Beranda / Romansa / Kembalinya Sang Pangeran / Bab 66. Jeritan di Balik Dupa.

Share

Bab 66. Jeritan di Balik Dupa.

Penulis: Ine Time
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-24 22:23:03

“Aku tidak percaya!

Jeritan Yunqin menggema ke penjuru ruangan. Sejak pagi ia berdiri di tengah kamar. Menolak untuk mengenakan pakaian duka yang telah dipersiapkan.

Di hadapannya seorang kasim muda membawa baki berisi pakaian duka. Ia menunduk dalam-dalam, bersiap mendengar amarah karena Yunqin harus berangkat ke upacara pemakaman.

“Yang Mulia, upacara pemakaman akan segera dimulai. Pelayan pribadi Nyonya Han sendiri yang memastikan identitasnya dan—”

“Diam!”

Yunqin mengangkat tangan, hendak memukul, tetapi tangannya menggantung di udara, lalu jatuh perlahan ke sisi tubuhnya. Matanya menerawang jauh, seolah coba menyangkal kenyataan yang sejak kemarin dijelaskan padanya.

“Yang Mulia, Yang Mulia Kaisar Tao sudah menunggu,” bujuknya lagi

“Aku tidak peduli!”

Yang Mulia.”

“Apa kau sudah dengar siapa yang bertanggung jawab atas segala?”

“Semua sedang dalam penyelidikan.”

Yunqin diam lanta tiba-tiba wajahnya berubah tegang. “Kau mengatakan kalau Jiali ditemukan di dekat Zijian, bukan? Se
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 67. Penebusan.

    “Yu Yong, katakanlah sesuatu,” mohon Kasim Hong Li pelan, nyaris tenggelam dalam bau lembab dinding batu dan jeruji berkarat. Kasim Hong Li menarik napas. Tidak menyangka kalau Yu Yong sama keras kepala seperti majikannya. Ia membungkuk di depan sel sempit itu, menatap pemuda kurus yang duduk diam dengan tangan terikat, wajahnya kusam dan luka-luka menghitam. Yu Yong tidak bergerak. Matanya kosong, mengarah ke lantai tanah yang becek. Ia seolah tidak mendengar, atau memilih untuk tidak mendengar. Untuk apa ia bicara? Semuanya telah selesai ketika Xiumei mengatakan kalau cincin itu adalah milik Han Jiali. Tidak ada yang perlu dijelaskan. Ia bersalah karena gagal menjaga majikannya dan mati adalah hukuman setimpal. Kasim Hong Li menelan ludah. “Kau tahu ini bukan hanya tentang dirimu. Jika kau masih seperti ini, aku tidak bisa membantumu. Kapten Gu tolonglah—” Langkah sepatu keras memotong kalimatnya. Dari ujung lorong penjara, iring-iringan langkah terdengar makin dekat. Arom

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 68. Rindu Yang Terbayar.

    Langkah Yuwen mantap berjalan memasuki aula pemakaman. Ia mendekati altar dengan dua peti mati yang entah milik siapa. Yuwen menghela napas panjang. Tangannya meraih plakat yang dengan ukiran namanya sendiri, menaruhnya kembali lalu menatap ke sekeliling aula.“Mereka benar-benar melakukan penghormatan terakhir dengan baik,” cicitnya.Tiba-tiba, suara langkah tergesa-gesa terdengar di luar aula. Yunqin muncul di ambang pintu, wajahnya penuh kecemasan. Ia sempat terdiam beberapa saat ketika Yuwen berbalik dan balas menatapnya.Yunqin mendekati Yuwen, tanpa basa-basi, ia bertanya dengan nada terburu-buru, "Bagaimana keadaan Jiali?" Yuwen diam. “Bagaimana keadaan Jiali?” ulangnya dengan nada naik.“Mengapa Yang Mulia harus tahu kondisi istriku?"Yunqin terdiam sejenak. Ia lupa kalau adik tirinya tidak mungkin menjawab sesuai keinginan hatinya. Ia menatap Yuwen berusaha menahan emosi yang mulai naik ke permukaan. "Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja.”“Yang Mulia di sini?” tany

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 69. Aku Ingin Kau Menyukaiku.

