Beranda / Romansa / Kembalinya Sang Pangeran / Bab 04. Darah di Atas Amarah.

Share

Bab 04. Darah di Atas Amarah.

Penulis: Ine Time
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 15:38:29

Yuwen menyesal karena tidak langsung meninggalkan istana. Seharusnya ia pergi saja bersama Jiali melalui pintu rahasia lalu mencari penginapan. Di ujung Koridor yang diterangi lentera merah menyala, Yunqin berdiam, tampak memang sedang menunggu Yuwen. 

Langkah-langkah berat terdengar mendekat. Pakaian pernikahan merah Yunqin memantulkan cahaya lentera, memperlihatkan sulaman naga emas yang berkilau seperti api. Sosoknya terlihat sempurna dalam balutan gaun itu, tetapi wajahnya yang tegang dan mata yang menyala marah menunjukkan kesan berbanding terbalik..

"Di mana Jiali?” Pertanyaan Yunqin bisa langsung ditebak Yuwen. Tentu saja Yunqin melihatnya bersama Jiali..

“Dia akan menjadi istriku. Tidak ada salahnya kami saling mengenal.”

Kata-kata itu seperti pukulan telak bagi Yunqin. Yunqin sadar tidak ada kekeliruan dalam kalimat yang diucapkan Yuwen. “Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!”

Yuwen menatapnya.. "Yang Mulia, kembalilah ke aula utama. Semua tamu sedang menunggumu. Kau tidak seharusnya berada di sini."

"Kembali?" Yungin mendengus. "Kau tahu aku tidak menginginkan pernikahan ini terjadi! Seharusnya Jiali yang menjadi istriku!” sentak Yunqin.

Ketegangan di antara mereka persis seperti senar yang ditarik terlalu keras sampai terdengar langkah anggun mendekat. Junsu muncul dari balik pilar dengan gaun berhiaskan permata berkilauan. Wajahnya dingin, tatapannya tajam. menyapu mereka semua.

"Yang Mulia Pangeran Mahkota.”

Yunqin melirik ibunya. Panggilan tegas itu berniat mengingatkan Yunqin akan statusnya, akan rencananya. Yunqin berusaha mengalihkan pandangannya dari Junsu.

“Pangeran Mahkota, apa yang sedang kau lakukan? Ritual masih berlangsung, tamu-tamu menunggu, dan kau berada di sini?” lanjut Junsu mengalihkan pandangan pada Yuwen seolah berkata Yuwenlah yang bersalah mengacaukan segalanya.

Mau tak mau Yunqin berbalik, menghadapi ibunya. "Sebaiknya hamba menyelesaikan masalah ini!”

Pandangan Junsu menajam. “Sebaiknya Yang Mulia Pangeran Mahkota kembali ke aula utama.” Pandangannya beralih pada Yuwen. “Aku rasa Pangeran Kedua masih belum berganti pakaian. Apa … kau tidak mau mendatangi pernikahan kakakmu?”

"Bukankah yang diizinkan masuk hanyalah tamu yang memiliki plakat emas atau anggota keluarga kerajaan? Apakah menurut Yang Mulia Permaisuri, hamba termasuk ke dalam salah satu kategori itu?” 

Junsu coba menarik senyum. Pertanyaan Yuwen menyentil dirinya. Tanpa menoleh ke Yunqin, Junsu kembali berkata, “Yunqin’er, jangan memulai konflik, kembalilah ke aula!”

Yunqin diam. Amarahnya terlalu membara untuk bisa dipadamkan oleh ancaman terselubung Junsu. Ia malah melangkah maju, mendekati Yuwen.

"Kau pikir aku akan melepaskan ini?" 

Dengan gerakan cepat, Yungin menarik pedang dari pinggang Yuwen. Yuwen tersentak, mundur beberapa langkah. Seluruh tubuhnya bersiap menerima serangan yang mungkin dilayangkan Yunqin.

