Share

Beban Ekspektasi

Author: Mewperis
last update Last Updated: 2023-06-28 01:19:19

Azalea memandangi langit-langit kamar barunya dengan tatapan hampa. Seluruh tubuhnya nyeri, bahkan lengan kirinya lebam karena cengkraman erat Johan. Lelaki itu tidak main-main pada perkataannya. Johan betulan menagih ronde yang tak selesai, bahkan menambahnya lebih brutal tanpa mendengar permohonan Azalea yang menangis kesakitan.

Saat itu pukul dua malam. Azalea meneteskan air mata yang tak bisa berhenti sambil meremas selimut, satu-satunya benda yang menutupi tubuhnya sekarang. Di sebelahnya, terdengar dengkur dan deru napas Johan yang tertidur pulas. Tak ada rasa bersalah terlihat pada wajahnya. Azalea tak percaya dirinya terjatuh dalam tipu daya Johan.

“Selamat, Azalea, penderitaan ini akan kau rasakan seumur hidup,” kata Azalea getir pada diri sendiri, “Itupun jika besok aku masih hidup.”

Kemudian perempuan yang tercerai berai perasaannya itu menoleh lemas ke arah sang suami, berbisik penuh kekecewaan, “Aku harap kau renggut nyawaku sekalian.”

Johan mengerang, lalu membuka mata. Tak ayal langsung bertatapan dengan Azalea.

“Kenapa menatapku seperti itu, sialan? Mengagetkan saja,” keluh Johan, lalu berbalik memunggungi sang istri. Tak lama setelahnya, dengkur kencang terdengar darinya.

Azalea langsung memiringkan badannya yang nyeri ke samping, lalu membekap mulutnya kuat-kuat supaya tangisnya tak terdengar.

Pagi tiba tanpa membawa ketenangan bagi Azalea. Semalaman tidak bisa tidur, mau bergerak dengan leluasa pun harus tersiksa nyeri.

Itu adalah hari pertamanya menjadi menantu keluarga Laksmana yang prestisius. Semangat Azalea yang tumbuh sebelum menikah sudah lebih dulu kandas. Ia sudah membayangkan seberapa menderitanya di sini, tapi yang ia akan hadapi sungguh di luar perkiraan apapun.

"Makan sayuran hijau-hijau begini biar rahim kamu subur. Ibu sudah bicarakan dengan Chef Kiki untuk buat program makan khusus buat kamu. Semakin sehat kamu makan, semakin subur rahim kamu nanti, semakin cepat pula bisa kasih Ibu dan Ayah ini cucu!"

Nyonya Sekar mengoceh panjang lebar sambil menyendokkan sayuran seperti bayam dan brokoli ke dalam piring Azalea saat sarapan bersama.

"C–Cucu, Bu?" Azalea tergagap.

"Iya! Umurmu udah dua puluh tiga, harus cepat punya anak biar gak terlalu tua! Lihat Ibu ini, di umur empat puluh enam pun masih awet muda dan segar karena anak-anak sudah dewasa semua," lanjut Nyonya Sekar, memamerkan kulit wajahnya yang kencang meski itu hasil sentuhan dokter.

"Kalau bisa sih, akhir bulan ini kamu udah bisa hamil. Jadi, Johan, rajin-rajin tiduri istrimu ini biar cepat hamil."

Tangan Azalea gemetar. Melirik sang suami, hanya dihadiahi seringai puas. Hari ini baru saja dimulai, tapi Azalea sudah dihadapkan dengan ekspektasi yang besar.

"Dengar ucapan Ibu, Azalea. Nanti malam, aku akan lebih pelan jika kau mau keluar duluan," ujar Johan dengan nada bercanda yang cukup lantang hingga terdengar ke ujung meja makan.

Tuan Gibran terbahak-bahak mendengarnya, sedangkan Nyonya Sekar mengangguk setuju.

Sekujur tubuh Azalea langsung merinding. Isi perutnya jungkir balik. Lidahnya kelu dan mati rasa, tak bisa menjawab semua ucapan yang terlontar merendahkannya.

