Share

Bab 7

Bab 7

Abisatya lebih dulu meninggalkan mertua dan menantu itu di dalam ruang tamu. Bibirnya mengatup rapat. Hatinya menahan kesal sebab acaranya berantakan gara-gara mamanya.

Dering ponselnya kembali terdengar. Nama Rania kembali muncul dalam layar panggilan tersebut.

Dengan segera Abi menggeser tombol gagang telepon warna hijau agar segera terhubung dengan wanita di ujung panggilan sana.

"Sayang, kenapa ngga diangkat? Lama sekali kamu, kemana aja sih! Aku sudah ngga sabar pengen ketemu," gerutu Rania. Ia sudah menunggu lebih dari setengah jam tapi Abi tak kunjung datang.

"Iya. Sebentar ya. Aku pasti ke sana. Kamu tenang saja." Abi makin menahan kesal karena suara rengekan Rania.

"Cepetan ya? Aku sudah kangen sama kamu. Aku ingin cerita banyak, juga pengen disayang-sayang sama kamu."

Abi terkekeh. Rengekan Rania itu sedikit mengurangi rasa kesalnya akibat ulah mamanya.

"Iya. Sabar. Tunggu ya?" jawab Abi kemudian.

Saat Nisrina masuk ke dalam mobil, Abi segera mematikan panggilannya. Ia tak mau obrolannya di dengar oleh Nisrina. Selain memang privasi, Abi juga bermaksud menjaga perasaan Nisrina yang sedang kacau setelah pertikaiannya dengan orang tua mantan kekasihnya.

"Kalau Mas keberatan aku ikut, Mas bisa turunkan aku di jalan. Biar aku pulang sendirian ke hotel." Nisrina berujar yang membuat Abi kaget.

"Jangan ngawur! Aku keluar saja harus bawa kamu, bagaimana kalau ketahuan kamu turun di jalan. Bisa habis diomeli Mama nanti." Abi menggelengkan kepalanya tak setuju. Ia lantas menyalakan mesin mobil agar bisa segera meninggalkan kediaman orang tuanya untuk berjumpa dengan sang kekasih.

Nisrina menahan senyumnya. Ia tahu kelemahan suaminya sekarang. "Ya ngga masalah. Kan itu yang Mas mau."

"Tidak. Biar kuantar kamu ke hotel sebelum aku berjumpa dengan Raniaku."

"Oke. Terserah Mas saja."

Tak lagi ada obrolan dalam kabin mobil itu. Nisrina terdiam, sambil pikirannya kembali mencerna ucapan sang mertua.

Lingeri? Baju yang seharusnya menjadi pakaian dinas pengantin di malam-malam yang akan dilalui bersama pasangannya dengan penuh cinta. Tapi tidak berlaku untuk Nisrina.

Selain memang sudah terlanjur membuat kesepakatan, Nisrina tak mau disentuh tanpa cinta. Ia mau memberikan semua raga dan jiwanya untuk laki-laki yang dengan tulus mencintainya. Malam pertama baginya harus berkesan, meskipun banyak kisah yang menceritakan betapa mencekamnya malam pertama, Nisrina tetap berharap malam itu akan menjadi malam yang indah.

Betapa beruntung menjadi Rania, yang dicintai dengan begitu besarnya oleh laki-laki yang mau berjuang untuk mendapatkannya. Meskipun di sisi lain ada dirinya yang juga terluka karena sikap Abi itu.

Namun, cinta dalam hati manusia tak dapat dipaksa untuk siapa perasaan itu akan tumbuh. Hanya manusia yang beruntung yang akan mendapatkan balasan cintanya dari pasangan yang benar-benar menginginkannya.

Sesampainya di kamar, Nisrina segera mencari letak baju yang dimaksud oleh mertuanya. Ia penasaran baju seperti apa yang sudah disiapkan oleh mertuanya dan akan menjadi pakaian yang tidak terpakai selama ia menjadi istri Abisatya Gunawan.

"Di mana baju itu," gumam Nisrina sambil mengacak isi lemari. Ia membuka laci dan menyusuri tiap rak yang ada di hadapannya.

Senyum Nisrina melebar manakala mendapati sebuah kotak kado berwarna biru muda dengan pita di ujungnya. Dengan cepat ia membuka kotak itu untuk melihat bagaimana isi dan bentuknya.

Sebuah pakaian tipis tapi berbahan lembut sudah berada dalam pegangan tangan Nisrina. Terdapat tali kecil yang menyatukan ujung dada pada bagian belakang pakaian tipis tersebut. Bagian depan baju itu memiliki belahan yang lebar sehingga membuat area sensitif perempuan terekspos separuh. Brukat berbahan lembut pada bagian dada itu membuat pakaian itu terkesan mewah.

