Bab 9Sepasang laki-laki dan perempuan itu terperanjat mendapati sosok yang sedang berdiri di depannya. Tautan tangan yang semula menyatukan kedua badan mereka seketika terlepas. Senyum yang awalnya terbit di wajah dua insan itu tiba-tiba lenyap saat mendapati sosok yang tengah berdiri di depan mereka."Ratih?" gumam Nisrina. Matanya menatap sosok yang selalu berada di sisinya saat suka dan duka sebelum pernikahan itu terjadi. Dadanya berdegup kencang mendapati wanita yang sudah ia anggap layaknya saudara bisa sebegitu bahagianya dengan lelaki yang baru saja ia putuskan cintanya.Nisrina lupa bahwa orang yang paling dekat dengannya berpeluang besar menjadi orang yang paling melukai. Layaknya apa yang dilakukan oleh Abisatya padanya."Rin," lirih Ratih. Paperbag yang ada di tangan Ratih seketika terjatuh. Ia menutup mulutnya tak percaya bisa berjumpa dengan sahabatnya saat sedang jalan dengan Abian. Ratih tertangkap basah."Jelaskan padaku apa ini, Mas? Sejak kapan kalian menjalin hubu
Bab 10"Apa maksudmu?" tanya Nisrina dengan tatapan menelisik. "Aku memang punya rumah. Tapi itu akan kutempati dengan Raniaku nanti." Abi berujar dengan santainya. Tak peduli jika kalimat itu akan menyakiti istrinya.Nisrina mencebikkan bibirnya. "Lalu, kita akan tinggal di rumah Mama? Dan di kamar yang sama? Mas yakin?" tanya Nisrina dengan tatapan tak yakin."Hanya sebulan, kan? Itu bukan waktu yang lama untuk kita hidup bersama dalam satu kamar.""Satu atap oke lah, tapi kalau satu kamar selama sebulan? Kamu sehat?" Nisrina mencoba mengutarakan ketidaksetujuannya.Laki-laki di depan Nisrina itu tercengang. Ia tidak berpikir sejauh itu.Tiba-tiba saja apa yang terjadi di kamar hotel tadi terlintas di kepala Abi. Badan Nisrina yang terbalut pakaian minim bahan kembali muncul dalam ingatannya. Bukankah jika tinggal dalam satu kamar hal serupa bisa saja terulang kembali?Abisatya menghela napas kasar. Rumah itu telah lama disiapkannya dengan Rania, lebih tepatnya sebelum Rania pergi
Bab 11"Jangan memulai pertikaian lagi," desis Nisrina. Ia tak mau terpancing dengan ucapan Abi."Enggak. Siapa yang mancing. Aku cuma ngasih tahu kamu saja." Abi melengos.Embusan kasar keluar dari bibir Nisrina. Meskipun Abi tak berniat menyinggung, ia tetap merasa tersinggung sebab pernikahannya yang tanpa cinta."Apa nasimu itu akan kau biarkan begitu?" tanya Abi setelah nasi dalam piringnya habis tak bersisa. Ia melihat nasi di piring Nisrina masih utuh tak berkurang sedikitpun.Nisrina tak menjawab. Ia kembali murung setelah mendengar ucapan Abi barusan.Tanpa aba-aba, Abi meraih piring yang ada di depan Nisrina hingga nasi yang ada di dalamnya sedikit tumpah."Mas!" pekik Nisrina kaget. Matanya membelalak menatap wajah tanpa rasa bersalah di depannya. Tangannya menggenggam sendok dengan erat. Ingin rasanya melempar sendok itu ke arah Abi, akan tetapi Nisrina sadar itu tempat umum."Nasi ini enak, sayang kalau cuma kamu buat mainan. Mending kumakan saja." Abi tak lagi peduli de
Bab 12"Aku janji, ngga akan menyentuh dia meskipun dalam satu rumah. Kamu harus percaya padaku sebab cintaku hanya untukmu." Abi memeluk Rania sambil meracau. Sedangkan yang dipeluk hanya terisak."Kamu jangan begini, ini malah bikin aku makin berat jalaninnya," ucap Abi lemah. Tangan yang kekar itu bergerak beraturan di punggung ramping milik Rania."Aku hanya takut kalau kamu serumah dengan dia. Aku takut kamu jatuh cinta.""Tidak. Aku jamin tidak. Kamu harus percaya padaku. Aku setia padamu. Bukankah sekian lama kamu pergi tapi aku masih saja menerimamu seperti tidak pernah terjadi apa-apa dengan kita?" ujar Abi tegas. Ia mengurai pelukannya dan menatap wajah Rania dengan seksama.Rania tertunduk. Rasa bersalah menyelimuti hatinya. "Kita masuk mobil ya? Kita lanjut jalan. Jangan begini terus, malu dilihat orang banyak."Rania menunduk. Meskipun bibirnya masih terisak, ia menurut pada Abi yang tengah menggandeng tangannya untuk kembali ke mobil.Seulas senyum terbit di bibir Abisa
