Home / Rumah Tangga / Ketika Suamiku Jatuh Cinta / Bab 8 Kebimbangan Tengah Malam

Share

Bab 8 Kebimbangan Tengah Malam

Author: Navy City
last update Last Updated: 2024-10-14 18:54:28

“Sebenarnya apa yang ibu lakukan sampai Kak Ariz sangat marah?”

Kening Ammar berkerut, dia sudah sangat muak setiap hari melihat Liana bertumpang kaki, menonton televisi sambil memakan camilan sampai berserakan di lantai.

Istrinya, Andin, selalu saja mengeluh dan menangis karena Liana banyak memberi perintah dan selalu memarahinya seolah semua yang Andin lakukan salah.

Andin sedang hamil enam bulan, tapi dia harus melayani mertuanya seperti pembantu.

“Tidak ada! Ibu hanya mengetahui perselingkuhan dia dengan Naura, lalu Ibu diusir!” Kata Liana.

Ammar tidak percaya dengan yang Liana katakan, setahunya Ariz bukan pria seperti itu.

Tidak mungkin Ariz mengkhianati Salma dengan perempuan yang amat tidak sebanding dengan Salma.

“Ibu ini bicara apa? Jangan begitulah, Bu! Kak Salma masih koma, seharusnya kita doakan yang baik-baik, bukan malah bikin gosip!” Kata Ammar yang curiga kalau ini hanya akal-akalan Liana.

“Gosip? Buat apa Ibu buat gosip tentang anak Ibu sendiri? Mereka memang selingkuh, bahkan sampai tidur di kamar Ariz dan Salma.” Balas Liana, dia masih sibuk mengunyah camilan.

Ammar duduk di sofa, tepat di samping Liana.

“Bu, meskipun Ibu tidak suka sama Kak Salma tapi jangan begini, Bu!” Ucap Ammar, dia sangat tahu kalau Liana sangat ingin memisahkan Ariz dan Salma.

Liana melirik dengan kedua mata yang melotot, “Maksud kamu apa Ammar? Mereka selingkuh atas keinginan mereka sendiri, bukan Ibu yang suruh!”

“Ya sudah, nanti kita tanya baik-baik sama Kak Ariz, sekalian biar Ibu dan dia damai. Aku tidak bisa menampung Ibu lebih lama lagi, boros beras dan listrik,” Kata Ammar dengan sopan dan lembut.

Sebelum Liana salah paham, dia kembali melanjutkan, “Ibu tahu sendiri, aku harus mengumpulkan uang untuk biaya Andin melahirkan, lebih baik Ibu tinggal dengan Kak Ariz, dia lebih mapan dan Ibu pasti lebih nyaman tinggal dengan Kak Ariz.”

“Jadi, kamu mengusir Ibu? Benar-benar, punya anak tidak tahu cara berbakti ke orang tua, semuanya mengusir Ibu!” Liana menggeram dan menaruh toples camilan ke meja dengan kencang.

“Bukan mengusir, Bu, kalau aku punya banyak uang tidak masalah Ibu tinggal di sini, tapi sekarang keuanganku sedang seret, tolong Ibu mengerti!”

Lianan mendesis kesal, dia berdiri dan terlihat sangat marah.

“Makanya cari istri itu yang bisa cari uang, bukan seperti istri kamu itu! Sudah orang biasa dari kampung, pengangguran, tidak bisa bantu suami dan cuma jadi beban saja!”

Ammar yang takut istrinya mendengar dan tersinggung dengan ucapan Liana, berdiri dan menjelaskan.

“Sudah kewajiban aku menafkahi Andin, Bu. Dia tidak harus kerja dan dia bukan beban, tapi tanggung jawabku!”

“Panggil istri kamu ke sini! Andin…. Andin…” Teriak Liana memanggil menantunya.

“Andin ke sini dulu, sayang!” Timpal Ammar, suaranya lembut agar Andin tidak takut keluar dari kamar.

Tidak lama seorang wanita berambut sebahu dengan wajah yang manis datang, kedua matanya terlihat sembab.

Dia mengusap perutnya yang membesar dan menatap lesu kedua orang di depannya.