    “Benarkah?”Jiali mengangguk lantas memasukkan kembali kue bulan ke dalam mulut, tidak peduli ia sudah menghabiskan lebih dari lima potong kue.“Ya. Mana mungkin aku berbohong.”“Nyonya, kenapa cincin itu bisa ada di tangan orang lain?”“Aku tidak tahu, mungkin wanita itu membelinya dari orang yang merampokku. Sungguh mengerikan. Hanya karena aku memakai pakaian pelayan, aku dicap hina. Menyebalkan. Aku dijual ke rumah pelacuran.” Jiali menghabiskan air teh dalam satu tegukan lalu kembali menatap Xiumei. “Aku tidak menceritakan bagian itu pada ayah.”Mata Xiumei membulat. “Rumah pelacuran?“Ya, negara Zijian berhutang budi pada Yuwen karena dia membakar tempat terkutuk itu. Kami berlari ke hutan, dikejar dan Yuwen terkena panah. Kami terpojok hingga ke tebing. Aku menarik tangan Yuwen memaksanya terjun ke laut.”“Tapi, Nyonya tidak bisa berenang. Kenapa Nyonya melakukan itu?”Jiali urung meraih kue lantas menatap Xiumei. “Aku tidak ingin Yuwen celaka. Penjaga yang mengejar kami terlal

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 70. Bisik-Bisik di Balik Kemenangan.

    Setelah Yuwen menyerahkan gulungan laporan, ia kembali mundur. Banyak mata memandang dengan berbagai macam emosi. Rasa ingin tahu, kekhawatiran, bahkan kekecewaan tersembunyi.Di sisi kanan Kaisar, Permaisuri Agung Wei Junsu menatap laporan itu sejenak sebelum tersenyum tipis. Ada kecemasan nyata dalam senyuman Junsu. Ia mengatupkan jemari erat-erat di atas lutut, menyembunyikan kegelisahan di balik wajah anggunnya.Sementara itu, dari barisan bawah, adik-adik Yuwen memandang dengan mata bersinar. Lien Hua, si adik perempuan, bahkan nyaris melangkah maju sebelum suaminya menariknya perlahan agar tetap di tempat. Qiaofeng dan Qing An saling bertukar pandang. Kelegaan bahagia tercetak jelas di wajah mereka.Sun Li Wei, yang berdiri tak jauh dari situ, menggenggam lengan bajunya erat. Matanya berkilat saat melihat Jiali berdiri tegak di sisi Yuwen. Diam-diam ia melirik ke arah sang suami. Qing Yunqin yang menatap Jiali tanpa berkedip. Posisinya kembali dalam masalah, bahkan lebih buruk d

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 01. Ketika Fajar Menyingsing.

    Perkemahan telah kosong. Sisa asap tipis dari arang membumbung malas—naik ke langit fajar. Qing Yuwen berdiri diam, tatapannya terkunci pada tenda-tenda kosong. Ia tidak bergerak, tidak berbicara. Hanya berdiri di tengah keheningan yang lebih menusuk daripada ribuan teriakan perang. Di tiap detik yang berlalu menggores harga dirinya.Gu Yu Yong bergerak gelisah. Prajurit yang biasanya selalu tenang, kini seperti terperangkap di antara tugasnya yang harus menjelaskan situasi atau berusaha memadamkan amarah yang sedang memuncak dari tuannya. Ia coba membaca air wajah Yuwen, berharap mendapat petunjuk sekecil apapun tentang apa yang harus diucapkan.“Yang Mulia ….” Yu Yong akhirnya memecah keheningan, suaranya serak, penuh keragu-raguan. “Mungkin ini sebuah—”“Pengkhianatan. Jebakan yang sudah dipersiapkan untukku,” potong Yuwen, suaranya rendah, tetapi tajam, seperti pedang yang baru diasah. “Tidak ada dugaan lain.”Yu Yong terdiam. Tidak ada tanggapan yang bisa ia berikan karena tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 02. Bunga di Tengah Angin.

