Di Talak Suami Melarat Di Pinang Konglomerat

Di Talak Suami Melarat Di Pinang Konglomerat

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-06
Oleh:  Atria  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
9 Peringkat. 9 Ulasan-ulasan
173Bab
65.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Lisa dihina dan perlakuan tidak baik oleh mertua sekaligus suaminya sendiri. Pada akhirnya pernikahan muda Lisa harus kandas ketika dia ditalak dan suruh pulang ke rumah orang tuanya oleh suaminya hanya karena seorang janda anak dua. Dalam perjalanan pulang dengan berjalan kaki itu Lisa menyelamatkan seorang pria dari kota bernama Gilang yang sedang mengalami kecelakaan tunggal. Suatu hari, siapa yang menyangka jika tiba-tiba Lisa dipinang oleh Gilang untuk menjadi pengantin pengganti ketika pacar Gilang menghilang di hari pernikahan. Apakah pernikahan Lisa yang kedua ini akan berakhir bahagia atau malah akan lebih menderita dari yang pertama? Apalagi ketika pihak mantan suaminya dan mantan tunangan Gilang kembali hadir sebagai pengganggu. "Di Talak Suami Melarat Di Pinang Konglomerat!"

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1. Itu Anakmu, bukan Anakku!

"Lisa... Angkat jemuran!" suara Bu Marni menggelegar dari luar memanggil Lisa menantunya."Iya Bu.. tunggu sebentar! Kiki masih menangis!" jawab Lisa, sambil menyusui bayi perempuannya yang baru berumur tiga bulanan.Tiba-tiba Bu Marni sudah berdiri di depan Lisa dan langsung merebut bayi Lisa yang masih menyusu kemudian menaruhnya begitu saja diatas tempat tidur. Tentu saja Bayi itu menangis dengan sangat keras karena terlepas dari susunya."Dia ini masih bayi. Nangis juga wajar! Ditinggal juga gak bakal lari!"Lisa tertegun, hatinya teriris perih.Kenapa perempuan separuh baya ini tidak punya perasaan sedikitpun? Seharusnya sebagai seorang Nenek, dia bisa sedikit perhatian kepada cucunya sendiri. Minimal menggendong Kiki agar tidak menangis selagi dia menyuruh Ibunya.Namun Lisa tidak berani Protes sedikitpun karena itu hanya akan sia-sia dan hanya akan menambah kebencian Mertua Perempuannya itu pada dirinya."Cepat angkat jemuran! Kamu nggak lihat itu mendung udah mau jatuh? Malah b

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Jasmine Alamanda sofea
baru diBAB awal q baca ceritanya sudah seru
2024-01-15 22:23:36
1
user avatar
Agus Supiar
keren cerita
2024-01-01 11:52:03
2
user avatar
Lisa
bagus banget cerita nya
2023-12-20 23:17:28
2
user avatar
Nur Syah
good job thor
2023-11-08 21:06:11
2
user avatar
Brandall Locka jaya
bagus. lanjut thor.
2023-09-22 00:36:43
2
user avatar
Kanaya Naya
bagussssss kakkkk, semangat terussssss yaaaa
2023-09-14 21:16:52
4
user avatar
Brandall Locka jaya
bagus. lnjut!
2023-09-09 00:45:40
2
user avatar
Wong Ireng
ceritanya bagus, ditunggu kelanjutannya thor
2023-08-19 21:26:45
5
user avatar
Any Anthika
Semangat kak. Bagus. update jangan lama lama ya.
2023-08-08 03:34:49
4
173 Bab

Bab 1. Itu Anakmu, bukan Anakku!