“Heh, pasti kamu ya, yang menyuruh Ammar mengusir Ibu? Lihat, kamu pasti habis menangis dan mengadu yang tidak-tidak!” Senggak Liana.

Andin hanya terdiam sambil menahan air matanya.

Liana semakin merah melihat menantunya ingin menangis, “Perempuan kampung tidak tahu diri! Sudah jadi beban anakku sekarang berani menyuruh Ammar mengusir aku.”

“Bu, sudah, Bu! Andin sedang hamil, Ibu tidak boleh buat dia sedih!” Hanya itu yang bisa Ammar katakan, dia memeluk erat istrinya.

“Tadi siang Ibu memang memarahi dia, Ibu minta steak daging, tapi istri kamu yang kampungan ini mana mengerti! Dia malah masak stik kentang, perkara steak saja tidak tahu!” Cibir Liana.

“Bukan tidak tahu, Bu, tapi uang belanja yang aku berikan pada Andin memang tidak banyak, kita tidak bisa membeli daging.” Jelas Ammar.

“Benarkah? Sejak Ibu tinggal di sini, tidak pernah dimasaki daging, padahal kamu tahu Ibu suka daging, tapi giliran Andin minta makanan apa saja, langsung kamu belikan!”

“Itu karena Andin sedang mengidam, Bu.”

Ammar tidak mengerti, kenapa Liana selalu membenci para menantunya. Baik Salma maupun Andin, selalu salah di matanya.

Salma yang seorang CEO kaya raya, dinilai merendahkan derajat Ariz sebagai seorang lelaki dan suami.

Sedangkan Andin, yang hanya wanita rumahan dianggap beban.

Andin sedang hamil, sudah sepantasnya dia diperhatikan dan dipenuhi keinginannya. Ammar hanya berusaha menjadi suami dan calon Ayah yang baik, bukan bermaksud pilih kasih antara Ibu dan istrinya.

“Halah, alasan! Mengidam itu tidak ada, memang istri kamu saja yang banyak mau.”

Sebelum Ammar menyahut, Andin segera menyela, “Maaf, Bu. Tapi memang benar, uang kami tidak cukup untuk beli daging, kami harus irit.”

“Berani menjawab?” Bentak Liana, lirikannya amat tajam dan sinis membuat Andin menundukkan kepala.

“Begini, ya, Andin.. Nanti kalau sudah melahirkan, kamu cepat-cepat cari kerja, bantu Ammar cari uang jangan diam di rumah saja!” Tekan Liana.

Saat Ammar ingin membalas perkataan Ibunya, tangannya diremas oleh Andin, sehingga dia diam kehilangan kata-kata.

“I.. Iya, Bu.” Jawab Andin, tidak ingin Ammar membelanya karena itu hanya akan memperkeruh suasana.

“Semenjak nikah dengan kamu, Ammar jadi susah, ternyata kamu pembawa sial!”

“Besok Ibu keluar dari rumah ini, kalian anak dan menantu durhaka, jangan pernah cari Ibu lagi!”

Liana pergi dan masuk ke kamarnya, pintu kamar ditutup sampai terdengar suara yang keras.

Ammar dan Liana hanya berpelukan untuk saling menguatkan.

******

Di mansion milik Ariz…

Naura sedang merebahkan diri di kursi gantung dekat kolam renang.

Kini, kehidupannya sangat menyenangkan, dia sudah seperti nyonya di mansion itu.

Sejak Ariz membawanya dan malam itu mereka menghabiskan waktu bersama, dunia seperti dalam genggaman Naura.

Setiap hari dia membantu Ariz bersiap ke kantor, menyiapkan sarapan, mengurus dua anak kecil yang tampan, sisanya hanya berleha-leha dan berias untuk menyenangkan Ariz.

Dia bukan Babysitter lagi, tapi sudah seperti seorang istri untuk Ariz dan Ibu untuk Kenan dan Kenzo.

Naura bahkan tidak peduli apa yang dipikirkan Bi Nur, asisten rumah tangga di mansion itu.

Baginya, selama Ariz bersamanya, dia tidak akan mendapat masalah.

Setelah menghabiskan segelas jus jeruk, Naura mengirimkan pesan pada Liana.