“Hentikan!!" Suara berat Kaisar Tao bergema dari ujung koridor. Sang Kaisar melangkah cepat, diikuti beberapa pejabat tinggi dan tamu undangan yang terlihat bingung dan takut.

Yunqin tidak peduli. Ia mengarahkan pedang itu langsung ke dada Yuwen yang diam bagai batu karang di tengah badai.

"Lakukan apa yang ingin Kakak lakukan padaku. Sudah sejak lama Kakak ingin melakukannya bukan? Kita berdua tahu, titah sudah diturunkan. Bagaimanapun Jiali akan menjadi istriku," kata Yuwen datar.

Kata-kata itu menyulut api lebih besar dalam hati Yunqin. Dalam teriakan marah, ia mengayunkan pedang. Yuwen menghindar dengan gerakan cepat, tetapi pedang itu sempat menggores lengan kirinya. Darah segar merembes cepat hingga ke ujung jemari lantas jatuh menetes ke lantai.

Tamu-tamu terbelalak. Kaisar Tao berdiri dengan wajah lebih tegang, tidak tahu harus berbuat apa. Para penjaga bergerak maju, tetapi Junsu mengangkat tangan, menghentikan mereka yang berusaha menjadi perisai Yuwen.

Ujung bibir Yuwen naik, ia melangkah mundur. Melihat ekspresi Yuwen, Yungin menyerang lagi, tetapi kali ini Yuwen menangkap pergelangan tangan Yunqin, memutar tubuhnya dengan cepat. 

Yunqin menjerit, pedang itu jatuh ke lantai, bergema di sepanjang koridor.

“Prajurit! Lindungi Yang Mulia Pangeran Mahkota!” pekik Junsu panik. Bagaimanapun, reputasi Yuwen adalah panglima perang terbaik istana. Ilmu beladiri yang dimilikinya bukan tandingan Yunqin.

Yungin terengah-engah, matanya memerah, tetapi tidak bisa berkata apa-apa. Ia meremas pergelangan tangannya yang dipelintir Yuwen.

Yuwen meraih pedangnya di lantai. Menyeka darahnya di ujung pedang dengan sehelai kain yang ia keluarkan dari sela baju lantas menyarungkannya kembali.

"Sudah cukup," ujar Yuwen datar.

“Prajurit! Tangkap Qing Yuwen!” jerit Junsu memecah keheningan. Kali ini nada bicaranya lebih keras, penuh otoritas.

“Hentikan! Siapapun yang berani menyentuh putraku, Qing Yuwen, akan berhadapan langsung denganku!” marahnya berapi-api. 

Bibir Junsu gemetar, tangannya meremat gagang kipas tanpa peduli akan melukainya sendiri. Ia ingin mengucapkan sesuatu, tetapi nalurinya meminta untuk diam.

Kaisar Tao mendekati Yuwen, menatap luka memanjang di lengan kirinya. “Yuwen'er, kau terluka.” Ia menarik napas dalam-dalam. “Kembalilah ke paviliunmu, tabib akan datang.”

Yuwen membungkuk. “Baik, Yang Mulia,” ucapnya kemudian berlalu pergi.

Tanpa berkata apa-apa lagi Kaisar Tao mengibas jubahnya tepat ketika ia melewati Junsu dan Yunqin sebagai satu pertanda kalau ini adalah masalah serius yang sudah sangat memancing amarahnya.

Junsu menggigit bibir. Pandangannya tak sengaja beradu pandang dengan Han Dunrui yang berdiri di dekat pintu aula. Wajah Han Dunrui tiba-tiba memucat. Lelaki tua itu tahu kalau ia dalam masalah besar.

***

Setelah apa yang telah terjadi, upacara pernikahan terhenti. Yunqin tidak kembali ke aula utama. Meninggalkan mempelai wanita yang menanggung malu. Bahkan Kaisar Tao terpaksa lebih awal meninggalkan jamuan makan.

“Kau mempermalukan Yunqin,” kata Junsu tanpa basa-basi setelah menerobos masuk ke ruang kerja Kaisar Tao.

