Malam Pertama dengan Kakak Suamiku

Malam Pertama dengan Kakak Suamiku

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-23
Oleh:  MewperisOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
34Bab
2.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

"Memangnya apa yang aku lakukan padamu, hah?" Johan membantah. Menahan isak tangisnya sendiri, Azalea menjawab, "Kau... Menyakitiku, Johan... Kau tidak memberiku waktu untuk bernapas. Kau bahkan melayangkan tanganmu secara sangat kasar... Kau menyentuhku dengan cara yang tidak aku sukai...." --- Azalea tidak tahan lagi dengan suaminya yang membuatnya merasa takut dan terintimidasi, sehingga ia memutuskan untuk melarikan diri pada malam pertama pernikahannya. Takdir membawanya ke kamar saudara laki-laki Johan, Bima. Azalea yang panik dan ketakutan bersembunyi di sana, tidak menyadari bahwa ia telah memasuki kamar yang salah. Namun, Bima menyadari bahwa Azalea adalah istri saudaranya, dan dia pun bertanya-tanya mengapa Azalea berada di sana. Dalam keputusasaan, Azalea membuat keputusan berani untuk meminta bantuan Bima untuk berkompromi terhadap keadaan. Bima terkejut tetapi setelah tahu betapa kasarnya Johan memperlakukan Azalea, ia pun setuju. Azalea dan Bima mengelabui Johan, dan mereka berhasil lolos dari cengkeraman kejam suami Azalea. Namun, Azalea dan Bima harus terus berpura-pura menjadi sepasang kekasih untuk menghindari kecurigaan Johan. Dalam perjalanan mereka untuk menyelamatkan diri, Azalea dan Bima mulai saling mengenal satu sama lain dengan lebih baik. Meskipun situasinya rumit, mereka mulai merasakan getaran cinta yang tumbuh di antara mereka. Akankah mereka berhasil melewati rintangan dan menemukan cinta sejati di tengah kesulitan?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Lari, Azaela, Lari!

"Huff... Hufff...."

Azalea berlari menggunakan kecepatan penuh di lorong hotel yang sepi mencekam. Pintu-pintu kamar tertutup rapat seolah mencegah Azalea melenceng dari jalurnya, sekaligus menyempitkan segala kesempatan untuk sembunyi.

Gadis itu merasakan nafasnya menipis. Sepasang kaki tanpa alas miliknya diharuskan menghantam ubin lantai sedingin es secara terus menerus. Setiap detik, Azalea merasakan detak jantungnya semakin cepat, semakin dekat dengan batasnya.

"Woi, sialan!!"

Raungan dari ujung persimpangan menggema ke seluruh lorong, menambah ketegangan hingga puncak. Suara yang mampu membuat dinding sekitar bergetar, sampai-sampai Azalea bisa merasakan hembusan nafas panas dari sang empunya dari belakang lehernya. Suara berat yang memanggilnya semakin nyaring, menandakan kedatangan suaminya semakin mendekat.

"Azalea jalang! Berhenti bersikap seperti anak kecil dan bawa dirimu ke sini!"

Azalea menolak menyerah. Walau kakinya sakit dan seluruh tubuhnya nyeri, ia berusaha melawan ketakutan yang memenuhi dirinya dengan terus mempercepat gerak kakinya.

Padahal, Azalea tahu kalau kondisinya sekarang benar-benar memprihatinkan. Gaun pengantin melekat di tubuh moleknya itu sudah separuh koyak, menjadikannya sesuatu yang riskan dan tidak nyaman. Azalea sangat kesulitan untuk bergerak dengan bebas akibat terus menerus merasa khawatir bahwa setiap kain pada gaunnya akan lepas atau semakin sobek.

Namun, Azalea tidak terlalu keberatan jika harus berlari tanpa busana daripada menghadapi situasi di mana ia tertangkap oleh suaminya yang sedang mengejar buas di belakang.

"AH!"

KROMPYANG!