"Lisa... Angkat jemuran!" suara Bu Marni menggelegar dari luar memanggil Lisa menantunya."Iya Bu.. tunggu sebentar! Kiki masih menangis!" jawab Lisa, sambil menyusui bayi perempuannya yang baru berumur tiga bulanan.Tiba-tiba Bu Marni sudah berdiri di depan Lisa dan langsung merebut bayi Lisa yang masih menyusu kemudian menaruhnya begitu saja diatas tempat tidur. Tentu saja Bayi itu menangis dengan sangat keras karena terlepas dari susunya."Dia ini masih bayi. Nangis juga wajar! Ditinggal juga gak bakal lari!"Lisa tertegun, hatinya teriris perih.Kenapa perempuan separuh baya ini tidak punya perasaan sedikitpun? Seharusnya sebagai seorang Nenek, dia bisa sedikit perhatian kepada cucunya sendiri. Minimal menggendong Kiki agar tidak menangis selagi dia menyuruh Ibunya.Namun Lisa tidak berani Protes sedikitpun karena itu hanya akan sia-sia dan hanya akan menambah kebencian Mertua Perempuannya itu pada dirinya."Cepat angkat jemuran! Kamu nggak lihat itu mendung udah mau jatuh? Malah b
Baca selengkapnya

Bab 2. Kenangan lalu. (Mahar 20 ribu rupiah)

Mendengar ucapan Tomi, Hati Lisa terasa teriris kembali.Jika sedang membahas anak, lagi-lagi Tomi selalu membahas masalah itu lagi. Dimana dulu Tomi pernah menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya saja karena Tomi belum siap memiliki anak. Dia masih ingin mengejar cita-citanya sebagai seorang Dokter Spesialis.Sebenarnya Lisa sudah merasa muak dan bosan dengan ucapan yang selalu dikatakan Tomi selama ini. Jika ada pertengkaran dalam rumah tangga ia selalu mengungkit kesalahan Lisa yang memaksa untuk melahirkan bayinya dan tidak mau menganggap Kiki ada.Jantung Lisa mulai bergemuruh hebat menahan amarah sekaligus kesedihan. Bahkan suhu tubuhnya kini mulai panas dingin. Lisa mengeraskan rahangnya menatap tajam kearah Tomi. Wanita berusia sembilan belas tahun itu kini mulai mengepalkan tangan menahan amarah yang selama ini terpendam atas perkataan dan perbuatan suaminya.Mata Tomi menantap kearah Lisa yang saat ini menatapnya dengan tatapan tajam dan tatapan itu tak seperti tatapan b
Baca selengkapnya

Bab 3. Janda cantik

Pagi hari ini,Lisa masih menyusui Kiki di kamar. Tiba-tiba ibu Mertuanya muncul di ambang pintu dan menghempaskan uang yang langsung jatuh di tubuh Kiki.Lisa menatap selembar uang pecahan dua puluh ribu itu tanpa mengerti maksud Ibu Mertuanya. Lisa tertegun, masih diam membisu tanpa meraih uang itu kemudian menoleh ke arah Mertuanya untuk bertanya, tapi belum juga sempat bertanya, Bu Marni sudah berkata kasar duluan,"Kenapa malah melotot? Cepat cari sayuran! Udah siang begini masih saja malas-malasan!" Lisa mengangguk. "Iya Bu. Tapi tunggu sebentar. Kiki masih menyusu." Lisa mencoba meminta pengertian Mertuanya.Tapi bukannya mengerti jika menantunya masih menyusui cucunya, Bu Marni malah meraih tubuh mungil bayi itu dan meletakkan di atas kasur untuk memisahkan Kiki dari asi Ibunya.Bayi itu langsung menangis kencang, melihat itu Lisa memohon pada Ibu Mertuanya,"Bu. Biarkan Lisa selesaikan memberi asi Kiki dulu, Lisa janji akan segera membeli sayur,"Lisa mencoba menerobos masuk
Baca selengkapnya

Bab 4. Kejadian Di Pesta

Lisa sejak tadi berdiri di depan lemari kaca. Dia memandang wajahnya yang sekarang tidak lagi secantik dulu. Kini wajahnya terlihat kusam dan penuh jerawat. Itu mungkin karena Lisa sekarang tidak pernah lagi merawatnya.Tomi masuk kedalam kamar dan melirik Lisa yang sejak tadi belum juga bersiap-siap. Tomi memandang istrinya dengan tatapan kesal."Masih berdiri disitu aja kamu? Mau ikut atau tinggal dirumah!"Lisa menoleh ke arah suaminya, Tomi yang sudah selesai berganti langsung keluar kamar dan berkumpul dengan orang tuanya diruang tamu.Tak ingin Suaminya menunggu lama, Lisa langsung memilih baju. Tapi Ketika dia memilih baju, Lisa bingung untuk memilih pakaian mana yang pantas untuk dikenakan ke pesta pernikahan. Tidak ada lagi baju yang pantas, karena sisa baju di lemari hanyalah bawaan gadis dulu. Selama menikah dengan Tomi, satupun baju Lisa tidak pernah terbeli.Akhirnya, Lisa hanya memakai baju yang menurutnya masih layak untuk ke pesta daripada yang lain, dengan makeup sea
Baca selengkapnya

Bab 5. Akhir Rumah Tangga Lisa.

