Share

Malam Pertama dengan Kakak Suamiku
Malam Pertama dengan Kakak Suamiku
Author: Mewperis

Lari, Azaela, Lari!

Author: Mewperis
last update Last Updated: 2023-05-07 02:34:23

"Huff... Hufff...."

Azalea berlari menggunakan kecepatan penuh di lorong hotel yang sepi mencekam. Pintu-pintu kamar tertutup rapat seolah mencegah Azalea melenceng dari jalurnya, sekaligus menyempitkan segala kesempatan untuk sembunyi.

Gadis itu merasakan nafasnya menipis. Sepasang kaki tanpa alas miliknya diharuskan menghantam ubin lantai sedingin es secara terus menerus. Setiap detik, Azalea merasakan detak jantungnya semakin cepat, semakin dekat dengan batasnya.

"Woi, sialan!!"

Raungan dari ujung persimpangan menggema ke seluruh lorong, menambah ketegangan hingga puncak. Suara yang mampu membuat dinding sekitar bergetar, sampai-sampai Azalea bisa merasakan hembusan nafas panas dari sang empunya dari belakang lehernya. Suara berat yang memanggilnya semakin nyaring, menandakan kedatangan suaminya semakin mendekat.

"Azalea jalang! Berhenti bersikap seperti anak kecil dan bawa dirimu ke sini!"

Azalea menolak menyerah. Walau kakinya sakit dan seluruh tubuhnya nyeri, ia berusaha melawan ketakutan yang memenuhi dirinya dengan terus mempercepat gerak kakinya.

Padahal, Azalea tahu kalau kondisinya sekarang benar-benar memprihatinkan. Gaun pengantin melekat di tubuh moleknya itu sudah separuh koyak, menjadikannya sesuatu yang riskan dan tidak nyaman. Azalea sangat kesulitan untuk bergerak dengan bebas akibat terus menerus merasa khawatir bahwa setiap kain pada gaunnya akan lepas atau semakin sobek.

Namun, Azalea tidak terlalu keberatan jika harus berlari tanpa busana daripada menghadapi situasi di mana ia tertangkap oleh suaminya yang sedang mengejar buas di belakang.

"AH!"

KROMPYANG!

Tak sengaja Azalea memberitahu keberadaannya setelah menabrak troli peralatan yang diparkir pada sisi dinding. Gadis itu tersungkur dengan kepala menghantam ubin, tapi meski pening sekalipun, ia tetap berjuang bangkit kembali.

"Di sana kau rupanya, hah!"

Suara menggelegar itu terus memburu, disertai derap langkah yang menghentak kuat.

"Sial, sial, sial!"

Azalea sedikit terseok-seok tapi tidak mau jatuh. Tak peduli sekarang ia sangat sedih, cemas, atau takut, situasinya tetap sangat buruk dan akan semakin buruk jika Azalea menyerah sekarang.

Bagaimana tidak?

Hari pernikahan yang seharusnya penuh kebahagiaan dan cinta itu tiba-tiba berubah menjadi mimpi buruk yang memalukan sekaligus menyedihkan. Azalea masih merasa malu dan bingung, tidak tahu harus berbuat apa.

Azalea sempat takut dan khawatir tentang apa yang akan dikatakan orang-orang jika mereka melihatnya sekarang. Jika kondisinya yang seperti ini terpapar jelas, ia akan malu setengah mati. Di sisi lain, Azalea juga kesepian dan tenggelam dalam kengerian karena tidak ada yang bisa membantunya.

Ketegangan ini sangat berat bagi Azalea. Ia merasakan cengkeraman keputusasaan di lehernya. Namun, ia harus tegar dan kuat karena ia terus berlari untuk mencari bantuan dan berusaha untuk menyelesaikan situasi ini dengan sebaik mungkin.

"Siapapun...."

Azalea bergumam di antara napasnya yang hampir habis. Setitik air mata meluncur ke pipi mulusnya.

Seharusnya semuanya baik-baik saja...

Pagi tadi, Azalea Mirabel resmi menginjak umur dua puluh tiga. Hadiah ulang tahun yang menantinya adalah pernikahan mewah nan megah dengan seorang pria dua puluh delapan tahun bernama Johan Laksmana.

Mereka diperkenalkan dalam kencan buta yang dibuat oleh wanita yang membesarkan Azalea sejak umur lima tahun, yaitu Bibi Luna. Setelah diyakinkan bahwa dirinya berhutang banyak atas jasa itu, Azalea menerima perjodohan dengan senang hati. Apalagi karena Johan terlihat sangat baik dan perhatian...