Tak sengaja Azalea memberitahu keberadaannya setelah menabrak troli peralatan yang diparkir pada sisi dinding. Gadis itu tersungkur dengan kepala menghantam ubin, tapi meski pening sekalipun, ia tetap berjuang bangkit kembali.

"Di sana kau rupanya, hah!"

Suara menggelegar itu terus memburu, disertai derap langkah yang menghentak kuat.

"Sial, sial, sial!"

Azalea sedikit terseok-seok tapi tidak mau jatuh. Tak peduli sekarang ia sangat sedih, cemas, atau takut, situasinya tetap sangat buruk dan akan semakin buruk jika Azalea menyerah sekarang.

Bagaimana tidak?

Hari pernikahan yang seharusnya penuh kebahagiaan dan cinta itu tiba-tiba berubah menjadi mimpi buruk yang memalukan sekaligus menyedihkan. Azalea masih merasa malu dan bingung, tidak tahu harus berbuat apa.

Azalea sempat takut dan khawatir tentang apa yang akan dikatakan orang-orang jika mereka melihatnya sekarang. Jika kondisinya yang seperti ini terpapar jelas, ia akan malu setengah mati. Di sisi lain, Azalea juga kesepian dan tenggelam dalam kengerian karena tidak ada yang bisa membantunya.

Ketegangan ini sangat berat bagi Azalea. Ia merasakan cengkeraman keputusasaan di lehernya. Namun, ia harus tegar dan kuat karena ia terus berlari untuk mencari bantuan dan berusaha untuk menyelesaikan situasi ini dengan sebaik mungkin.

"Siapapun...."

Azalea bergumam di antara napasnya yang hampir habis. Setitik air mata meluncur ke pipi mulusnya.

Seharusnya semuanya baik-baik saja...

Pagi tadi, Azalea Mirabel resmi menginjak umur dua puluh tiga. Hadiah ulang tahun yang menantinya adalah pernikahan mewah nan megah dengan seorang pria dua puluh delapan tahun bernama Johan Laksmana.

Mereka diperkenalkan dalam kencan buta yang dibuat oleh wanita yang membesarkan Azalea sejak umur lima tahun, yaitu Bibi Luna. Setelah diyakinkan bahwa dirinya berhutang banyak atas jasa itu, Azalea menerima perjodohan dengan senang hati. Apalagi karena Johan terlihat sangat baik dan perhatian...

Namun, kesan memesona itu hanyalah tipu daya belaka.

Dan tipu daya busuk cenderung lebih cepat terbongkarnya.

"Harusnya tidak begini.... Hidupku tidak boleh berakhir seperti ini...."

Azalea bergumam sembari memaksa dirinya untuk tetap tegar. Lorong hotel seolah tanpa batas, bahkan dalam halusinasi Azalea yang mulai kelelahan, dinding-dinding di sekelilingnya terlihat mengecil seolah akan memakannya hidup-hidup.

"Maafkan aku, Ayah... Maafkan aku, Ibu... Maafkan aku, Bibi Luna...." Azalea terisak, lalu berbelok ke lorong berikutnya.

Kenapa Azalea harus mempertaruhkan seluruh energinya untuk mati-matian lari dari Johan?

Di tengah larinya pun, Azalea tidak bisa melupakan adegan itu.

Ya, Azalea memang sudah resmi menjadi istri Johan. Meski pertemuan mereka hanya sekali, tapi Johan tampak sudah sangat terpikat dengan kecantikan alami Azalea. Raut wajah Azalea yang halus dan tenang itu memiliki pesona yang membuat siapapun terkesima.

Mungkin karena itulah... Johan menjadi begitu beringas ketika mereka masuk ke kamar hotel yang disiapkan untuk menghabiskan malam pengantin.

Azalea tahu bahwa melayani Johan adalah tugasnya sebagai seorang istri... Azalea tahu benar bahwa dirinya harus menuruti ucapan Johan... Tapi mulai detik itu, semuanya terlihat amat salah....

"Azalea, mulai detik ini kau harus menuruti ucapanku," bisik Johan sambil membimbing Azalea ke ranjang, "Aku akan memperlakukanmu dengan amat baik jika kau sangat patuh."

