya terbilang sederhana.

Siangnya, Liana nekat pergi ke Apartemen Naura, dia sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi semalam sampai Ariz sangat marah.

Kalau memang Ariz benar-benar sudah mengkhianati Salma, dia akan sangat bersyukur dan akan memberikan Naura imbalan yang setimpal.

Naura yang kedatangan tamu tak diundang tidak punya pilihan selain mengizinkan Liana untuk masuk ke Apartemennya.

"Naura sebenarnya apa yang terjadi semalam? Apa benar kamu menjebak Ariz?" Tanya Liana penuh selidik.

"Tidak Bu Liana, itu salah paham..."

Sebelum Naura selesai bicara, Liana sudah memotong, dia sangat hobi menyela orang lain, "saya memang menyuruh kamu memanfaatkan keadaan, tapi bukan berarti harus dilakukan dengan terburu-buru tanpa berpikir dulu, Naura..." Suara Liana begitu lembut.

"Ariz itu saya sekolahkan sampai ke luar negeri, dia cerdas! Jadi kamu harus cerdik kalau ingin mempermainkannya!"

"Maaf Bu Liana, itu semua hanya ketertarikan sesaat saya pada Pak Ariz, saya tidak berniat merusak rumah tangga Pak Ariz dan Bu Salma!" Ungkap Naura tidak berniat memperpanjang masalah ini, dia benar-benar takut setelah melihat kemarahan Ariz tadi pagi.

"Saya salah dan tidak akan pernah menunjukkan wajah saya lagi." Naura menunduk malu.

Liana mengangkat dagu Naura menggunakan telunjuknya dan berkata, "Hey, jangan berkecil hati dulu, aku ada di pihakmu! Malah aku mendukung kamu untuk mendapatkan Ariz, tapi kamu harus bersabar, tidak lama lagi Ariz pasti mencari kamu!"

"Ta... Tapi kenapa Pak Ariz mencari saya? Apa dia melaporkan saya ke polisi?" Naura mulai panik.

"Bukan, tapi karena hubungan kalian akan segera dimulai!" Senyum licik terbit di bibir Liana yang terpoles lipstik merah gelap.

Naura mengernyit tidak paham, "Maksud Bu Liana, apa?"

Bab terkait

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 5 Naura Dijemput Kembali

    Liana melangkah lebih dekat ke depan Naura, wanita itu gemetar dan melihat ke lantai, dia sudah tidak punya wajah setelah menjebak Ariz semalam, dan pastinya Liana mengerti akan hal itu, Naura sudah tidak bisa mengelak. "Jangan setengah-setengah melakukan sesuatu, Naura. Kamu sudah terlanjur malu, jadi lanjutkan saja! Nanti ketika Ariz datang ke sini mencari kamu, langsung lari ke pelukannya dan menangis!" Ujar Liana. "Bilang kalau kamu sangat menyesal dan merasa bersalah pada Salma, minta Ariz mengantarkan kamu ke rumah sakit untuk menjenguk Salma, setelah itu pura-pura pingsan!" Liana berbicara sambil berjalan memutari tubuh Naura, suaranya mengisi pendengaran Naura dari segala arah. "Bu Liana yakin membiarkan semua itu terjadi? Maksud saya, Bu Liana ingin saya dan Pak Ariz menjalin hubungan terlarang?" Tanya Naura mengerjap tidak percaya. Pikir Naura, Apakah Liana sungguh sudi membiarkan Ariz bersama dirinya? Seorang Salma yang cantik dan kaya raya saja selalu dibenci ole