Sebelum Johan keluar pintu, ia menarik pinggang Azalea ke dalam pelukannya untuk mencium paksa bibir ranum perempuan itu.

"Jadilah istri yang baik dan tetap tinggal di rumah. Aku akan membawakanmu hadiah jika kau bisa patuh," kata Johan, lalu melangkah pergi.

Selepas perginya sang suami dan kedua mertuanya, Azalea lari ke kamar di lantai atas. Ia menggosok bibirnya berulang-ulang dengan harapan bekas ciuman Johan akan lenyap. Seberapa kerasnya mencoba, Azalea masih tidak bisa menghilangkan itu.

Tak ayal bibir ranum Azalea terluka karena ia terlampau kasar. Darah menetes dari permukaan bibirnya bersamaan dengan air mata yang meluncur deras. Azalea sesegukan di lantai kamar sambil menekuk lutut.

Isak tangis Azalea terhenti karena ponselnya berdering. Bagi Azalea, ponsel itu tidak berarti apa-apa karena sehari sebelum pernikahan, Johan memintanya untuk menghapus semua kontak yang ada. Johan hanya ingin Azalea fokus padanya. Azalea menyesal menyetujui permintaan egois suaminya itu.

"Lea?"

"Bibi Luna?" Suara Azalea serak. "Bibi, bolehkah aku pulang saja? Aku tidak tahan di sini...."

"Apa yang kau bicarakan? Jangan bodoh, Azalea! Kau sekarang sudah menikah!" sahut Bibi Luna dari seberang.

"Johan...."

"Kamu mau bilang kalau dia menyakitimu lagi? Sabar aja dulu, Azalea... Masih permulaan, biarkan kalian berdua beradaptasi. Maklumi perbuatan suamimu, ya?"

"Tapi...."

"Memang pernikahan itu seperti ini. Bibi sudah susah payah mencarikan suami yang bisa memperbaiki hidupmu, tolong hargai kerja keras Bibi," keluh Bibi Luna.

Azalea merunduk, menggigit bibir bawahnya. "Iya, Bi...."

"Ya, sudah. Jadilah perempuan baik-baik yang nurut sama suaminya. Jangan mempermalukan dirimu sendiri," tukas Bibi Luna, lantas menutup telepon sepihak.

Azalea bersandar di dinding, mengembuskan napas berat yang panjang. Apakah hidupnya akan terus seperti ini?

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Coba Kabur

    Tak banyak yang Azalea lakukan selama seminggu di mansion Laksmana. Di tempat seluas itu, hanya rutinitas tanpa makna dijalani Azalea sendirian. Nyonya Sekar sibuk dengan berbagai macam acara amal yang ia selenggarakan. Tuan Gibran apalagi. Johan juga tidak ada bedanya. Hanya Azalea tertinggal di belakang.Kebosanan menyelimuti Azalea terselamatkan ketika seseorang menekan bel siang itu. Betapa terkejutnya ia saat berhadapan dengan Bima di depan pintu. Lelaki itu masih terlihat sama seperti saat Azalea meninggalkannya di kamar hotel. Dingin dan acuh. Tetap saja sepasang mata hitam Bima mempengaruhi Azalea. Ada sesuatu jelas tersembunyi di sana."Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Azalea, tersadar dari pemikirannya karena diserbu rasa panik. Bima menjawab sarkas, "Di sini kediaman keluarga Laksmana, Nyonya Azalea. Tempat ini rumah Saya juga." "Ah, benar. Silakan masuk." Azalea menyingkir dari pintu dengan canggung."Apa... Apa Anda mau bertemu Ibu dan Ayah? Anda bisa kembali nan

    Last Updated : 2023-07-06
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Tak Bisa Lepas