Mulanya, perasaan Azalea melambung tinggi karena diperlakukan seperti ratu. Sayangnya, kebaikan itu hanya bertahan beberapa jam. Johan menampakkan wajah aslinya. Seorang monster dengan birahi setinggi langit yang melakukan apa saja demi mencapai kesenangannya sendiri.

"Angkat kedua kakimu lebih tinggi, Azalea!"

Seruan lantang Johan dengan deru napas panasnya yang berbau gairah.

"Keluarkan suara manismu lebih keras!"

"AAAHH!!!"

Jeritan Azalea merobek udara dalam kamar pengantin. Berpadu dengan decit engsel ranjang yang bergoyang heboh.

Air mata mengucur deras. Azalea menginginkan seorang suami yang menghargainya, menghargai tubuhnya, menghargai keinginannya! Bukan seorang monster yang sama sekali tidak meminta persetujuannya dan langsung menyentuh setiap inchi tubuhnya dengan kasar!

"Sekarang kamu adalah istriku, Lea. Kamu harus patuh... Diam saja dan aku akan membuatmu melayang ke langit ke tujuh," bisik Johan di telinga Azalea.

Di atas ranjang besar bertabur kelopak bunga mawar itu, Azalea terisak dalam diam. Berpegangan pada sprei menahan hentakan kasar yang Jordan berikan pada tubuhnya. Bagian bawah tubuhnya bagaikan dikoyak-koyak secara brutal. Johan juga tidak ragu menggunakan tangannya untuk menambah penderitaan Azalea.

Susah payah memohon pada Johan untuk lebih lembut, tapi apa yang Azalea dapat selanjutnya? Tamparan dan pukulan menyakitkan.

"Kamu adalah jalangku, Lea. Kamu milikku, budakku, propertiku!" bisik Johan menyeringai di tengah napas panasnya.

Semuanya terasa menjijikan sekaligus memuakkan. Azalea ingin sekali meludahi Johan yang sibuk menghentakkan pinggulnya secara kasar.

Karena itulah, Azalea mengambil satu menit kesempatannya ketika Johan pergi ke kamar mandi.

Di sinilah Azalea sekarang, masih berusaha sembunyi dari kejaran Johan si monster.

"Tuhan, tolong aku... Tolong aku... Aku tidak mau menghabiskan sisa hidupku di tangan lelaki jahat berlabel suami itu!" Azalea meraung dalam hati. "Ini tidak adil!"

Naas, pelarian Azalea menemukan titik akhir ketika yang ia hadapi adalah lorong buntu. Hendak berbalik pun, Azalea melihat bayangan dan teriakan Johan makin mendekat.

Azalea merasakan detak jantungnya semakin cepat ketika ia tergesa-gesa meraih gagang pintu-pintu yang terkunci.

Sial, sial.

Bangunan hotel itu adalah properti keluarga Laksmana yang disewa khusus untuk hari ini. Sudah pasti sebagian besar kamarnya kosong, jadinya dikunci rapat.

"Akhirnya!"

Setitik keberuntungan membawa Azalea ke dalam sebuah kamar. Segera ia tutup pintu rapat-rapat.

Kamar tempatnya berada sekarang itu cukup remang-remang, tapi setidaknya gadis itu bisa bernapas lebih lega meski tetap waspada akan kedatangan Johan.

"Mungkin aku bisa sembunyi di sini untuk beberapa menit," gumam Azalea, mengamati ujung gaunnya yang kotor dan kakinya yang polos. Sejak tadi tangannya juga harus memegangi dada karena gaun itu terus melorot.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Sebuah suara yang dalam nan berat itu merobek keheningan.

Perlahan Azalea mendongak dan melihat siluet setinggi nyaris dua meter tak jauh di depannya. Siluet berbentuk manusia tapi wajahnya tak terlihat sebab ia berdiri di sisi gelap yang tak terkena cahaya lampu nakas.

Walau begitu, Azalea merinding. Ia bisa merasakan darahnya berdesir saat menduga dirinya sedang ditatap oleh sorot mata yang menembus jiwa.