Kaisar Tao memandang dingin istrinya. “Aku hanya menegaskan apa yang seharusnya aku lakukan sebagai kaisar. Yunqin harus belajar mengendalikan dirinya. Sebagai Pangeran Mahkota, tidak boleh bertindak seperti anak kecil.”

“Yuwen sengaja memancingnya,” balas Junsu, “kau membiarkannya?”

“Yuwen adalah bagian dari keluarga kekaisaran,” jawab Kaisar Tao. “Aku tidak akan membiarkan Yuwen dipermalukan dan disakiti, bahkan oleh putraku sendiri.”

“Yuwen adalah ancaman,” Junsu menegaskan. “selama Yuwen ada, Yunqin tidak akan pernah merasa aman di singgasana.”

“Kau yang membuat segalanya lebih rumit. Yuwen tahu dimana kedudukannya.”

“Pernikahan Han Jiali dengan Yuwen harus dibatalkan! Jiali akan menjadi selir Yunqin!”

Keras Kaisar Tao menggebrak meja. “Hari ini Putri Sun Li Wei sudah dipermalukan. Dia telah menjadi istri dari Qing Yunqin. Kau tahu kekuasaan tak terbatas bila Yunqin bisa menyatukan Zijian dan Anming? Sebaiknya kau mulai menjernihkan kepala Yunqin dan minta dia melupakan Han Jiali!”

“Mengapa harus Han Jiali yang menjadi istri Yuwen? Mengapa? Wanita itu sudah sejak lama dijodohkan dengan Yunqin!”

“Junsu, sebaiknya berhenti memanipulasi semuanya.”

Junsu menggertakkan giginya. Ia tahu bahwa Kaisar Tao tidak akan mudah digoyahkan. Mulai detik ini, semua harus berjalan sesuai rencananya. Semuanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 05. Bayang-bayang Kekaisaran.

    "Angkat tanganmu! Lebih tinggi lagi!"Suara keras Dunrui memecah keheningan aula keluarga Han. Padahal pria tua itu terkenal akan pribadinya yang tenang dan bijaksana. Namun, apa yang terjadi kemarin telah mengubah air tenang menjadi badai.Xiumei, pelayan setia yang tak pernah meninggalkan sisi Jiali, tersungkur berlutut, menangis tersedu-sedu. Tangan mungilnya menggenggam ujung gaun sutra Han Dunrui dengan putus asa."Hamba mohon, Tuan! Jangan hukum Nona seperti ini. Semalaman Nona sudah berlutut tanpa makan ataupun minum. Nona hanya—""Tutup mulutmu, Xiumei!" bentak Dunrui, matanya menyala penuh amarah. Tubuhnya gemetaran karena ledakan emosi. "Dia tidak akan lolos begitu saja! Aku sudah bertanya baik-baik padanya, apakah dia mau hadir di upacara pernikahan, tapi apa? Dia malah mengacaukannya!” sentaknya dengan telunjuk teracung-acung ke udara.Jiali menunduk lebih dalam. Lututnya kebas karena terlalu lama berlutut. Bagaimanapun, Ia tidak berniat begitu, tetapi saat ini ayahnya tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 06. Ancaman.

    “Nona, kereta sudah datang,” ucap Xiumei dengan langkah tergesa masuk ke kamar Jiali. Namun, tatapan muram tuannya itu segera membungkam senyum kecil Xiumei. Tanpa banyak berkata, Xiumei mendekati Jiali, membantu gadis itu berdiri.Jiali diam, membiarkan jubah indah disampirkan pada bahunya. Sebuah kipas bulat turut disodorkan kepadanya. Tanpa ekspresi, Jiali menerima kipas itu, lantas menggunakannya untuk menutupi sebagian wajah.“Mari, Nona.”Langkah pertama keluar dari kamar begitu berat. Saat kakinya menyentuh lantai luar, Jiali berhenti, menoleh ke belakang. Pandangannya tampak sayu, hatinya ikut bertanya, Apa ini takdirku? Beginikah akhirnya hidupku?“Nona?”Panggilan Xiumei memecah lamunan. Jiali menarik napas panjang, memaksa dirinya mengangguk pelan lantas melangkah keluar rumah menuju gerbang kediaman keluarga Han. Tepat sebelum menaiki kereta pengantin, ia kembali menoleh ke belakang.Kenangan masa kecil, suara tawa di lorong-lorong rumah, dan kehangatan keluarganya berkele

