Beranda / Romansa / Kembalinya Sang Pangeran / Bab 71. Sehari Tanpa Nama dan Gelar.

Share

Bab 71. Sehari Tanpa Nama dan Gelar.

Penulis: Ine Time
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-27 20:31:44

“Mengapa kau masih melotot begitu?”

Jiali masih melipat lengan di dada. Enggan menurunkan amarahnya.

“Tidak ada yang ayah tutupi. Sungguh,” lanjut Dunrui putus asa.

“Aku meragukannya,” sahut Jiali cepat.

“Aiya, beberapa waktu lalu, ayah memang bertemu Permaisuri Agung Wei Junsu. Beliau bertanggung jawab atas pengaturan rumah tangga kekaisaran. Ada rencana mengganti semua tirai paviliun di istana. Jadi, ayah diminta membawa contoh kain."

Dunrui berhenti sebentar, napasnya sedikit berat. "Kau lupa? Tahun ini, toko Han memang mendapat giliran memasok kebutuhan kain mereka. Pengadaan besar seperti ini biasa terjadi setiap beberapa tahun! Seharusnya kau tahu.”

Jiali memutar bola mata, gengsi mengakui kalau samar-samar ia memang ingat tentang itu.

"Lalu ... bagaimana dengan Tuan Lu Nan?" tanyanya lebih perlahan.

Han Dunrui mengangguk pelan. "Ayah bertemu dia secara tidak sengaja di istana, saat hendak menyerahkan contoh kain. Dia bilang sedang mencari rumah baru. Katanya, ayah orang yang te
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 72. Keuntungan Dari Kematian.

    Langit mulai dibalut warna jingga. Cahaya senja memantul di permukaan air. Berkilau indah seperti sutra emas.Jiali melemparkan kerikil ke danau, menimbulkan riak kecil yang perlahan menghilang.“Sudah puas mengerjaiku seharian penuh?”Jiali terkekeh. “Hari ini menyenangkan sekali,” jawabnya. “Kau suka?”Jiali mengangguk-angguk sambil menguap lebar, matanya berair. “Ya, kita harus melakukannya lagi nanti,” jawabnya lagi.Yuwen tersenyum kecil lalu mengusap kepala Jiali dengan lembut. “Ayo pulang. Kau sudah mengantuk.”Jiali menyandarkan kepala di bahu Yuwen lalu memejamkan mata. “Tunggu sebentar lagi,” bisiknya, suaranya mengantuk. “Aku suka ketenangan seperti ini. Berdua saja denganmu.”Mata Yuwen cepat menangkap kilat di ujung danau. Suara desau anak panah melesat cepat. Beruntung Yuwen sigap menarik Jiali kepelukan lantas berguling ke sebelah kiri.Kantuk Jiali lenyap ketika ia melihat anak panah menancap di tanah tempatnya tadi duduk.Yuwen bangkit, memicingkan mata. Meski dari j

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-27
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 01. Ketika Fajar Menyingsing.

    Perkemahan telah kosong. Sisa asap tipis dari arang membumbung malas—naik ke langit fajar. Qing Yuwen berdiri diam, tatapannya terkunci pada tenda-tenda kosong. Ia tidak bergerak, tidak berbicara. Hanya berdiri di tengah keheningan yang lebih menusuk daripada ribuan teriakan perang. Di tiap detik yang berlalu menggores harga dirinya.Gu Yu Yong bergerak gelisah. Prajurit yang biasanya selalu tenang, kini seperti terperangkap di antara tugasnya yang harus menjelaskan situasi atau berusaha memadamkan amarah yang sedang memuncak dari tuannya. Ia coba membaca air wajah Yuwen, berharap mendapat petunjuk sekecil apapun tentang apa yang harus diucapkan.“Yang Mulia ….” Yu Yong akhirnya memecah keheningan, suaranya serak, penuh keragu-raguan. “Mungkin ini sebuah—”“Pengkhianatan. Jebakan yang sudah dipersiapkan untukku,” potong Yuwen, suaranya rendah, tetapi tajam, seperti pedang yang baru diasah. “Tidak ada dugaan lain.”Yu Yong terdiam. Tidak ada tanggapan yang bisa ia berikan karena tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 02. Bunga di Tengah Angin.