Azalea membeku di tempat. Ia merasa terjebak dalam kegelapan yang aneh. Azalea tak bisa menjawab. Ia masih terlalu terkejut untuk berbicara.

"Tidak bisakah kau menjawab pertanyaan saya?" Suara itu kembali menggema di dalam kamar.

Azalea masih tak bisa bergerak. Ia merasa seperti terhipnotis oleh suara tersebut.

Siluet tinggi itu melangkah mendekat ke dinding. Seketika, secercah cahaya terang menghujani seluruh sudut ruangan sekaligus memperjelas siapa yang sedang berdiri di depan Azalea sekarang.

Seorang lelaki dengan wajah simetris rupawan, memiliki mata almond gelap yang tajam, rahang yang tegas nan kaku, serta raut dingin tak ramah.

"Apa kau tuli?"

Lelaki itu mengernyit. Kedua tangannya tersilang di depan dada bidang yang terpampang jelas otot-otot kokohnya.

Ya, ia sedang bertelanjang dada. Tanpa mau repot-repot menutupi dirinya.

"Ma–Maaf!" Azalea memekik panik. "Tolong, jangan salah paham dulu!"

"Tidakkah kau melihat penampilanmu sendiri? Bagaimana bisa saya tidak salah paham?"

Lelaki itu membalas sambil mendengus.

"Keluarlah."

"Tidak!"

Azalea menahan suaranya. Mungkin lelaki ini bisa diajak kerjasama.

"Tolong mengertilah, Tuan. Sekarang aku harus bersembunyi! Biarkan aku di sini selama lima belas menit, lalu aku akan pergi!"

Lelaki di hadapan Azalea itu adalah Bima, hanya bisa mengamati penuh curiga.

Gaun koyak yang menempel di tubuh Azalea itu justru memperlihatkan beberapa bagian yang tidak pantas. Separuh bahu Azalea bahkan juga terekspos. Usaha Azalea menahan bagian depan gaunnya dengan tangan juga sepertinya sia-sia. Setengah lekukan dada bulat gadis itu terekspos keluar.

"Kenapa saya harus menolongmu?" tanya Bima dingin, menjauhkan matanya dari tubuh Azalea.

"Aku mohon... Aku harus mengh—"

TOK! TOK! TOK!

Deg. Jantung Azalea berhenti berdetak.

"Azalea! Buka pintunya! Aku tahu kau ada di dalam sana!" Johan menggedor di balik pintu.

Mampuslah. Air mata menggenangi pelupuk mata Azalea tatkala ia menatap lelaki di hadapannya dengan penuh permohonan.

"Azalea! Buka pintunya atau aku dobrak!" Johan menggedor pintu makin keras.

"Aku mohon...."

Azalea mengiba dengan suara serak yang bahkan tak lagi terdengar jelas.

"Tolong sembunyikan aku... Aku tidak mau menikah dengan dia... Aku tidak mau menderita...."

BLAM!

Terlambat. Pintu telah terbuka lebar. Johan berdiri di ambang pintu dengan napas menggebu. Matanya melotot saat melihat istrinya, tapi segera teralih ke Bima.