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 07. Pernikahan Agung.

    Tabuhan genderang menggema di aula utama. Nyala lentera yang digantung di tiap pilar kayu berukir naga, memenuhi istana. Hamparan karpet merah menjulur dari altar besar hingga ke pintu gerbang aula sebagai perlambang jalan keberuntungan bagi pasangan yang akan memulai hidup baru bersama. “Ini hanya formalitas,” bisik Jiali pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan hati yang bergejolak serta membujuk dirinya agar tidak terpukau oleh semua kemegahan, kemeriahan pesta pernikahan. Di ujung karpet, Qing Yuwen berdiri tegak dengan jubah pengantin pria berwarna merah marun. Hiasan tirai mutiara menggantung di mahkotanya menutupi sebagian wajahnya. Tidak hanya wajah, bahkan seluruh tubuhnya terasa tertutup, seolah ia menyembunyikan dirinya dari dunia. Jiali menatapnya dengan hati yang dipenuhi ketidakpastian. Seperti sebuah bayangan, Qing Yuwen hadir tanpa bisa digenggam oleh Jiali. Matanya tidak bisa menembus tirai mutiara yang membatasi mereka.Jiali memicingkan mata, mencoba melihat bag

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 08. Ambang Maut.

    Hembusan angin membawa aroma lembut bunga plum sekaligus satu kenangan yang terkubur jauh di sudut hati Jiali. Bayang akan dahan-dahan penuh dengan bunga putih mengalir ke dalam pikirannya. Di detik itu seakan-akan ia kembali ke memori masa kecilnya.Itu adalah hari penentuan pertunangannya dengan Yunqin. Saat itu, Jiali masih berumur tujuh tahun. Tentunya belum mengerti bahwa takdirnya akan diikat dengan seorang pangeran mahkota penerus takhta. Semua orang di sekitarnya tersenyum, larut dalam kegembiraan yang terlalu besar untuk dipahami oleh seorang anak kecil. Ia gembira karena mengenakan gaun cantik pemberian sang ayah; berwarna seputih bunga-bunga yang mengelilingi taman tempat pesta digelar, juga ornamen emas dan giok terbaik."Jangan takut," kata seorang anak lelaki dengan suara lembut yang berdiri di depannya, mengenakan jubah merah dihiasi sulaman naga emas. Jiali mengangkat wajah, menatap Yunqin yang dipikirnya hanya seorang bocah sama sepertinya. Mata besar Jiali yang di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 09. Luka Pertempuran.

    Tenda utama diterangi oleh cahaya temaram lentera. Bayangan api seolah melompat-lompat di permukaan kain tenda. Qing Yuwen duduk diam di atas bangku kayu, luka panjang di lengannya sedang dibersihkan dengan kain yang dibasahi ramuan herbal. Nampak jelas jejak kelelahan dalam matanya.Ia menarik napas dalam, lalu tersenyum kecut. Luka di lengannya memang perih, tetapi bukankah seharusnya ia sudah terbiasa dengan rasa sakit seperti ini? Dibandingkan semua pertempuran sudah berlalu, ini hanyalah luka kecil. Refleks tangannya yang bebas menyentuh punggung. Bekas luka besar yang sudah memudar, tetapi tetap meninggalkan jejak kasar di kulitnya teraba. Bekas luka itu adalah kenangan dari salah satu pertempuran terberat yang pernah ia jalani. Saat itu, pasukan kekaisaran terjebak di lembah sempit Baiyun. Mereka disergap oleh musuh yang jumlahnya jauh lebih besar. Qing Yuwen, yang saat itu masih berpangkat Jenderal Muda, memimpin sayap kanan pasukan, ia tahu prajuritnya mulai kehilangan pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 10. Mengikat Siasat.