    "Kukira kau akan tetap bersembunyi di bawah bayang-bayang tugas, Adikku," ucap Yunqin dengan nada penuh sindiran. Yuwen menoleh dan tatapannya disambut senyum Yunqin. "Kehadiranmu di sini membuatku berpikir, apa rencana selanjutnya yang sudah ibuku untuk kita karena aku tahu kau tidak akan diberi tempat memainkan peran penting di istana ini." Yuwen tidak langsung menjawab. Ia menatap Yunqin sejenak, membaca bahasa tubuh kakaknya. "Meski begitu, sepertinya ayah kita berencana memberikan aku peran lagi. Kakak tenang saja, kali ini aku akan bermain dengan cara lebih menyenangkan," jawab Yuwen dingin. Yunqin tertawa kecil, tetapi matanya tidak menunjukkan tanda-tanda kegembiraan. "Bagus. Kalau begitu, kau hanya perlu melakukan apa yang diperintahkan kekaisaran." "Apa Kakak yakin kekaisaran ingin memerintahkan ke mana leherku bergerak?” Mata Yuwen turun memperhatikan pakaian megah pernikahan Yunqin. “Dari pakaianmu, aku rasa rencanamu tidak sesuai dengan perintah kekaisaran. Selamat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 03. Si Iblis Buruk Rupa

    Mendengar namanya dipanggil, Yuwen menghampiri dengan penasaran. Ia menurunkan ujung pedang penjaga dengan telunjuknya lantas menatap wanita yang berada di hadapan penjaga.Penjaga tampak terkejut lantas membuka diri, membiarkan Yuwen maju. Wanita itu terkejut, mundur selangkah, mata lekat menatap Yuwen."Katakan, untuk apa seorang pelayan sepertimu mencari Pangeran Kedua?" ulangnya.Jiali terdiam sesaat, warna merah menyebar di wajahnya yang tersembunyi dibalik cadar. "P-pelayan? Aku?" Jiali mundur, seolah kata-kata itu adalah cambuk yang menyentuh kulitnya. "Kamu memanggilku pelayan?"Cepat Jiali menganalisa penampilan lawan bicaranya. Sepatunya hitam tinggi sampai betis dengan sol tebal dan plakat besi di bagian depan. Pakaiannya tampak mahal. Jiali tahu kualitas kain yang dikenakannya sangat tinggi. Motif naga terukir di lengan. Ornamen di tengah ikat kepalanya bukan besi biasa, melainkan lempengan dengan ukiran burung Phoenix di bagian depan.Wajahnya simetris, dengan rahang tega

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 04. Darah di Atas Amarah.

    Yuwen menyesal karena tidak langsung meninggalkan istana. Seharusnya ia pergi saja bersama Jiali melalui pintu rahasia lalu mencari penginapan. Di ujung Koridor yang diterangi lentera merah menyala, Yunqin berdiam, tampak memang sedang menunggu Yuwen. Langkah-langkah berat terdengar mendekat. Pakaian pernikahan merah Yunqin memantulkan cahaya lentera, memperlihatkan sulaman naga emas yang berkilau seperti api. Sosoknya terlihat sempurna dalam balutan gaun itu, tetapi wajahnya yang tegang dan mata yang menyala marah menunjukkan kesan berbanding terbalik.."Di mana Jiali?” Pertanyaan Yunqin bisa langsung ditebak Yuwen. Tentu saja Yunqin melihatnya bersama Jiali..“Dia akan menjadi istriku. Tidak ada salahnya kami saling mengenal.”Kata-kata itu seperti pukulan telak bagi Yunqin. Yunqin sadar tidak ada kekeliruan dalam kalimat yang diucapkan Yuwen. “Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!”Yuwen menatapnya.. "Yang Mulia, kembalilah ke aula utama. Semua tamu sedang menunggumu. Kau tidak s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 05. Bayang-bayang Kekaisaran.