Namun, kesan memesona itu hanyalah tipu daya belaka.

Dan tipu daya busuk cenderung lebih cepat terbongkarnya.

"Harusnya tidak begini.... Hidupku tidak boleh berakhir seperti ini...."

Azalea bergumam sembari memaksa dirinya untuk tetap tegar. Lorong hotel seolah tanpa batas, bahkan dalam halusinasi Azalea yang mulai kelelahan, dinding-dinding di sekelilingnya terlihat mengecil seolah akan memakannya hidup-hidup.

"Maafkan aku, Ayah... Maafkan aku, Ibu... Maafkan aku, Bibi Luna...." Azalea terisak, lalu berbelok ke lorong berikutnya.

Kenapa Azalea harus mempertaruhkan seluruh energinya untuk mati-matian lari dari Johan?

Di tengah larinya pun, Azalea tidak bisa melupakan adegan itu.

Ya, Azalea memang sudah resmi menjadi istri Johan. Meski pertemuan mereka hanya sekali, tapi Johan tampak sudah sangat terpikat dengan kecantikan alami Azalea. Raut wajah Azalea yang halus dan tenang itu memiliki pesona yang membuat siapapun terkesima.

Mungkin karena itulah... Johan menjadi begitu beringas ketika mereka masuk ke kamar hotel yang disiapkan untuk menghabiskan malam pengantin.

Azalea tahu bahwa melayani Johan adalah tugasnya sebagai seorang istri... Azalea tahu benar bahwa dirinya harus menuruti ucapan Johan... Tapi mulai detik itu, semuanya terlihat amat salah....

"Azalea, mulai detik ini kau harus menuruti ucapanku," bisik Johan sambil membimbing Azalea ke ranjang, "Aku akan memperlakukanmu dengan amat baik jika kau sangat patuh."

Mulanya, perasaan Azalea melambung tinggi karena diperlakukan seperti ratu. Sayangnya, kebaikan itu hanya bertahan beberapa jam. Johan menampakkan wajah aslinya. Seorang monster dengan birahi setinggi langit yang melakukan apa saja demi mencapai kesenangannya sendiri.

"Angkat kedua kakimu lebih tinggi, Azalea!"

Seruan lantang Johan dengan deru napas panasnya yang berbau gairah.

"Keluarkan suara manismu lebih keras!"

"AAAHH!!!"

Jeritan Azalea merobek udara dalam kamar pengantin. Berpadu dengan decit engsel ranjang yang bergoyang heboh.

Air mata mengucur deras. Azalea menginginkan seorang suami yang menghargainya, menghargai tubuhnya, menghargai keinginannya! Bukan seorang monster yang sama sekali tidak meminta persetujuannya dan langsung menyentuh setiap inchi tubuhnya dengan kasar!

"Sekarang kamu adalah istriku, Lea. Kamu harus patuh... Diam saja dan aku akan membuatmu melayang ke langit ke tujuh," bisik Johan di telinga Azalea.

Di atas ranjang besar bertabur kelopak bunga mawar itu, Azalea terisak dalam diam. Berpegangan pada sprei menahan hentakan kasar yang Jordan berikan pada tubuhnya. Bagian bawah tubuhnya bagaikan dikoyak-koyak secara brutal. Johan juga tidak ragu menggunakan tangannya untuk menambah penderitaan Azalea.

Susah payah memohon pada Johan untuk lebih lembut, tapi apa yang Azalea dapat selanjutnya? Tamparan dan pukulan menyakitkan.

"Kamu adalah jalangku, Lea. Kamu milikku, budakku, propertiku!" bisik Johan menyeringai di tengah napas panasnya.

Semuanya terasa menjijikan sekaligus memuakkan. Azalea ingin sekali meludahi Johan yang sibuk menghentakkan pinggulnya secara kasar.

Karena itulah, Azalea mengambil satu menit kesempatannya ketika Johan pergi ke kamar mandi.

Di sinilah Azalea sekarang, masih berusaha sembunyi dari kejaran Johan si monster.

"Tuhan, tolong aku... Tolong aku... Aku tidak mau menghabiskan sisa hidupku di tangan lelaki jahat berlabel suami itu!" Azalea meraung dalam hati. "Ini tidak adil!"

Naas, pelarian Azalea menemukan titik akhir ketika yang ia hadapi adalah lorong buntu. Hendak berbalik pun, Azalea melihat bayangan dan teriakan Johan makin mendekat.