[ Bu, Pak Ariz ingin saya USG minggu depan, apa yang harus saya lakukan? ]

[ Tenang, aku sudah bekerja sama dengan Dokter Farel, malam ini kamu harus pura-pura kecelakaan di rumah, buat kejadian tragis seolah kamu keguguran karena kecelakaan itu! ]

[ kecelakaan yang seperti apa? ]

[ Apa saja, jatuh di kamar mandi atau kamu terpeleset di dapur, bilang saja ada minyak di lantai dan itu kesalahan Bi Nur ]

Sorenya, Naura sudah cantik dan wangi, dia menyambut kepulangan Ariz dengan antusias, akan tetapi Ariz lebih banyak diam dan menolak makan malam.

Ketika sudah larut, Naura keluar dari kamar si kembar dan masuk ke kamar Ariz.

Pria itu berdiri menghadap jendela yang terbuka, membiarkan angin malam masuk dan menerpa tubuhnya.

“Ariz!” Naura memeluk Ariz dari belakang.

“Kenapa? Apa kamu butuh sesuatu?” Tanya Ariz seraya mengusap jemari Naura.

Wanita itu menggelengkan kepala, “Tidak, aku hanya merindukan kamu yang akhir-akhir ini kurang perhatian padaku. Apa ada masalah, Sayang?” dia menghirup harum tubuh Ariz.

“Aku kepikiran Ibu, Ammar tidak sanggup menampung Ibu di rumahnya, dia harus mengirit uang untuk biaya istrinya melahirkan. Kemungkinan, besok Ibu akan ke sini!”

“Itu kabar bagus! Kamu bisa berbaikan dengan Bu Liana!” Seru Naura.

Ariz membalik badan, dia berjalan menuju sofa dan mendaratkan bokongnya di sana.

Naura ikut dan duduk di pangkuan Ariz dengan tangan yang bergelayut manja di leher pria itu.

“Aku memang tidak masalah dengan kehadiran Ibu, hanya saja dia selalu mengatakan hal buruk tentang Salma, itu yang membuat aku tidak suka.” Ungkap Ariz.

“Maka dari itu, kamu harus tunjukkan kalau kamu juga menyayangi dan mencintai Ibu kamu, mungkin saja dia cemburu karena kamu lebih sering mengutamakan Salma.”

Ariz menangkup kedua pipi Naura.

“Masalahnya bukan itu saja, kalau Ibu datang ke sini, dia akan tahu hubungan kita, aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan, entah menyuruh aku bercerai dengan Salma…”

“.... Atau memarahi dan mengusir kamu!”

Mendengar kekhawatiran Ariz, Naura hanya bisa berdecak dalam hati. Ariz masih enggan menceraikan Salma.

Jika soal dirinya, dia tidak perlu takut, Liana ada di pihaknya dan dia tidak akan diusir. Sebaliknya, kehadiran Liana akan sangat membantunya untuk untuk mendapatkan Ariz.

Naura membulatkan mata seperti anak kucing, dia membenamkan kepala di dada Ariz.

“Kalau Bu Liana tahu dan melakukan itu, apakah kamu akan membiarkan aku pergi?”

Related chapters

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 9 Alasan Untuk Keguguran

    Ariz tertawa kecil mendengarnya, sudah lama dia tidak melihat hal seperti ini. Yaitu, di saat seorang wanita bersikap manja dan takut kehilangannya. Dia merasa Naura memberikan warna baru dalam hidupnya, perasaan yang dia rasakan sekarang seperti permen yang manis, dia tidak akan mau memuntahkannya. Sama halnya dengan Naura, dia tidak mungkin sanggup kehilangan wanita itu. Naura bukan hanya cantik, tapi dia memiliki sifat polos dan perhatian yang selalu sukses melelehkan hati Ariz. “Tidak mungkin, Naura! Kamu sudah menjadi bagian dari hidupku dan aku tidak bisa jauh dari kamu!” “Sungguh?” Kedua mata Naura berbinar. Ariz mengangguk dan memeluk Naura yang masih setia meringkuk di pengakuannya. Saat mereka sedang berdua seperi ini, Ariz tidak bisa memikirkan hal lain. Naura memblokir semua orang dari pikirannya, dan Ariz hanya bisa fokus padanya. “Selama ini kamu menganggap aku apa? Kamu benar-benar menyayangiku atau aku ini hanya sekadar teman tidur karena istri kamu