    Kedua tangan Azalea mencengkeram sealbelt, ia membeku. Johan melangkah cepat dan menghantam kedua tinjunya ke kaca jendela pintu mobil."Keluar dari sana, Azalea!" seru Johan. Urat-urat mencuat memenuhi keningnya.Bima merentangkan tangan ke handle pintu, menghalangi Azalea keluar. Sepasang matanya menatap lurus saudaranya yang siap mengamuk itu."Tetap di sini," cegah Bima, rendah dan setengah berbisik. Seperti menyuruh waspada.Johan menghantamkan tinjunya sekali lagi. Menyebabkan kaca retak dengan bentuk sarang laba-laba, serta suara pecah nyaring. Azalea memekik panik."Kau tidak mendengarku? Keluar!"Azalea menghargai pencegahan Bima, tapi ia menarik tangan lelaki itu dengan berkata, "Dia akan membunuhku jika aku tidak mematuhinya."Rahang Bima mengeras, ekspresinya menggelap. Sedangkan mata Azalea mengisyaratkan permohonan. Sorot yang entah kenapa membuat Bima terpaksa melunak. Karenanya ia membuka pintu dan turun duluan.Meski takut setengah mati, Azalea mengikuti. Ketika Johan

    Last Updated : 2023-07-09
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Tak Bisa Lepas (2)

    Beberapa jam sebelumnya.Memperhatikan punggung Johan dan Azalea yang menghilang di balik gerbang, tanpa sadar Bima mengepalkan tangan. Lagi-lagi sengatan rasa aneh itu muncul ketika melihat Azalea diseret paksa.Mungkin ini hanya rasa iba. Mungkin juga karena Bima tahu bahu kurus Azalea gemetar ketakutan. Bima tidak tahu kondisi apa yang mengganggu dirinya saat itu."Kemarin kau masih membukakan gerbang ini untuk saya," tegas Bima di depan security. Sudah berkali-kali ia meminta dibukakan gerbang, tapi kedua security itu menggeleng.Salah satu di antara mereka menjawab, "Sebelum Tuan Johan memerintah kamu untuk melarang Anda masuk.""Saya putra sulung keluarga ini, Purwo," desis Bima, menatap nyalang ke security yang tidak jauh lebih tinggi darinya."Ya, Tuan Johan dengan jelas memberitahu itu juga."Akhirnya Bima mendengus. "Terserah."Kemudian lelaki berambut gelap itu masuk ke mobilnya, menyalakan mesin dengan sengaja dikeraskan, lalu pergi tanpa banyak bicara. Mobilnya meluncur di

    Last Updated : 2023-07-11
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Neraka Bernama Rumah

    Beberapa minggu kemudian. Luka Azalea sepenuhnya sembuh. Johan juga mengurangi tempramennya. Namun Azalea tetap tidak bisa melupakan semua penderitaannya itu. Hatinya seolah mati rasa, bibir Azalea tak bisa tersenyum, dan instingnya selalu bereaksi waspada kapanpun Johan dekat."Nak, kemarilah."Pukul 09.00 pagi, Tuan Gibran memanggil Azalea dari ruang keluarga. Mulanya Azalea mengernyit heran saat melihat Ayah mertuanya yang berada di rumah pada hari kerja. Johan dan Nyonya Sekar tidak ada di rumah, jadi apa yang Tuan Gibran lakukan di sini?"Ya, Ayah?"Azalea menghadap Tuan Gibran. Lelaki yang berusia setengah abad itu mengenakan pakaian santai alih-alih jas rapi seperti biasa. Televisi menyala, Tuan Gibran duduk di sofa sambil menyilangkan kaki. Kenapa penguasa perusahaan keluarga ini sedang bermalas-malasan?Ada semacam perasaan tak nyaman menggaruk kulit Azalea saat berada di dekat Tuan Gibran. Mungkin karena Johan dan Ayahnya sangat mirip, atau mungkin karena keduanya punya ser

    Last Updated : 2023-07-13
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Sesuatu Untuk Dilakukan