Azalea merasakan detak jantungnya semakin cepat ketika ia tergesa-gesa meraih gagang pintu-pintu yang terkunci.

Sial, sial.

Bangunan hotel itu adalah properti keluarga Laksmana yang disewa khusus untuk hari ini. Sudah pasti sebagian besar kamarnya kosong, jadinya dikunci rapat.

"Akhirnya!"

Setitik keberuntungan membawa Azalea ke dalam sebuah kamar. Segera ia tutup pintu rapat-rapat.

Kamar tempatnya berada sekarang itu cukup remang-remang, tapi setidaknya gadis itu bisa bernapas lebih lega meski tetap waspada akan kedatangan Johan.

"Mungkin aku bisa sembunyi di sini untuk beberapa menit," gumam Azalea, mengamati ujung gaunnya yang kotor dan kakinya yang polos. Sejak tadi tangannya juga harus memegangi dada karena gaun itu terus melorot.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Sebuah suara yang dalam nan berat itu merobek keheningan.

Perlahan Azalea mendongak dan melihat siluet setinggi nyaris dua meter tak jauh di depannya. Siluet berbentuk manusia tapi wajahnya tak terlihat sebab ia berdiri di sisi gelap yang tak terkena cahaya lampu nakas.

Walau begitu, Azalea merinding. Ia bisa merasakan darahnya berdesir saat menduga dirinya sedang ditatap oleh sorot mata yang menembus jiwa.

Azalea membeku di tempat. Ia merasa terjebak dalam kegelapan yang aneh. Azalea tak bisa menjawab. Ia masih terlalu terkejut untuk berbicara.

"Tidak bisakah kau menjawab pertanyaan saya?" Suara itu kembali menggema di dalam kamar.

Azalea masih tak bisa bergerak. Ia merasa seperti terhipnotis oleh suara tersebut.

Siluet tinggi itu melangkah mendekat ke dinding. Seketika, secercah cahaya terang menghujani seluruh sudut ruangan sekaligus memperjelas siapa yang sedang berdiri di depan Azalea sekarang.

Seorang lelaki dengan wajah simetris rupawan, memiliki mata almond gelap yang tajam, rahang yang tegas nan kaku, serta raut dingin tak ramah.

"Apa kau tuli?"

Lelaki itu mengernyit. Kedua tangannya tersilang di depan dada bidang yang terpampang jelas otot-otot kokohnya.

Ya, ia sedang bertelanjang dada. Tanpa mau repot-repot menutupi dirinya.

"Ma–Maaf!" Azalea memekik panik. "Tolong, jangan salah paham dulu!"

"Tidakkah kau melihat penampilanmu sendiri? Bagaimana bisa saya tidak salah paham?"

Lelaki itu membalas sambil mendengus.

"Keluarlah."

"Tidak!"

Azalea menahan suaranya. Mungkin lelaki ini bisa diajak kerjasama.

"Tolong mengertilah, Tuan. Sekarang aku harus bersembunyi! Biarkan aku di sini selama lima belas menit, lalu aku akan pergi!"

Lelaki di hadapan Azalea itu adalah Bima, hanya bisa mengamati penuh curiga.

Gaun koyak yang menempel di tubuh Azalea itu justru memperlihatkan beberapa bagian yang tidak pantas. Separuh bahu Azalea bahkan juga terekspos. Usaha Azalea menahan bagian depan gaunnya dengan tangan juga sepertinya sia-sia. Setengah lekukan dada bulat gadis itu terekspos keluar.

"Kenapa saya harus menolongmu?" tanya Bima dingin, menjauhkan matanya dari tubuh Azalea.

"Aku mohon... Aku harus mengh—"

TOK! TOK! TOK!

Deg. Jantung Azalea berhenti berdetak.

"Azalea! Buka pintunya! Aku tahu kau ada di dalam sana!" Johan menggedor di balik pintu.

Mampuslah. Air mata menggenangi pelupuk mata Azalea tatkala ia menatap lelaki di hadapannya dengan penuh permohonan.

"Azalea! Buka pintunya atau aku dobrak!" Johan menggedor pintu makin keras.

"Aku mohon...."

Azalea mengiba dengan suara serak yang bahkan tak lagi terdengar jelas.

"Tolong sembunyikan aku... Aku tidak mau menikah dengan dia... Aku tidak mau menderita...."

BLAM!