    Last Updated : 2024-10-15
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 1 : Kecelakaan & Kesepian

    Liburan telah tiba, Salma dan Ariz bersiap untuk menyenangkan anak kembar mereka. Kali ini mereka akan ke Villa di luar kota dan menikmati waktu bersama untuk satu minggu. “Sayang, kamu sudah memasukkan semuanya ke dalam koper? Tidak ada yang ketinggalan?” Tanya Ariz sebelum menutup bagasi mobil. Salma menggelengkan kepala, “Tidak sayang, bahkan aku sudah menyiapkan semuanya dari beberapa hari yang lalu!” “Sepertinya kamu lebih senang daripada anak-anak, ya!” Goda Ariz, dia merangkul mesra istrinya, mereka berjalan menuju pintu depan. “Kamu tahu, aku sudah menunggu momen ini sejak lama, menghabiskan waktu dengan kalian tanpa memikirkan pekerjaan. Ya, walaupun aku tidak yakin liburan kali ini akan berjalan lancar dengan tiga lelakiku yang nakal!” Salma mencolek hidung mancung suaminya. Mereka menatap ke dalam mobil, di mana dua bocah lelaki berusia lima tahun sedang bercanda dan berebut mainan. Keduanya selalu bertengkar dan berisik sepanjang waktu, kecuali saat tidur. Me

    Last Updated : 2024-09-28
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 2 Ular Mulai Masuk

    Sambil makan malam bersama, Ariz mencurahkan isi hatinya mengenai Salma kepada Naura, dia berkata sangat rindu dan cemas dengan kondisi Salma yang masih belum ada perubahan, dia takut istrinya tidak selamat. Ariz bukan orang yang suka bercerita, dia lebih sering memendam isi hati dan pikirannya sendiri. Namun, karena Ibunya malah menyuruh Ariz menikah lagi seolah Salma tidak akan selamat, dia merasa dunianya runtuh dan harapannya dipatahkan. Dia tidak punya sandaran yang menguatkannya saat ini. "Sabar, Pak! Saya yakin Bu Salma akan segera pulih dan kembali ke sini, Kenan dan Kenzo sepertinya sudah sangat merindukan Ibunya!" "Aamiin, kamu benar-benar yakin istri saya akan sadar dari komanya?" Tanya Ariz setelah menerima tanggapan positif dari Naura. "Sangat yakin, Pak! Bahkan setiap hari saya mendoakan beliau, Bu Salma orang yang sangat baik kepada saya. Dia memberi saya pekerjaan, membantu renovasi rumah saya di kampung, dan suka memberi saya barang-barang yang bagus..." Na

    Last Updated : 2024-10-01
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 3 Obat Tidur

    Naura masuk ke dalam mobil disusul Ariz setelahnya, ketika mobil mulai malaju saat itulah kecanggungan di antara mereka sangat terasa. Meskipun, semalam keduanya makan bersama dan mengobrol layaknya teman akrab, tetap saja akan terasa canggung saat dua orang lawan jenis berada dalam satu mobil dan tidak ada siapapun selain mereka. "Naura, apa kamu tidak punya kesibukan lain, selain pekerjaan kamu sebagai Babysitter anak saya?" Tanya Ariz memecah keheningan. Sebelum menjawab, Naura menoleh ke arah Ariz, namun pria itu sangat fokus menyetir dan matanya hanya menatap jalan. "Iya, Pak. Saya tidak punya kesibukan lain, selain mengurus Kenan dan Kenzo. Kalau libur, sesekali saya bergaul dengan teman-teman saya atau berkunjung ke rumah orang tua!" "Rumah orang tua kamu di mana?" Tanya Ariz penasaran. "Tidak terlalu jauh, Pak, sekitar sepuluh kilometer dari Apartemen saya!" "Begitu ya," Ariz mengangguk paham, dia memang tidak tahu apa-apa tentang Naura sebelumnya. "Sebelumny