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 6 Naura Hamil

    Naura sedang sibuk berselancar di media sosial, mencari informasi lowongan pekerjaan. Akibat ulahnya yang gegabah, dia kehilangan pekerjaannya dalam sekejap, dan sekarang dia harus kembali bersusah payah mencari sumber penghasilan.Setiap kali melihat uang di rekeningnya menipis, dia merutuki tindakannya yang bodoh, seharusnya dia tidak menjebak Ariz dengan cara seperti itu, dia jadi malu dan mengundurkan diri dengan sendirinya. Sudah satu bulan lebih, tapi Ariz tidak mencarinya. Rencana Liana hanya omong kosong. Mana mungkin Ariz mencarinya, memangnya dia siapa? Pikir Naura. Bel pintu berbunyi, Naura menghela napas, dia kira itu adalah kurir laundry yang biasa mengantarkan pakaiannya. Dia melangkah malas, lalu membuka pintu tanpa melihat ke depan."Ya?" Dengan posisi miring di depan pintu, Naura masih sibuk menatap ponselnya. "Naura!" Pemilik nama membelalak, suara itu, dia sangat mengenalinya dan ketika mendongak, sosok Ariz yang tinggi kokoh sudah berdiri tegak di depannya.M

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 7 Ciuman Pertama

    Naura terperanjat dari ranjang rawat, dia duduk dalam keadaan tegang sekujur tubuh. Dia tidak menyangka, kalau Liana benar-benar telah mempersiapkan semuanya sampai sejauh ini. Naura sudah terlanjur masuk ke dalam skenario drama yang dibuat oleh Liana, tidak mudah baginya untuk membuka jalan menuju hati Aris. Namun, Liana sudah mengerahkan usaha agar dirinya bisa mendapat celah, dan tidak mungkin dia akan mundur begitu saja. "Sa... Saya hamil? Pak, bagaimana ini?" Wajah polos Naura terlihat cemas. "Jawab dulu, apa kamu hanya berhubungan dengan saya?" Desak Ariz, pria itu masih berharap bukan dirinya yang menyebabkan kehamilan Naura. "I.. Iya Pak! Malam itu pengalaman pertama saya." Jawab Naura, kepalanya menunduk dan bibirnya terkatup. "Astaga! Jadi itu anak saya?" Ariz mendongak ke atas berusaha mengumpulkan kesabaran. Kemudian dia duduk di kursi, memijat pelipisnya yang berdenyut. Dia masih memiliki istri, tapi kini perempuan lain sedang mengandung anaknya!

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 8 Kebimbangan Tengah Malam

    “Sebenarnya apa yang ibu lakukan sampai Kak Ariz sangat marah?” Kening Ammar berkerut, dia sudah sangat muak setiap hari melihat Liana bertumpang kaki, menonton televisi sambil memakan camilan sampai berserakan di lantai. Istrinya, Andin, selalu saja mengeluh dan menangis karena Liana banyak memberi perintah dan selalu memarahinya seolah semua yang Andin lakukan salah. Andin sedang hamil enam bulan, tapi dia harus melayani mertuanya seperti pembantu. “Tidak ada! Ibu hanya mengetahui perselingkuhan dia dengan Naura, lalu Ibu diusir!” Kata Liana. Ammar tidak percaya dengan yang Liana katakan, setahunya Ariz bukan pria seperti itu. Tidak mungkin Ariz mengkhianati Salma dengan perempuan yang amat tidak sebanding dengan Salma. “Ibu ini bicara apa? Jangan begitulah, Bu! Kak Salma masih koma, seharusnya kita doakan yang baik-baik, bukan malah bikin gosip!” Kata Ammar yang curiga kalau ini hanya akal-akalan Liana. “Gosip? Buat apa Ibu buat gosip tentang anak Ibu sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 9 Alasan Untuk Keguguran