Terlambat. Pintu telah terbuka lebar. Johan berdiri di ambang pintu dengan napas menggebu. Matanya melotot saat melihat istrinya, tapi segera teralih ke Bima.

"Tidak bisakah kau masuk dengan lebih sopan, Adikku?" tanya Bima, melirik Johan amat tajam.

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Tolong Selamatkan Aku

    Mata Johan memindai Bima dari atas sampai bawah, lantas menggeram benci."Bima...."Bagai dihempas oleh dahsyatnya ombak lautan, Azalea terhuyung. "A–Apa yang Anda katakan tadi?" tanya Azalea dengan suara tergagap. Susah payah menatap lelaki di depannya, tapi yang ia terima hanyalah lirikan sinis.Bima menjawab dingin, "Apa ada yang salah?""Anda adalah... kakaknya Johan?" ulang Azalea lagi dengan terbata-bata saking terkejutnya.Alih-alih menjawab, Bima bungkam atau lebih tepatnya tidak peduli. Namun jika dilihat dari caranya mengabaikan Azalea, sudah dipastikan bahwa pertanyaan itu benar. Dalam pertemuan singkat sebelum menikah, Azalea tidak pernah dengar kalau Johan punya seorang saudara. Maka, dalam situasi ini... Bukannya selamat dan mendapat pertolongan, kemungkinan besar Azalea telah jatuh ke lubang harimau untuk kedua kalinya.Membayangkan itu, Azalea merasa detak jantungnya semakin cepat saat ia menyadari bahwa ia baru saja memohon pada seorang lelaki yang mungkin saja ber

    Last Updated : 2023-05-07
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Sensasi Memabukkan

    Azalea berdehem, mencengkeram erat ujung kaos milik Bima yang sempurna menutupi tubuh moleknya."I–Intinya, terimakasih banyak karena sudah meminjamkan baju dan juga mengizinkan aku bersembunyi di sini," lanjut Azalea, "Sekarang, aku benar-benar harus pergi. Bolehkah aku tahu ke mana aku harus mengembalikan baju ini?""Tidak usah." Bima menjawab datar."Maaf?""Tidak ada jaminan kau selamat di luar sana. Mengingat suamimu itu Jordan, dia pasti sedang mengadu pada orang tua kami.""Ah...."Azalea menyadari bahwa ucapan lelaki itu benar. "Tapi bukankan Anda juga akan kena masalah?""Cemaskan dirimu sendiri," sahut Bima singkat.Belum tentu juga Azalea bisa menyusup keluar dari hotel ini. Sekarang, ia adalah buronan. Hanya butuh hitungan menit hingga Jordan kembali mendapatkannya. Kecuali...."Kau punya rencana apa?" Bima menuangkan whiskey ke gelas, lalu menenggaknya sekaligus. Matanya memandangi Azalea dari atas sampai bawah dengan cara yang tak dapat didefinisikan."Dari yang saya d

    Last Updated : 2023-05-07
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Dia Bekasku

    Sinar matahari menyusup dari celah-celah gorden jendela yang terbuka menimpa wajah pulas Azalea. Sengatan cahaya itu membuat kulitnya berkedut, memaksanya membuka mata.Hal pertama yang Azalea lihat adalah sosok Bima sedang bersandar di sisi jendela. Masih tanpa menggunakan kaos, lelaki itu dengan santainya memandang keluar. Ketika menoleh, mata gelap lelaki itu bertemu mata Azalea yang masih setengah memejam."Oh, hei... Kau sudah bangun?"Suara rendah nan dalam keluar dari bibir Bima. Azalea tak percaya bibir itulah yang semalam terus menciumnya penuh perasaan. Membimbingnya ke dalam permainan cinta luar biasa yang tak terlupakan. Berkat Bima, Azalea mendapatkan kenikmatan yang ia ekspektasikan.Azalea tercekat. Tak boleh terlena untuk sesuatu yang ia pastikan hanya terjadi satu kali. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain karena tak sanggup melihat wajah Bima. Bagaimana kalau Bima menganggapnya sebagai perempuan murahan? Apakah keputusannya semalam untuk tetap tinggal di sini itu ben

    Last Updated : 2023-06-10
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Beban Ekspektasi