    "Angkat tanganmu! Lebih tinggi lagi!"Suara keras Dunrui memecah keheningan aula keluarga Han. Padahal pria tua itu terkenal akan pribadinya yang tenang dan bijaksana. Namun, apa yang terjadi kemarin telah mengubah air tenang menjadi badai.Xiumei, pelayan setia yang tak pernah meninggalkan sisi Jiali, tersungkur berlutut, menangis tersedu-sedu. Tangan mungilnya menggenggam ujung gaun sutra Han Dunrui dengan putus asa."Hamba mohon, Tuan! Jangan hukum Nona seperti ini. Semalaman Nona sudah berlutut tanpa makan ataupun minum. Nona hanya—""Tutup mulutmu, Xiumei!" bentak Dunrui, matanya menyala penuh amarah. Tubuhnya gemetaran karena ledakan emosi. "Dia tidak akan lolos begitu saja! Aku sudah bertanya baik-baik padanya, apakah dia mau hadir di upacara pernikahan, tapi apa? Dia malah mengacaukannya!” sentaknya dengan telunjuk teracung-acung ke udara.Jiali menunduk lebih dalam. Lututnya kebas karena terlalu lama berlutut. Bagaimanapun, Ia tidak berniat begitu, tetapi saat ini ayahnya tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 06. Ancaman.

    “Nona, kereta sudah datang,” ucap Xiumei dengan langkah tergesa masuk ke kamar Jiali. Namun, tatapan muram tuannya itu segera membungkam senyum kecil Xiumei. Tanpa banyak berkata, Xiumei mendekati Jiali, membantu gadis itu berdiri.Jiali diam, membiarkan jubah indah disampirkan pada bahunya. Sebuah kipas bulat turut disodorkan kepadanya. Tanpa ekspresi, Jiali menerima kipas itu, lantas menggunakannya untuk menutupi sebagian wajah.“Mari, Nona.”Langkah pertama keluar dari kamar begitu berat. Saat kakinya menyentuh lantai luar, Jiali berhenti, menoleh ke belakang. Pandangannya tampak sayu, hatinya ikut bertanya, Apa ini takdirku? Beginikah akhirnya hidupku?“Nona?”Panggilan Xiumei memecah lamunan. Jiali menarik napas panjang, memaksa dirinya mengangguk pelan lantas melangkah keluar rumah menuju gerbang kediaman keluarga Han. Tepat sebelum menaiki kereta pengantin, ia kembali menoleh ke belakang.Kenangan masa kecil, suara tawa di lorong-lorong rumah, dan kehangatan keluarganya berkele

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 07. Pernikahan Agung.

    Tabuhan genderang menggema di aula utama. Nyala lentera yang digantung di tiap pilar kayu berukir naga, memenuhi istana. Hamparan karpet merah menjulur dari altar besar hingga ke pintu gerbang aula sebagai perlambang jalan keberuntungan bagi pasangan yang akan memulai hidup baru bersama. “Ini hanya formalitas,” bisik Jiali pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan hati yang bergejolak serta membujuk dirinya agar tidak terpukau oleh semua kemegahan, kemeriahan pesta pernikahan. Di ujung karpet, Qing Yuwen berdiri tegak dengan jubah pengantin pria berwarna merah marun. Hiasan tirai mutiara menggantung di mahkotanya menutupi sebagian wajahnya. Tidak hanya wajah, bahkan seluruh tubuhnya terasa tertutup, seolah ia menyembunyikan dirinya dari dunia. Jiali menatapnya dengan hati yang dipenuhi ketidakpastian. Seperti sebuah bayangan, Qing Yuwen hadir tanpa bisa digenggam oleh Jiali. Matanya tidak bisa menembus tirai mutiara yang membatasi mereka.Jiali memicingkan mata, mencoba melihat bag

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 72. Keuntungan Dari Kematian.

