Share

Ketika Mantan Kekasih Suamiku Kembali
Ketika Mantan Kekasih Suamiku Kembali
Penulis: Safiiaa

Bab 1

Bab 1

"Jangan berharap banyak dengan pernikahan ini," ujar Abisatya, laki-laki yang berdiri di samping Nisrina dengan balutan jas silver dengan tuksedo yang melingkar di kemejanya.

Pernikahan yang megah sedang digelar di sebuah ballroom hotel berbintang. Senyum bahagia terbit di wajah seluruh tamu undangan dan seluruh keluarga tapi tidak dengan sepasang pengantin yang sedang berdiri di atas pelaminan yang dihiasi dengan kembang mawar putih itu.

Nisrina hanya diam. Ia meremas gagang bunga tangan yang sejak awal acara diberikan oleh perias. Kain pembungkus gagang itu basah oleh keringatnya yang sejak tadi merasa cemas sebab ekspresi laki-laki di sampingnya tidak ada keramahan sedikitpun.

"Aku hanya menuruti permintaan Papa. Aku terpaksa melakukannya."

Nisrina tersentak. Akad yang sudah terucap di depan penghulu bukanlah sekedar kata yang bisa dimainkan sesuka hati. Akad itu sakral, bahkan mampu menggetarkan Arsy Allah. Bagi Abi akad itu bisa saja sekedar ucapan, tapi tidak untuk Nisrina.

"Terpaksa ataupun tidak, akad itu sudah terucap dan mengikat kita sebagai pasangan suami istri." Nisrina memberanikan diri menjawab ucapan suaminya. Ia merasa harus mengingatkan sesuatu yang salah pada orang yang sudah menjadi imamnya.

"Terserah kamu. Aku tidak peduli. Aku sudah kehilangan rasa pada wanita setelah kepergian Raniaku."

"Masa lalu sebaiknya disimpan, bukan untuk terus dikenang. Apalagi sampai menimbulkan trauma. Kukira perjodohan ini terjadi karena kita sama-sama ingin serius menjalani rumah tangga, tapi ternyata aku salah."

Nisrina tersenyum sumbang. Hatinya sudah tercabik oleh kata-kata laki-laki yang belum lama menjadi suaminya itu.

"Trauma atau tidak, itu bukan urusanmu. Yang jelas aku hanya mengikuti apa yang Papa minta sebab ancaman yang sudah diucapkannya padaku." Abi menjawab dengan raut datar. Ia tak peduli dengan hati perempuan yang ada di sampingnya itu.

"Sekarang sudah menjadi urusanku sebab Mas adalah suamiku. Soal ancaman itu, aku tidak ikut campur. Bapak tidak mengatakan apapun padaku ketika memintaku menjadi menantunya."

Disela-sela tamu yang datang untuk bersalaman, sepasang pengantin itu terus berdebat. Tidak peduli keduanya menjadi tontonan para undangan yang datang, perdebatan itu terus saja terjadi antara keduanya.

Nisrina meremas gagang bunga tangan yang sejak tadi digenggamnya. Rasa kesal atas ucapan sang suami terpaksa harus dilampiaskan pada benda yang sedang dipegang itu. Hanya aroma kembang Sedap Malam yang tertata rapi di samping kursi pelaminan yang membuatnya betah berada di tempat itu, sebab Nisrina menyukai aromanya.

Beberapa jam kemudian, seluruh tamu sudah kembali pulang. Hanya ada keluarga inti yang sedang menikmati makanan khusus yang sudah disediakan.

"Ayo sini makan dulu, Nak," ajak Rumaisha, orang tua Abi. Ia menyambut anak dan menantunya untuk turut bergabung di meja bundar yang berisi aneka menu makanan.

Nisrina mengangguk. Ia tersenyum ramah pada ibu mertuanya. Bagaimana pun sikap Abisatya, tidak seharusnya membuatnya bersikap buruk pada anggota keluarga yang lain, terutama kedua orang tuanya.