    “Kau tampak cantik,” puji Johan ketika melihat Azalea dalam balutan gaun biru yang memperlihatkan bahu mulusnya.Azalea tampak tak terkesan, sebab yang ia lihat pada refleksi cermin adalah seorang perempuan kurus dan pucat, dengan sepasang mata kosong layaknya ikan mati. Azalea tidak melihat kecantikan mana yang Johan maksud.“Tak usah memujiku, aku tahu kamu mengatakannya karena masih merasa bersalah,” tukas Azalea datar.Johan mengeraskan rahang. “Kau harusnya bersyukur aku membawamu ke rumah sakit malam itu. Jadi kau masih bisa berdiri di sini.”“Yang benar?” balas Azalea.Johan berbalik. “Kalau sudah selesai, cepat turun.”Azalea kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Luka-luka cambuk dan memar akibat siksaan Johan sudah sepenuhnya sembuh. Sesekali Azalea masih dapat melihat bayangan luka itu di kulitnya.“Aku tahu bukan kamu yang membawaku ke rumah sakit,” gumam Azalea.Kemudian perempuan itu turun ke halaman belakang. Para staff dan tukang masak sibuk berlalu-lalang dari da

    Last Updated : 2023-07-14
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Tukar

    Atas perintah Johan, Anna menghadap Azalea keesokan harinya. Pembantu itu sudah bekerja sejak remaja, tampaknya seumuran Azalea sendiri. "Saya tak mengerti kenapa Anda menjadikan pembantu biasa seperti Saya sebagai asisten." Anna berkata sambil memasang raut masam yang tak ramah. "Tanpa posisi itu pun, Saya sudah sibuk dan tidak bisa menambah pekerjaan lain lagi." "Tapi menjadi asisten berbeda dari jadi pembantu, 'kan?" balas Azalea. Azalea memindai dan berusaha membaca air muka Anna untuk menilai kepribadiannya. Namun yang dilihat tetap saja Anna yang terus menggerutu. Persis semua pembantu bersikap begitu. Sambil membantu Azalea berpakaian, Anna mendengus beberapa kali. Seolah berada di kamar sang calon nyonya besar ini sangat menyiksanya. “Anggap saja seperti naik jabatan,” imbuh Azalea mencoba santai. Anna berkacak pinggang. Gestur tubuhnya menyiratkan seperti sedang mengajak bertengkar. "Anda memang tidak tahu apa-apa. Enak, ya, hidup jadi Anda, Nyonya. Saya dengar selama

    Last Updated : 2023-07-17
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Bantu Aku

    “Jika mengatakan seperti itu, kau membuatku terdengar seperti orang jahat. Lea, semua ini juga supaya hidupmu jauh lebih baik, ‘kan?” Bibi Luna membela diri.Hancur sudah semua bayangan Azalea mengenai sosok lembut dari wanita yang merawatnya sejak kedua orang tuanya tiada. Lenyap pula keinginan Azalea meminta dukungan Bibi Luna supaya bisa keluar dari keluarga Laksmana.Azalea menggigit bibir bawah sampai kebas, lalu membuang muka.“Lihat pakaianmu sekarang! Tidak ada bekas tambalan, jahitan terlepas, atau bercak kotor yang tidak bisa hilang,” tambah Bibi Luna, menarik ujung midi dress merah muda yang dikenakan Azalea.Kemudian Bibi Luna mencubit pipi Azalea, melanjutkan, “Pegang wajahmu ini. Sudah berpoles bedak dan skincare mahal. Jika aku tidak menikahkanmu dengan seseorang yang kaya raya, mau jadi apa hidupmu nanti?”Azalea menepis tangan Bibi Luna dari wajahnya, berbalik memunggungi wanita paruh baya itu karena kekecewaan dan kemarahan meledak-ledak dalam dirinya.Bibi Luna meng

    Last Updated : 2023-07-17
  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Ternyata Kamu

    "Kenapa? Katanya mau lepas dari keluarga ini."Azalea menggenggam cangkir tehnya, terdiam sebentar. Itu foto yang ia ambil dari kamar yang ia duga sebagai milik Bima saat masih tinggal di mansion Laksmana.Melirik Anna penuh pengamatan. Haruskah ia memberitahu asistennya tentang malam itu?"Aku tahu ini gila dan sulit dipercaya."Azalea memulai cerita soal malam pernikahannya dari awal sampai akhir. Ada rasa menggelitik dada ketika ia menjelaskan bagaimana kecerobohan mempertemukan dirinya dengan Bima. Sampai pada ketika Bima datang ke kediaman untuk membantunya kabur.Tak ada yang bisa Anna lakukan kecuali melongo. Tercengang dengan kisah mendebarkan sekaligus menggelikan, tapi juga sedih dari sang Nyonya Muda. Ketika cerita Azalea selesai, Anna mengusap keningnya dan menggeleng."Wow... Dari sekian banyak gosip yang pernah Saya dengar, cerita Anda yang paling bikin kepala pecah, Nyonya," komentar gadis itu jenaka.Azalea terkekeh. "Ini bukan gosip. Dan selama ini yang tahu cuma kelu

