Share

Bab 2 Ular Mulai Masuk

Penulis: Navy City
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-01 01:59:28

Sambil makan malam bersama, Ariz mencurahkan isi hatinya mengenai Salma kepada Naura, dia berkata sangat rindu dan cemas dengan kondisi Salma yang masih belum ada perubahan, dia takut istrinya tidak selamat. 

  Ariz bukan orang yang suka bercerita, dia lebih sering memendam isi hati dan pikirannya sendiri. Namun, karena Ibunya malah menyuruh Ariz menikah lagi seolah Salma tidak akan selamat, dia merasa dunianya runtuh dan harapannya dipatahkan. Dia tidak punya sandaran yang menguatkannya saat ini. 

  "Sabar, Pak! Saya yakin Bu Salma akan segera pulih dan kembali ke sini, Kenan dan Kenzo sepertinya sudah sangat merindukan Ibunya!"

  "Aamiin, kamu benar-benar yakin istri saya akan sadar dari komanya?" Tanya Ariz setelah menerima tanggapan positif dari Naura. 

  "Sangat yakin, Pak! Bahkan setiap hari saya mendoakan beliau, Bu Salma orang yang sangat baik kepada saya. Dia memberi saya pekerjaan, membantu renovasi rumah saya di kampung, dan suka memberi saya barang-barang yang bagus..." Naura sangat semangat, membicarakan Salma, wanita yang selama ini menjadi panutan sekaligus malaikat di hidupnya. 

  "Dia bukan hanya boss bagi saya, tapi dia itu teman, kakak, dan orang yang sangat berjasa di hidup saya. Karena itu, saya selalu mendoakan beliau setiap hari!" Sambungnya. 

  Di balik tembok, Liana mengintip dan menguping pembicaraan mereka, dia merasa sangat senang melihat putranya berbincang dan tersenyum dengan seorang wanita. 

  "Wah.. Wah... Naura yang pintar! Kelihatannya dia gampang akrab dan nyambung diajak bicara, sampai anakku nyaman begitu. Biasanya, kalau makan sangat cepat, tapi saat dengan Naura..." Liana menutup mulutnya menahan tawa. 

  "Lumayan cocok, daripada Salma sok kaya yang selalu membuat anakku terlihat seperti kacung, lebih baik Naura yang sederhana!" Ujarnya, kemudian dia pergi dan mengurungkan niatnya mengambil air di dapur, dia tidak ingin mengganggu Ariz yang sedang bersama Naura. 

  *****

  Hari ini adalah hari Minggu, biasanya Ariz akan mengajak Kenan dan Kenzo ke tempat bermain anak dan pulangnya mereka akan mengunjungi Salma di rumah sakit. 

  Namun, karena kemarin dia sudah berkunjung, Ariz memutuskan untuk tidak ke rumah sakit dulu sampai kedua anaknya kembali sehat. 

  Selesai mandi dan sarapan, Ariz pergi ke kamar anak-anaknya, di sana terlihat Naura yang masih setia menjaga mereka. 

  "Demamnya belum turun?" Tanya Ariz. 

  Naura yang setengah terlentang segera bangun dan berdiri, si kembar juga ikut terkejut dengan kedatangan Ariz yang tiba-tiba.

  "Belum, Pak! Hari ini saya mau ke apotek, beli obat yang kemarin diresepkan Dokter, obat yang sebelumnya, kurang ampuh." Ucap Naura. 

  Sebelumnya, Dokter bilang si kembar hanya mengalami demam biasa karena masa pertumbuhan. Jadi, Naura hanya memberi mereka kompres pendingin dan obat sirup penurun panas. 

 Akan tetapi, sampai hari ini demam mereka malah bertambah dan keduanya kehilangan selera makan. 

  "Biar saya antar!" 

  Naura membulatkan mata, selama dia bekerja di sini, dia akan diantar oleh supir kemanapun dia pergi, tidak pernah sekalipun dia semobil dengan Ariz. 

  Begitupun jika ada acara yang mengharuskan dia ikut untuk menjaga Kenan dan Kenzo, Naura pasti naik mobil yang berbeda. 