    Langit mulai dibalut warna jingga. Cahaya senja memantul di permukaan air. Berkilau indah seperti sutra emas.Jiali melemparkan kerikil ke danau, menimbulkan riak kecil yang perlahan menghilang.“Sudah puas mengerjaiku seharian penuh?”Jiali terkekeh. “Hari ini menyenangkan sekali,” jawabnya. “Kau suka?”Jiali mengangguk-angguk sambil menguap lebar, matanya berair. “Ya, kita harus melakukannya lagi nanti,” jawabnya lagi.Yuwen tersenyum kecil lalu mengusap kepala Jiali dengan lembut. “Ayo pulang. Kau sudah mengantuk.”Jiali menyandarkan kepala di bahu Yuwen lalu memejamkan mata. “Tunggu sebentar lagi,” bisiknya, suaranya mengantuk. “Aku suka ketenangan seperti ini. Berdua saja denganmu.”Mata Yuwen cepat menangkap kilat di ujung danau. Suara desau anak panah melesat cepat. Beruntung Yuwen sigap menarik Jiali kepelukan lantas berguling ke sebelah kiri.Kantuk Jiali lenyap ketika ia melihat anak panah menancap di tanah tempatnya tadi duduk.Yuwen bangkit, memicingkan mata. Meski dari j

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 71. Sehari Tanpa Nama dan Gelar.

    “Mengapa kau masih melotot begitu?”Jiali masih melipat lengan di dada. Enggan menurunkan amarahnya.“Tidak ada yang ayah tutupi. Sungguh,” lanjut Dunrui putus asa.“Aku meragukannya,” sahut Jiali cepat.“Aiya, beberapa waktu lalu, ayah memang bertemu Permaisuri Agung Wei Junsu. Beliau bertanggung jawab atas pengaturan rumah tangga kekaisaran. Ada rencana mengganti semua tirai paviliun di istana. Jadi, ayah diminta membawa contoh kain."Dunrui berhenti sebentar, napasnya sedikit berat. "Kau lupa? Tahun ini, toko Han memang mendapat giliran memasok kebutuhan kain mereka. Pengadaan besar seperti ini biasa terjadi setiap beberapa tahun! Seharusnya kau tahu.”Jiali memutar bola mata, gengsi mengakui kalau samar-samar ia memang ingat tentang itu."Lalu ... bagaimana dengan Tuan Lu Nan?" tanyanya lebih perlahan.Han Dunrui mengangguk pelan. "Ayah bertemu dia secara tidak sengaja di istana, saat hendak menyerahkan contoh kain. Dia bilang sedang mencari rumah baru. Katanya, ayah orang yang te

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 70. Bisik-Bisik di Balik Kemenangan.

    Setelah Yuwen menyerahkan gulungan laporan, ia kembali mundur. Banyak mata memandang dengan berbagai macam emosi. Rasa ingin tahu, kekhawatiran, bahkan kekecewaan tersembunyi.Di sisi kanan Kaisar, Permaisuri Agung Wei Junsu menatap laporan itu sejenak sebelum tersenyum tipis. Ada kecemasan nyata dalam senyuman Junsu. Ia mengatupkan jemari erat-erat di atas lutut, menyembunyikan kegelisahan di balik wajah anggunnya.Sementara itu, dari barisan bawah, adik-adik Yuwen memandang dengan mata bersinar. Lien Hua, si adik perempuan, bahkan nyaris melangkah maju sebelum suaminya menariknya perlahan agar tetap di tempat. Qiaofeng dan Qing An saling bertukar pandang. Kelegaan bahagia tercetak jelas di wajah mereka.Sun Li Wei, yang berdiri tak jauh dari situ, menggenggam lengan bajunya erat. Matanya berkilat saat melihat Jiali berdiri tegak di sisi Yuwen. Diam-diam ia melirik ke arah sang suami. Qing Yunqin yang menatap Jiali tanpa berkedip. Posisinya kembali dalam masalah, bahkan lebih buruk d

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 69. Aku Ingin Kau Menyukaiku.