"Tidak bisakah kau masuk dengan lebih sopan, Adikku?" tanya Bima, melirik Johan amat tajam.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
34 Bab
Lari, Azaela, Lari!
"Huff... Hufff...."Azalea berlari menggunakan kecepatan penuh di lorong hotel yang sepi mencekam. Pintu-pintu kamar tertutup rapat seolah mencegah Azalea melenceng dari jalurnya, sekaligus menyempitkan segala kesempatan untuk sembunyi.Gadis itu merasakan nafasnya menipis. Sepasang kaki tanpa alas miliknya diharuskan menghantam ubin lantai sedingin es secara terus menerus. Setiap detik, Azalea merasakan detak jantungnya semakin cepat, semakin dekat dengan batasnya."Woi, sialan!!"Raungan dari ujung persimpangan menggema ke seluruh lorong, menambah ketegangan hingga puncak. Suara yang mampu membuat dinding sekitar bergetar, sampai-sampai Azalea bisa merasakan hembusan nafas panas dari sang empunya dari belakang lehernya. Suara berat yang memanggilnya semakin nyaring, menandakan kedatangan suaminya semakin mendekat. "Azalea jalang! Berhenti bersikap seperti anak kecil dan bawa dirimu ke sini!"Azalea menolak menyerah. Walau kakinya sakit dan seluruh tubuhnya nyeri, ia berusaha melawan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-07
Baca selengkapnya
Tolong Selamatkan Aku
Mata Johan memindai Bima dari atas sampai bawah, lantas menggeram benci."Bima...."Bagai dihempas oleh dahsyatnya ombak lautan, Azalea terhuyung. "A–Apa yang Anda katakan tadi?" tanya Azalea dengan suara tergagap. Susah payah menatap lelaki di depannya, tapi yang ia terima hanyalah lirikan sinis.Bima menjawab dingin, "Apa ada yang salah?""Anda adalah... kakaknya Johan?" ulang Azalea lagi dengan terbata-bata saking terkejutnya.Alih-alih menjawab, Bima bungkam atau lebih tepatnya tidak peduli. Namun jika dilihat dari caranya mengabaikan Azalea, sudah dipastikan bahwa pertanyaan itu benar. Dalam pertemuan singkat sebelum menikah, Azalea tidak pernah dengar kalau Johan punya seorang saudara. Maka, dalam situasi ini... Bukannya selamat dan mendapat pertolongan, kemungkinan besar Azalea telah jatuh ke lubang harimau untuk kedua kalinya.Membayangkan itu, Azalea merasa detak jantungnya semakin cepat saat ia menyadari bahwa ia baru saja memohon pada seorang lelaki yang mungkin saja ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-07
Baca selengkapnya
Sensasi Memabukkan
Azalea berdehem, mencengkeram erat ujung kaos milik Bima yang sempurna menutupi tubuh moleknya."I–Intinya, terimakasih banyak karena sudah meminjamkan baju dan juga mengizinkan aku bersembunyi di sini," lanjut Azalea, "Sekarang, aku benar-benar harus pergi. Bolehkah aku tahu ke mana aku harus mengembalikan baju ini?""Tidak usah." Bima menjawab datar."Maaf?""Tidak ada jaminan kau selamat di luar sana. Mengingat suamimu itu Jordan, dia pasti sedang mengadu pada orang tua kami.""Ah...."Azalea menyadari bahwa ucapan lelaki itu benar. "Tapi bukankan Anda juga akan kena masalah?""Cemaskan dirimu sendiri," sahut Bima singkat.Belum tentu juga Azalea bisa menyusup keluar dari hotel ini. Sekarang, ia adalah buronan. Hanya butuh hitungan menit hingga Jordan kembali mendapatkannya. Kecuali...."Kau punya rencana apa?" Bima menuangkan whiskey ke gelas, lalu menenggaknya sekaligus. Matanya memandangi Azalea dari atas sampai bawah dengan cara yang tak dapat didefinisikan."Dari yang saya d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-07
Baca selengkapnya
Dia Bekasku