    Last Updated : 2024-10-01
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 4 Bantuan Orang Dalam

    Cahaya matahari menyorot tajam hingga menembus jendela kamar, Naura terisak di tepi ranjang sambil memegangi selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Terusik dengan tangisan seorang wanita, Ariz menggeliat dan membuka matanya. Otaknya masih belum bisa merespons apa yang dia lihat saat ini. Ariz terus menggosok matanya, berharap ini hanya bagian dari mimpi. Namun, suara tangisan Naura semakin nyata menusuk telinganya. Dia bangun dengan perasaan takut, "Na... Naura? Kamu?" Ariz melihat dirinya yang tidak mengenakan apapun, begitu juga dengan Naura. Udara pagi bahkan tidak membuatnya kedinginan, sebaliknya butiran keringat keluar dari dahinya beriringan dengan dada yang terasa ingin meledak. "Ini semua karena Pak Ariz yang memaksa! Aku sudah bilang aku tidak mau melakukan hal ini, tapi Pak Ariz terus memaksaku!" Naura sangat marah dan melemparkan bantal ke wajah Ariz. Pria itu terdiam sejenak, lalu kemudian menyangkal, "Tidak mungkin, Naura! Saya tidak mabuk dan man

    Last Updated : 2024-10-02
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 5 Naura Dijemput Kembali

    Liana melangkah lebih dekat ke depan Naura, wanita itu gemetar dan melihat ke lantai, dia sudah tidak punya wajah setelah menjebak Ariz semalam, dan pastinya Liana mengerti akan hal itu, Naura sudah tidak bisa mengelak. "Jangan setengah-setengah melakukan sesuatu, Naura. Kamu sudah terlanjur malu, jadi lanjutkan saja! Nanti ketika Ariz datang ke sini mencari kamu, langsung lari ke pelukannya dan menangis!" Ujar Liana. "Bilang kalau kamu sangat menyesal dan merasa bersalah pada Salma, minta Ariz mengantarkan kamu ke rumah sakit untuk menjenguk Salma, setelah itu pura-pura pingsan!" Liana berbicara sambil berjalan memutari tubuh Naura, suaranya mengisi pendengaran Naura dari segala arah. "Bu Liana yakin membiarkan semua itu terjadi? Maksud saya, Bu Liana ingin saya dan Pak Ariz menjalin hubungan terlarang?" Tanya Naura mengerjap tidak percaya. Pikir Naura, Apakah Liana sungguh sudi membiarkan Ariz bersama dirinya? Seorang Salma yang cantik dan kaya raya saja selalu dibenci ole

    Last Updated : 2024-10-03
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 6 Naura Hamil

    Naura sedang sibuk berselancar di media sosial, mencari informasi lowongan pekerjaan. Akibat ulahnya yang gegabah, dia kehilangan pekerjaannya dalam sekejap, dan sekarang dia harus kembali bersusah payah mencari sumber penghasilan.Setiap kali melihat uang di rekeningnya menipis, dia merutuki tindakannya yang bodoh, seharusnya dia tidak menjebak Ariz dengan cara seperti itu, dia jadi malu dan mengundurkan diri dengan sendirinya. Sudah satu bulan lebih, tapi Ariz tidak mencarinya. Rencana Liana hanya omong kosong. Mana mungkin Ariz mencarinya, memangnya dia siapa? Pikir Naura. Bel pintu berbunyi, Naura menghela napas, dia kira itu adalah kurir laundry yang biasa mengantarkan pakaiannya. Dia melangkah malas, lalu membuka pintu tanpa melihat ke depan."Ya?" Dengan posisi miring di depan pintu, Naura masih sibuk menatap ponselnya. "Naura!" Pemilik nama membelalak, suara itu, dia sangat mengenalinya dan ketika mendongak, sosok Ariz yang tinggi kokoh sudah berdiri tegak di depannya.M

    Last Updated : 2024-10-09
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 7 Ciuman Pertama