  "Ta.. Tapi... Saya biasa dengan supir, Pak!" Naura bingung harus bagaimana menanggapi situasi ini. 

  Memang sangat tidak mungkin jika Ariz tertarik padanya, dia juga tidak berani untuk sekadar memimpikan hal itu, tapi berada satu mobil dengan Ariz pasti akan sangat canggung. 

  Lagi-lagi Naura teringat Salma, jika ada Salma di sini, tidak mungkin Ariz akan memberi tawaran seperti ini. 

  "Aku tidak boleh berpikir macam-macam, ini hanya diantar ke apotek untuk keperluan si kembar, dan pastinya aku duduk di kursi belakang!" Naura bersuara dalam hati berusaha menjaga pikirannya.

  "Tidak apa-apa, kali ini pergi ke apotek dengan saya, sekalian beli obat untuk kamu! Jangan sampai karena mengurus anak-anak saya, kamu juga ikut sakit, nanti siapa yang akan merawat mereka?" Ariz terkekeh, pria itu duduk di atas ranjang dan memeriksa suhu tubuh kedua putranya. 

  "Baik, Pak! Saya siap-siap dulu!” Naura mengangguk, saat ini jantungnya berdegup sangat kencang ketika merasa Ariz memberinya perhatian. 

  Naura pergi keluar dari kamar itu untuk bersiap dan membiarkan Ariz bersama kedua anaknya. 

  Wanita itu setengah berlari, ingin segera sampai ke kamar belakang, di tengah jalan tidak sengaja dia bertabrakan dengan Liana. 

  "Ma... Maaf, maaf Bu! Saya tidak sengaja!" Naura takut Liana akan marah dengan suara delapan oktafnya yang melengking. 

  "Naura! Kenapa kamu buru-buru begitu? Jalan tidak pakai mata!" Sentak Liana. 

  "Iya, maaf Bu, saya jalannya pakai kaki!" Jawab Naura, sebelum kembali melangkah, bajunya sudah ditarik oleh Liana. 

  "Kamu berani menjawab saya seperti itu?! Dari mana kamu?" Tanya Liana dengan tatapan tajam yang membuat Naura merinding. 

  "Dari kamar si kembar, Bu! Kenapa? Ada yang bisa saya bantu?" Naura berusaha tetap tenang dan terlihat ramah seperti biasanya. 

  "Tadi ‘kan, saya sudah tanya, kenapa kamu buru-buru? Habis lihat hantu? Atau kamu habis meracuni cucu saya?" Tuduh Liana. 

  "Tidak, Bu! Tadi Pak Ariz datang dan nyuruh saya siap-siap ke apotek untuk beli obat demam si kembar. Jadi, saya buru-buru mau bersiap." 

  Mendengar penuturan Naura yang terasa kaku, Liana memperhatikan wajah wanita itu dengan teliti. Terlihat rona kemerahan dan sisa keringat ketegangan di dahi wanita itu. 

  "Oh, kenapa muka kamu merah begitu? Anak saya cuma mengajak kamu ke apotek untuk beli obat, bukan mengajak kencan, tidak usah tersipu!" Goda Liana sedikit memberi pancingan. 

  "Astaga, saya tidak berpikir seperti itu, Bu, saya…" Belum menyelesaikan ucapannya, Liana sudah mendekat. 

  "Terus seperti apa? Kalau kamu suka Ariz, kamu boleh mendekati dia, selagi Salma masih koma di rumah sakit, kamu bisa memanfaatkan waktu dengan baik!" Bisik Liana. 

  "Maksud Ibu, apa?" Naura mengerutkan dahi, dia mendengar semuanya dengan jelas. Namun, untuk menghindari kesalahpahaman dia memilih pura-pura bodoh. 

  "Jangan sok polos, Naura! Semalam kamu sengaja cari perhatian Ariz, ‘kan? Menyambut Ariz saat rambut kamu masih basah, menyediakan makan malam, bahkan sampai pura-pura pingsan!" 