    "Kukira kau akan tetap bersembunyi di bawah bayang-bayang tugas, Adikku," ucap Yunqin dengan nada penuh sindiran. Yuwen menoleh dan tatapannya disambut senyum Yunqin. "Kehadiranmu di sini membuatku berpikir, apa rencana selanjutnya yang sudah ibuku untuk kita karena aku tahu kau tidak akan diberi tempat memainkan peran penting di istana ini." Yuwen tidak langsung menjawab. Ia menatap Yunqin sejenak, membaca bahasa tubuh kakaknya. "Meski begitu, sepertinya ayah kita berencana memberikan aku peran lagi. Kakak tenang saja, kali ini aku akan bermain dengan cara lebih menyenangkan," jawab Yuwen dingin. Yunqin tertawa kecil, tetapi matanya tidak menunjukkan tanda-tanda kegembiraan. "Bagus. Kalau begitu, kau hanya perlu melakukan apa yang diperintahkan kekaisaran." "Apa Kakak yakin kekaisaran ingin memerintahkan ke mana leherku bergerak?” Mata Yuwen turun memperhatikan pakaian megah pernikahan Yunqin. “Dari pakaianmu, aku rasa rencanamu tidak sesuai dengan perintah kekaisaran. Selamat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 03. Si Iblis Buruk Rupa

    Mendengar namanya dipanggil, Yuwen menghampiri dengan penasaran. Ia menurunkan ujung pedang penjaga dengan telunjuknya lantas menatap wanita yang berada di hadapan penjaga.Penjaga tampak terkejut lantas membuka diri, membiarkan Yuwen maju. Wanita itu terkejut, mundur selangkah, mata lekat menatap Yuwen."Katakan, untuk apa seorang pelayan sepertimu mencari Pangeran Kedua?" ulangnya.Jiali terdiam sesaat, warna merah menyebar di wajahnya yang tersembunyi dibalik cadar. "P-pelayan? Aku?" Jiali mundur, seolah kata-kata itu adalah cambuk yang menyentuh kulitnya. "Kamu memanggilku pelayan?"Cepat Jiali menganalisa penampilan lawan bicaranya. Sepatunya hitam tinggi sampai betis dengan sol tebal dan plakat besi di bagian depan. Pakaiannya tampak mahal. Jiali tahu kualitas kain yang dikenakannya sangat tinggi. Motif naga terukir di lengan. Ornamen di tengah ikat kepalanya bukan besi biasa, melainkan lempengan dengan ukiran burung Phoenix di bagian depan.Wajahnya simetris, dengan rahang tega

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 04. Darah di Atas Amarah.

    Yuwen menyesal karena tidak langsung meninggalkan istana. Seharusnya ia pergi saja bersama Jiali melalui pintu rahasia lalu mencari penginapan. Di ujung Koridor yang diterangi lentera merah menyala, Yunqin berdiam, tampak memang sedang menunggu Yuwen. Langkah-langkah berat terdengar mendekat. Pakaian pernikahan merah Yunqin memantulkan cahaya lentera, memperlihatkan sulaman naga emas yang berkilau seperti api. Sosoknya terlihat sempurna dalam balutan gaun itu, tetapi wajahnya yang tegang dan mata yang menyala marah menunjukkan kesan berbanding terbalik.."Di mana Jiali?” Pertanyaan Yunqin bisa langsung ditebak Yuwen. Tentu saja Yunqin melihatnya bersama Jiali..“Dia akan menjadi istriku. Tidak ada salahnya kami saling mengenal.”Kata-kata itu seperti pukulan telak bagi Yunqin. Yunqin sadar tidak ada kekeliruan dalam kalimat yang diucapkan Yuwen. “Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!”Yuwen menatapnya.. "Yang Mulia, kembalilah ke aula utama. Semua tamu sedang menunggumu. Kau tidak s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 70. Bisik-Bisik di Balik Kemenangan.