    Last Updated : 2023-07-19

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Kejutan Tambahan

    “Selamat ulang tahun, Bima," bisik Azalea sekali lagi.Barulah Bima bisa membuka matanya lebar-lebar. Dengan segera Bima tidak bisa mempercayai apa yang terhampar di hadapannya. Seluruh area atap gym diubah menjadi negeri ajaib yang mempesona. Lampu tumblr lembut berkelap-kelip di tiang seolah memancarkan cahaya magis bernuansa romansa.Hanya ada meja di sana, lengkap dihiasi lilin dan bunga-bunga cerah... Serta sebuah kue blackforest dengan beberapa buah cherry di atasnya.Bima terpaku di tempat, bibirnya seakan kelu. Ini seperti rekayasa makan malam yang pernah ia siapkan, kecuali yang ini lebih bagus dan meriah.Bima menoleh penuh pertanyaan, yang dibalas oleh tawa renyah Azalea."Aku mempersiapkan ini semua. Ah, sekaligus buat menebus batalnya makan malam yang harusnya aku datangi setelah ujian baking waktu itu," jelas Azalea, mengusap pipi Bima sayang.“Ayo, duduk.” “Tunggu,” sela Bima, mendahului Azalea untuk menarik kursi untuknya lebih dulu.Terharu, Azalea pun duduk. Disusu

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Kejutan

    "Coba bilang lagi, besok hari apa?"Azalea menjatuhkan stylus pen, terkejut dengan apa yang baru saja Anna katakan ketika dirinya tengah tenggelam dalam pekerjaan. Asistennya itu masuk ke ruang kerja membawakan secangkir teh hangat dan sepiring sandwich telur dalam ukuran kecil, tapi Anna mengatakan sesuatu tentang Bima dan Azalea pikir ia salah dengar."Ulang tahunnya Tuan Bima, Nyonya. Saya kira malah Nyonya tahu,” ulang Anna, balas memandang sang Nyonya dengan bingung.Azalea menjatuhkan dirinya di sofa dekat jendela, mengerang sambil mengusap wajahnya. "Nggak kepikiran sama sekali malah. Bodohnya aku. Apakah dulu ulang tahun Bima sering dirayakan?""Iya, sih. Tapi biasanya Tuan Bima langsung pergi gitu aja, kelihatan nggak nyaman,” jelas Anna seraya mengingat-ingat.Azalea terdiam. Iya, sih. Ketika masih remaja, Bima pasti menjadi anak emas dengan segala kebutuhan terpenuhi tanpa harus meminta. Ulang tahun hanyalah salah satu dari sekian kemewahan yang dilimpahkan padanya."Mungki

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Maukah?

    "Sebentar... Kayaknya aku pernah lihat jalanan ini. Bukannya kalau belok di depan sana dan lurus terus bakal sampai ke kampusnya Bima?" Dari dalam mobil, Azalea menoleh dan memperhatikan jalanan sekitar. Pohon-pohon berdiri tegak dalam susunan yang rapi. Pedagang kaki lima memenuhi sisi kedua trotoar. Palang bertuliskan kos-kosan terlihat hampir di setiap rumah. Puluhan remaja memakai almamater hijau lembut mengerumuni pedagang--- mencari makan siang. Ini bukan jalanan yang biasa Azalea lewati, hanya tak sengaja lewat ketika pulang dari kegiatan sosialita ibu mertuanya. Mobil yang dilajukan Dimas perlu melambat karena ramainya orang-orang di kedua sisi. Anna memeriksa map di ponsel. "Kalau dilihat-lihat, iya benar, Nyonya. Hebat banget Anda bisa ingat." "Bima yang sekarang jadi lebih terbuka." Azalea senyum-senyum. "Dimas, tahu 'kan harus apa?" "Siap, Nyonya." Perlu sepuluh menit hingga mobil berhenti di depan gerbang universitas itu. Azalea meraih tasnya dan memperbaiki bebera

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Inikah yang Kamu Inginkan?