    Ariz tertawa kecil mendengarnya, sudah lama dia tidak melihat hal seperti ini. Yaitu, di saat seorang wanita bersikap manja dan takut kehilangannya. Dia merasa Naura memberikan warna baru dalam hidupnya, perasaan yang dia rasakan sekarang seperti permen yang manis, dia tidak akan mau memuntahkannya. Sama halnya dengan Naura, dia tidak mungkin sanggup kehilangan wanita itu. Naura bukan hanya cantik, tapi dia memiliki sifat polos dan perhatian yang selalu sukses melelehkan hati Ariz. “Tidak mungkin, Naura! Kamu sudah menjadi bagian dari hidupku dan aku tidak bisa jauh dari kamu!” “Sungguh?” Kedua mata Naura berbinar. Ariz mengangguk dan memeluk Naura yang masih setia meringkuk di pengakuannya. Saat mereka sedang berdua seperi ini, Ariz tidak bisa memikirkan hal lain. Naura memblokir semua orang dari pikirannya, dan Ariz hanya bisa fokus padanya. “Selama ini kamu menganggap aku apa? Kamu benar-benar menyayangiku atau aku ini hanya sekadar teman tidur karena istri kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 1 : Kecelakaan & Kesepian

    Liburan telah tiba, Salma dan Ariz bersiap untuk menyenangkan anak kembar mereka. Kali ini mereka akan ke Villa di luar kota dan menikmati waktu bersama untuk satu minggu. “Sayang, kamu sudah memasukkan semuanya ke dalam koper? Tidak ada yang ketinggalan?” Tanya Ariz sebelum menutup bagasi mobil. Salma menggelengkan kepala, “Tidak sayang, bahkan aku sudah menyiapkan semuanya dari beberapa hari yang lalu!” “Sepertinya kamu lebih senang daripada anak-anak, ya!” Goda Ariz, dia merangkul mesra istrinya, mereka berjalan menuju pintu depan. “Kamu tahu, aku sudah menunggu momen ini sejak lama, menghabiskan waktu dengan kalian tanpa memikirkan pekerjaan. Ya, walaupun aku tidak yakin liburan kali ini akan berjalan lancar dengan tiga lelakiku yang nakal!” Salma mencolek hidung mancung suaminya. Mereka menatap ke dalam mobil, di mana dua bocah lelaki berusia lima tahun sedang bercanda dan berebut mainan. Keduanya selalu bertengkar dan berisik sepanjang waktu, kecuali saat tidur. Me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 2 Ular Mulai Masuk

    Sambil makan malam bersama, Ariz mencurahkan isi hatinya mengenai Salma kepada Naura, dia berkata sangat rindu dan cemas dengan kondisi Salma yang masih belum ada perubahan, dia takut istrinya tidak selamat. Ariz bukan orang yang suka bercerita, dia lebih sering memendam isi hati dan pikirannya sendiri. Namun, karena Ibunya malah menyuruh Ariz menikah lagi seolah Salma tidak akan selamat, dia merasa dunianya runtuh dan harapannya dipatahkan. Dia tidak punya sandaran yang menguatkannya saat ini. "Sabar, Pak! Saya yakin Bu Salma akan segera pulih dan kembali ke sini, Kenan dan Kenzo sepertinya sudah sangat merindukan Ibunya!" "Aamiin, kamu benar-benar yakin istri saya akan sadar dari komanya?" Tanya Ariz setelah menerima tanggapan positif dari Naura. "Sangat yakin, Pak! Bahkan setiap hari saya mendoakan beliau, Bu Salma orang yang sangat baik kepada saya. Dia memberi saya pekerjaan, membantu renovasi rumah saya di kampung, dan suka memberi saya barang-barang yang bagus..." Na

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 3 Obat Tidur

    Naura masuk ke dalam mobil disusul Ariz setelahnya, ketika mobil mulai malaju saat itulah kecanggungan di antara mereka sangat terasa. Meskipun, semalam keduanya makan bersama dan mengobrol layaknya teman akrab, tetap saja akan terasa canggung saat dua orang lawan jenis berada dalam satu mobil dan tidak ada siapapun selain mereka. "Naura, apa kamu tidak punya kesibukan lain, selain pekerjaan kamu sebagai Babysitter anak saya?" Tanya Ariz memecah keheningan. Sebelum menjawab, Naura menoleh ke arah Ariz, namun pria itu sangat fokus menyetir dan matanya hanya menatap jalan. "Iya, Pak. Saya tidak punya kesibukan lain, selain mengurus Kenan dan Kenzo. Kalau libur, sesekali saya bergaul dengan teman-teman saya atau berkunjung ke rumah orang tua!" "Rumah orang tua kamu di mana?" Tanya Ariz penasaran. "Tidak terlalu jauh, Pak, sekitar sepuluh kilometer dari Apartemen saya!" "Begitu ya," Ariz mengangguk paham, dia memang tidak tahu apa-apa tentang Naura sebelumnya. "Sebelumny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01