    Di ruang kerjanya yang sunyi, Qing Yuwen melanjutkan lukisannya dengan gerakan tangan yang tegas dan terukur. Sesekali ia menatap coretan hitam yang mulai membentuk pemandangan pegunungan di atas kertas. Tanpa menoleh, ia mendengarkan laporan Yu Yong yang berdiri di sampingnya."Tabib sudah memeriksa Nyonya. Kondisinya stabil," kata Yu Yong, nadanya penuh kehati-hatian. "Yang Mulia, hamba sudah meminta tabib untuk turut memeriksa kondisi Yang Mulia.”Ujung alis Yuwen naik. “Apa yang salah denganku?”“Yang Mulia terluka oleh serangan Pangeran Mahkota dan para bandit, mana mungkin tidak ada yang salah.”Yuwen mengangkat tangannya. “Aku sudah mengobatinya.”“Yang Mulia—”“Aku rasa kedatanganmu ke sini, bukan bertujuan untuk membicarakan ini,” potong Yuwen.Yu Yong mengangguk. “Bandit yang kita lepaskan kembali ke markasnya di sebelah selatan Gunung Fuxie, ada seseorang yang mencurigakan, tetapi hamba tidak pernah melihatnya datang ke istana.”“Kalau begitu, ini akan semakin menarik. Teta

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 11. Mata-mata.

    Langkah cepat Xiumei terhenti oleh suara sepatu yang mendekat. “Yang Mulia!” serunya kaget langsung membungkuk dalam-dalam saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya. Yuwen berdiri tegak dengan tangan menggenggam sebuah gulungan surat. Matanya tajam saat memandang Xiumei, membuat gadis itu gemetar. “Ini milikmu?” tanyanya sambil mengangkat surat tersebut. Walau hanya sekilas memandang Xiumei mengenali tulisan tangannya sendiri. Wajahnya memucat. Ia langsung bersimpuh, tubuhnya bergetar. “Hamba … tidak tahu bagaimana surat itu bisa sampai di tangan Yang Mulia,” katanya dengan suara kecil. “Tidak perlu tahu bagaimana,” jawab Yuwen dingin. “Kau seharusnya tahu peraturan. Surat keluar dari karesidenan ini harus memiliki capku. Tanpa izin, surat ini tidak boleh dikirimkan. Seharusnya majikanmu tahu hal ini!” “Hamba mohon ampun!” Xiumei menunduk lebih dalam, hampir menyentuh tanah. “Ini sepenuhnya kesalahan hamba. Nyonya sama sekali tidak tahu menahu soal surat ini.” Yuwen menaik

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 01. Ketika Fajar Menyingsing.

    Perkemahan telah kosong. Sisa asap tipis dari arang membumbung malas—naik ke langit fajar. Qing Yuwen berdiri diam, tatapannya terkunci pada tenda-tenda kosong. Ia tidak bergerak, tidak berbicara. Hanya berdiri di tengah keheningan yang lebih menusuk daripada ribuan teriakan perang. Di tiap detik yang berlalu menggores harga dirinya.Gu Yu Yong bergerak gelisah. Prajurit yang biasanya selalu tenang, kini seperti terperangkap di antara tugasnya yang harus menjelaskan situasi atau berusaha memadamkan amarah yang sedang memuncak dari tuannya. Ia coba membaca air wajah Yuwen, berharap mendapat petunjuk sekecil apapun tentang apa yang harus diucapkan.“Yang Mulia ….” Yu Yong akhirnya memecah keheningan, suaranya serak, penuh keragu-raguan. “Mungkin ini sebuah—”“Pengkhianatan. Jebakan yang sudah dipersiapkan untukku,” potong Yuwen, suaranya rendah, tetapi tajam, seperti pedang yang baru diasah. “Tidak ada dugaan lain.”Yu Yong terdiam. Tidak ada tanggapan yang bisa ia berikan karena tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 11. Mata-mata.