    Naura terperanjat dari ranjang rawat, dia duduk dalam keadaan tegang sekujur tubuh. Dia tidak menyangka, kalau Liana benar-benar telah mempersiapkan semuanya sampai sejauh ini. Naura sudah terlanjur masuk ke dalam skenario drama yang dibuat oleh Liana, tidak mudah baginya untuk membuka jalan menuju hati Aris. Namun, Liana sudah mengerahkan usaha agar dirinya bisa mendapat celah, dan tidak mungkin dia akan mundur begitu saja. "Sa... Saya hamil? Pak, bagaimana ini?" Wajah polos Naura terlihat cemas. "Jawab dulu, apa kamu hanya berhubungan dengan saya?" Desak Ariz, pria itu masih berharap bukan dirinya yang menyebabkan kehamilan Naura. "I.. Iya Pak! Malam itu pengalaman pertama saya." Jawab Naura, kepalanya menunduk dan bibirnya terkatup. "Astaga! Jadi itu anak saya?" Ariz mendongak ke atas berusaha mengumpulkan kesabaran. Kemudian dia duduk di kursi, memijat pelipisnya yang berdenyut. Dia masih memiliki istri, tapi kini perempuan lain sedang mengandung anaknya!

    Last Updated : 2024-10-10

Latest chapter

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 9 Alasan Untuk Keguguran

    Ariz tertawa kecil mendengarnya, sudah lama dia tidak melihat hal seperti ini. Yaitu, di saat seorang wanita bersikap manja dan takut kehilangannya. Dia merasa Naura memberikan warna baru dalam hidupnya, perasaan yang dia rasakan sekarang seperti permen yang manis, dia tidak akan mau memuntahkannya. Sama halnya dengan Naura, dia tidak mungkin sanggup kehilangan wanita itu. Naura bukan hanya cantik, tapi dia memiliki sifat polos dan perhatian yang selalu sukses melelehkan hati Ariz. “Tidak mungkin, Naura! Kamu sudah menjadi bagian dari hidupku dan aku tidak bisa jauh dari kamu!” “Sungguh?” Kedua mata Naura berbinar. Ariz mengangguk dan memeluk Naura yang masih setia meringkuk di pengakuannya. Saat mereka sedang berdua seperi ini, Ariz tidak bisa memikirkan hal lain. Naura memblokir semua orang dari pikirannya, dan Ariz hanya bisa fokus padanya. “Selama ini kamu menganggap aku apa? Kamu benar-benar menyayangiku atau aku ini hanya sekadar teman tidur karena istri kamu

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 8 Kebimbangan Tengah Malam

    “Sebenarnya apa yang ibu lakukan sampai Kak Ariz sangat marah?” Kening Ammar berkerut, dia sudah sangat muak setiap hari melihat Liana bertumpang kaki, menonton televisi sambil memakan camilan sampai berserakan di lantai. Istrinya, Andin, selalu saja mengeluh dan menangis karena Liana banyak memberi perintah dan selalu memarahinya seolah semua yang Andin lakukan salah. Andin sedang hamil enam bulan, tapi dia harus melayani mertuanya seperti pembantu. “Tidak ada! Ibu hanya mengetahui perselingkuhan dia dengan Naura, lalu Ibu diusir!” Kata Liana. Ammar tidak percaya dengan yang Liana katakan, setahunya Ariz bukan pria seperti itu. Tidak mungkin Ariz mengkhianati Salma dengan perempuan yang amat tidak sebanding dengan Salma. “Ibu ini bicara apa? Jangan begitulah, Bu! Kak Salma masih koma, seharusnya kita doakan yang baik-baik, bukan malah bikin gosip!” Kata Ammar yang curiga kalau ini hanya akal-akalan Liana. “Gosip? Buat apa Ibu buat gosip tentang anak Ibu sendiri