Sinar matahari menyusup dari celah-celah gorden jendela yang terbuka menimpa wajah pulas Azalea. Sengatan cahaya itu membuat kulitnya berkedut, memaksanya membuka mata.Hal pertama yang Azalea lihat adalah sosok Bima sedang bersandar di sisi jendela. Masih tanpa menggunakan kaos, lelaki itu dengan santainya memandang keluar. Ketika menoleh, mata gelap lelaki itu bertemu mata Azalea yang masih setengah memejam."Oh, hei... Kau sudah bangun?"Suara rendah nan dalam keluar dari bibir Bima. Azalea tak percaya bibir itulah yang semalam terus menciumnya penuh perasaan. Membimbingnya ke dalam permainan cinta luar biasa yang tak terlupakan. Berkat Bima, Azalea mendapatkan kenikmatan yang ia ekspektasikan.Azalea tercekat. Tak boleh terlena untuk sesuatu yang ia pastikan hanya terjadi satu kali. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain karena tak sanggup melihat wajah Bima. Bagaimana kalau Bima menganggapnya sebagai perempuan murahan? Apakah keputusannya semalam untuk tetap tinggal di sini itu ben
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-10
Baca selengkapnya
Beban Ekspektasi
Azalea memandangi langit-langit kamar barunya dengan tatapan hampa. Seluruh tubuhnya nyeri, bahkan lengan kirinya lebam karena cengkraman erat Johan. Lelaki itu tidak main-main pada perkataannya. Johan betulan menagih ronde yang tak selesai, bahkan menambahnya lebih brutal tanpa mendengar permohonan Azalea yang menangis kesakitan.Saat itu pukul dua malam. Azalea meneteskan air mata yang tak bisa berhenti sambil meremas selimut, satu-satunya benda yang menutupi tubuhnya sekarang. Di sebelahnya, terdengar dengkur dan deru napas Johan yang tertidur pulas. Tak ada rasa bersalah terlihat pada wajahnya. Azalea tak percaya dirinya terjatuh dalam tipu daya Johan.“Selamat, Azalea, penderitaan ini akan kau rasakan seumur hidup,” kata Azalea getir pada diri sendiri, “Itupun jika besok aku masih hidup.”Kemudian perempuan yang tercerai berai perasaannya itu menoleh lemas ke arah sang suami, berbisik penuh kekecewaan, “Aku harap kau renggut nyawaku sekalian.”Johan mengerang, lalu membuka mata.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-28
Baca selengkapnya
Coba Kabur
Tak banyak yang Azalea lakukan selama seminggu di mansion Laksmana. Di tempat seluas itu, hanya rutinitas tanpa makna dijalani Azalea sendirian. Nyonya Sekar sibuk dengan berbagai macam acara amal yang ia selenggarakan. Tuan Gibran apalagi. Johan juga tidak ada bedanya. Hanya Azalea tertinggal di belakang.Kebosanan menyelimuti Azalea terselamatkan ketika seseorang menekan bel siang itu. Betapa terkejutnya ia saat berhadapan dengan Bima di depan pintu. Lelaki itu masih terlihat sama seperti saat Azalea meninggalkannya di kamar hotel. Dingin dan acuh. Tetap saja sepasang mata hitam Bima mempengaruhi Azalea. Ada sesuatu jelas tersembunyi di sana."Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Azalea, tersadar dari pemikirannya karena diserbu rasa panik. Bima menjawab sarkas, "Di sini kediaman keluarga Laksmana, Nyonya Azalea. Tempat ini rumah Saya juga." "Ah, benar. Silakan masuk." Azalea menyingkir dari pintu dengan canggung."Apa... Apa Anda mau bertemu Ibu dan Ayah? Anda bisa kembali nan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-06
Baca selengkapnya
Tak Bisa Lepas
Kedua tangan Azalea mencengkeram sealbelt, ia membeku. Johan melangkah cepat dan menghantam kedua tinjunya ke kaca jendela pintu mobil."Keluar dari sana, Azalea!" seru Johan. Urat-urat mencuat memenuhi keningnya.Bima merentangkan tangan ke handle pintu, menghalangi Azalea keluar. Sepasang matanya menatap lurus saudaranya yang siap mengamuk itu."Tetap di sini," cegah Bima, rendah dan setengah berbisik. Seperti menyuruh waspada.Johan menghantamkan tinjunya sekali lagi. Menyebabkan kaca retak dengan bentuk sarang laba-laba, serta suara pecah nyaring. Azalea memekik panik."Kau tidak mendengarku? Keluar!"Azalea menghargai pencegahan Bima, tapi ia menarik tangan lelaki itu dengan berkata, "Dia akan membunuhku jika aku tidak mematuhinya."Rahang Bima mengeras, ekspresinya menggelap. Sedangkan mata Azalea mengisyaratkan permohonan. Sorot yang entah kenapa membuat Bima terpaksa melunak. Karenanya ia membuka pintu dan turun duluan.Meski takut setengah mati, Azalea mengikuti. Ketika Johan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-09