  Naura meneguk ludahnya susah payah ketika mendengar ucapan wanita paruh baya itu, dia berusaha mengelak dan berkata, "Tidak, Bu! Saya tidak punya maksud seperti itu, semalam…" 

  Melihat wajah Liana dan mendengar suara tawa jahat yang samar, tenggorokan Naura seolah tercekat, mulutnya terkunci rapat dan tidak sanggup membela diri. 

  Semalam dia benar-benar tidak sengaja menyambut Ariz dalam keadaan rambut tergerai yang masih basah. Naura pikir, Ariz akan pulang larut, dia menawarkan diri untuk menyajikan makan malam hanya sebagai bentuk rasa peduli pada majikan, bahkan sebelumnya Liana sendiri yang menyuruhnya untuk melayani Ariz dengan baik. 

 Soal pingsan.... Dia bahkan tidak benar-benar pingsan! 

  Hati kecil Naura mengakui, kalau dia sedikit bersandiwara, tadinya dia hanya ingin Ariz lebih mengapresiasi kerja kerasnya mengurus si kembar, tidak menyangka akan diajak makan malam bersama. 

  "Sudahlah Naura, jangan munafik jadi perempuan! Sekali lagi saya ingatkan, manfaatkan waktu dengan baik selagi ada kesempatan!" Liana menepuk pundak Naura, kemudian pergi untuk menemui cucunya. 

  *******

  Selama kurang lebih satu tahun bekerja di rumah itu, dia sangat tahu kalau Liana Brahmana tidak pernah menyukai Salma, bahkan cenderung membenci menantunya itu. 

  Naura tidak ingin dirinya menjadi alat balas dendam Liana kepada Salma. Terkadang dia tidak mengerti, apa yang Liana tidak suka dari Salma? Padahal, Salma adalah wanita yang nyaris bisa dikatakan sempurna. 

  Tidak ingin terlalu memikirkan ucapan Liana, dia bergegas ke kamar belakang. Kamar itu milik asisten rumah tangga keluarga Brahmana yang bernama Bi Nur, yang kini sedang cuti masa pemulihan setelah operasi usus buntu. 

  Kamar Bi Nur sering dipakai Naura untuk beristirahat, dia juga menyimpan beberapa pakaian dan barang miliknya di sana, agar jika ada keperluan mendadak dan membuatnya terpaksa menginap seperti sekarang, dia tidak kerepotan bolak balik ke apartemen. 

  Setelah berpakaian dan memoles tipis wajahnya, kini Naura berdiri canggung di samping mobil. 

  Ariz heran melihatnya, sampai keningnya berkerut. "Kamu kenapa diam?" Tanya Ariz pada Naura. 

  "Tidak apa-apa, Pak. Saya duduk di belakang ‘kan, Pak?" Naura meremas jari-jari tangannya sendiri karena gugup. 

  "Di depan saja, dengan saya! Sekalian ada yang mau saya bicarakan!" Ariz mengangkat dagunya sedikit, berisyarat pada Naura untuk segera masuk ke mobil. 

Bab terkait

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 3 Obat Tidur

    Naura masuk ke dalam mobil disusul Ariz setelahnya, ketika mobil mulai malaju saat itulah kecanggungan di antara mereka sangat terasa. Meskipun, semalam keduanya makan bersama dan mengobrol layaknya teman akrab, tetap saja akan terasa canggung saat dua orang lawan jenis berada dalam satu mobil dan tidak ada siapapun selain mereka. "Naura, apa kamu tidak punya kesibukan lain, selain pekerjaan kamu sebagai Babysitter anak saya?" Tanya Ariz memecah keheningan. Sebelum menjawab, Naura menoleh ke arah Ariz, namun pria itu sangat fokus menyetir dan matanya hanya menatap jalan. "Iya, Pak. Saya tidak punya kesibukan lain, selain mengurus Kenan dan Kenzo. Kalau libur, sesekali saya bergaul dengan teman-teman saya atau berkunjung ke rumah orang tua!" "Rumah orang tua kamu di mana?" Tanya Ariz penasaran. "Tidak terlalu jauh, Pak, sekitar sepuluh kilometer dari Apartemen saya!" "Begitu ya," Ariz mengangguk paham, dia memang tidak tahu apa-apa tentang Naura sebelumnya. "Sebelumny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 4 Bantuan Orang Dalam