    Setelah Yuwen menyerahkan gulungan laporan, ia kembali mundur. Banyak mata memandang dengan berbagai macam emosi. Rasa ingin tahu, kekhawatiran, bahkan kekecewaan tersembunyi.Di sisi kanan Kaisar, Permaisuri Agung Wei Junsu menatap laporan itu sejenak sebelum tersenyum tipis. Ada kecemasan nyata dalam senyuman Junsu. Ia mengatupkan jemari erat-erat di atas lutut, menyembunyikan kegelisahan di balik wajah anggunnya.Sementara itu, dari barisan bawah, adik-adik Yuwen memandang dengan mata bersinar. Lien Hua, si adik perempuan, bahkan nyaris melangkah maju sebelum suaminya menariknya perlahan agar tetap di tempat. Qiaofeng dan Qing An saling bertukar pandang. Kelegaan bahagia tercetak jelas di wajah mereka.Sun Li Wei, yang berdiri tak jauh dari situ, menggenggam lengan bajunya erat. Matanya berkilat saat melihat Jiali berdiri tegak di sisi Yuwen. Diam-diam ia melirik ke arah sang suami. Qing Yunqin yang menatap Jiali tanpa berkedip. Posisinya kembali dalam masalah, bahkan lebih buruk d

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 69. Aku Ingin Kau Menyukaiku.

    “Benarkah?”Jiali mengangguk lantas memasukkan kembali kue bulan ke dalam mulut, tidak peduli ia sudah menghabiskan lebih dari lima potong kue.“Ya. Mana mungkin aku berbohong.”“Nyonya, kenapa cincin itu bisa ada di tangan orang lain?”“Aku tidak tahu, mungkin wanita itu membelinya dari orang yang merampokku. Sungguh mengerikan. Hanya karena aku memakai pakaian pelayan, aku dicap hina. Menyebalkan. Aku dijual ke rumah pelacuran.” Jiali menghabiskan air teh dalam satu tegukan lalu kembali menatap Xiumei. “Aku tidak menceritakan bagian itu pada ayah.”Mata Xiumei membulat. “Rumah pelacuran?“Ya, negara Zijian berhutang budi pada Yuwen karena dia membakar tempat terkutuk itu. Kami berlari ke hutan, dikejar dan Yuwen terkena panah. Kami terpojok hingga ke tebing. Aku menarik tangan Yuwen memaksanya terjun ke laut.”“Tapi, Nyonya tidak bisa berenang. Kenapa Nyonya melakukan itu?”Jiali urung meraih kue lantas menatap Xiumei. “Aku tidak ingin Yuwen celaka. Penjaga yang mengejar kami terlal

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 68. Rindu Yang Terbayar.

    Langkah Yuwen mantap berjalan memasuki aula pemakaman. Ia mendekati altar dengan dua peti mati yang entah milik siapa. Yuwen menghela napas panjang. Tangannya meraih plakat yang dengan ukiran namanya sendiri, menaruhnya kembali lalu menatap ke sekeliling aula.“Mereka benar-benar melakukan penghormatan terakhir dengan baik,” cicitnya.Tiba-tiba, suara langkah tergesa-gesa terdengar di luar aula. Yunqin muncul di ambang pintu, wajahnya penuh kecemasan. Ia sempat terdiam beberapa saat ketika Yuwen berbalik dan balas menatapnya.Yunqin mendekati Yuwen, tanpa basa-basi, ia bertanya dengan nada terburu-buru, "Bagaimana keadaan Jiali?" Yuwen diam. “Bagaimana keadaan Jiali?” ulangnya dengan nada naik.“Mengapa Yang Mulia harus tahu kondisi istriku?"Yunqin terdiam sejenak. Ia lupa kalau adik tirinya tidak mungkin menjawab sesuai keinginan hatinya. Ia menatap Yuwen berusaha menahan emosi yang mulai naik ke permukaan. "Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja.”“Yang Mulia di sini?” tany

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 67. Penebusan.