    “Benarkah?”Jiali mengangguk lantas memasukkan kembali kue bulan ke dalam mulut, tidak peduli ia sudah menghabiskan lebih dari lima potong kue.“Ya. Mana mungkin aku berbohong.”“Nyonya, kenapa cincin itu bisa ada di tangan orang lain?”“Aku tidak tahu, mungkin wanita itu membelinya dari orang yang merampokku. Sungguh mengerikan. Hanya karena aku memakai pakaian pelayan, aku dicap hina. Menyebalkan. Aku dijual ke rumah pelacuran.” Jiali menghabiskan air teh dalam satu tegukan lalu kembali menatap Xiumei. “Aku tidak menceritakan bagian itu pada ayah.”Mata Xiumei membulat. “Rumah pelacuran?“Ya, negara Zijian berhutang budi pada Yuwen karena dia membakar tempat terkutuk itu. Kami berlari ke hutan, dikejar dan Yuwen terkena panah. Kami terpojok hingga ke tebing. Aku menarik tangan Yuwen memaksanya terjun ke laut.”“Tapi, Nyonya tidak bisa berenang. Kenapa Nyonya melakukan itu?”Jiali urung meraih kue lantas menatap Xiumei. “Aku tidak ingin Yuwen celaka. Penjaga yang mengejar kami terlal

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 68. Rindu Yang Terbayar.

    Langkah Yuwen mantap berjalan memasuki aula pemakaman. Ia mendekati altar dengan dua peti mati yang entah milik siapa. Yuwen menghela napas panjang. Tangannya meraih plakat yang dengan ukiran namanya sendiri, menaruhnya kembali lalu menatap ke sekeliling aula.“Mereka benar-benar melakukan penghormatan terakhir dengan baik,” cicitnya.Tiba-tiba, suara langkah tergesa-gesa terdengar di luar aula. Yunqin muncul di ambang pintu, wajahnya penuh kecemasan. Ia sempat terdiam beberapa saat ketika Yuwen berbalik dan balas menatapnya.Yunqin mendekati Yuwen, tanpa basa-basi, ia bertanya dengan nada terburu-buru, "Bagaimana keadaan Jiali?" Yuwen diam. “Bagaimana keadaan Jiali?” ulangnya dengan nada naik.“Mengapa Yang Mulia harus tahu kondisi istriku?"Yunqin terdiam sejenak. Ia lupa kalau adik tirinya tidak mungkin menjawab sesuai keinginan hatinya. Ia menatap Yuwen berusaha menahan emosi yang mulai naik ke permukaan. "Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja.”“Yang Mulia di sini?” tany

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 67. Penebusan.

    “Yu Yong, katakanlah sesuatu,” mohon Kasim Hong Li pelan, nyaris tenggelam dalam bau lembab dinding batu dan jeruji berkarat. Kasim Hong Li menarik napas. Tidak menyangka kalau Yu Yong sama keras kepala seperti majikannya. Ia membungkuk di depan sel sempit itu, menatap pemuda kurus yang duduk diam dengan tangan terikat, wajahnya kusam dan luka-luka menghitam. Yu Yong tidak bergerak. Matanya kosong, mengarah ke lantai tanah yang becek. Ia seolah tidak mendengar, atau memilih untuk tidak mendengar. Untuk apa ia bicara? Semuanya telah selesai ketika Xiumei mengatakan kalau cincin itu adalah milik Han Jiali. Tidak ada yang perlu dijelaskan. Ia bersalah karena gagal menjaga majikannya dan mati adalah hukuman setimpal. Kasim Hong Li menelan ludah. “Kau tahu ini bukan hanya tentang dirimu. Jika kau masih seperti ini, aku tidak bisa membantumu. Kapten Gu tolonglah—” Langkah sepatu keras memotong kalimatnya. Dari ujung lorong penjara, iring-iringan langkah terdengar makin dekat. Arom

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 66. Jeritan di Balik Dupa.