    Azalea memandangi langit-langit kamar barunya dengan tatapan hampa. Seluruh tubuhnya nyeri, bahkan lengan kirinya lebam karena cengkraman erat Johan. Lelaki itu tidak main-main pada perkataannya. Johan betulan menagih ronde yang tak selesai, bahkan menambahnya lebih brutal tanpa mendengar permohonan Azalea yang menangis kesakitan.Saat itu pukul dua malam. Azalea meneteskan air mata yang tak bisa berhenti sambil meremas selimut, satu-satunya benda yang menutupi tubuhnya sekarang. Di sebelahnya, terdengar dengkur dan deru napas Johan yang tertidur pulas. Tak ada rasa bersalah terlihat pada wajahnya. Azalea tak percaya dirinya terjatuh dalam tipu daya Johan.“Selamat, Azalea, penderitaan ini akan kau rasakan seumur hidup,” kata Azalea getir pada diri sendiri, “Itupun jika besok aku masih hidup.”Kemudian perempuan yang tercerai berai perasaannya itu menoleh lemas ke arah sang suami, berbisik penuh kekecewaan, “Aku harap kau renggut nyawaku sekalian.”Johan mengerang, lalu membuka mata.

    Last Updated : 2023-06-28
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Coba Kabur

    Tak banyak yang Azalea lakukan selama seminggu di mansion Laksmana. Di tempat seluas itu, hanya rutinitas tanpa makna dijalani Azalea sendirian. Nyonya Sekar sibuk dengan berbagai macam acara amal yang ia selenggarakan. Tuan Gibran apalagi. Johan juga tidak ada bedanya. Hanya Azalea tertinggal di belakang.Kebosanan menyelimuti Azalea terselamatkan ketika seseorang menekan bel siang itu. Betapa terkejutnya ia saat berhadapan dengan Bima di depan pintu. Lelaki itu masih terlihat sama seperti saat Azalea meninggalkannya di kamar hotel. Dingin dan acuh. Tetap saja sepasang mata hitam Bima mempengaruhi Azalea. Ada sesuatu jelas tersembunyi di sana."Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Azalea, tersadar dari pemikirannya karena diserbu rasa panik. Bima menjawab sarkas, "Di sini kediaman keluarga Laksmana, Nyonya Azalea. Tempat ini rumah Saya juga." "Ah, benar. Silakan masuk." Azalea menyingkir dari pintu dengan canggung."Apa... Apa Anda mau bertemu Ibu dan Ayah? Anda bisa kembali nan

    Last Updated : 2023-07-06
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Tak Bisa Lepas

    Kedua tangan Azalea mencengkeram sealbelt, ia membeku. Johan melangkah cepat dan menghantam kedua tinjunya ke kaca jendela pintu mobil."Keluar dari sana, Azalea!" seru Johan. Urat-urat mencuat memenuhi keningnya.Bima merentangkan tangan ke handle pintu, menghalangi Azalea keluar. Sepasang matanya menatap lurus saudaranya yang siap mengamuk itu."Tetap di sini," cegah Bima, rendah dan setengah berbisik. Seperti menyuruh waspada.Johan menghantamkan tinjunya sekali lagi. Menyebabkan kaca retak dengan bentuk sarang laba-laba, serta suara pecah nyaring. Azalea memekik panik."Kau tidak mendengarku? Keluar!"Azalea menghargai pencegahan Bima, tapi ia menarik tangan lelaki itu dengan berkata, "Dia akan membunuhku jika aku tidak mematuhinya."Rahang Bima mengeras, ekspresinya menggelap. Sedangkan mata Azalea mengisyaratkan permohonan. Sorot yang entah kenapa membuat Bima terpaksa melunak. Karenanya ia membuka pintu dan turun duluan.Meski takut setengah mati, Azalea mengikuti. Ketika Johan

    Last Updated : 2023-07-09
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Tak Bisa Lepas (2)

    Beberapa jam sebelumnya.Memperhatikan punggung Johan dan Azalea yang menghilang di balik gerbang, tanpa sadar Bima mengepalkan tangan. Lagi-lagi sengatan rasa aneh itu muncul ketika melihat Azalea diseret paksa.Mungkin ini hanya rasa iba. Mungkin juga karena Bima tahu bahu kurus Azalea gemetar ketakutan. Bima tidak tahu kondisi apa yang mengganggu dirinya saat itu."Kemarin kau masih membukakan gerbang ini untuk saya," tegas Bima di depan security. Sudah berkali-kali ia meminta dibukakan gerbang, tapi kedua security itu menggeleng.Salah satu di antara mereka menjawab, "Sebelum Tuan Johan memerintah kamu untuk melarang Anda masuk.""Saya putra sulung keluarga ini, Purwo," desis Bima, menatap nyalang ke security yang tidak jauh lebih tinggi darinya."Ya, Tuan Johan dengan jelas memberitahu itu juga."Akhirnya Bima mendengus. "Terserah."Kemudian lelaki berambut gelap itu masuk ke mobilnya, menyalakan mesin dengan sengaja dikeraskan, lalu pergi tanpa banyak bicara. Mobilnya meluncur di