    “Yu Yong, katakanlah sesuatu,” mohon Kasim Hong Li pelan, nyaris tenggelam dalam bau lembab dinding batu dan jeruji berkarat. Kasim Hong Li menarik napas. Tidak menyangka kalau Yu Yong sama keras kepala seperti majikannya. Ia membungkuk di depan sel sempit itu, menatap pemuda kurus yang duduk diam dengan tangan terikat, wajahnya kusam dan luka-luka menghitam. Yu Yong tidak bergerak. Matanya kosong, mengarah ke lantai tanah yang becek. Ia seolah tidak mendengar, atau memilih untuk tidak mendengar. Untuk apa ia bicara? Semuanya telah selesai ketika Xiumei mengatakan kalau cincin itu adalah milik Han Jiali. Tidak ada yang perlu dijelaskan. Ia bersalah karena gagal menjaga majikannya dan mati adalah hukuman setimpal. Kasim Hong Li menelan ludah. “Kau tahu ini bukan hanya tentang dirimu. Jika kau masih seperti ini, aku tidak bisa membantumu. Kapten Gu tolonglah—” Langkah sepatu keras memotong kalimatnya. Dari ujung lorong penjara, iring-iringan langkah terdengar makin dekat. Arom

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 66. Jeritan di Balik Dupa.

    “Aku tidak percaya!Jeritan Yunqin menggema ke penjuru ruangan. Sejak pagi ia berdiri di tengah kamar. Menolak untuk mengenakan pakaian duka yang telah dipersiapkan.Di hadapannya seorang kasim muda membawa baki berisi pakaian duka. Ia menunduk dalam-dalam, bersiap mendengar amarah karena Yunqin harus berangkat ke upacara pemakaman.“Yang Mulia, upacara pemakaman akan segera dimulai. Pelayan pribadi Nyonya Han sendiri yang memastikan identitasnya dan—”“Diam!”Yunqin mengangkat tangan, hendak memukul, tetapi tangannya menggantung di udara, lalu jatuh perlahan ke sisi tubuhnya. Matanya menerawang jauh, seolah coba menyangkal kenyataan yang sejak kemarin dijelaskan padanya. “Yang Mulia, Yang Mulia Kaisar Tao sudah menunggu,” bujuknya lagi “Aku tidak peduli!”Yang Mulia.”“Apa kau sudah dengar siapa yang bertanggung jawab atas segala?”“Semua sedang dalam penyelidikan.”Yunqin diam lanta tiba-tiba wajahnya berubah tegang. “Kau mengatakan kalau Jiali ditemukan di dekat Zijian, bukan? Se

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 65. Bayangan Dukacita.

    Pagi ini, langit di atas istana berwarna kelabu. Awan-awan tebal menggantung rendah, seolah turut berkabung atas kepergian putra istana. Gerbang utama istana telah terbuka lebar, menanti rombongan tandu yang membawa jasad Pangeran Kedua dan istrinya.Di sepanjang pelataran, para pelayan dan pejabat berbaris dalam keheningan. Jubah mereka berwarna biru gelap, rambut disanggul rapi, dan kepala tertunduk rendah. Sedangkan di depan gerbang, rakyat bersimpuh dengan penuh air mata.Bendera-bendera kekaisaran dikibarkan setengah tiang. Tidak ada suara selain desau angin yang merayap pelan di sela pilar-pilar batu.Tandu berhias ukiran naga dan burung fenghuang tiba di depan aula persembahan leluhur. Kain putih dan ungu yang melambai di sekelilingnya menjadi pertanda bahwa orang yang wafat bukan rakyat biasa, melainkan darah kekaisaran.Kaisar tidak keluar menyambut. Ini bukan bagian dari aturan, tetapi Selir Agung Shu Qiongshing akan menyambut ditemani kedua putrinya—Qinh Lien Hua dan Qing Q

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 64. Aroma Kematian.