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 7 Ciuman Pertama

    Naura terperanjat dari ranjang rawat, dia duduk dalam keadaan tegang sekujur tubuh. Dia tidak menyangka, kalau Liana benar-benar telah mempersiapkan semuanya sampai sejauh ini. Naura sudah terlanjur masuk ke dalam skenario drama yang dibuat oleh Liana, tidak mudah baginya untuk membuka jalan menuju hati Aris. Namun, Liana sudah mengerahkan usaha agar dirinya bisa mendapat celah, dan tidak mungkin dia akan mundur begitu saja. "Sa... Saya hamil? Pak, bagaimana ini?" Wajah polos Naura terlihat cemas. "Jawab dulu, apa kamu hanya berhubungan dengan saya?" Desak Ariz, pria itu masih berharap bukan dirinya yang menyebabkan kehamilan Naura. "I.. Iya Pak! Malam itu pengalaman pertama saya." Jawab Naura, kepalanya menunduk dan bibirnya terkatup. "Astaga! Jadi itu anak saya?" Ariz mendongak ke atas berusaha mengumpulkan kesabaran. Kemudian dia duduk di kursi, memijat pelipisnya yang berdenyut. Dia masih memiliki istri, tapi kini perempuan lain sedang mengandung anaknya!

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 6 Naura Hamil

    Naura sedang sibuk berselancar di media sosial, mencari informasi lowongan pekerjaan. Akibat ulahnya yang gegabah, dia kehilangan pekerjaannya dalam sekejap, dan sekarang dia harus kembali bersusah payah mencari sumber penghasilan.Setiap kali melihat uang di rekeningnya menipis, dia merutuki tindakannya yang bodoh, seharusnya dia tidak menjebak Ariz dengan cara seperti itu, dia jadi malu dan mengundurkan diri dengan sendirinya. Sudah satu bulan lebih, tapi Ariz tidak mencarinya. Rencana Liana hanya omong kosong. Mana mungkin Ariz mencarinya, memangnya dia siapa? Pikir Naura. Bel pintu berbunyi, Naura menghela napas, dia kira itu adalah kurir laundry yang biasa mengantarkan pakaiannya. Dia melangkah malas, lalu membuka pintu tanpa melihat ke depan."Ya?" Dengan posisi miring di depan pintu, Naura masih sibuk menatap ponselnya. "Naura!" Pemilik nama membelalak, suara itu, dia sangat mengenalinya dan ketika mendongak, sosok Ariz yang tinggi kokoh sudah berdiri tegak di depannya.M

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 5 Naura Dijemput Kembali

    Liana melangkah lebih dekat ke depan Naura, wanita itu gemetar dan melihat ke lantai, dia sudah tidak punya wajah setelah menjebak Ariz semalam, dan pastinya Liana mengerti akan hal itu, Naura sudah tidak bisa mengelak. "Jangan setengah-setengah melakukan sesuatu, Naura. Kamu sudah terlanjur malu, jadi lanjutkan saja! Nanti ketika Ariz datang ke sini mencari kamu, langsung lari ke pelukannya dan menangis!" Ujar Liana. "Bilang kalau kamu sangat menyesal dan merasa bersalah pada Salma, minta Ariz mengantarkan kamu ke rumah sakit untuk menjenguk Salma, setelah itu pura-pura pingsan!" Liana berbicara sambil berjalan memutari tubuh Naura, suaranya mengisi pendengaran Naura dari segala arah. "Bu Liana yakin membiarkan semua itu terjadi? Maksud saya, Bu Liana ingin saya dan Pak Ariz menjalin hubungan terlarang?" Tanya Naura mengerjap tidak percaya. Pikir Naura, Apakah Liana sungguh sudi membiarkan Ariz bersama dirinya? Seorang Salma yang cantik dan kaya raya saja selalu dibenci ole

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 4 Bantuan Orang Dalam

    Cahaya matahari menyorot tajam hingga menembus jendela kamar, Naura terisak di tepi ranjang sambil memegangi selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Terusik dengan tangisan seorang wanita, Ariz menggeliat dan membuka matanya. Otaknya masih belum bisa merespons apa yang dia lihat saat ini. Ariz terus menggosok matanya, berharap ini hanya bagian dari mimpi. Namun, suara tangisan Naura semakin nyata menusuk telinganya. Dia bangun dengan perasaan takut, "Na... Naura? Kamu?" Ariz melihat dirinya yang tidak mengenakan apapun, begitu juga dengan Naura. Udara pagi bahkan tidak membuatnya kedinginan, sebaliknya butiran keringat keluar dari dahinya beriringan dengan dada yang terasa ingin meledak. "Ini semua karena Pak Ariz yang memaksa! Aku sudah bilang aku tidak mau melakukan hal ini, tapi Pak Ariz terus memaksaku!" Naura sangat marah dan melemparkan bantal ke wajah Ariz. Pria itu terdiam sejenak, lalu kemudian menyangkal, "Tidak mungkin, Naura! Saya tidak mabuk dan man