    Langkah cepat Xiumei terhenti oleh suara sepatu yang mendekat. “Yang Mulia!” serunya kaget langsung membungkuk dalam-dalam saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya. Yuwen berdiri tegak dengan tangan menggenggam sebuah gulungan surat. Matanya tajam saat memandang Xiumei, membuat gadis itu gemetar. “Ini milikmu?” tanyanya sambil mengangkat surat tersebut. Walau hanya sekilas memandang Xiumei mengenali tulisan tangannya sendiri. Wajahnya memucat. Ia langsung bersimpuh, tubuhnya bergetar. “Hamba … tidak tahu bagaimana surat itu bisa sampai di tangan Yang Mulia,” katanya dengan suara kecil. “Tidak perlu tahu bagaimana,” jawab Yuwen dingin. “Kau seharusnya tahu peraturan. Surat keluar dari karesidenan ini harus memiliki capku. Tanpa izin, surat ini tidak boleh dikirimkan. Seharusnya majikanmu tahu hal ini!” “Hamba mohon ampun!” Xiumei menunduk lebih dalam, hampir menyentuh tanah. “Ini sepenuhnya kesalahan hamba. Nyonya sama sekali tidak tahu menahu soal surat ini.” Yuwen menaik

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 10. Mengikat Siasat.

    Di ruang kerjanya yang sunyi, Qing Yuwen melanjutkan lukisannya dengan gerakan tangan yang tegas dan terukur. Sesekali ia menatap coretan hitam yang mulai membentuk pemandangan pegunungan di atas kertas. Tanpa menoleh, ia mendengarkan laporan Yu Yong yang berdiri di sampingnya."Tabib sudah memeriksa Nyonya. Kondisinya stabil," kata Yu Yong, nadanya penuh kehati-hatian. "Yang Mulia, hamba sudah meminta tabib untuk turut memeriksa kondisi Yang Mulia.”Ujung alis Yuwen naik. “Apa yang salah denganku?”“Yang Mulia terluka oleh serangan Pangeran Mahkota dan para bandit, mana mungkin tidak ada yang salah.”Yuwen mengangkat tangannya. “Aku sudah mengobatinya.”“Yang Mulia—”“Aku rasa kedatanganmu ke sini, bukan bertujuan untuk membicarakan ini,” potong Yuwen.Yu Yong mengangguk. “Bandit yang kita lepaskan kembali ke markasnya di sebelah selatan Gunung Fuxie, ada seseorang yang mencurigakan, tetapi hamba tidak pernah melihatnya datang ke istana.”“Kalau begitu, ini akan semakin menarik. Teta

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 09. Luka Pertempuran.

    Tenda utama diterangi oleh cahaya temaram lentera. Bayangan api seolah melompat-lompat di permukaan kain tenda. Qing Yuwen duduk diam di atas bangku kayu, luka panjang di lengannya sedang dibersihkan dengan kain yang dibasahi ramuan herbal. Nampak jelas jejak kelelahan dalam matanya.Ia menarik napas dalam, lalu tersenyum kecut. Luka di lengannya memang perih, tetapi bukankah seharusnya ia sudah terbiasa dengan rasa sakit seperti ini? Dibandingkan semua pertempuran sudah berlalu, ini hanyalah luka kecil. Refleks tangannya yang bebas menyentuh punggung. Bekas luka besar yang sudah memudar, tetapi tetap meninggalkan jejak kasar di kulitnya teraba. Bekas luka itu adalah kenangan dari salah satu pertempuran terberat yang pernah ia jalani. Saat itu, pasukan kekaisaran terjebak di lembah sempit Baiyun. Mereka disergap oleh musuh yang jumlahnya jauh lebih besar. Qing Yuwen, yang saat itu masih berpangkat Jenderal Muda, memimpin sayap kanan pasukan, ia tahu prajuritnya mulai kehilangan pe

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 08. Ambang Maut.