Siapa yang menyangka, kejadian Lisa malam-malam berjalan kaki sepulang dari Pesta sambil menggendong bayinya itu dilihat beberapa tetangga.Mereka menggosipkan keluarga Mertua Lisa yang kejam dan tidak punya perasaan pada Lisa. "Suaminya juga sama saja. Eh, malah sekarang gila sama janda!"Bu Marni yang mendengar langsung kesal dan mengadu pada Tomi yang baru saja pulang dari rumah Juli.Tanpa bertanya lagi, Tomi segera pergi ke kamar untuk membuat perhitungan dengan Lisa.Lisa yang masih termenung di tepi tempat tidur terkejut melihat Tomi masuk dan menatapnya dengan penuh marah."Mas,"PLAK!Baru saja Lisa ingin menegur, tangan Tomi sudah mendarat di pipinya. "Kenapa tidak menungguku menjemput, malah pulang jalan kaki! "Kamu sengaja ingin membuat aku malu kan?"Lisa menangis, meraba pipinya yang terasa sakit dan panas. "Bukan begitu Mas. Aku pikir ini sudah sangat malam. Aku kasihan Kiki.""Orang-orang membicarakan aku! Gara-gara kamu Lisa! Kamu itu benar-benar bikin malu! Sudah
Baca selengkapnya

Bab 6. Panggilan dari rumah sakit.

Jantung kedua orang itu masih berdetak kencang sambil menatap api besar yang melahap mobil yang baru saja meledak tadi. Tiba-tiba Pemuda yang baru saja ditolong oleh Lisa tadi memegangi dadanya dengan suara rintihan kesakitan.Lisa menoleh dan bertanya, "Mas, kamu kenapa?"Lisa beranjak ingin menolong tapi bertepatan dengan Kiki yang menangis."Astagfirullahaladzim.. Mbak, Bayimu. Cepat tolong dulu." ucap pemuda itu."I,iya." Lisa juga panik, langsung berlari ke arah bayinya. Mungkin kini terbangun karena merasa tidak nyaman tidur di bawah pohon. Lisa malah khawatir jika Kiki digigit oleh serangga. Lisa cepat meneliti tubuh bayinya. Tapi semua aman.Baru saja Lisa menggendong bayinya dan berbalik badan untuk menghampiri kembali pemuda tadi, dia terkejut melihat pemuda itu memuntahkan darah segar dari mulutnya."Ya Allah!" Lisa berlari, cepat menopang tubuh pemuda itu dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya menahan bayinya."Bagaimana ini?" Lisa tentu sangat panik. Dia menahan tu
Baca selengkapnya

Bab. 7 Akan Segera Mencari Lisa

Gilang menatap suster yang baru saja masuk kedalam ruangan untuk memeriksanya, dia kemudian bertanya, "Sus, apa orangtua saya sudah dihubungi?""Sudah Mas. Mereka masih dalam perjalanan kemari. Tunggu ya?"Gilang bernafas lega. Dia mengingat jika saat akan berangkat ke desa ini, Mamanya sempat mencegah. Menyuruh agar Gilang menunggu Papanya saja dan berangkat bersama. Tetapi karena Gilang pernah berjanji pada Papanya jika akan menyelesaiikan Proyek itu seorang diri, dia akhirnya berangkat sendiri tanpa menunggu Papanya yang memang masih banyak pekerjaan di Perusahaan.Gilang tidak pernah tahu jika Mamanya berusaha mencegah mungkin karena sudah mempunyai firasat tidak baik.Gilang merasa sangat beruntung bisa ditolong oleh wanita itu. Wanita yang dia belum tahu siapa namanya. Tanpa dia, mungkin Gilang saat ini sudah tinggal nama. Bagaimana tidak dia berpikir seperti itu, dia melihat sendiri bagaimana mobilnya meledak dan terbakar habis.Pintu ruangan terbuka membuyarkan lamunan Gilang.
Baca selengkapnya

Bab. 8 Hanya Satu Piring Nasi Saja.