Bab 13Nisrina berjalan menuju sumber suara. Ada sedikit rasa khawatir bercampur rasa penasaran yang tiba-tiba muncul dalam hatinya. "Mas!" pekik Nisrina kaget saat melihat Abi sedang muntah di ruang tamu. Badannya pucat, disertai dengan napas yang sedikit kesusahan.Nisrina berlari menghampiri sang suami. Ia memapah lelakinya itu menuju ruang tengah. "Mas kenapa?" tanya Nisrina cemas."Perutku sakit banget," ujar Abi saat Nisirina memapahnya menuju kursi. Meskipun kepayahan, tak menyurutkan langkahnya untuk menuntun sang suami hingga badannya tergeletak sempurna di atas karpet.Dengan cekatan istri Abi itu mengambil air hangat dari dispenser untuk diberikan pada sang suami. "Minum dulu," titahnya.Abi menurut saja. Ia meneguk sedikit air dalam gelas tersebut. Akan tetapi, belum juga gelas diletakkan Abi kembali mual. Kali ini Abi segera berjalan dengan tertatih menuju wastafel yang ada di dapur.Nisrina menghampiri sang suami. Ia tak tahu harus berbuat apa. Selain baru kenal, Nisrin
Bab 14"Sayang, aku pengen banget makan seafood. Kita beli ya?" ajak Rania setelah beberapa lama berada di dalam apartemen. Ia merasa lapar dan bosan sebab sejak tadi hanya di rumah bermesraan dengan sang kekasih. Perutnya sudah meronta untuk minta diisi."Seafood? Apa ngga ada yang lainnya? Aku ngga bisa makan seafood." Abi mengelak. Ia tak mau kejadian yang sama terulang lagi."Kenapa ngga mau? Aku lagi pengen banget.""Pengen banget macam orang ngidam saja kamu." Abi tersenyum miring. Tumben sang kekasih pilih-pilih makanan. Tidak biasanya.Rania tersentak untuk sepersekian detik. Akan tetapi ia segera menguasai diri agar Abi tak banyak bicara soal ngidam. "Apaan sih. Namanya juga pengen. Ini tuh gara-gara kemarin aku lihat video diaplikasi berlogo not balok. Dia lagi makan lobster, dari tampilannya menggoda banget." Mata Rania berbinar, seolah ia sedang merekaulang gaya konten kreator tersebut.Abi terkekeh. Ia merasa lucu dengan ekspresi Rania. "Ya sudah kita beli. Tapi kamu saj
Bab 15Pagi hari yang segar, Nisrina sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk sang suami juga untuk dirinya. Pagi ini ia harus segera pergi ke kantor untuk mengurus kepindahannya agar tak perlu lagi berjumpa dengan sahabat dan mantan kekasihnya itu.Seharusnya Abi menemani Nisrina, tapi kondisinya yang masih kurang enak badan membuat Nisrina terpaksa pergi sendirian. Sekesal apapun pada sang suami, Nisrina tak tega jika harus memaksa orang yang sedang tidak enak badan untuk sekedar mengantarnya yang sebenarnya dia bisa pergi sendiri.Semalam sebelum tidur, Nisrina menyempatkan diri untuk melihat kondisi sang suami. Diam-diam Abi meminum obat tersebut dan itu membuat Nisrina merasa lega."Mas, obat dan sarapannya sudah kusiapkan di meja makan. Mas nanti makan sendirian sebab aku harus segera ke kantor. Aku udah bikin janji sama admin pagi ini," ucap Nisirina yang tidak dijawab sedikitpun oleh Abisatya.Suami Nisrina itu masih asyik memejamkan matanya, mengabaikan sang istri yang sedang b
Bab 16Nisrina berjalan dengan langkah gontai. Meskipun sadar bahwa cintanya tak direstui dan sudah ada Abisatya di dalam hidupnya, tidak mudah baginya untuk melupakan Bian begitu saja. Banyak kenangan yang sudah terukir antara keduanya yang sudah melekat di dalam ingatan.Bukan tidak bisa melupakan, hanya saja Nisrina butuh waktu untuk terbiasa dengan keadaan yang dijalani sekarang ini. Pindah kerjaan adalah salah satu support system agar pikiran dan hatinya tidak lagi dipenuhi oleh kisahnya dengan Bian. Juga untuk menghindari Ratih yang makin tak karuan.Nisrina membuang napas kasar sebelum tangannya membuka pintu masuk kantor. Raut sedih harus dihilangkan dari wajahnya sebab ia tak mau rekan-rekannya menaruh iba pada dirinya. Meskipun bukan dari mulutnya sendiri, kabar kandasnya hubungannya dengan Abian jelas sudah menyebar di seluruh kantor dan seisinya. Di kantornya, tembok saja bisa bicara. Kabar apapun akan mudah sekali menyebar."Pagi, Bu," sapa satpam penjaga pintu masuk. Sen