    “Aku tidak percaya!Jeritan Yunqin menggema ke penjuru ruangan. Sejak pagi ia berdiri di tengah kamar. Menolak untuk mengenakan pakaian duka yang telah dipersiapkan.Di hadapannya seorang kasim muda membawa baki berisi pakaian duka. Ia menunduk dalam-dalam, bersiap mendengar amarah karena Yunqin harus berangkat ke upacara pemakaman.“Yang Mulia, upacara pemakaman akan segera dimulai. Pelayan pribadi Nyonya Han sendiri yang memastikan identitasnya dan—”“Diam!”Yunqin mengangkat tangan, hendak memukul, tetapi tangannya menggantung di udara, lalu jatuh perlahan ke sisi tubuhnya. Matanya menerawang jauh, seolah coba menyangkal kenyataan yang sejak kemarin dijelaskan padanya. “Yang Mulia, Yang Mulia Kaisar Tao sudah menunggu,” bujuknya lagi “Aku tidak peduli!”Yang Mulia.”“Apa kau sudah dengar siapa yang bertanggung jawab atas segala?”“Semua sedang dalam penyelidikan.”Yunqin diam lanta tiba-tiba wajahnya berubah tegang. “Kau mengatakan kalau Jiali ditemukan di dekat Zijian, bukan? Se

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 65. Bayangan Dukacita.

    Pagi ini, langit di atas istana berwarna kelabu. Awan-awan tebal menggantung rendah, seolah turut berkabung atas kepergian putra istana. Gerbang utama istana telah terbuka lebar, menanti rombongan tandu yang membawa jasad Pangeran Kedua dan istrinya.Di sepanjang pelataran, para pelayan dan pejabat berbaris dalam keheningan. Jubah mereka berwarna biru gelap, rambut disanggul rapi, dan kepala tertunduk rendah. Sedangkan di depan gerbang, rakyat bersimpuh dengan penuh air mata.Bendera-bendera kekaisaran dikibarkan setengah tiang. Tidak ada suara selain desau angin yang merayap pelan di sela pilar-pilar batu.Tandu berhias ukiran naga dan burung fenghuang tiba di depan aula persembahan leluhur. Kain putih dan ungu yang melambai di sekelilingnya menjadi pertanda bahwa orang yang wafat bukan rakyat biasa, melainkan darah kekaisaran.Kaisar tidak keluar menyambut. Ini bukan bagian dari aturan, tetapi Selir Agung Shu Qiongshing akan menyambut ditemani kedua putrinya—Qinh Lien Hua dan Qing Q

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 64. Aroma Kematian.

    Aroma asin laut tercampur amis darah busuk membuat para pelayan di belakangnya menutup hidung dengan lengan baju, tetapi Hong Li mengabaikan semuanya. Langkah Kasim Hong Li terhenti ketika pandangannya menangkap dua kain lusuh yang menutupi tubuh di atas tandu kayu. Ia berusaha keras untuk tegar walau sekujur tubuhnya gemetaran.Tidak kuat berlama-lama membayangkan yang ada di hadapannya adalah Yuwen, Kasim Hong Li berjalan mundur beberapa langkah hingga kemudian pandangannya beralih pada Yu Yong yang terlihat duduk di atas hamparan pasir bercampur kerikil pantai.“Kapten Yu,” panggil Kasim Hong Li.Yu Yong menoleh, tetapi masih tidak mau beranjak dari tempatnya duduk.“Apa yang terjadi? Itu … bukan mereka, kan?” tanya Kasim Hong LiYu Yong menundukkan kepala, tak menjawab.Kasim Hong Li berjongkok. Berkali ia mengguncang bahu Yu Yong “Katakan padaku, ini bukan Yang Mulia Pangeran Kedua dan Nyonya Han! Kalian … masih mencari mereka di tempat lain, bukan?”Suara tangis Yu Yong bercam

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status