    Hembusan angin membawa aroma lembut bunga plum sekaligus satu kenangan yang terkubur jauh di sudut hati Jiali. Bayang akan dahan-dahan penuh dengan bunga putih mengalir ke dalam pikirannya. Di detik itu seakan-akan ia kembali ke memori masa kecilnya.Itu adalah hari penentuan pertunangannya dengan Yunqin. Saat itu, Jiali masih berumur tujuh tahun. Tentunya belum mengerti bahwa takdirnya akan diikat dengan seorang pangeran mahkota penerus takhta. Semua orang di sekitarnya tersenyum, larut dalam kegembiraan yang terlalu besar untuk dipahami oleh seorang anak kecil. Ia gembira karena mengenakan gaun cantik pemberian sang ayah; berwarna seputih bunga-bunga yang mengelilingi taman tempat pesta digelar, juga ornamen emas dan giok terbaik."Jangan takut," kata seorang anak lelaki dengan suara lembut yang berdiri di depannya, mengenakan jubah merah dihiasi sulaman naga emas. Jiali mengangkat wajah, menatap Yunqin yang dipikirnya hanya seorang bocah sama sepertinya. Mata besar Jiali yang di

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 07. Pernikahan Agung.

    Tabuhan genderang menggema di aula utama. Nyala lentera yang digantung di tiap pilar kayu berukir naga, memenuhi istana. Hamparan karpet merah menjulur dari altar besar hingga ke pintu gerbang aula sebagai perlambang jalan keberuntungan bagi pasangan yang akan memulai hidup baru bersama. “Ini hanya formalitas,” bisik Jiali pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan hati yang bergejolak serta membujuk dirinya agar tidak terpukau oleh semua kemegahan, kemeriahan pesta pernikahan. Di ujung karpet, Qing Yuwen berdiri tegak dengan jubah pengantin pria berwarna merah marun. Hiasan tirai mutiara menggantung di mahkotanya menutupi sebagian wajahnya. Tidak hanya wajah, bahkan seluruh tubuhnya terasa tertutup, seolah ia menyembunyikan dirinya dari dunia. Jiali menatapnya dengan hati yang dipenuhi ketidakpastian. Seperti sebuah bayangan, Qing Yuwen hadir tanpa bisa digenggam oleh Jiali. Matanya tidak bisa menembus tirai mutiara yang membatasi mereka.Jiali memicingkan mata, mencoba melihat bag

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 06. Ancaman.

    “Nona, kereta sudah datang,” ucap Xiumei dengan langkah tergesa masuk ke kamar Jiali. Namun, tatapan muram tuannya itu segera membungkam senyum kecil Xiumei. Tanpa banyak berkata, Xiumei mendekati Jiali, membantu gadis itu berdiri.Jiali diam, membiarkan jubah indah disampirkan pada bahunya. Sebuah kipas bulat turut disodorkan kepadanya. Tanpa ekspresi, Jiali menerima kipas itu, lantas menggunakannya untuk menutupi sebagian wajah.“Mari, Nona.”Langkah pertama keluar dari kamar begitu berat. Saat kakinya menyentuh lantai luar, Jiali berhenti, menoleh ke belakang. Pandangannya tampak sayu, hatinya ikut bertanya, Apa ini takdirku? Beginikah akhirnya hidupku?“Nona?”Panggilan Xiumei memecah lamunan. Jiali menarik napas panjang, memaksa dirinya mengangguk pelan lantas melangkah keluar rumah menuju gerbang kediaman keluarga Han. Tepat sebelum menaiki kereta pengantin, ia kembali menoleh ke belakang.Kenangan masa kecil, suara tawa di lorong-lorong rumah, dan kehangatan keluarganya berkele

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 05. Bayang-bayang Kekaisaran.