    Last Updated : 2023-07-11
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Neraka Bernama Rumah

    Beberapa minggu kemudian. Luka Azalea sepenuhnya sembuh. Johan juga mengurangi tempramennya. Namun Azalea tetap tidak bisa melupakan semua penderitaannya itu. Hatinya seolah mati rasa, bibir Azalea tak bisa tersenyum, dan instingnya selalu bereaksi waspada kapanpun Johan dekat."Nak, kemarilah."Pukul 09.00 pagi, Tuan Gibran memanggil Azalea dari ruang keluarga. Mulanya Azalea mengernyit heran saat melihat Ayah mertuanya yang berada di rumah pada hari kerja. Johan dan Nyonya Sekar tidak ada di rumah, jadi apa yang Tuan Gibran lakukan di sini?"Ya, Ayah?"Azalea menghadap Tuan Gibran. Lelaki yang berusia setengah abad itu mengenakan pakaian santai alih-alih jas rapi seperti biasa. Televisi menyala, Tuan Gibran duduk di sofa sambil menyilangkan kaki. Kenapa penguasa perusahaan keluarga ini sedang bermalas-malasan?Ada semacam perasaan tak nyaman menggaruk kulit Azalea saat berada di dekat Tuan Gibran. Mungkin karena Johan dan Ayahnya sangat mirip, atau mungkin karena keduanya punya ser

    Last Updated : 2023-07-13

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Kejutan Tambahan

    “Selamat ulang tahun, Bima," bisik Azalea sekali lagi.Barulah Bima bisa membuka matanya lebar-lebar. Dengan segera Bima tidak bisa mempercayai apa yang terhampar di hadapannya. Seluruh area atap gym diubah menjadi negeri ajaib yang mempesona. Lampu tumblr lembut berkelap-kelip di tiang seolah memancarkan cahaya magis bernuansa romansa.Hanya ada meja di sana, lengkap dihiasi lilin dan bunga-bunga cerah... Serta sebuah kue blackforest dengan beberapa buah cherry di atasnya.Bima terpaku di tempat, bibirnya seakan kelu. Ini seperti rekayasa makan malam yang pernah ia siapkan, kecuali yang ini lebih bagus dan meriah.Bima menoleh penuh pertanyaan, yang dibalas oleh tawa renyah Azalea."Aku mempersiapkan ini semua. Ah, sekaligus buat menebus batalnya makan malam yang harusnya aku datangi setelah ujian baking waktu itu," jelas Azalea, mengusap pipi Bima sayang.“Ayo, duduk.” “Tunggu,” sela Bima, mendahului Azalea untuk menarik kursi untuknya lebih dulu.Terharu, Azalea pun duduk. Disusu

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Kejutan

    "Coba bilang lagi, besok hari apa?"Azalea menjatuhkan stylus pen, terkejut dengan apa yang baru saja Anna katakan ketika dirinya tengah tenggelam dalam pekerjaan. Asistennya itu masuk ke ruang kerja membawakan secangkir teh hangat dan sepiring sandwich telur dalam ukuran kecil, tapi Anna mengatakan sesuatu tentang Bima dan Azalea pikir ia salah dengar."Ulang tahunnya Tuan Bima, Nyonya. Saya kira malah Nyonya tahu,” ulang Anna, balas memandang sang Nyonya dengan bingung.Azalea menjatuhkan dirinya di sofa dekat jendela, mengerang sambil mengusap wajahnya. "Nggak kepikiran sama sekali malah. Bodohnya aku. Apakah dulu ulang tahun Bima sering dirayakan?""Iya, sih. Tapi biasanya Tuan Bima langsung pergi gitu aja, kelihatan nggak nyaman,” jelas Anna seraya mengingat-ingat.Azalea terdiam. Iya, sih. Ketika masih remaja, Bima pasti menjadi anak emas dengan segala kebutuhan terpenuhi tanpa harus meminta. Ulang tahun hanyalah salah satu dari sekian kemewahan yang dilimpahkan padanya."Mungki

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Maukah?