    Cahaya matahari menyorot tajam hingga menembus jendela kamar, Naura terisak di tepi ranjang sambil memegangi selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Terusik dengan tangisan seorang wanita, Ariz menggeliat dan membuka matanya. Otaknya masih belum bisa merespons apa yang dia lihat saat ini. Ariz terus menggosok matanya, berharap ini hanya bagian dari mimpi. Namun, suara tangisan Naura semakin nyata menusuk telinganya. Dia bangun dengan perasaan takut, "Na... Naura? Kamu?" Ariz melihat dirinya yang tidak mengenakan apapun, begitu juga dengan Naura. Udara pagi bahkan tidak membuatnya kedinginan, sebaliknya butiran keringat keluar dari dahinya beriringan dengan dada yang terasa ingin meledak. "Ini semua karena Pak Ariz yang memaksa! Aku sudah bilang aku tidak mau melakukan hal ini, tapi Pak Ariz terus memaksaku!" Naura sangat marah dan melemparkan bantal ke wajah Ariz. Pria itu terdiam sejenak, lalu kemudian menyangkal, "Tidak mungkin, Naura! Saya tidak mabuk dan man

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 5 Naura Dijemput Kembali

    Liana melangkah lebih dekat ke depan Naura, wanita itu gemetar dan melihat ke lantai, dia sudah tidak punya wajah setelah menjebak Ariz semalam, dan pastinya Liana mengerti akan hal itu, Naura sudah tidak bisa mengelak. "Jangan setengah-setengah melakukan sesuatu, Naura. Kamu sudah terlanjur malu, jadi lanjutkan saja! Nanti ketika Ariz datang ke sini mencari kamu, langsung lari ke pelukannya dan menangis!" Ujar Liana. "Bilang kalau kamu sangat menyesal dan merasa bersalah pada Salma, minta Ariz mengantarkan kamu ke rumah sakit untuk menjenguk Salma, setelah itu pura-pura pingsan!" Liana berbicara sambil berjalan memutari tubuh Naura, suaranya mengisi pendengaran Naura dari segala arah. "Bu Liana yakin membiarkan semua itu terjadi? Maksud saya, Bu Liana ingin saya dan Pak Ariz menjalin hubungan terlarang?" Tanya Naura mengerjap tidak percaya. Pikir Naura, Apakah Liana sungguh sudi membiarkan Ariz bersama dirinya? Seorang Salma yang cantik dan kaya raya saja selalu dibenci ole

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 6 Naura Hamil

    Naura sedang sibuk berselancar di media sosial, mencari informasi lowongan pekerjaan. Akibat ulahnya yang gegabah, dia kehilangan pekerjaannya dalam sekejap, dan sekarang dia harus kembali bersusah payah mencari sumber penghasilan.Setiap kali melihat uang di rekeningnya menipis, dia merutuki tindakannya yang bodoh, seharusnya dia tidak menjebak Ariz dengan cara seperti itu, dia jadi malu dan mengundurkan diri dengan sendirinya. Sudah satu bulan lebih, tapi Ariz tidak mencarinya. Rencana Liana hanya omong kosong. Mana mungkin Ariz mencarinya, memangnya dia siapa? Pikir Naura. Bel pintu berbunyi, Naura menghela napas, dia kira itu adalah kurir laundry yang biasa mengantarkan pakaiannya. Dia melangkah malas, lalu membuka pintu tanpa melihat ke depan."Ya?" Dengan posisi miring di depan pintu, Naura masih sibuk menatap ponselnya. "Naura!" Pemilik nama membelalak, suara itu, dia sangat mengenalinya dan ketika mendongak, sosok Ariz yang tinggi kokoh sudah berdiri tegak di depannya.M