Bab terbaru

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 9 Alasan Untuk Keguguran

    Ariz tertawa kecil mendengarnya, sudah lama dia tidak melihat hal seperti ini. Yaitu, di saat seorang wanita bersikap manja dan takut kehilangannya. Dia merasa Naura memberikan warna baru dalam hidupnya, perasaan yang dia rasakan sekarang seperti permen yang manis, dia tidak akan mau memuntahkannya. Sama halnya dengan Naura, dia tidak mungkin sanggup kehilangan wanita itu. Naura bukan hanya cantik, tapi dia memiliki sifat polos dan perhatian yang selalu sukses melelehkan hati Ariz. “Tidak mungkin, Naura! Kamu sudah menjadi bagian dari hidupku dan aku tidak bisa jauh dari kamu!” “Sungguh?” Kedua mata Naura berbinar. Ariz mengangguk dan memeluk Naura yang masih setia meringkuk di pengakuannya. Saat mereka sedang berdua seperi ini, Ariz tidak bisa memikirkan hal lain. Naura memblokir semua orang dari pikirannya, dan Ariz hanya bisa fokus padanya. “Selama ini kamu menganggap aku apa? Kamu benar-benar menyayangiku atau aku ini hanya sekadar teman tidur karena istri kamu

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 8 Kebimbangan Tengah Malam

    “Sebenarnya apa yang ibu lakukan sampai Kak Ariz sangat marah?” Kening Ammar berkerut, dia sudah sangat muak setiap hari melihat Liana bertumpang kaki, menonton televisi sambil memakan camilan sampai berserakan di lantai. Istrinya, Andin, selalu saja mengeluh dan menangis karena Liana banyak memberi perintah dan selalu memarahinya seolah semua yang Andin lakukan salah. Andin sedang hamil enam bulan, tapi dia harus melayani mertuanya seperti pembantu. “Tidak ada! Ibu hanya mengetahui perselingkuhan dia dengan Naura, lalu Ibu diusir!” Kata Liana. Ammar tidak percaya dengan yang Liana katakan, setahunya Ariz bukan pria seperti itu. Tidak mungkin Ariz mengkhianati Salma dengan perempuan yang amat tidak sebanding dengan Salma. “Ibu ini bicara apa? Jangan begitulah, Bu! Kak Salma masih koma, seharusnya kita doakan yang baik-baik, bukan malah bikin gosip!” Kata Ammar yang curiga kalau ini hanya akal-akalan Liana. “Gosip? Buat apa Ibu buat gosip tentang anak Ibu sendiri

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 7 Ciuman Pertama

    Naura terperanjat dari ranjang rawat, dia duduk dalam keadaan tegang sekujur tubuh. Dia tidak menyangka, kalau Liana benar-benar telah mempersiapkan semuanya sampai sejauh ini. Naura sudah terlanjur masuk ke dalam skenario drama yang dibuat oleh Liana, tidak mudah baginya untuk membuka jalan menuju hati Aris. Namun, Liana sudah mengerahkan usaha agar dirinya bisa mendapat celah, dan tidak mungkin dia akan mundur begitu saja. "Sa... Saya hamil? Pak, bagaimana ini?" Wajah polos Naura terlihat cemas. "Jawab dulu, apa kamu hanya berhubungan dengan saya?" Desak Ariz, pria itu masih berharap bukan dirinya yang menyebabkan kehamilan Naura. "I.. Iya Pak! Malam itu pengalaman pertama saya." Jawab Naura, kepalanya menunduk dan bibirnya terkatup. "Astaga! Jadi itu anak saya?" Ariz mendongak ke atas berusaha mengumpulkan kesabaran. Kemudian dia duduk di kursi, memijat pelipisnya yang berdenyut. Dia masih memiliki istri, tapi kini perempuan lain sedang mengandung anaknya!

