Share

Bab 3 Obat Tidur

Naura masuk ke dalam mobil disusul Ariz setelahnya, ketika mobil mulai malaju saat itulah kecanggungan di antara mereka sangat terasa.

Meskipun, semalam keduanya makan bersama dan mengobrol layaknya teman akrab, tetap saja akan terasa canggung saat dua orang lawan jenis berada dalam satu mobil dan tidak ada siapapun selain mereka.

"Naura, apa kamu tidak punya kesibukan lain, selain pekerjaan kamu sebagai Babysitter anak saya?" Tanya Ariz memecah keheningan.

Sebelum menjawab, Naura menoleh ke arah Ariz, namun pria itu sangat fokus menyetir dan matanya hanya menatap jalan. "Iya, Pak. Saya tidak punya kesibukan lain, selain mengurus Kenan dan Kenzo. Kalau libur, sesekali saya bergaul dengan teman-teman saya atau berkunjung ke rumah orang tua!"

"Rumah orang tua kamu di mana?" Tanya Ariz penasaran.

"Tidak terlalu jauh, Pak, sekitar sepuluh kilometer dari apartemen saya!"

"Begitu ya," Ariz mengangguk paham, dia memang tidak tahu apa-apa tentang Naura sebelumnya.

"Sebelumnya saya sempat kuliah, tapi tidak saya lanjutkan, saya lebih milih menabung untuk membeli rumah!" Jelas Naura.

"Kalau memang kamu tidak ada kesibukan lain, saya mau malam ini kamu lembur lagi!” Ujar Ariz.

"Untuk menjaga si kembar, Pak?" Tanya Naura memastikan, lagi-lagi jantungnya berdegup kencang, dia pikir Ariz ingin dilayani makan malam dan berbincang lagi dengannya.

Naura tidak bisa mengatakan kalau dia menyukai Ariz, namun bisa menghabiskan waktu dengan pria itu membuat hatinya merasa senang.

"Iya, sekalian bantu-bantu mengemasi barang, rumah akan direnovasi dan untuk sementara kita akan tinggal di mansion, tolong kamu bantu kemasi barang-barang istri saya!" Lanjut Ariz yang seketika menghanguskan perasaan senang yang tak wajar di hati Naura.

"Kalau untuk barang-barang yang berat, nanti ada orang yang sudah saya suruh untuk mengurus, apa kamu bersedia?" Tambah Ariz.

Ariz hanya ingin Naura membantu mengemasi pakaian, tas, sepatu, make up dan semua barang-barang Salma.

Dia tahu mungkin Naura akan keberatan, karena tugas itu di luar pekerjaannya sebagai Babysitter. Akan tetapi saat ini, hanya Naura yang bisa dia andalkan.

"Iya, Pak! Pasti saya bantu, saya tidak keberatan kalau harus lembur lagi."

Naura menyambut hangat, walaupun saat ini kepalanya pening dan tubuhnya pegal-pegal karena harus bangun di tengah malam untuk mengurus si kembar yang menangis karena sedang sakit. Dia rasa, tubuhnya masih kuat jika hanya membantu mengemasi barang.

"Terimakasih, Naura! Saya akan tambah gaji kamu bulan ini!" Ariz senang mendengarnya.

Mereka tiba di Apotek, Ariz membeli obat demam anak sesuai resep dokter, membelikan obat untuk Naura yang telat makan dan kelelahan, serta vitamin untuk wanita itu agar tetap sehat.

Entah bisikan setan dari mana, sebelum pulang, Naura kembali ke dalam Apotek dan meminta Ariz untuk menunggunya sebentar.

Wanita itu teringat ucapan Liana, dia pikir sesekali memanfaatkan kesempatan agar bisa bersama dengan Ariz yang tampan tidak ada salahnya.

Dia tidak berniat merebut suami Salma, tapi jika dihadapkan dengan peluang seperti ini, dia tidak bisa melewatkannya, apalagi kemungkinan Salma akan sembuh hanya sekian persen.

Naura membeli obat tidur untuk Ariz, malam ini dia akan mencoba peruntungannya.

Wanita itu kembali ke mobil dengan wajah yang sedikit tegang, namun dia berusaha untuk tetap terlihat biasa saja.

"Apa yang kamu beli?" Tanya Ariz.

"Hanya obat pelancar datang bulan, Pak!" Naura segera memasukkan obat itu ke dalam tasnya.

"Ya sudah, kita pulang sekarang!" Ariz menyalakan mesin mobil.

Naura kesusahan menarik sabuk pengaman, Ariz membantunya sehingga tubuh pria itu harus condong dan jarak mereka menjadi sangat dekat, saat itu Naura bisa mendengar dan merasakan napas hangat Ariz dan menatap wajahnya dari samping.

Pemandangan yang sangat indah, betapa beruntungnya Salma yang dapat melihat Ariz di sampingnya setiap saat.

Ketika bangun tidur dan ketika akan tidur, Salma selalu melihat wajah teduh Ariz, rasanya tidak ada hal buruk yang Salma miliki.

Wajah cantiknya, pekerjaan dan hartanya, suami yang tampan dan sangat mencintainya, kedua anak yang pintar dan lucu, Salma benar-benar memiliki takdir yang cerah.

Bagi Naura, kehidupan Salma sangatlah sempurna!

"Terimakasih, Pak!" Naura tersenyum.