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 7 Ciuman Pertama

    Naura terperanjat dari ranjang rawat, dia duduk dalam keadaan tegang sekujur tubuh. Dia tidak menyangka, kalau Liana benar-benar telah mempersiapkan semuanya sampai sejauh ini. Naura sudah terlanjur masuk ke dalam skenario drama yang dibuat oleh Liana, tidak mudah baginya untuk membuka jalan menuju hati Aris. Namun, Liana sudah mengerahkan usaha agar dirinya bisa mendapat celah, dan tidak mungkin dia akan mundur begitu saja. "Sa... Saya hamil? Pak, bagaimana ini?" Wajah polos Naura terlihat cemas. "Jawab dulu, apa kamu hanya berhubungan dengan saya?" Desak Ariz, pria itu masih berharap bukan dirinya yang menyebabkan kehamilan Naura. "I.. Iya Pak! Malam itu pengalaman pertama saya." Jawab Naura, kepalanya menunduk dan bibirnya terkatup. "Astaga! Jadi itu anak saya?" Ariz mendongak ke atas berusaha mengumpulkan kesabaran. Kemudian dia duduk di kursi, memijat pelipisnya yang berdenyut. Dia masih memiliki istri, tapi kini perempuan lain sedang mengandung anaknya!

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 8 Kebimbangan Tengah Malam

    “Sebenarnya apa yang ibu lakukan sampai Kak Ariz sangat marah?” Kening Ammar berkerut, dia sudah sangat muak setiap hari melihat Liana bertumpang kaki, menonton televisi sambil memakan camilan sampai berserakan di lantai. Istrinya, Andin, selalu saja mengeluh dan menangis karena Liana banyak memberi perintah dan selalu memarahinya seolah semua yang Andin lakukan salah. Andin sedang hamil enam bulan, tapi dia harus melayani mertuanya seperti pembantu. “Tidak ada! Ibu hanya mengetahui perselingkuhan dia dengan Naura, lalu Ibu diusir!” Kata Liana. Ammar tidak percaya dengan yang Liana katakan, setahunya Ariz bukan pria seperti itu. Tidak mungkin Ariz mengkhianati Salma dengan perempuan yang amat tidak sebanding dengan Salma. “Ibu ini bicara apa? Jangan begitulah, Bu! Kak Salma masih koma, seharusnya kita doakan yang baik-baik, bukan malah bikin gosip!” Kata Ammar yang curiga kalau ini hanya akal-akalan Liana. “Gosip? Buat apa Ibu buat gosip tentang anak Ibu sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 9 Alasan Untuk Keguguran

    Ariz tertawa kecil mendengarnya, sudah lama dia tidak melihat hal seperti ini. Yaitu, di saat seorang wanita bersikap manja dan takut kehilangannya. Dia merasa Naura memberikan warna baru dalam hidupnya, perasaan yang dia rasakan sekarang seperti permen yang manis, dia tidak akan mau memuntahkannya. Sama halnya dengan Naura, dia tidak mungkin sanggup kehilangan wanita itu. Naura bukan hanya cantik, tapi dia memiliki sifat polos dan perhatian yang selalu sukses melelehkan hati Ariz. “Tidak mungkin, Naura! Kamu sudah menjadi bagian dari hidupku dan aku tidak bisa jauh dari kamu!” “Sungguh?” Kedua mata Naura berbinar. Ariz mengangguk dan memeluk Naura yang masih setia meringkuk di pengakuannya. Saat mereka sedang berdua seperi ini, Ariz tidak bisa memikirkan hal lain. Naura memblokir semua orang dari pikirannya, dan Ariz hanya bisa fokus padanya. “Selama ini kamu menganggap aku apa? Kamu benar-benar menyayangiku atau aku ini hanya sekadar teman tidur karena istri kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 1 : Kecelakaan & Kesepian