Tak hanya di bagian dada, di ujung pakaian itu juga terdapat brukat lembut yang mengelilingi tiap ujungnya. Bagaimana tidak menggoda, jika pakaian itu hanya sebatas ujung paha perempuan saja. Seksi bukan?

Benar saja jika pakaian ini menjadi pakaian dinas istri di malam-malam yang akan mereka lalui bersama pasangan halal mereka sebelum menikmati puncak surga dunia yang akan mereka reguk bersama-sama.

Bagi yang belum menikah, jangan coba-coba memakainya di depan kekasih jika tak mau kalian diterkam olehnya.

Nisrina tersenyum kecut. Sayang sekali, baju yang kelihatannya mahal ini tidak akan terpakai sesuai fungsinya.

Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas dalam kepala Nisrina. Ia segera membawa baju itu ke dalam kamar mandi. Istri Abi itu hendak mencobanya setelah selesai membersihkan diri.

Badan Nisrina yang langsing itu makin terlihat seksi setelah pakaian itu melekat sempurna di badannya. Meskipun tidak digunakan untuk malam pertama, setidaknya ia telah memenuhi permintaan mama mertuanya untuk memakai kado yang telah disiapkannya.

Nisrina keluar dari kamar mandi. Ia berdiri di depan cermin. Matanya mengamati baju yang telah melekat sempurna di badannya itu. Cantik dan ... seksi.

Rambut Nisrina yang dibiarkan tergerai indah di belakang makin membuatnya terlihat seksi. Ia yakin, siapapun yang menjadi pasangannya akan tertarik jika penampilan seperti sekarang ini.

"Sayang sekali. Baju ini, hanya kugunakan untuk memuaskan rasa penasaranku saja." Nisrina memutar badannya. Berkaca tampak depan, samping dan belakang. Setelah puas mematut diri, ia merebahkan diri di atas ranjang besar yang empuk dan wangi.

Perlahan rasa kantuk datang menyapa. Nisrina terbuai oleh nikmatnya merebahkan diri di atas ranjang hotel yang mewah, yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan.

"Sayang," panggil Abi. Ia datang dengan membawa sekuntum bunga mawar yang wangi. Ia mengulurkan bunga mawar itu di hadapan Nisrina. "Buat kamu, istriku," ucapnya diiringi senyum hangat.

Pandangan sepasang suami istri itu beradu. Senyum hangat yang penuh cinta terbit di bibir keduanya. Rasa syukur terselip diantara senyum yang hangat dan dalam antara mereka. Nisrina bahagia.

Nisrina menghidu wangi mawar yang ada di depannya. Bibirnya turut tersenyum mendapati perlakuan sang suami yang manis. "Makasih ya?"

"Sama-sama. Kamu siap-siap ya? Kita makan malam di luar setelah ini," titahnya tanpa mau dibantah.

"Makan malam?" Dahi Nisrina mengerut. Ia tak mengira jika sang suami akan merencanakan makan malam untuknya.

Abi mengangguk cepat. "Iya, makan malam spesial."

"Berdua saja?"

"Iya dong. Masak sama Mama Papa? Ngga romantis nanti," balasnya sambil tersenyum kecut.

Nisrina merangkul Abi dengan kedua tangannya. Bibirnya mendekat ke arah telinga Abi. "Makasih ya? Aku senang sekali."

"Sama-sama." Abi membalas sambil mengecup pipi mulus milik anak sahabat orang tuanya itu.

"Baiklah. Aku mandi dulu ya?" Nisrina mengurai pelukannya.

"Mandi?"

"Iya lah. Gimana bisa mau kencan ngga mandi, nanti diusir sama penjaga restorannya," goda Nisrina. Ia lantas bangkit dari duduknya dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

Abisatya tak mau tinggal diam. Ia mengikuti langkah istrinya menuju kamar mandi.

"Mas ngapain?" Nisrina memekik. Ia menghalangi badan Abi dengan kedua tangannya.

"Mau ikut," balas Abi dengan gaya yang dibuat se-polos mungkin.

"Ish, nanti ngga jadi mandi," protes Rina seraya mencebikkan bibirnya. Ia bisa menangkap maksud sang suami.

"Mandi lah, mandi plus-plus tapi." Abi tersenyum menggoda.

"Mas!" pekik Rina ketika Abi makin mendekatkan badannya pada tubuh Nisrina yang sudah berada di dalam bilik kamar mandi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status