Ariz tidak mengatakan apapun, dia menyetir dan sedikit merasa bersalah. Ya, bersalah pada istrinya, dia baru sadar sejak semalam dia terus berdua dengan Naura.

Mereka memang tidak macam-macam, bahkan yang mereka bicarakan hanya seputar Salma dan anak-anak. Tapi rasanya tidak pantas jika seperti ini, makan bersama, berada dalam satu mobil, duduk bersebelahan dan mengobrol. Kalau saja istrinya tahu, pasti dia akan cemburu.

Maka dari itu, selama di perjalanan pulang, Ariz tidak mengajak Naura berbicara hingga mereka sampai di rumah.

Naura sibuk mengurus Kenan dan Kenzo sedangkan Ariz menghindari Naura dengan menyibukkan diri di ruang kerja.

Malamnya Ariz bersikap cuek dan makan malam bersama Ibunya, meski Naura membantu menyiapkan makan malam dia tidak diajak seperti kemarin.

Naura menjadi kesal, baru saja dia merasa melayang karena perhatian Ariz, kini pria itu tidak menatapnya sedikitpun.

Naura pergi ke kamar Ariz dan Salma untuk mengemasi barang-barang.

Dii sana dia melihat koleksi pakaian Salma yang bagus dan mewah, dia merasa terhibur, bahkan semangat dengan pekerjaan ini. Kapan lagi dia bisa melihat dan menyentuh pakaian buatan desainer dan semua barang bermerek kelas dunia.

Pintu kamar dibuka, Ariz sedikit terkejut melihat Naura di dalam kamarnya, namun dia ingat kalau dirinya sendiri yang menyuruh Naura mengemasi barang Salma.

"Naura, apa kamu masih lama?" Tanya Ariz yang sebenarnya sudah mengantuk. Tapi, besok sore semua barang harus sudah diangkut ke mansion, agar renovasi bisa segera dilaksanakan.

"Eh, Pak Ariz, Bapak mau tidur, ya? Barang-barang Bu Salma masih banyak, Pak. Apa saya lanjut besok saja?" Tanya Naura merasa tidak enak jika Ariz harus menunda istirahat hanya karena ada dirinya yang belum menyelesaikan pekerjaan.

"Kamu lanjut saja, saya mau menyelesaikan beberapa pekerjaan. Tolong buatkan saya kopi, ya! Antar ke ruang kerja!" Titah Ariz yang kemudian pergi.

"Baik, Pak!" Naura mengangguk patuh.

Beberapa menit kemudian, dia turun ke dapur untuk menyempatkan membuat kopi, dia bersyukur Kenan dan Kenzo bisa tertidur pulas sehingga dia tidak terlalu kerepotan.

"Ya ampun, aku bukan hanya Babysitter, tapi aku mengurus semua orang di rumah ini! Awas saja kalau gajiku hanya ditambah sedikit!" Pekiknya sambil mengaduk secangkir kopi dengan sendok kecil.

Matanya membulat ketika teringat sesuatu, Naura merogoh saku celananya dan mengeluarkan obat tidur yang dia beli di Apotek.

Matanya melirik ke segala arah memastikan tidak ada orang yang melihatnya, dia mencampurkan obat tidur itu ke dalam kopi lalu mengantarnya ke ruang kerja Ariz.

Setelah itu, Naura kembali ke kamar Salma dan mengemasi sisa pakaian di lemari.

Naura tertegun saat melihat koleksi gaun pendek milik Salma. Gaun-gaun itu berjejer rapi, seingatnya, dia tidak pernah melihat Salma memakai gaun-gaun itu.

Kalau ada acara formal, pasti Salma akan memakai gaun yang panjangnya sampai mata kaki.

Kemungkinan, itu gaun pribadi yang hanya dia pakai di kamar, lebih tepatnya untuk berpesta dengan suaminya.

"Aku pikir Bu Salma hanya mengoleksi lingerie, ternyata ada beberapa kostum cosplay dan gaun-gaun pendek yang cantik!" Mata Naura menatap lekat gaun-gaun itu, gaun berwarna merah muda tanpa lengan dan hiasan di belahan dada membuat Naura sangat tertarik.

Dengan lancang dia memakai gaun itu dan berlenggak-lenggok di cermin, dia tertawa kegirangan, merasa sangat cantik saat tubuhnya dibalut gaun pendek yang mewah.

Di sisi lain Ariz merasa kepalanya sangat berat, seperti habis berputar-putar ratusan kali, dia jalan sempoyongan menuju kamarnya.

Ketika masuk ke dalam kamar, dia dikejutkan dengan Naura yang memakai gaun pendek milik istrinya.

Akan tetapi kepalanya sangat pusing dan dia tidak bisa mengatakan apapun, Ariz ambruk ke lantai sebelum berhasil mencapai tempat tidurnya.

"Pak Ariz!" Naura berlari dan berusaha menolong Ariz, dia merutuki dirinya yang kini memakai gaun milik Salma dan pastinya Ariz sudah melihat kelakuannya.

"Ternyata obat tidurnya sudah bekerja!" Naura tersenyum miring, dia kembali teringat pada ucapan Liana. "Aku harus memanfaatkan kesempatan ini!"

Dengan susah payah Naura mengangkat tubuh Ariz yang berat ke atas tempat tidur, dia membuka semua pakaian Ariz dan menutupi tubuh polos pria itu menggunakan selimut, setelahnya dia melucuti pakaiannya sendiri dan tidur di samping Ariz hingga pagi menjelang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status