    Liburan telah tiba, Salma dan Ariz bersiap untuk menyenangkan anak kembar mereka. Kali ini mereka akan ke Villa di luar kota dan menikmati waktu bersama untuk satu minggu. “Sayang, kamu sudah memasukkan semuanya ke dalam koper? Tidak ada yang ketinggalan?” Tanya Ariz sebelum menutup bagasi mobil. Salma menggelengkan kepala, “Tidak sayang, bahkan aku sudah menyiapkan semuanya dari beberapa hari yang lalu!” “Sepertinya kamu lebih senang daripada anak-anak, ya!” Goda Ariz, dia merangkul mesra istrinya, mereka berjalan menuju pintu depan. “Kamu tahu, aku sudah menunggu momen ini sejak lama, menghabiskan waktu dengan kalian tanpa memikirkan pekerjaan. Ya, walaupun aku tidak yakin liburan kali ini akan berjalan lancar dengan tiga lelakiku yang nakal!” Salma mencolek hidung mancung suaminya. Mereka menatap ke dalam mobil, di mana dua bocah lelaki berusia lima tahun sedang bercanda dan berebut mainan. Keduanya selalu bertengkar dan berisik sepanjang waktu, kecuali saat tidur. Me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28

Bab terbaru

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 9 Alasan Untuk Keguguran

    Ariz tertawa kecil mendengarnya, sudah lama dia tidak melihat hal seperti ini. Yaitu, di saat seorang wanita bersikap manja dan takut kehilangannya. Dia merasa Naura memberikan warna baru dalam hidupnya, perasaan yang dia rasakan sekarang seperti permen yang manis, dia tidak akan mau memuntahkannya. Sama halnya dengan Naura, dia tidak mungkin sanggup kehilangan wanita itu. Naura bukan hanya cantik, tapi dia memiliki sifat polos dan perhatian yang selalu sukses melelehkan hati Ariz. “Tidak mungkin, Naura! Kamu sudah menjadi bagian dari hidupku dan aku tidak bisa jauh dari kamu!” “Sungguh?” Kedua mata Naura berbinar. Ariz mengangguk dan memeluk Naura yang masih setia meringkuk di pengakuannya. Saat mereka sedang berdua seperi ini, Ariz tidak bisa memikirkan hal lain. Naura memblokir semua orang dari pikirannya, dan Ariz hanya bisa fokus padanya. “Selama ini kamu menganggap aku apa? Kamu benar-benar menyayangiku atau aku ini hanya sekadar teman tidur karena istri kamu

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 8 Kebimbangan Tengah Malam

    “Sebenarnya apa yang ibu lakukan sampai Kak Ariz sangat marah?” Kening Ammar berkerut, dia sudah sangat muak setiap hari melihat Liana bertumpang kaki, menonton televisi sambil memakan camilan sampai berserakan di lantai. Istrinya, Andin, selalu saja mengeluh dan menangis karena Liana banyak memberi perintah dan selalu memarahinya seolah semua yang Andin lakukan salah. Andin sedang hamil enam bulan, tapi dia harus melayani mertuanya seperti pembantu. “Tidak ada! Ibu hanya mengetahui perselingkuhan dia dengan Naura, lalu Ibu diusir!” Kata Liana. Ammar tidak percaya dengan yang Liana katakan, setahunya Ariz bukan pria seperti itu. Tidak mungkin Ariz mengkhianati Salma dengan perempuan yang amat tidak sebanding dengan Salma. “Ibu ini bicara apa? Jangan begitulah, Bu! Kak Salma masih koma, seharusnya kita doakan yang baik-baik, bukan malah bikin gosip!” Kata Ammar yang curiga kalau ini hanya akal-akalan Liana. “Gosip? Buat apa Ibu buat gosip tentang anak Ibu sendiri

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 7 Ciuman Pertama

    Naura terperanjat dari ranjang rawat, dia duduk dalam keadaan tegang sekujur tubuh. Dia tidak menyangka, kalau Liana benar-benar telah mempersiapkan semuanya sampai sejauh ini. Naura sudah terlanjur masuk ke dalam skenario drama yang dibuat oleh Liana, tidak mudah baginya untuk membuka jalan menuju hati Aris. Namun, Liana sudah mengerahkan usaha agar dirinya bisa mendapat celah, dan tidak mungkin dia akan mundur begitu saja. "Sa... Saya hamil? Pak, bagaimana ini?" Wajah polos Naura terlihat cemas. "Jawab dulu, apa kamu hanya berhubungan dengan saya?" Desak Ariz, pria itu masih berharap bukan dirinya yang menyebabkan kehamilan Naura. "I.. Iya Pak! Malam itu pengalaman pertama saya." Jawab Naura, kepalanya menunduk dan bibirnya terkatup. "Astaga! Jadi itu anak saya?" Ariz mendongak ke atas berusaha mengumpulkan kesabaran. Kemudian dia duduk di kursi, memijat pelipisnya yang berdenyut. Dia masih memiliki istri, tapi kini perempuan lain sedang mengandung anaknya!