    "Sebentar... Kayaknya aku pernah lihat jalanan ini. Bukannya kalau belok di depan sana dan lurus terus bakal sampai ke kampusnya Bima?" Dari dalam mobil, Azalea menoleh dan memperhatikan jalanan sekitar. Pohon-pohon berdiri tegak dalam susunan yang rapi. Pedagang kaki lima memenuhi sisi kedua trotoar. Palang bertuliskan kos-kosan terlihat hampir di setiap rumah. Puluhan remaja memakai almamater hijau lembut mengerumuni pedagang--- mencari makan siang. Ini bukan jalanan yang biasa Azalea lewati, hanya tak sengaja lewat ketika pulang dari kegiatan sosialita ibu mertuanya. Mobil yang dilajukan Dimas perlu melambat karena ramainya orang-orang di kedua sisi. Anna memeriksa map di ponsel. "Kalau dilihat-lihat, iya benar, Nyonya. Hebat banget Anda bisa ingat." "Bima yang sekarang jadi lebih terbuka." Azalea senyum-senyum. "Dimas, tahu 'kan harus apa?" "Siap, Nyonya." Perlu sepuluh menit hingga mobil berhenti di depan gerbang universitas itu. Azalea meraih tasnya dan memperbaiki bebera

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Inikah yang Kamu Inginkan?

    "Malam ini?" Di ruang kerja Nyonya Sekar, Azalea menggigit bibir bawahnya dan cengkeraman di ponsel menguat. Walau sebelumnya mengira kalau Bima tak akan menghubunginya secepat ini, ia cukup lega. Suara Bima yang begitu ia rindukan menyapu perasaannya seperti angin lembut. I juga lega ibu mertuanya tidak ada di sana karena ada tamu yang harus ia sambut. "Aku nggak bisa, Bima. Tapi tolong jangan tutup teleponnya. Akan aku coba bilang ke Ibu buat izinin aku keluar," Azalea menambahkan. "Oke. Apa ketemu di gym sudah cukup?" tanya Bima. Azalea mencari-cari kekecewaan dalam balasan itu, tapi jadi tak yakin. Maka ia menjawab pendek, "Ya, makasih...." Ada jeda panjang berisi keheningan selama lima menit. Hanya deru napas masing-masing yang terdengar. Keduanya sama-sama tidak tahu harus menambahkan apa, tapi mengetahui bahwa mereka bisa mengobrol lagi tentunya membuat mereka enggan untuk memutuskan telepon. Setelah berjuang melawan perasaan masing-masing, Azalea pun yang menekan tombol

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Jangan Merajuk Seperti Anak Kecil

    "Tuh, 'kan bener yang saya curigai.""Huh?" Lamunan lelah Azalea pecah saat Anna meletakkan segelas jus sambil menggerutu."Tuan Bima tidak menjawab telepon anda sejak kemarin 'kan?" tebak Anna jengkel.Sudah sejak kemarin ada yang tidak beres dari gelagat sang Nyonya. Semuanya dimulai ketika Azalea menjadi asisten Nyonya Sekar. Apalagi suasana hati Azalea kelihatan sekali tambah buruk karena berulang kali memeriksa ponsel dengan tatapan putus asa yang menyedihkan."Waktu itu saya hubungi juga beliau tidak mengangkatnya." Anna menggeleng. "Tidak bisa dibiarkan. Ini apalagi namanya kalau bukan mengabaikan anda?"Azalea mendongak. Keningnya berkerut, menambah jelas ekspresi lelah yang menggantung di matanya."Kamu menghubungi Bima buat apa?" tanya Azalea heran. Dari suaranya, energinya sudah menguap entah kemana."Tolong jangan salah paham dulu. Saya sering bertukar kabar dengan Tuan Bima untuk—"Anna berhenti mendadak. Spontan menutup mulut dan dikuasai perasaan serba salah. "Aduh...