    "Angkat tanganmu! Lebih tinggi lagi!"Suara keras Dunrui memecah keheningan aula keluarga Han. Padahal pria tua itu terkenal akan pribadinya yang tenang dan bijaksana. Namun, apa yang terjadi kemarin telah mengubah air tenang menjadi badai.Xiumei, pelayan setia yang tak pernah meninggalkan sisi Jiali, tersungkur berlutut, menangis tersedu-sedu. Tangan mungilnya menggenggam ujung gaun sutra Han Dunrui dengan putus asa."Hamba mohon, Tuan! Jangan hukum Nona seperti ini. Semalaman Nona sudah berlutut tanpa makan ataupun minum. Nona hanya—""Tutup mulutmu, Xiumei!" bentak Dunrui, matanya menyala penuh amarah. Tubuhnya gemetaran karena ledakan emosi. "Dia tidak akan lolos begitu saja! Aku sudah bertanya baik-baik padanya, apakah dia mau hadir di upacara pernikahan, tapi apa? Dia malah mengacaukannya!” sentaknya dengan telunjuk teracung-acung ke udara.Jiali menunduk lebih dalam. Lututnya kebas karena terlalu lama berlutut. Bagaimanapun, Ia tidak berniat begitu, tetapi saat ini ayahnya tid

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 04. Darah di Atas Amarah.

    Yuwen menyesal karena tidak langsung meninggalkan istana. Seharusnya ia pergi saja bersama Jiali melalui pintu rahasia lalu mencari penginapan. Di ujung Koridor yang diterangi lentera merah menyala, Yunqin berdiam, tampak memang sedang menunggu Yuwen. Langkah-langkah berat terdengar mendekat. Pakaian pernikahan merah Yunqin memantulkan cahaya lentera, memperlihatkan sulaman naga emas yang berkilau seperti api. Sosoknya terlihat sempurna dalam balutan gaun itu, tetapi wajahnya yang tegang dan mata yang menyala marah menunjukkan kesan berbanding terbalik.."Di mana Jiali?” Pertanyaan Yunqin bisa langsung ditebak Yuwen. Tentu saja Yunqin melihatnya bersama Jiali..“Dia akan menjadi istriku. Tidak ada salahnya kami saling mengenal.”Kata-kata itu seperti pukulan telak bagi Yunqin. Yunqin sadar tidak ada kekeliruan dalam kalimat yang diucapkan Yuwen. “Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!”Yuwen menatapnya.. "Yang Mulia, kembalilah ke aula utama. Semua tamu sedang menunggumu. Kau tidak s

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 03. Si Iblis Buruk Rupa

    Mendengar namanya dipanggil, Yuwen menghampiri dengan penasaran. Ia menurunkan ujung pedang penjaga dengan telunjuknya lantas menatap wanita yang berada di hadapan penjaga.Penjaga tampak terkejut lantas membuka diri, membiarkan Yuwen maju. Wanita itu terkejut, mundur selangkah, mata lekat menatap Yuwen."Katakan, untuk apa seorang pelayan sepertimu mencari Pangeran Kedua?" ulangnya.Jiali terdiam sesaat, warna merah menyebar di wajahnya yang tersembunyi dibalik cadar. "P-pelayan? Aku?" Jiali mundur, seolah kata-kata itu adalah cambuk yang menyentuh kulitnya. "Kamu memanggilku pelayan?"Cepat Jiali menganalisa penampilan lawan bicaranya. Sepatunya hitam tinggi sampai betis dengan sol tebal dan plakat besi di bagian depan. Pakaiannya tampak mahal. Jiali tahu kualitas kain yang dikenakannya sangat tinggi. Motif naga terukir di lengan. Ornamen di tengah ikat kepalanya bukan besi biasa, melainkan lempengan dengan ukiran burung Phoenix di bagian depan.Wajahnya simetris, dengan rahang tega

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status