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 6 Naura Hamil

    Naura sedang sibuk berselancar di media sosial, mencari informasi lowongan pekerjaan. Akibat ulahnya yang gegabah, dia kehilangan pekerjaannya dalam sekejap, dan sekarang dia harus kembali bersusah payah mencari sumber penghasilan.Setiap kali melihat uang di rekeningnya menipis, dia merutuki tindakannya yang bodoh, seharusnya dia tidak menjebak Ariz dengan cara seperti itu, dia jadi malu dan mengundurkan diri dengan sendirinya. Sudah satu bulan lebih, tapi Ariz tidak mencarinya. Rencana Liana hanya omong kosong. Mana mungkin Ariz mencarinya, memangnya dia siapa? Pikir Naura. Bel pintu berbunyi, Naura menghela napas, dia kira itu adalah kurir laundry yang biasa mengantarkan pakaiannya. Dia melangkah malas, lalu membuka pintu tanpa melihat ke depan."Ya?" Dengan posisi miring di depan pintu, Naura masih sibuk menatap ponselnya. "Naura!" Pemilik nama membelalak, suara itu, dia sangat mengenalinya dan ketika mendongak, sosok Ariz yang tinggi kokoh sudah berdiri tegak di depannya.M

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 5 Naura Dijemput Kembali

    Liana melangkah lebih dekat ke depan Naura, wanita itu gemetar dan melihat ke lantai, dia sudah tidak punya wajah setelah menjebak Ariz semalam, dan pastinya Liana mengerti akan hal itu, Naura sudah tidak bisa mengelak. "Jangan setengah-setengah melakukan sesuatu, Naura. Kamu sudah terlanjur malu, jadi lanjutkan saja! Nanti ketika Ariz datang ke sini mencari kamu, langsung lari ke pelukannya dan menangis!" Ujar Liana. "Bilang kalau kamu sangat menyesal dan merasa bersalah pada Salma, minta Ariz mengantarkan kamu ke rumah sakit untuk menjenguk Salma, setelah itu pura-pura pingsan!" Liana berbicara sambil berjalan memutari tubuh Naura, suaranya mengisi pendengaran Naura dari segala arah. "Bu Liana yakin membiarkan semua itu terjadi? Maksud saya, Bu Liana ingin saya dan Pak Ariz menjalin hubungan terlarang?" Tanya Naura mengerjap tidak percaya. Pikir Naura, Apakah Liana sungguh sudi membiarkan Ariz bersama dirinya? Seorang Salma yang cantik dan kaya raya saja selalu dibenci ole

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 4 Bantuan Orang Dalam

    Cahaya matahari menyorot tajam hingga menembus jendela kamar, Naura terisak di tepi ranjang sambil memegangi selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Terusik dengan tangisan seorang wanita, Ariz menggeliat dan membuka matanya. Otaknya masih belum bisa merespons apa yang dia lihat saat ini. Ariz terus menggosok matanya, berharap ini hanya bagian dari mimpi. Namun, suara tangisan Naura semakin nyata menusuk telinganya. Dia bangun dengan perasaan takut, "Na... Naura? Kamu?" Ariz melihat dirinya yang tidak mengenakan apapun, begitu juga dengan Naura. Udara pagi bahkan tidak membuatnya kedinginan, sebaliknya butiran keringat keluar dari dahinya beriringan dengan dada yang terasa ingin meledak. "Ini semua karena Pak Ariz yang memaksa! Aku sudah bilang aku tidak mau melakukan hal ini, tapi Pak Ariz terus memaksaku!" Naura sangat marah dan melemparkan bantal ke wajah Ariz. Pria itu terdiam sejenak, lalu kemudian menyangkal, "Tidak mungkin, Naura! Saya tidak mabuk dan man