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Terabaikan

    Dua Minggu kemudian."Kapan ada hari senggang?" Nyonya Sekar bertanya segera setelah tiba di ruang kerja. Baru saja kembali dari kumpul-kumpul sosialita yang untungnya Azalea tidak perlu ikut hadir.Azalea, yang akhir-akhir ini tidak cukup tidur karena harus menyesuaikan segalanya dengan aktivitas sang ibu mertua, memijit pangkal hidungnya dengan satu tangan. Satu tangannya lain memeriksa agenda."Sabtu ini, Bu. Hanya ada satu acara sore di jadwal," jawab Azalea. Pandangannya sedikit mengabur, pening menyerang kepala, dan dadanya terasa sesak.Namun Azalea tetap teguh mengerjakan semua yang diperintahkan, meski Nyonya Sekar sendiri memiliki Sekretaris pribadi, tapi karena jelas wanita itu mau menekan Azalea maka semua tugas dilimpahkan padanya.Terdengar tidak adil, Azalea tetap memenuhi itu demi calon kebebasannya sendiri. "Bagus. Kau dan Ibu butuh beberapa set dress baru. Orang-orang tidak boleh melihat kita mengenakan pakaian yang sama dua kali."Nyonya Sekar mendengus melihat wa

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Tak Lagi Istimewa

    Dalam salah satu ruang kelas di universitas itu, Bima berdiri menghadap para mahasiswa. Melirik jam lalu menghela napas pendek yang lebih tepat disebut kelegaan.Bima melepas kacamata. Ia menggunakan benda itu hanya ketika mengajar kuliah saja supaya bisa menangkap sosok mahasiswa yang tidur di kelasnya."Tugasnya wajib dikumpulkan Minggu depan. Materi selesai sampai sini," tandas Bima, membawa bukunya lalu keluar kelas.Para mahasiswa pun berhamburan ke lorong dengan kelegaan masing-masing. Obrolan riuh rendah segera mendominasi area itu.Seraya melangkah menuju ruang kantor dosen, Bima memeriksa ponselnya. Sayang sekali, layar ponsel itu tidak menunjukkan pesan dari siapapun. Bima tak bisa menahan untuk mengerang gusar."Masih belum ada jawaban," gumam lelaki itu, menuruni tangga dengan pikiran tertuju pada keberadaan Azalea.Tepat sebelum tiba di dasar tangga, terdengar derap langkah terburu-buru dari belakang. Bima bergeser ke samping membuka sisi kosong."Pak Bima! Tunggu sebenta

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Kecewa

    Setelah berpisah dengan Nyonya Sekar dan kembali ke kamar, Azalea menghela napas seolah melepaskan beban berat yang menggelayuti bahunya sejak tadi. Perempuan itu melepaskan bajunya. Ia melirik ponsel dan meraih benda itu seraya berjalan ke kamar mandi. "Selama di mobil tadi aku nggak sempat cek ponsel. Hm? Pesan dari Bima?" pikir Azalea, lalu membuka pesan Bima sambil menunggu air mengalir ke bathub.Mata Azalea melebar membaca pesan lelaki itu. Ia membekap mulutnya. Sesuatu dalam hatinya meleleh. Betapa perhatiannya Bima. Jantung Azalea berdegup, antusiasme dan rasa penasaran membanjiri dirinya."Astaga... Apa dia menyiapkan sesuatu buatku? Kejutan karena sudah berhasil menyelesaikan ujian?" Mendadak sosok Bima yang bertelanjang dada sambil berbaring di ranjang penuh kelopak bunga mawar terbayang dalam benak Azalea. Seketika pipinya bersemu merah dan kulitnya kepanasan. Azalea menggeleng sambil menepuk-nepuk pipinya, malu sendiri."Apa kejutan semacam itu? Jangan gila. Mikir apa

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Tugas yang Sebenarnya

    "Aku sudah menyewakan area ini khusus untukmu tapi kau bahkan tidak mau memberitahu siapa yang kau undang? Tega sekali."Jack berkacak pinggang ketika Bima sedang merapikan taplak di meja bulat itu. Jack adalah kawan baik Bima sejak dulu. Mereka berdua berada di rooftop apartemen milik Jack. Karena rooftop itu luas dan punya dapur outdoor, Bima menggunakannya untuk menyiapkan makan malam khusus bersama Azalea. Itung-itung pamer kemampuan masak yang Bima kuasai. Bima suka melihat wajah Azalea bercahaya ketika bahagia."Makasih," sahut Bima, sibuk menatap piring dan peralatan makan lain. Terus memunggungi sahabatnya yang geleng-geleng kepala."Maksudku bukan itu. Setidaknya kasih tahu lah, apakah kau menyiapkan semua ini untuk seorang perempuan?" tanya Jack lagi sambil cengengesan.Bima tidak menjawab, jadi Jack sengaja berdiri di seberang meja menghadap Bima."Loh, sudah move on, ya?" selidik Jack.Meletakkan vas berisi tiga mawar merah dengan keras, Bima pun mengangkat kepala. Sorot

DMCA.com Protection Status