"Iya, Ma." Nisrina menjawab sopan. Ia meletakkan bunga yang dipegangnya di atas kursi yang akan didudukinya, lalu pergi menuju kamar mandi yang berada tak jauh dari meja itu.

Tanpa menunggu sang istri, Abisatya duduk di kursi sebelah Nisrina meletakkan bunga dan mengambil piring yang sudah tertata rapi di atas meja.

"Makan sendiri saja, ngga tunggu istrinya?" goda Ferdi, sepupu Abi yang juga bekerja di perusahaan yang sama dengannya. Ia duduk di kursi yang terdapat bunga pengantin milik Nisrina.

"Biarin. Dia punya tangan sendiri, ngapain aku tunggu dia."

"Wah, roman-romannya tercium aroma pertikaian," seloroh Ferdi sambil memainkan bunga yang dibawanya.

"Terserah kamu. Aku lapar." Abi tak peduli dengan sepupunya. Ia sibuk menikmati nasi goreng dengan ayam kecap yang sudah ada di hadapannya.

"Fer, kamu ganggu saja. Biar pengantinnya makan dulu," ujar Bu Rumaisha setelah melihat Nisrina kembali dari tolilet.

Ferdi pun bangkit. Ia membungkuk mempersilahkan Nisrina duduk di kursi yang ia duduki, bak pelayan yang sedang mempersilahkan tuannya.

Nisrina mengangguk sopan. Ia lantas duduk di kursi itu dan menerima uluran piring dari lelaki yang memakai jas hitam itu.

"Silahkan, Mbak. Makan dulu," ujar Ferdi sambil menyerahkan piring kosong dan sendoknya pada Nisrina.

"Makasih, Mas," jawab Nisrina sopan. Ia menghargai pemberian suadara suaminya itu.

Melihat perbuatan sepupunya itu, Abi terbatuk karena kaget. Ia tak menyangka Ferdi akan memperlakukan istrinya dengan sebegitu spesialnya.

"Minum dulu, Mas," ujar Nisrina sambil meraih segelas sirup yang ada di depannya pada sang suami. Ia tak peduli dengan sikap ketus yang diberikan Abi sebelumnya. Sebagai seorang istri, ia merasa harus memperlakukan sang suami dengan sebaiknya.

Ferdi terbahak melihat tingkah sepupunya yang berhasil ia kerjai. "Begitu saja sudah syok, makanya jangan sok ngga peduli."

Tanpa mempedulikan sepupunya, Ferdi pun pergi meninggalkan meja pengantin itu dengan perasaan puas. Ia gemas sebab wajah Abi tidak pernah ramah selama acara pesta berlangsung. Terlihat jelas bahwa pernikahan itu adalah sebuah keterpaksaan yang terpaksa ia jalani.

"Apaan sih," gerutu Abi sambil meraih dengan kasar gelas yang diulurkan oleh istrinya, lalu meneguk isinya dengan terburu.

Nisrina menghela napas dalam. Sepertinya, ia harus terbiasa dengan sikap Abi yang keras itu.

Usai menikmati hidangan, Abi pergi menuju kamar yang sudah disiapkan oleh pihak Wedding Organizer untuk malam pengantin mereka. Ia bahkan mengabaikan sang istri yang berjalan tertatih di belakangnya sebab gaun berat yang membungkus badannya.

Tak hanya itu, sepatu tujuh senti yang menjadi alas kaki Nisrina pun turut membuatnya sulit berjalan sebab ia tak terbiasa.

Tangan Nisrina mengangkat gaun yang menjuntai di bagian belakang agar ia bisa berjalan lebih cepat dari sebelumnya. Berat, tapi tak menyurutkan langkahnya sebab letih yang sudah mendera.

Namun, langkah Nisrina terhenti manakala ia melihat sang suami tengah memeluk seorang wanita di depan kamar yang akan mereka tempati.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
laki egois pergi nisrina yg jauh jgn mau di ajak rujuk laki nggak ada aqlaq
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status