    Aroma asin laut tercampur amis darah busuk membuat para pelayan di belakangnya menutup hidung dengan lengan baju, tetapi Hong Li mengabaikan semuanya. Langkah Kasim Hong Li terhenti ketika pandangannya menangkap dua kain lusuh yang menutupi tubuh di atas tandu kayu. Ia berusaha keras untuk tegar walau sekujur tubuhnya gemetaran.Tidak kuat berlama-lama membayangkan yang ada di hadapannya adalah Yuwen, Kasim Hong Li berjalan mundur beberapa langkah hingga kemudian pandangannya beralih pada Yu Yong yang terlihat duduk di atas hamparan pasir bercampur kerikil pantai.“Kapten Yu,” panggil Kasim Hong Li.Yu Yong menoleh, tetapi masih tidak mau beranjak dari tempatnya duduk.“Apa yang terjadi? Itu … bukan mereka, kan?” tanya Kasim Hong LiYu Yong menundukkan kepala, tak menjawab.Kasim Hong Li berjongkok. Berkali ia mengguncang bahu Yu Yong “Katakan padaku, ini bukan Yang Mulia Pangeran Kedua dan Nyonya Han! Kalian … masih mencari mereka di tempat lain, bukan?”Suara tangis Yu Yong bercam

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 63. Ketika Langit Tidak Lagi Menjawab.

    Bab 63. Ketika Langit Tidak Lagi Menjawab.Yu Yong menatap surat tanpa segel resmi di tangannya, keningnya mengerut tajam. Tulisan tangan kasim Hong Li terpampang jelas. Ia mengenalinya dalam satu kali pandangan. Surat ini membawa lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. “Apakah sekarang Tuan akan melapor ke ibu kota kalau Yang Mulia dan Nyonya hilang?” Suara Xiumei memecah hening malam. Gadis itu telah berdiri di ambang pintu, matanya mengamati wajah Yu Yong dengan kegelisahan yang serupa dengan Yu Yong.Yu Yong tidak langsung menjawab. Ia melipat surat itu perlahan, lalu memandang Xiumei. “Kau tahu betul, Xiumei. Ada banyak hal yang harus dipastikan sebelum melaporkan hal ini ke istana. Yang Mulia pasti tidak ingin membuat keributan yang tidak perlu.”“Tapi ini sudah terlalu lama, Tuan,” balas Xiumei, suaranya mulai meninggi. “aku takut kita terlambat. Tuan, mohon pertimbangan,” bujuknya lagi putus asa.Yu Yong menatap nyala lentera sejenak sebelum akhirnya berani menatap Xiumei.

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 62. Percakapan Sesunyi Malam.

    “Aku menunggumu di kamar, tapi tidak juga datang,” protes Qianyi menerobos masuk setelah seorang prajurit keluar dari Shufang Zeming.Zeming bangkit, berjalanenghampirinosgrinya lantas meraih tangan lembut yang sangat indah menurutnya. “Tidurlah lebih awal. Malam ini aku akan terlambat.”“Lagi?”Zeming tersenyum, tetapi tentunya senyumannya disambut kegelisahan Qianyi. “Aku berjanji segera menyelesaikan masalah ini. Laporan dari prajurit ... membuatku tidak tenang.”“Apa ada masalah lain?”“Seorang prajurit dari rombongan kekaisaran, pergi ke Hangzi setelah menerima sesuatu dari Kasim Hong Li.”“Menerima sesuatu?”Zeming mengangguk. “Sepertinya Kasim Hong Li meminta prajurit itu mengirimkan sepucuk surat. Ada yang aneh, tapi aku yakin sepertinya Kasim Hong Li mencurigai sesuatu.”“Apa mungkin berkaitan dengan pangeran kedua dari Anming?”Sekali lagi Zeming mengangguk. “Beberapa hari lalu aku membawa Kasim Hong Li ke pasar. Di sana dia tertarik pada sebuah kuda. Aku membayar kuda itu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status