Beberapa hari ini Lisa berada di rumah orang tuanya.Siang itu, seorang pria utusan dari Tomi datang mengantar surat cerai. Sebenarnya Lisa sempat menjatuhkan air mata saat menatap nama Tomi yang sudah lengkap dengan tanda tangannya di dalam surat cerai itu, lalu melirik nama atas dirinya yang masih kosong dari tanda tangan.Tapi dia lalu memantapkan hatinya. Ketika Pak Usman mengangguk ringan padanya, Lisa mengangkat pena dan tanpa ragu, Lisa membubuhkan tanda tangan diatas namanya.Saat orang itu pergi, Lisa langsung menangis tersedu sambil memeluk ibunya. "Jangan dipikirkan lagi Lisa. Sudah, sudah. Ini jalan terbaik yang dipilih Allah untuk kamu, Nak?" Ibu mengelus elus punggung Lisa.Lisa masih menangis, dia menumpahkan seluruh air mata terakhirnya untuk Tomi hari ini dan berjanji tidak akan mengingatnya kembali.Hari hari berlalu,Lisa sudah mulai merasa tenang. Dia juga sedikit demi sedikit sudah bisa melupakan kesedihan dan luka di dalam hatinya karena perceraiannya dengan To
Baca selengkapnya

Bab 9. Pergi Ke Kota.

Semalaman Lisa menimbang. Tekadnya sudah bulat. Dia ingin pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Kebetulan dia mengingat jika ada satu temannya yang bekerja di kota. Siapa tau, dia bisa menemukannya dan meminta bantuan.Pagi berikutnya,Ibu dan Bapak sangat terkejut saat Lisa mengatakan keinginannya. "Bagaimana dengan Kiki jika kamu pergi?" Bapak bertanya. "Aku akan membawa serta Kiki Pak, Bu,""Ya Allah, Lisa! Kiki itu masih bayi. Mana mungkin kamu ajak ke kota dan mencari pekerjaan? Kalau bisa dapat pekerjaan, kalau tidak? Kasihan Nak?" Ibu tentu terkejut dan tidak membolehkan Lisa membawa serta Kiki.Bapak melirik Lisa, melihat anak perempuan satu-satunya penuh tekanan seperti ini, Bapak sungguh tidak tega. Tadinya dia mengira dengan perceraian Lisa dan Tomi akan membuat hidup Lisa tenang. Tapi nyatanya Lisa malah jadi omongan dan merasa tertekan tinggal bersama mereka. Bapak merasa tidak tahan lalu dia berkata, "Jika itu sudah menjadi keputusanmu Lisa, bapak akan mengijinkan. Ta
Baca selengkapnya

Bab 10. Seperti Familiar.

Ibu cantik itu beberapa kali mengucapkan terima kasih kepada Lisa. Lalu mengeluarkan beberapa lembar uang untuk diberikan pada Lisa, tapi Lisa menolak."Tidak usah Bu," beberapa kali Ibu itu memaksa untuk memberi uang padanya, beberapa kali itu juga Lisa menolak."Saya ikhlas kok Bu, sudah, tidak usah.""Tidak apa-apa Nak, terima saja. Untuk beli susu adik bayi." mengatakan adik bayi, Ibu itu sambil melirik bayi dalam gendongan Lisa. Sesaat dia seperti ingat sesuatu.Wanita yang menolong Gilang tempo lalu, seorang wanita dengan bayinya. Ibu itu menjadi terharu. Wanita yang telah menolong Gilang dengan wanita ini sama baiknya. Saat Ibu itu sedang termenung, Kiki tiba-tiba menangis lagi. Ibu itu terkejut."Anak kamu menangis. Kenapa?""Iya Bu, mungkin dia haus, kalau begitu saya permisi dulu ya?""Memang kalian mau kemana? Biar sekalian kami antar ya? Bagaimana?"Ketika Ibu itu bertanya demikian, Lisa tidak menjawab karena dia memang belum tahu akan kemana. "Nak, kenapa?" Ibu itu bisa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status