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 6 Naura Hamil

    Naura sedang sibuk berselancar di media sosial, mencari informasi lowongan pekerjaan. Akibat ulahnya yang gegabah, dia kehilangan pekerjaannya dalam sekejap, dan sekarang dia harus kembali bersusah payah mencari sumber penghasilan.Setiap kali melihat uang di rekeningnya menipis, dia merutuki tindakannya yang bodoh, seharusnya dia tidak menjebak Ariz dengan cara seperti itu, dia jadi malu dan mengundurkan diri dengan sendirinya. Sudah satu bulan lebih, tapi Ariz tidak mencarinya. Rencana Liana hanya omong kosong. Mana mungkin Ariz mencarinya, memangnya dia siapa? Pikir Naura. Bel pintu berbunyi, Naura menghela napas, dia kira itu adalah kurir laundry yang biasa mengantarkan pakaiannya. Dia melangkah malas, lalu membuka pintu tanpa melihat ke depan."Ya?" Dengan posisi miring di depan pintu, Naura masih sibuk menatap ponselnya. "Naura!" Pemilik nama membelalak, suara itu, dia sangat mengenalinya dan ketika mendongak, sosok Ariz yang tinggi kokoh sudah berdiri tegak di depannya.M

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 5 Naura Dijemput Kembali

    Liana melangkah lebih dekat ke depan Naura, wanita itu gemetar dan melihat ke lantai, dia sudah tidak punya wajah setelah menjebak Ariz semalam, dan pastinya Liana mengerti akan hal itu, Naura sudah tidak bisa mengelak. "Jangan setengah-setengah melakukan sesuatu, Naura. Kamu sudah terlanjur malu, jadi lanjutkan saja! Nanti ketika Ariz datang ke sini mencari kamu, langsung lari ke pelukannya dan menangis!" Ujar Liana. "Bilang kalau kamu sangat menyesal dan merasa bersalah pada Salma, minta Ariz mengantarkan kamu ke rumah sakit untuk menjenguk Salma, setelah itu pura-pura pingsan!" Liana berbicara sambil berjalan memutari tubuh Naura, suaranya mengisi pendengaran Naura dari segala arah. "Bu Liana yakin membiarkan semua itu terjadi? Maksud saya, Bu Liana ingin saya dan Pak Ariz menjalin hubungan terlarang?" Tanya Naura mengerjap tidak percaya. Pikir Naura, Apakah Liana sungguh sudi membiarkan Ariz bersama dirinya? Seorang Salma yang cantik dan kaya raya saja selalu dibenci ole

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 4 Bantuan Orang Dalam

    Cahaya matahari menyorot tajam hingga menembus jendela kamar, Naura terisak di tepi ranjang sambil memegangi selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Terusik dengan tangisan seorang wanita, Ariz menggeliat dan membuka matanya. Otaknya masih belum bisa merespons apa yang dia lihat saat ini. Ariz terus menggosok matanya, berharap ini hanya bagian dari mimpi. Namun, suara tangisan Naura semakin nyata menusuk telinganya. Dia bangun dengan perasaan takut, "Na... Naura? Kamu?" Ariz melihat dirinya yang tidak mengenakan apapun, begitu juga dengan Naura. Udara pagi bahkan tidak membuatnya kedinginan, sebaliknya butiran keringat keluar dari dahinya beriringan dengan dada yang terasa ingin meledak. "Ini semua karena Pak Ariz yang memaksa! Aku sudah bilang aku tidak mau melakukan hal ini, tapi Pak Ariz terus memaksaku!" Naura sangat marah dan melemparkan bantal ke wajah Ariz. Pria itu terdiam sejenak, lalu kemudian menyangkal, "Tidak mungkin, Naura! Saya tidak mabuk dan man