Baca selengkapnya
Tak Bisa Lepas (2)
Beberapa jam sebelumnya.Memperhatikan punggung Johan dan Azalea yang menghilang di balik gerbang, tanpa sadar Bima mengepalkan tangan. Lagi-lagi sengatan rasa aneh itu muncul ketika melihat Azalea diseret paksa.Mungkin ini hanya rasa iba. Mungkin juga karena Bima tahu bahu kurus Azalea gemetar ketakutan. Bima tidak tahu kondisi apa yang mengganggu dirinya saat itu."Kemarin kau masih membukakan gerbang ini untuk saya," tegas Bima di depan security. Sudah berkali-kali ia meminta dibukakan gerbang, tapi kedua security itu menggeleng.Salah satu di antara mereka menjawab, "Sebelum Tuan Johan memerintah kamu untuk melarang Anda masuk.""Saya putra sulung keluarga ini, Purwo," desis Bima, menatap nyalang ke security yang tidak jauh lebih tinggi darinya."Ya, Tuan Johan dengan jelas memberitahu itu juga."Akhirnya Bima mendengus. "Terserah."Kemudian lelaki berambut gelap itu masuk ke mobilnya, menyalakan mesin dengan sengaja dikeraskan, lalu pergi tanpa banyak bicara. Mobilnya meluncur di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-11
Baca selengkapnya
Neraka Bernama Rumah
Beberapa minggu kemudian. Luka Azalea sepenuhnya sembuh. Johan juga mengurangi tempramennya. Namun Azalea tetap tidak bisa melupakan semua penderitaannya itu. Hatinya seolah mati rasa, bibir Azalea tak bisa tersenyum, dan instingnya selalu bereaksi waspada kapanpun Johan dekat."Nak, kemarilah."Pukul 09.00 pagi, Tuan Gibran memanggil Azalea dari ruang keluarga. Mulanya Azalea mengernyit heran saat melihat Ayah mertuanya yang berada di rumah pada hari kerja. Johan dan Nyonya Sekar tidak ada di rumah, jadi apa yang Tuan Gibran lakukan di sini?"Ya, Ayah?"Azalea menghadap Tuan Gibran. Lelaki yang berusia setengah abad itu mengenakan pakaian santai alih-alih jas rapi seperti biasa. Televisi menyala, Tuan Gibran duduk di sofa sambil menyilangkan kaki. Kenapa penguasa perusahaan keluarga ini sedang bermalas-malasan?Ada semacam perasaan tak nyaman menggaruk kulit Azalea saat berada di dekat Tuan Gibran. Mungkin karena Johan dan Ayahnya sangat mirip, atau mungkin karena keduanya punya ser
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-13
Baca selengkapnya
Sesuatu Untuk Dilakukan
“Kau tampak cantik,” puji Johan ketika melihat Azalea dalam balutan gaun biru yang memperlihatkan bahu mulusnya.Azalea tampak tak terkesan, sebab yang ia lihat pada refleksi cermin adalah seorang perempuan kurus dan pucat, dengan sepasang mata kosong layaknya ikan mati. Azalea tidak melihat kecantikan mana yang Johan maksud.“Tak usah memujiku, aku tahu kamu mengatakannya karena masih merasa bersalah,” tukas Azalea datar.Johan mengeraskan rahang. “Kau harusnya bersyukur aku membawamu ke rumah sakit malam itu. Jadi kau masih bisa berdiri di sini.”“Yang benar?” balas Azalea.Johan berbalik. “Kalau sudah selesai, cepat turun.”Azalea kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Luka-luka cambuk dan memar akibat siksaan Johan sudah sepenuhnya sembuh. Sesekali Azalea masih dapat melihat bayangan luka itu di kulitnya.“Aku tahu bukan kamu yang membawaku ke rumah sakit,” gumam Azalea.Kemudian perempuan itu turun ke halaman belakang. Para staff dan tukang masak sibuk berlalu-lalang dari da
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-14
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status