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 3 Obat Tidur

    Naura masuk ke dalam mobil disusul Ariz setelahnya, ketika mobil mulai malaju saat itulah kecanggungan di antara mereka sangat terasa. Meskipun, semalam keduanya makan bersama dan mengobrol layaknya teman akrab, tetap saja akan terasa canggung saat dua orang lawan jenis berada dalam satu mobil dan tidak ada siapapun selain mereka. "Naura, apa kamu tidak punya kesibukan lain, selain pekerjaan kamu sebagai Babysitter anak saya?" Tanya Ariz memecah keheningan. Sebelum menjawab, Naura menoleh ke arah Ariz, namun pria itu sangat fokus menyetir dan matanya hanya menatap jalan. "Iya, Pak. Saya tidak punya kesibukan lain, selain mengurus Kenan dan Kenzo. Kalau libur, sesekali saya bergaul dengan teman-teman saya atau berkunjung ke rumah orang tua!" "Rumah orang tua kamu di mana?" Tanya Ariz penasaran. "Tidak terlalu jauh, Pak, sekitar sepuluh kilometer dari Apartemen saya!" "Begitu ya," Ariz mengangguk paham, dia memang tidak tahu apa-apa tentang Naura sebelumnya. "Sebelumny

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 2 Ular Mulai Masuk

    Sambil makan malam bersama, Ariz mencurahkan isi hatinya mengenai Salma kepada Naura, dia berkata sangat rindu dan cemas dengan kondisi Salma yang masih belum ada perubahan, dia takut istrinya tidak selamat. Ariz bukan orang yang suka bercerita, dia lebih sering memendam isi hati dan pikirannya sendiri. Namun, karena Ibunya malah menyuruh Ariz menikah lagi seolah Salma tidak akan selamat, dia merasa dunianya runtuh dan harapannya dipatahkan. Dia tidak punya sandaran yang menguatkannya saat ini. "Sabar, Pak! Saya yakin Bu Salma akan segera pulih dan kembali ke sini, Kenan dan Kenzo sepertinya sudah sangat merindukan Ibunya!" "Aamiin, kamu benar-benar yakin istri saya akan sadar dari komanya?" Tanya Ariz setelah menerima tanggapan positif dari Naura. "Sangat yakin, Pak! Bahkan setiap hari saya mendoakan beliau, Bu Salma orang yang sangat baik kepada saya. Dia memberi saya pekerjaan, membantu renovasi rumah saya di kampung, dan suka memberi saya barang-barang yang bagus..." Na

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 1 : Kecelakaan & Kesepian

    Liburan telah tiba, Salma dan Ariz bersiap untuk menyenangkan anak kembar mereka. Kali ini mereka akan ke Villa di luar kota dan menikmati waktu bersama untuk satu minggu. “Sayang, kamu sudah memasukkan semuanya ke dalam koper? Tidak ada yang ketinggalan?” Tanya Ariz sebelum menutup bagasi mobil. Salma menggelengkan kepala, “Tidak sayang, bahkan aku sudah menyiapkan semuanya dari beberapa hari yang lalu!” “Sepertinya kamu lebih senang daripada anak-anak, ya!” Goda Ariz, dia merangkul mesra istrinya, mereka berjalan menuju pintu depan. “Kamu tahu, aku sudah menunggu momen ini sejak lama, menghabiskan waktu dengan kalian tanpa memikirkan pekerjaan. Ya, walaupun aku tidak yakin liburan kali ini akan berjalan lancar dengan tiga lelakiku yang nakal!” Salma mencolek hidung mancung suaminya. Mereka menatap ke dalam mobil, di mana dua bocah lelaki berusia lima tahun sedang bercanda dan berebut mainan. Keduanya selalu bertengkar dan berisik sepanjang waktu, kecuali saat tidur. Me

DMCA.com Protection Status