    "Malam ini?" Di ruang kerja Nyonya Sekar, Azalea menggigit bibir bawahnya dan cengkeraman di ponsel menguat. Walau sebelumnya mengira kalau Bima tak akan menghubunginya secepat ini, ia cukup lega. Suara Bima yang begitu ia rindukan menyapu perasaannya seperti angin lembut. I juga lega ibu mertuanya tidak ada di sana karena ada tamu yang harus ia sambut. "Aku nggak bisa, Bima. Tapi tolong jangan tutup teleponnya. Akan aku coba bilang ke Ibu buat izinin aku keluar," Azalea menambahkan. "Oke. Apa ketemu di gym sudah cukup?" tanya Bima. Azalea mencari-cari kekecewaan dalam balasan itu, tapi jadi tak yakin. Maka ia menjawab pendek, "Ya, makasih...." Ada jeda panjang berisi keheningan selama lima menit. Hanya deru napas masing-masing yang terdengar. Keduanya sama-sama tidak tahu harus menambahkan apa, tapi mengetahui bahwa mereka bisa mengobrol lagi tentunya membuat mereka enggan untuk memutuskan telepon. Setelah berjuang melawan perasaan masing-masing, Azalea pun yang menekan tombol

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Jangan Merajuk Seperti Anak Kecil

    "Tuh, 'kan bener yang saya curigai.""Huh?" Lamunan lelah Azalea pecah saat Anna meletakkan segelas jus sambil menggerutu."Tuan Bima tidak menjawab telepon anda sejak kemarin 'kan?" tebak Anna jengkel.Sudah sejak kemarin ada yang tidak beres dari gelagat sang Nyonya. Semuanya dimulai ketika Azalea menjadi asisten Nyonya Sekar. Apalagi suasana hati Azalea kelihatan sekali tambah buruk karena berulang kali memeriksa ponsel dengan tatapan putus asa yang menyedihkan."Waktu itu saya hubungi juga beliau tidak mengangkatnya." Anna menggeleng. "Tidak bisa dibiarkan. Ini apalagi namanya kalau bukan mengabaikan anda?"Azalea mendongak. Keningnya berkerut, menambah jelas ekspresi lelah yang menggantung di matanya."Kamu menghubungi Bima buat apa?" tanya Azalea heran. Dari suaranya, energinya sudah menguap entah kemana."Tolong jangan salah paham dulu. Saya sering bertukar kabar dengan Tuan Bima untuk—"Anna berhenti mendadak. Spontan menutup mulut dan dikuasai perasaan serba salah. "Aduh...

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Terabaikan

    Dua Minggu kemudian."Kapan ada hari senggang?" Nyonya Sekar bertanya segera setelah tiba di ruang kerja. Baru saja kembali dari kumpul-kumpul sosialita yang untungnya Azalea tidak perlu ikut hadir.Azalea, yang akhir-akhir ini tidak cukup tidur karena harus menyesuaikan segalanya dengan aktivitas sang ibu mertua, memijit pangkal hidungnya dengan satu tangan. Satu tangannya lain memeriksa agenda."Sabtu ini, Bu. Hanya ada satu acara sore di jadwal," jawab Azalea. Pandangannya sedikit mengabur, pening menyerang kepala, dan dadanya terasa sesak.Namun Azalea tetap teguh mengerjakan semua yang diperintahkan, meski Nyonya Sekar sendiri memiliki Sekretaris pribadi, tapi karena jelas wanita itu mau menekan Azalea maka semua tugas dilimpahkan padanya.Terdengar tidak adil, Azalea tetap memenuhi itu demi calon kebebasannya sendiri. "Bagus. Kau dan Ibu butuh beberapa set dress baru. Orang-orang tidak boleh melihat kita mengenakan pakaian yang sama dua kali."Nyonya Sekar mendengus melihat wa