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 3 Obat Tidur

    Naura masuk ke dalam mobil disusul Ariz setelahnya, ketika mobil mulai malaju saat itulah kecanggungan di antara mereka sangat terasa. Meskipun, semalam keduanya makan bersama dan mengobrol layaknya teman akrab, tetap saja akan terasa canggung saat dua orang lawan jenis berada dalam satu mobil dan tidak ada siapapun selain mereka. "Naura, apa kamu tidak punya kesibukan lain, selain pekerjaan kamu sebagai Babysitter anak saya?" Tanya Ariz memecah keheningan. Sebelum menjawab, Naura menoleh ke arah Ariz, namun pria itu sangat fokus menyetir dan matanya hanya menatap jalan. "Iya, Pak. Saya tidak punya kesibukan lain, selain mengurus Kenan dan Kenzo. Kalau libur, sesekali saya bergaul dengan teman-teman saya atau berkunjung ke rumah orang tua!" "Rumah orang tua kamu di mana?" Tanya Ariz penasaran. "Tidak terlalu jauh, Pak, sekitar sepuluh kilometer dari Apartemen saya!" "Begitu ya," Ariz mengangguk paham, dia memang tidak tahu apa-apa tentang Naura sebelumnya. "Sebelumny

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 2 Ular Mulai Masuk

    Sambil makan malam bersama, Ariz mencurahkan isi hatinya mengenai Salma kepada Naura, dia berkata sangat rindu dan cemas dengan kondisi Salma yang masih belum ada perubahan, dia takut istrinya tidak selamat. Ariz bukan orang yang suka bercerita, dia lebih sering memendam isi hati dan pikirannya sendiri. Namun, karena Ibunya malah menyuruh Ariz menikah lagi seolah Salma tidak akan selamat, dia merasa dunianya runtuh dan harapannya dipatahkan. Dia tidak punya sandaran yang menguatkannya saat ini. "Sabar, Pak! Saya yakin Bu Salma akan segera pulih dan kembali ke sini, Kenan dan Kenzo sepertinya sudah sangat merindukan Ibunya!" "Aamiin, kamu benar-benar yakin istri saya akan sadar dari komanya?" Tanya Ariz setelah menerima tanggapan positif dari Naura. "Sangat yakin, Pak! Bahkan setiap hari saya mendoakan beliau, Bu Salma orang yang sangat baik kepada saya. Dia memberi saya pekerjaan, membantu renovasi rumah saya di kampung, dan suka memberi saya barang-barang yang bagus..." Na

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 1 : Kecelakaan & Kesepian

    Liburan telah tiba, Salma dan Ariz bersiap untuk menyenangkan anak kembar mereka. Kali ini mereka akan ke Villa di luar kota dan menikmati waktu bersama untuk satu minggu. “Sayang, kamu sudah memasukkan semuanya ke dalam koper? Tidak ada yang ketinggalan?” Tanya Ariz sebelum menutup bagasi mobil. Salma menggelengkan kepala, “Tidak sayang, bahkan aku sudah menyiapkan semuanya dari beberapa hari yang lalu!” “Sepertinya kamu lebih senang daripada anak-anak, ya!” Goda Ariz, dia merangkul mesra istrinya, mereka berjalan menuju pintu depan. “Kamu tahu, aku sudah menunggu momen ini sejak lama, menghabiskan waktu dengan kalian tanpa memikirkan pekerjaan. Ya, walaupun aku tidak yakin liburan kali ini akan berjalan lancar dengan tiga lelakiku yang nakal!” Salma mencolek hidung mancung suaminya. Mereka menatap ke dalam mobil, di mana dua bocah lelaki berusia lima tahun sedang bercanda dan berebut mainan. Keduanya selalu bertengkar dan berisik sepanjang waktu, kecuali saat tidur. Me

DMCA.com Protection Status