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 3 Obat Tidur

    Naura masuk ke dalam mobil disusul Ariz setelahnya, ketika mobil mulai malaju saat itulah kecanggungan di antara mereka sangat terasa. Meskipun, semalam keduanya makan bersama dan mengobrol layaknya teman akrab, tetap saja akan terasa canggung saat dua orang lawan jenis berada dalam satu mobil dan tidak ada siapapun selain mereka. "Naura, apa kamu tidak punya kesibukan lain, selain pekerjaan kamu sebagai Babysitter anak saya?" Tanya Ariz memecah keheningan. Sebelum menjawab, Naura menoleh ke arah Ariz, namun pria itu sangat fokus menyetir dan matanya hanya menatap jalan. "Iya, Pak. Saya tidak punya kesibukan lain, selain mengurus Kenan dan Kenzo. Kalau libur, sesekali saya bergaul dengan teman-teman saya atau berkunjung ke rumah orang tua!" "Rumah orang tua kamu di mana?" Tanya Ariz penasaran. "Tidak terlalu jauh, Pak, sekitar sepuluh kilometer dari Apartemen saya!" "Begitu ya," Ariz mengangguk paham, dia memang tidak tahu apa-apa tentang Naura sebelumnya. "Sebelumny

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 2 Ular Mulai Masuk

    Sambil makan malam bersama, Ariz mencurahkan isi hatinya mengenai Salma kepada Naura, dia berkata sangat rindu dan cemas dengan kondisi Salma yang masih belum ada perubahan, dia takut istrinya tidak selamat. Ariz bukan orang yang suka bercerita, dia lebih sering memendam isi hati dan pikirannya sendiri. Namun, karena Ibunya malah menyuruh Ariz menikah lagi seolah Salma tidak akan selamat, dia merasa dunianya runtuh dan harapannya dipatahkan. Dia tidak punya sandaran yang menguatkannya saat ini. "Sabar, Pak! Saya yakin Bu Salma akan segera pulih dan kembali ke sini, Kenan dan Kenzo sepertinya sudah sangat merindukan Ibunya!" "Aamiin, kamu benar-benar yakin istri saya akan sadar dari komanya?" Tanya Ariz setelah menerima tanggapan positif dari Naura. "Sangat yakin, Pak! Bahkan setiap hari saya mendoakan beliau, Bu Salma orang yang sangat baik kepada saya. Dia memberi saya pekerjaan, membantu renovasi rumah saya di kampung, dan suka memberi saya barang-barang yang bagus..." Na

  • Ketika Suamiku Jatuh Cinta   Bab 1 : Kecelakaan & Kesepian

    Liburan telah tiba, Salma dan Ariz bersiap untuk menyenangkan anak kembar mereka. Kali ini mereka akan ke Villa di luar kota dan menikmati waktu bersama untuk satu minggu. “Sayang, kamu sudah memasukkan semuanya ke dalam koper? Tidak ada yang ketinggalan?” Tanya Ariz sebelum menutup bagasi mobil. Salma menggelengkan kepala, “Tidak sayang, bahkan aku sudah menyiapkan semuanya dari beberapa hari yang lalu!” “Sepertinya kamu lebih senang daripada anak-anak, ya!” Goda Ariz, dia merangkul mesra istrinya, mereka berjalan menuju pintu depan. “Kamu tahu, aku sudah menunggu momen ini sejak lama, menghabiskan waktu dengan kalian tanpa memikirkan pekerjaan. Ya, walaupun aku tidak yakin liburan kali ini akan berjalan lancar dengan tiga lelakiku yang nakal!” Salma mencolek hidung mancung suaminya. Mereka menatap ke dalam mobil, di mana dua bocah lelaki berusia lima tahun sedang bercanda dan berebut mainan. Keduanya selalu bertengkar dan berisik sepanjang waktu, kecuali saat tidur. Me

DMCA.com Protection Status