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Tak Lagi Istimewa

    Dalam salah satu ruang kelas di universitas itu, Bima berdiri menghadap para mahasiswa. Melirik jam lalu menghela napas pendek yang lebih tepat disebut kelegaan.Bima melepas kacamata. Ia menggunakan benda itu hanya ketika mengajar kuliah saja supaya bisa menangkap sosok mahasiswa yang tidur di kelasnya."Tugasnya wajib dikumpulkan Minggu depan. Materi selesai sampai sini," tandas Bima, membawa bukunya lalu keluar kelas.Para mahasiswa pun berhamburan ke lorong dengan kelegaan masing-masing. Obrolan riuh rendah segera mendominasi area itu.Seraya melangkah menuju ruang kantor dosen, Bima memeriksa ponselnya. Sayang sekali, layar ponsel itu tidak menunjukkan pesan dari siapapun. Bima tak bisa menahan untuk mengerang gusar."Masih belum ada jawaban," gumam lelaki itu, menuruni tangga dengan pikiran tertuju pada keberadaan Azalea.Tepat sebelum tiba di dasar tangga, terdengar derap langkah terburu-buru dari belakang. Bima bergeser ke samping membuka sisi kosong."Pak Bima! Tunggu sebenta

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Kecewa

    Setelah berpisah dengan Nyonya Sekar dan kembali ke kamar, Azalea menghela napas seolah melepaskan beban berat yang menggelayuti bahunya sejak tadi. Perempuan itu melepaskan bajunya. Ia melirik ponsel dan meraih benda itu seraya berjalan ke kamar mandi. "Selama di mobil tadi aku nggak sempat cek ponsel. Hm? Pesan dari Bima?" pikir Azalea, lalu membuka pesan Bima sambil menunggu air mengalir ke bathub.Mata Azalea melebar membaca pesan lelaki itu. Ia membekap mulutnya. Sesuatu dalam hatinya meleleh. Betapa perhatiannya Bima. Jantung Azalea berdegup, antusiasme dan rasa penasaran membanjiri dirinya."Astaga... Apa dia menyiapkan sesuatu buatku? Kejutan karena sudah berhasil menyelesaikan ujian?" Mendadak sosok Bima yang bertelanjang dada sambil berbaring di ranjang penuh kelopak bunga mawar terbayang dalam benak Azalea. Seketika pipinya bersemu merah dan kulitnya kepanasan. Azalea menggeleng sambil menepuk-nepuk pipinya, malu sendiri."Apa kejutan semacam itu? Jangan gila. Mikir apa

  • Malam Pertama dengan Kakak Suamiku   Tugas yang Sebenarnya

    "Aku sudah menyewakan area ini khusus untukmu tapi kau bahkan tidak mau memberitahu siapa yang kau undang? Tega sekali."Jack berkacak pinggang ketika Bima sedang merapikan taplak di meja bulat itu. Jack adalah kawan baik Bima sejak dulu. Mereka berdua berada di rooftop apartemen milik Jack. Karena rooftop itu luas dan punya dapur outdoor, Bima menggunakannya untuk menyiapkan makan malam khusus bersama Azalea. Itung-itung pamer kemampuan masak yang Bima kuasai. Bima suka melihat wajah Azalea bercahaya ketika bahagia."Makasih," sahut Bima, sibuk menatap piring dan peralatan makan lain. Terus memunggungi sahabatnya yang geleng-geleng kepala."Maksudku bukan itu. Setidaknya kasih tahu lah, apakah kau menyiapkan semua ini untuk seorang perempuan?" tanya Jack lagi sambil cengengesan.Bima tidak menjawab, jadi Jack sengaja berdiri di seberang meja menghadap Bima."Loh, sudah move on, ya?" selidik Jack.Meletakkan vas berisi tiga mawar merah dengan keras, Bima pun mengangkat kepala. Sorot

DMCA.com Protection Status